BERPIKIR TENTANG KEHIDUPAN
Write to healing
KEHIDUPAN
Apa
yang menarik dari kehidupan? Pertanyaan ini muncul di pagi hari saat aku bangun
dari tidur. Entah mimpi apa aku semalam sehingga ketika bangun memunculkan
pertanyaan filosofis seperti itu. Pertanyaan yang membuatku langsung, “oh iya
ya. Apa ya yang menarik?”. Lantas, aku langsung berpikir. Termenung di atas
kasur, menggali pemikiran-pemikiranku untuk mencari jawabannya. Tapi aku belum
menemukannya. Lalu, aku mencoba bangkit dari kasur, membuka jendela kamar dan
menghirup udara pagi yang segar. Setelah itu aku keluar dan duduk di teras.
Kuambil buku psikologi karya Murray Stein. Aku membacanya beberapa lembar
sebelum akhirnya menjadi bosan dan menutup kembali buku itu. Dan aku berpikir,
bahwa sesuatu yang kita sukai, pada suatu hari nanti juga akan membuat kita
bosan karena kita sudah sangat sering melakukannya. Kita perlu hal-hal baru
dalam hidup.
Lalu
aku berpikir tentang hal-hal baru yang pernah terjadi di hidupku. Aku memiliki
hobi menggambar dan membaca sejak kecil dan tidak berubah sampai sekarang.
Tidak ada juga hobi baru, jadi tidak ada hal baru. Rutinitasku juga sama sejak
dulu. Pergi ke sekolah, ulangan harian, mengerjakan tugas, kerja kelompok,
lomba-lomba akademik, dan seterusnya. Tidak ada perubahan berarti dalam hidupku
kecuali beberapa hal kecil seperti selera genre membacaku yang mulai meningkat
menjadi karya-karya klasik yang dikaji sepanjang zaman, novel-novel filsafat,
dongeng-dongeng simbolis, pengembangan diri, dan sebagainya. Tidak lagi seperti dulu yang hanya
tentang kehidupan masa remaja dan kisah percintaan. Aku juga
berubah dalam hal memandang laki-laki. Dulu aku begitu mudah suka dengan
wajah tampan, namun sekarang ada banyak hal yang kupikirkan sebelum menyukai. Tentang ini itu yang dahulu kala belum pernah kupikirkan.
Jadi,
tentang hal baru dalam hidupku dan perubahan-perubahannya, kusimpulkan bahwa
aku tidak akan memiliki hal baru dan berubah kalau aku tidak mau untuk itu.
Hidup ini tentang pilihan-pilihan dan kesadaran akan kita yang memilih pilihan
tersebut. Aku tiba-tiba teringat tentang ibuku yang kemarin memarahiku tentang
menjadi seorang perempuan. Kata beliau, perempuan harus bisa bersih-bersih
rumah, harus pandai memasak, harus bisa banyak hal untuk menjadi bekal di masa
depan. Sebab kodrat perempuan adalah menjadi seorang istri dan ibu. Lalu aku
menjadi jengkel. Bukankah menjadi istri dan ibu itu merupakan pilihan? Aku bisa
saja hidup tanpa menikah, hidup sendirian di sebuah rumah sederhana di lereng
pegunungan, memandang pemandangan gunung yang indah sepanjang hari dengan hati
tenang. Aku bisa saja tidak punya anak, atau menikah tapi memilih untuk tidak
memiliki anak, kemudian aku dan pasanganku saling mencintai dan hanya terfokus
pada diri sendiri dan pasangan. Duduk berdua di balkon rumah, dengan teh hijau
panas dan buku.
Hidup
adalah tentang pilihan-pilihan. Terserah kita mau memilih apa dan hidup seperti
apa. Kita sudah berada di zaman modern dan sudah selayaknya pemikiran
konservatif tidak mendoktrin kita. Lalu bagaimana dengan agama? Agama masih
harus hidup sampai kapan pun. Tanpa agama manusia bisa menjadi tanpa makna.
Apakah pemikiran agama tergolong konservatif? Tergantung kita memaknainya
seperti apa. Yang aku yakini sampai sekarang, agama tidak konservatif sama
sekali. Agama merupakan suatu hal yang begitu simbolis dan agung. Contohnya
saja sujud dalam agama islam. Ketika kita bersujud, kita meletakkan hati dan
pikiran kita serendah-rendahnya, supaya kita sadar bahwa kita merupakan makhluk
lemah sehingga kesombongan yang melekat dalam diri kita menjadi lebur. Contoh
lainnya adalah upacara yang dilakukan umat hindu di Lingga Yoni. Lingga Yoni
merupakan simbol dari Dewa Siwa dan Dewi Durga yang menggambarkan tentang
penyatuan dua insan manusia sebagai awal dari kehidupan, awal dari kelahiran.
Dengan mengingat kelahiran, kurasa kita akan begitu menghargai kehidupan sebab
proses yang kita jalani dari bayi kecil tidak tahu apa-apa menjadi kita yang
sekarang begitu sangat berharga.
Ada
satu hal tentang agama yang sejak beberapa hari lalu mulai aku pikirkan, yaitu
tentang konsep surga dan neraka. Manusia berperilaku baik akan masuk surga dan
yang jahat dan berperilaku buruk akan masuk neraka. Menurutku ini sudah benar,
karena apa yang kita tanam adalah apa yang kita tuai. Akan tetapi, bagaimana
kalau kita memakai konsep Niestche dalam menjalani kehidupan? Aku tahu bahwa
Niestche merupakan seorang ateis dan sekularis yang mengatakan bahwa Tuhan
telah mati. Tapi kurasa kita bisa memakai konsepnya bahwa kita berperilaku baik
dan tidak menjadi jahat karena kita adalah manusia yang beradab, bukan
mengharapkan surga. Kita seharusnya tidak mengharapkan imbalan sama sekali
terhadap kebaikan yang telah kita lakukan. Inilah konsep ikhlas yang sejati,
yang bahkan tidak mengharapkan surga dari Tuhan. Lakukan apa saja jenis
kebaikan, apabila nanti setelah mati dan di kehidupan selanjutnya kita diberi
surga oleh Tuhan, anggap saja itu bonus dari kebaikan kita.
Tentang
kehidupan, sejak dulu aku mencoba mencari makna darinya. Apakah hidup hanya
sekedar bernapas, melakukan hal yang sepatutnya dilakukan, berjalan-jalan di
bumi sebagai bagian dari semesta? Apakah ada perbedaan antara hanya bernapas
dengan hidup? Hidup memiliki makna yang lebih dalam dari itu. Makna tersembunyi
yang seharusnya kita cari sepanjang hidup. Atau sebenarnya makna kehidupan
bukanlah kita cari melainkan kita buat? Sebab kehidupan seseorang dengan orang
lainnya tentu saja berbeda, sehingga maknanya mungkin juga berbeda. Lalu
seperti apa makna kehidupanku? Aku mulai berpikir dan berpikir. Lalu aku sampai
pada pertanyaan, apakah makna kehidupanku adalah pertanyaan-pertanyaan yang
mengusik pikiran dan jiwaku? Pertanyaan tentang banyak hal yang terus kucari
jawabannya? Lalu, apakah tujuan dari hidupku adalah menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut? Mungkin saja, sebab aku adalah orang yang selalu
menanyakan apa pun yang tidak kupahami.
Pertanyaan
membuat manusia menjadi belajar, kita tidak dapat memungkiri hal ini. Bayangkan
saja manusia tanpa pertanyaan dan rasa penasaran. Tidak ada yang menarik dalam
kehidupannya. Datar, menjalani kehidupan yang seperti bukanlah kehidupan.
Bahkan anak kecil yang bertanya “Mama, itu tulisan apa?” menjadikan anak
tersebut belajar untuk mengerti cara membaca dan mengenal tulisan. Sejatinya
hidup ini tentang pertanyaan.
Lalu,
berdasarkan pertanyaan awal “apa yang menarik dari kehidupan?” bagaimana aku
bisa menjelaskannya, ya. Banyak sekali hal yang menarik dari kehidupan ini
sebenarnya. Hari esok yang membuat kita penasaran pun dapat menjadi hal yang
menarik. Ending dari sebuah buku-buku
yang kubaca juga merupakan hal yang menarik. Teman-teman, kehidupan sekitar,
pengalaman-pengalaman baru, alam dan semesta, semuanya begitu menarik dalam
hidup. Lantas, adakah yang paling menarik yang bisa menyimpulkan semuanya?
Kurasa ada. Kurasa aku sudah menemukan jawabannya setelah berpikir ke sana ke
mari dan bingung ke sana sini. Apa yang menarik dari kehidupan? Kehidupan itu
sendiri.
Comments