1. Dokumen ini membahas berbagai metode penentuan arah kiblat, meliputi penggunaan bintang, matahari, dan berbagai alat seperti kompas, astrolabe, theodolite, dan software.
2. Metode tradisional menggunakan bintang Al-Qutbi dan rasi Orion, sedangkan metode modern menggunakan peralatan seperti kompas, theodolite, GPS, dan perangkat lunak khusus.
3. Penentuan arah kiblat sangat penting
1 of 27
Downloaded 92 times
More Related Content
Metode penentuan arah kiblat
1. METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT
Disampaikan disampaikan pada acara sosialisasi Hisab Rukyat
dan Penentuan Arah Kiblat Bidang URAIS Kantor Wilayah Kemenag RI Kalimantan
Barat, pada tanggal 14 Juni 2013 di Hotel Kartika Pontianak
Oleh :
Suhardiman
2. Qiblat
Secara etimologi, kata kiblat berasal dari bahasa
arab , yaitu salah satu bentuk masdhar dari kata
kerja
yang berarti menghadap.
Susiknan Azhari 2004
Kiblat berasal dari bahasa Arab al–qiblah yang
sama maknanya dengan al-jihah, yakni arah (yang
menunjuk ke suatu tempat). Al–qiblah berasal dari
akar kata qabala - yaqbulu yang berarti menghadap.
(Lihat Azhari, 2004, hal 33)
Al–Maknawi (w.1031 H) menyebut kiblat sebagai
3. Sedangkan secara terminologi, kata kiblat memiliki
beberapa definisi, diantaranya :
Abdul Aziz Dahlan mendefinisikan kiblat sebagai
bangunan Ka’bah atau arah yang dituju kaum
muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah.
Harun Nasution, mengartikan kiblat sebagai arah
untuk menghadap pada waktu shalat.
4. Kementrian
Agama
Republik
Indonesia
mendefinisikan kiblat sebagai suatu arah tertentu
bagi kaum muslimin untuk mengarahkan
wajahnya dalam melakukan shalat
(Harun
Nasution,
et.
al.,
Ensiklopedi
Hukum
Islam, Jakarta: Djambatan, 1992, hlm. 563).
Slamet Hambali memberikan definisi arah kiblat
yaitu arah menuju Ka’bah atau paling tidak
Masjidil Haram dengan mempertimbangkan
posisi lintang bujur Ka’bah.
5. Dengan demikian pendefinisian menghadap
ke kiblat adalah menghadap ke arah Ka’bah
atau paling tidak Masjidil Haram dengan
mempertimbangkan posisi arah dan posisi
terdekat dihitung dari daerah yang kita
kehendaki (Ahmad Izzuddin, Menentukan
Arah Kiblat Praktis, Semarang : Walisongo
Press, 2010, hlm. 4)
6. Imam Syafi’i mengklasifikasikan kiblat menjadi tiga :
1. qiblat yaqin untuk yang bisa menyaksikan
langsung ka’bah sehingga harus menghadap
langsung ke ka’bah, dalam hal ini juga biasa
disebut sebagai “Ainul Ka’bah”
2. qiblat dzan bagi manusia di lingkungan tanah
haram Makkah yang bisa menyaksikan
langsung Masjidil Haram namun tidak bisa
melihat ka’bah sehingga menghadapnya ke
Masjidil Haram atau disebut sebagai “Jihadul
Ka’bah”
3. qiblat ijtihad bagi manusia di di luar tanah
haram Makkah yang sama sekali tak bisa
menyaksikan langsung baik Masjidil Haram
maupun ka’bah sehingga menghadapnya ke
7. Arah kiblat sebagai jarak terpendek antara suatu
titik dengan kiblat, dimana koordinat kiblat yang
dimaksud selalu merujuk pada koordinat ka’bah.
Jarak terpendek tersebut tentu harus dihitung
dengan basis trigonometri segitiga bola
khususnya bagi tempat–tempat yang berjarak >
1.000 km dari Ka’bah
8. Metode Penentuan Arah Kiblat
1. Melihat benda-benda langit
a. Rasi Orion (Al-Babudur)
Rasi Orion akan berada di
langit Indonesia ketika
waktu subuh pada Juli dan
kemudian akan kelihatan
lebih awal pada bulan
Desember. Pada bulan
Maret Rasi Orion akan
berada ditengah-tengah
langit pada waktu Maghrib
9. b. Menggunakan kedudukan Bintang Al-Qutbi /
Kutub (Polaris)
Rasi Bintang ini menunjukkan arah Utara benar dari
manapun di muka bumi ini. Bintang kutub terletak
dalam buruj al-judah (Rasi Bajak / Ursa Minoris )
dan rasi ini hanya dapat dilihat oleh masyarakat di
bagian Utara katulistiwa pada tengah malam pada
bulan Juli hingga Desember setiap tahun.
10. Kemudian, bintang yang paling dekat dengan Bumi
adalah Matahari. Bayangan matahari dapat
digunakan untuk penentuan titik koordinat tempat
di permukaan bumi, penentuan utara sejati, dan
dapat pula untuk menentukan arah kiblat pada
waktu tertentu, yaitu metode rashdul kiblat dan
penentuan posisi azimuth matahari untuk
mengetahui arah kiblat dengan menggunakan
berbagai alat bantu.
11. 2. Menggunakan Alat Bantu
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kompas
Astrolabe dan Rubu’ Al-Mujayab
Busur Derajat
Theodolite dan GPS
Total Station
Segitiga Kiblat
Metode Segitiga Siku dari Bayang Matahari Setiap
Saat
h. Metode Kiblat dengan Sinar Matahari
i. Metode Mizwala
j. Rashdul Kiblat
k. Software Arah Kiblat
12. Kompas
Kompas merupakan alat
navigasi yang berupa
panah penunjuk magnetis
yang menyesuaikan
dirinya dengan medan
magnet bumi untuk
menunjukkan arah mata
angin.
13. Astrolabe dan Rubu’ Al-Mujayab
Astrolabe adalah
instrumen astronomi
zaman dahulu yang
digunakan oleh
astronom, navigator, dan
astrolog pada era klasik.
Astrolabe banyak
digunakan untuk
menentukan lokasi dan
mempreduksi posisi
matahari, bulan, planet, d
an bintang; menentukan
waktu lokal dengan
diketahui letak bujur dan
14. Rubu' Al-Mujayyab ialah sebuah alat astronomi
tradisional berbentuk sukuan yang digunakan
untuk menghitung fungsi trigonometri dan
mengukur sudut. Alat ini merupakan sebuah alat
yang disederhanakan dari astrolabe
15. Busur Derajat
Busur derajat adalah alat untuk mengukur besar
sudut yang berbentuk setengah lingkaran
membentuk sudut 180° atau bisa juga berbentuk
lingkaran (360°) alat ini tentu saja menggunakan
satuan derajat
16. Theodolite
Theodolite merupakan
instrument optik survei
yang digunakan untuk
mengukur sudut dan
arah yang dipasang
pada tripod. Hingga saat
ini, theodolite dianggap
sebagai alat yang paling
akurat diantara metodemetode yang sudah ada
Dengan bantuan penentuanposisi matahari (azimuth matahari)
pergerakan
dalam menunjukkan arah hingga satuan detik busur.
theodolite dapat
sudut
kiblat.
Alat ini dilengkapi dengan teropong yang mempunyai pembesaran
lensa yang bervariasi, juga ada sebagiannya yang sudah
menggunakan laser untuk mempermudah dalam penunjukan garis
17. Penggunaan theodolite tidak
lebas dari adanya GPS
(Global Positioning System).
GPS digunakan untuk
menampilkan data lintang
dan bujur tempat (koordinat
wilayah). Dengan
mengetahui posisi lintang
dan bujur suatu
tempat, maka langkah
selanjutnya adalah
melakukan perhitungan arah
kiblat dengan menghitung
selisih azimuth kiblat
dengan azimuth matahari
maupun dengan
menggunakan metode
18. Total
Station
Alat ini
merupakan
langkah maju
dan modernisasi
dari theodolit.
Total Station
dilengkapi
dengan piranti
Global
positioning
System (GPS)
sebagai
pemandu arah
dan posisi serta
peningkatan
19. Segitiga Kiblat
Segitiga kiblat digunakan setelah diketahui azimuth
kiblat dari suatu tempat tersebut. Cara ini digunakan
untuk memudahkan penerapan sudut kiblat
dilapangan
71,6 cm
U
B
30 cm
67° 16’ 2,18”
Arah Kiblat
S
garis U-B dengan didapat dengan cara 30cm x tan
67° 16’ 2,18” (sudut kiblat dihitung dari Utara ke
Barat) sehingga didapatkan panjang U-B yaitu 71,6
cm
20. Metode Segitiga Siku-siku dari Bayang Matahari Setiap
Saat
Metode ini merupakan metode yang ditemukan oleh
KH. Drs. Selamet Hambali, M.S.I. dalam penentuan
arah kiblat yang dapat dilakukan kapanpun dan
dimanapun, setiap saat sejak matahari terbit hingga
terbenam, kecuali pada saat matahari berdekatan
dengan titik zenith (jarak zenith kurang dari 30°).
21. Metode Kiblat dengan Sinar
Matahari
Metode ini dipopulerkan oleh
seorang ahli falak dari UIN
Jakarta, yaitu Drs. H. Nabhan
Masputra, MM. Dalam
menentukan arah kiblat dengan
menggunakan metode ini
diperlukan sebatang kayu atau
besi, segitiga siku-siku yang
besar, meteran dan benang basar
atau tali plastik.
22. Metode
Mizwala
Mizwala merupakan sebuah alat praktis yang
dibuat oleh Hendro Setyanto, M.Si. untuk
menentukan arah kiblat secara praktis
dengan menggunakan sinar matahari.
Mizwala merupakan modifikasi dari
Sundial, yang terdiri dari sebuah gnomon
(tongkat berdiri), bidang dial (bidang
lingkaran) yang memiliki ukuran sudut derajat
dan kompas kecil sebagai ancar-ancar
23. Rashdul Kiblat
Menurut Selamet
Hambali, Rashdul Kiblat
diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu rashdul kiblat lokal
dan rashdul kiblat lokal.
Rashdul kiblat lokal yang
dapat dihitung dengan
rumus, diantaranya rumus
pertama
Cotg A = Sin LT x Cotg
AQ, kemudian dihitung dengan
rumus ke dua
Cos B = Tan Dekl x Cotg LT x
Cos A = +A. setelah itu
25. ARAH BAYANG-BAYANG MATAHARI MEMBELAKANGI
ARAH KIBLAT
Prinsip : Deklinasi Matahari = Lintang tempat Mekah ( 210 25’ LU)
Terjadi pada setiap tanggal:
1. Tanggal 27 Mei
Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur)) Pukul: 12.17.52 Waktu Saudi,
di Pontianak pada saat itu Pukul: 16.17.52 WIB.
2. Tanggal 28 Mei
Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur) Pukul: 12.17.59 Waktu Saudi,
di Pontianak pada saat itu Pukul: 16.17.59 WIB.
3. Tanggal 15 Juli
Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur) Pukul: 12.26.42 Waktu Saudi,
di Pontianak pada saat itu Pukul: 16.26.42 WIB.
4. Tanggal 16 Juli
Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur) Pukul: 12.26.48 Waktu Saudi,
di Pontianak pada saat itu Pukul: 16.26.48 WIB.