Makalah Hubungan Guru Dan Murid
Makalah Hubungan Guru Dan Murid
Makalah Hubungan Guru Dan Murid
Dalam dunia pendidikan, guru memegang peranan penting dan strategis. Seorang guru diharapkan dapat berkomunikasi , pandai mengasuh dan menjadi teman belajar bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembang. Terjalinnya komunikasi antar guru dan siswa, serta siswa dengan siswa, tidak bisa dilepaskan dari cara guru tersebut menciptakan suasana belajar mengajaryang efektif. Ia harus mampu membangun motivasi siswa, melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar serta pandai menarik minat dan perhatian siswa.
Sikap profesional seorang guru dapat menumbuhkan konsep diri positif para siswa. Bila tepat aplikasinya, para siswa lambat laun menjadi manusia yang dapat memandang dirinya secara positif. Tapi kenyataan berkata lain, sikap keguruan dari calon guru dewasa ini seolah olah berkembang dengan sendirinya sebagai hasil sampingan (efek penggiring ) dari apa yang telah dipelajarinya. Akibatnya sikap keguruan para guru banyak yang belum muncul , padahal sikap merupakan salah satu unsur yang penting dalam menjalankan pengajaran.
Penguasaan kecerdasan Spiritual, emosional dan intelektual dari calon guru banyak yang salah kaprah, bahkan terkesan banyak yang menghindari penerapan ketiga komponen kecerdasan ini, akibatnya pengelolaan kelas begitu kering, tanpa makna, dan minim kreatifitas. Melihat begitu pentingnya sikap bagi seorang guru, maka judul yang kami angkat ini membahas bagaimana kita dapat mengetahui hubungan guru dengan murid dan sebaliknya. Bisa menjalankan tugas sesuai dengan kemampuan modalitas karakter kepribadian yang unik dari setiap siswanya. Mengenali lebih dekat kecerdasan emosional dan spiritual dan bagaiman melejitkannya, mengkoneksikan dan mensinergikan dalam aktivitas sehari hari.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami ingin mencuatkan hal hal yang berpedoman pada kecerdasan Spiritual , emosional dan intelektual. Ini menyiratkan bahwa makalah ini bisa jadi spesifikasinya lebih ke psikologi dan nilai nilai SEI Quetient ( kecerdasan spiritual,emotional,intelektual). Dan pasti akan membahas hal berbeda dengan dengan isi diktat Profesi pendidikan, dengan tujuan makalah ini sebagai pengayaan dalam segi Spiritual, emosional dan intelektual. Permasalahan yang diangkat akan diberikan insyaallah- solusinya. Secara garis besar pembahasan makalah ini merupakan bagian dari pengembangan sikap keprofesionalan seorang guru.
C. Tujuan Masalah Makalah ini bertujuan agar kita para calon pendidik dapat benar benar memahami fungsi dan tugas kita sebagai pendidik, dan bagaimana cara kita bersikap baik kepada siswa, maupun lingkungan luar. Selain itu, seorang calon guru dapat menjadikan makalah ini untuk men check in apakah dirinya sudah memiliki sikap yang profesional atau malah mengkoleksi sikap yang merusak, semoga ini bisa membantu anda umumnya, dan kami yang masih hijau ini khususnya.
BAB II PEMBAHASAN
Saat ini kita dihadapkan pada situasi pendidikan yang cenderung tidak menghasilkan kualitas Sumber Daya Lulusan sekolah yang dapat diandalkan. Dan hal tersebut diakibatkan banyak faktor yang kompleks, mulai dari sistem pendidikan, kurikulum, fasilitas belajar,kompetensi guru dalam mengajar dan sebagainya. Tetapi yang pertama dan paling utama, tetap berpulang kembali kepada sikap dari seorang guru dalam menjalankan tugasnya.
Ada berbagi hal yang patut disorot, yaitu : A. KONSEP DIRI , SIKAP DAN TIPE TIPE GURU
1. Konsep diri
Konsep diri (KD ) adalah sesuatu yang dijadikan pegangan hidup seseorang, bisa jadi konsepnya itu berbentuk motto hidup atau mengidolakan seseorang, tentunya kita sebagai umat islam seharusnya mengidolakan sosok rasulullah sebagai uswatun hasanah.
Bagi seorang guru, kita harus dapat membangun KD yang positif, karena bila yang muncul dikemudian hari malah KD Negatif, maka ini akan berimbas pada diri si guru dan anak didiknya. Menurut Clara R.Pudji Jogyanti (1988) individu yang memiliki KD negatif akan menunjukkan kecemasan yang tinggi, perasa, menolak diri, merasa tak berharga dan sulit berhubungan dengan orang lain. Seorang individu yang mempunyai KD negatif , secara umum menunjukkan penyesuaian emosi dan sosial yang buruk. Hal ini menimbukan asumsi bahwa cukup masuk akal apabila seorang guru memiliki KD negatif akan mengalami kesulitan emosi dan sosial dalam melaksanakan pengajaran1.
Untuk membuat KD kita menjadi positif, pada awalnya kita ingat bahwa ALLAH SWT dalam surah attin: Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .jadi kita adalah mahluk yang sangat sempurna. Tetapi penciptaan Allah ini masih berupa potensi, ibarat suatu barang yang belum diolah menjadi sesuatu yang lebih ekonomis dan bermanfaat, maka acapkali potensi kita tidak tergali dengan baik.
Untuk memiliki sikap yang baik dihadapan anak didiknya, seorang guru perlu mengembangkan 3 potensi dirinya, yaitu : 1. mental (ruhiyah ) Menjadi seorang guru harus senantiasa disertai dengan komitmen yang tinggi, perlu diingat setiap perbuatan tergantung pada niatnya, begitu pula dalam mendidik, kita harus selalu ikhlas.
2. akal (aqliyah) Mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang muslim Belajar itu mulai dari buaian ibumu, hingga ke liang lahat. Jadi seorang guru harus berparadigma pembelajaran dan terus menigkatkan diri. Ada beberapa wawasan yang penting untuk kita kuasai, yaitu : Wawasan secara materi Wawasan lingkungan Wawasan pada anak didik
3. Fisik (jasadiyah)
2. Sikap
Sikap merupakan sesuatu yang menampilkan karakter unik dan kecenderungan kepribadian seseorang.
Untuk mengetahui sikap seseorang, bisa diibaratkan pada sebuah teko. teko hanya mengeluarkan isi teko itu, bila isinya air teh maka yang keluar air teh, lain lagi kalau yang di dalam teko berisi kopi, tentunya yang keluar adalah kopi. Jadi sikap seseorang bisa dilihat dari kata katanya, bila kata katanya kasar biasanya sikapnya juga kasar, sebaliknya bila kata katanya sopan biasanya sikapnya juga sopan. Sikap seorang guru dalam mendidik ternyata sangat memberi pengaruh dalam sukses atau tidaknya pembelajaran, perlu diingat disini sukses bukanlah tujuan, succes is just not a destination, tetapi sukses adalah sebuah proses sampai kita masuk ke syurga ALLAH SWT.Guru yang sukses adalah guru yang pembelajarannya hari ini lebih baik dari kemarin. 3. Tipe tipe guru
Ada empat tipe sikap dari seorang guru, yaitu : 1. guru yang apa adanya guru yang apa adanya, ia tidak mau keluar dari keterpurukan, sebagai contoh pada diri seorang guru, ia berpendapat bahwa saya tidak mungkin menjadi guru yang sukses, yang diidolakan siswanya. Ia lebih memilih tetap pada kondisi dimana ia masih terpuruk dalam pemikiran yang sempit. 2. Guru yang ada ada saja Guru yang ada ada saja, ia tahu harus menggunakan metode yang terkini untuk memaksimalkan potensi siswanya, tetapi ia malah menggunakan metode lama yang tidak lagi layak dijadikan acuan. 3. Guru yang mengada -ada Tipe seperti ini, guru tersebut sudah tau ia memiliki potensi yang luar biasa, yang bisa mengantarkannya pada tataran kehidupan yang layak, tapi ia tidak mau meraihnya, ia malah menjauhi keyakinan bahwa ia berpotensi melejitkan multiple inteligence nya. 4. Guru yang lebih dari adanya Guru yang lebih dari adanya ini memiliki dua ciri,yaitu :
a. Kedatangannya dinanti siswanya, banyak fakta dilapangan betapa seorang guru yang tidak datang disambut gembira oleh siswanya, menyedihkan memang. b. Kalau dia pergi orang merasa kehilangan. Seorang gurupun harusnya ia memberi guratan makna bahwa ia pernah ada di dunia ini, caranya tentu mengajar dengan profesional yang salah satunya memerlukan sikap yang positif ,konstruktif dan solutif.
Modalitas adalah bagaimana seseorang menyerap informasi saat berkomunikasi ataupun belajar.manusia menyerap informasi dari panca inderanya dengan kecenderungan tertentu. Terdapat tiga kecenderungan modalitas yang dimiliki setiap manusia.
a. Visual Sikap orang visual lebih respect pada informasi yang datang melalui indera penglihatan sehingga akan cenderung memerlukan tujuan dan gambaran penuh. b. auditorial Sikap orang auditorial lebih mudah merespon dan mengingat info yang datang melalui indera pendengaran, seperti lewat mendengar kaset. c. Kinestetik Sikap orang kinestetik lebih cenderung menerima informasi lewat indera peraba, mereka belajar dari tindakan dan pengalaman (learning by doing).
C. SIKAP
GURU
DALAM
MENCIPTAKAN
SUASANA
BELAJAR
Sikap Guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif perlu untuk diperbaiki terus menerus, banyak cara untuk hal ini, yaitu :
Menciptakan persaingan guru harus tetap menjaga sasana persaingan dalam batas yang wajar dan normal, yaitu persaingan yang didalam dapat memacu motivasi belajar, tetapi tidak menimbulkan hal hal yang destruktif. Memberi kesempatan untuk berhasil Keberhasilan akan menimbulkan rasa puas, senag dan membangkitkan percaya diri, oleh sebab itu, guru harus bersikap memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada siswa, tentu saja kesempatan yang diberikan harus ditopang oleh bimbingan guru. Menghargai siswa Manusia cenderung termotivasi untuk melakukan sesuatu apabila dihargai, demikian pula dengan siswa.apabila seorang guru dapat menghargai siswa sebagai sosok yang memiliki segudang potensi dan kelebihan, niscaya ia akan termotivasi dalam belajar.
D. SIKAP
GURU
YANG
DAPAT
MENGHAMBAT
EFEKTIFITAS
BELAJAR
Bagi seorang guru, sikap memegang peranan sangat penting. Mengapa ? sebab, para siswa tidak saja belajar dari apa yang dikatakan guru, tetapi mereka juga belajar dari totalitas sikap gurunya, tepatlah pribahasa Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Meskipun hal ini disadari guru, namun dalam praktiknyamasih saja ditemukan guru yang menampilkan sikap yang tidak efektif.
Beberapa ciri berikut adalah sikap yang menghambat tercapainya pengajaran yang berkualitas. 1. sering meninggalkan kelas 2. kurang persiapan dalam pembelajaran 3. pilih kasih terhadap siswa 4. menyuruh siswa menulis di papan tulis 5. tidak disiplin 6. kurang memperhatikan siswa 7. materialistis
Sebuah kendaraan yang memberikan kontribusi untuk siswa belajar optimal adalah kemampuan untuk mengembangkan hubungan yang tepat dengan siswa, hubungan yang menjadi motivator bagi mereka yang terlibat dalam pengalaman pembelajaran. Hubungan Pengajaran melibatkan penggabungan dari sejumlah teknik yang dirancang untuk memungkinkan guru dengan kepribadian yang berbeda, gaya pengajaran bervariasi, dan mereka yang mengajar di bidang yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan hubungan manusia yang dapat mengarah pada upaya peningkatan dan partisipasi siswa2.
Hubungan guru-murid yang telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang signifikan terhadap sekolah secara keseluruhan dan penyesuaian perilaku (Baker, Terry, Bridger, & Winsor, 1997). Pianta, Steinberg dan Rollins (1995) menemukan bahwa positif hubungan guru-murid, yang didefinisikan sebagai "hangat, dekat, komunikatif," terkait dengan kompetensi perilaku dan penyesuaian sekolah yang lebih baik. peneliti lain menemukan bahwa konflik dan ketergantungan hubungan guru-murid yang terkait dengan hasil yang tidak menguntungkan seperti sekolah sikap negatif, menghindari sekolah (Birch & Ladd, 1997) dan agresi bermusuhan (Howes, Hamilton, & Matheson, 1994). sastra Ketahanan lebih lanjut menunjukkan bahwa ketika tidak ada hubungan emosional ke pengasuh di rumah, sekolah mendukung pengalaman memainkan peran penting dalam adaptasi siswa. Lebih khusus, guru-guru yang "memberikan dukungan emosional kompetensi pahala, dan meningkatkan harga diri" yang dianggap sebagai salah satu faktor yang mengurangi kerentanan siswa berisiko tinggi sebagai respons terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang penuh stres (Werner, 1990).
Karena hubungan guru-murid yang memiliki pengaruh signifikan terhadap berbagai hasil, penyelidikan mengenai bagaimana hubungan yang berbentuk dan apa yang menentukan kualitas hubungan-hubungan yang penting bagi upaya intervensi untuk mendorong pengasuhan, hubungan yang hangat antara guru dan siswa.
2
Sejauh ini, sejumlah karakteristik siswa telah dikaitkan dengan hubungan gurumurid. Sebagai contoh, keterampilan sosial siswa dan skor rendah internalisasi positif berkaitan dengan hangat, hubungan terbuka dengan guru-guru TK (Pianta & Steinberg, 1992). Siswa masalah ''perilaku seperti kurangnya perhatian, internalisasi, dan masalah perilaku menjadi negatif berkorelasi dengan kualitas hubungan guru-murid (Pianta & Nimetz, 1991). Selain itu, mengganggu, agresif, mahasiswa sangat tahan menantang untuk banyak guru. Mereka sering dicatat sebagai sumber penting dari guru stres (Boyle, Borg, Falzon, & Baglioni, 1995). Guru interaksi dengan para siswa ini cenderung kritis dan menghukum di alam (Coie & Koeppl, 1990), dan sering ditandai dengan konflik tinggi dan kehangatan rendah (Itskowitz, Navon, & Strauss, 1988). Meskipun hukuman yang berikut ini perilaku bermasalah siswa mungkin diperlukan untuk mengurangi kemungkinan perilaku buruk di masa depan, paparan mahasiswa berkali-kali hukuman, terutama karena tidak adanya perhatian yang positif dari guru, lebih mungkin untuk mengabadikan rasa keterasingan dari guru dan sekolah , yang pada gilirannya menyebabkan kemarahan intensif dan menantang (Baker 1999; Van Acker, Grant, & Henry, 1996).
Dalam melaksanakan proses pemelajaran, kita mingkin pernah menemukan kebiasaan baik yang dilakukan secara konsisten dan sangat mendukung terhadap efektifitas pemelajaran. Kebiasaan baik ini tidak sama pada setiap guru,maka pelu diberi gambaran agar terlihat lebih konkrit kebiasaan baiknya itu seperti apa. Kebiasaan baik itu adalah :
a. Saat memasuki dan meninggalkan ruang kelas Usahakan ketika masuk dan meninggalkan kelas dalam kondisi yang tertib, rapi dan bersih. Ketika pulang, dahulukan siswa terlebih dahulu sambil
mengawasinya, setelah siswa semua keluar, barulah guru keluar kelas. Cara ini sangat mendukung terciptanya ketertiban kelas.
b. Suka membagi fase pemelajaran Ada tiga fase pemelajaran, yaitu fase konsep, fase pemantapan konsep dan fase evaluasi. Untuk menanggulangi kebosanan, guru ada baiknya menerapkan metode dan media yang bervariasi, cara ini akan membuat siswa bergairah dan tidak merasa lelah. c. Berupaya menghapal nama siswa tak kenal maka tak sayang, karena siswa yang dikenali namanya, kelebihan dan kekurangannya akan cenderung mudah dikendalikan, mereka merasa lebih diperhatikan, dihargai dan diakui eksistensinya. d. Suka memberikan bantuan secara individual Bantuan secara individual dilakukan secara hangat, sangat mendorong siswa merasa diakui, ditolong, dihargai dan diperhatikan. e. Suka memberi nasehat Memberi nasehat adalah kebiasaan baik seorang pendidik, yang mengajak siswanya untuk melakukan kebaikan yang benar.nasihat yang diberikan bisa berupa pesan moral atau akhlak, masalah kepribadian, hubungan sosial dan kehidupan. f. Memberikan kesempatan berdialog atau berkonsultasi Dalam menjalankan kebiasaan ini, hendaknya guru dapat menjadi orang yang dapat dipercayai oleh siswa, pandai menjaga rahasia, hangat, dan menghormati mereka. Untuk hal ini guru harus ingat orang yang sulit menerima orang lain, akan sulit diterima orang lain juga. g. Tepat waktu Kedisiplinan dalam waktu merupakan sikap positif yang akan menular pada siswa bila dijalankan dengan keikhlasan oleh sang guru. Datang, istirahat, dan pulang tepat pada waktunya. Tidak menggeser jam pelajaran karena kepentingan kepentingan lainnya yang dilakukan tanpa kompromi dengan seluruh siswa. h. Berfikir pro-aktif Sikap ini menunjukkan bahwa yang terbaik adalah pemikiran yang berorientasi pada peluang/ solusi, bukan pada kesulitan. Bukankah khoirunnas anfa uhum linnas (sebaik baik manusia adalah yang paling banyak berbuat kebaikan pada
10
yang lain), jadi seorang guru bila dihadapkan dengan masalah, maka ia akan segera berjuang keras untuk mencari solusi yang terbaik dan segera mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah itu. i. Pandai membuat dan menentukan skala prioritas Sikap yang baik adalah bertindak dengan skala prioritas. Ia tidak asal bertindak, tindakannnya selau diarahkan pada tujuan tujuan yang jelas dan mulia. Bagi seorang guru prioritasnya adalah masa depan murid muridnya. j. Berfikir menang menang (win win solution) Guru tidak membiatrkan dirinya dirugikan tapi ia pun tidak mau dirugikan orang lain. Dalam situasi sesulit apapun , guru harus selalu menjunjung hubungan win win . k. selalu belajar sepanjang hayat Sikap yang baik bagi seorang guru adalah selalu belajar dan belajar dari siapa saja, ia sadari bahwa gergaji akan tetap tajam bila terus diasah. Yang bahaya, guru berhenti belajar, berarti ia memutuskan diri mundur dari gelanggang kesuksesan.
Kepribadian seorang guru turut memegang peranan yang penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar dan mengajar. Ada sikap positif dari guru yang dapat dijadikan gambaran , yaitu : a. memiliki stabilitas emosi b. percaya diri (optimis) c. memiliki kesabaran d. sederhana e. tahu batas f. adil g. realistis h. humoris i. berpenampilan tenang
11
j. antusias (bersemangat) k. menghargai peserta didik l. selalu mawas diri m. berpikir positif n. disiplin o. bertanggung jawab p. berwibawa q. perhatian terhadap siswa r. selalu belajar s. membangun citra diri sehat para siswanya t. berpenampilan baik
Kepercayaan adalah unsur paling penting yang harus ada dalam hubungan murid dengan guru. Jika murid tidak memiliki kepercayaan yang bulat dan mendalam kepada gurunya, maka sebaik apa pun kemampuan guru menguasai materi, tak akan berpengaruh banyak pada keberhasilan pendidikan. Murid mungkin menguasai mata pelajaran dengan baik, tetapi ia tidak berhasil membangun jiwanya. Kualitas pribadinya tidak berkembang dan ketaatannya pada nilai-nilai yang dibangun oleh guru hanya berlaku selama guru tersebut masih memiliki kepribadian.
Agar anak-anak yang mewarisi masa depan ini mampu menjadi pemimpin yang mendasarkan pada kebenaran, bertumpu pada al-Quran dan as-Sunnah dengan kepercayaan yang mutlak, mereka harus memperoleh pengalaman pendidikan yang di dalamnya terdapat iklim kepercayaan yang kuat terhadap guru. Mereka kita siapkan dalam lingkungan yang memiliki penghormatan dan adab yang tinggi terhadap guru. Menancapnya kepercayaan yang kuat dalam dada setiap murid bukan sekadar siswa akan melahirkan dorongan untuk melihat, mendengar, meniru, dan menghayati setiap tutur dan perilaku guru. Mereka memiliki sikap positif terhadap guru,
12
mencintainya dan menjadikannya sebagai figur teladan. Jika guru mengembangkan hubungan yang hangat dan empatik, maka para murid akan mengarahkan diri mereka masing-masing untuk siap memerhatikan dan mematuhi setiap yang mereka dengar dari gurunya.
Itu berarti, sekiranya guru tidak memiliki keterampilan mengajar yang memadai, sementara kualitas pribadi sebagai figur yang layak diteladani dan dipercaya mampu menjalin kedekatan emosi dengan murid, maka proses pembelajaran dan pendidikan akan tetap berlangsung efektif. Kata-kata guru akan tetap berpengaruh kuat pada diri murid meski suara mereka lemah dan cara penyampaiannya tidak atraktif. Artinya, mengajar (talim) sebagai proses transfer ilmu hanya bagian permukaan dari keseluruhan kegiatan mendidik di sekolah.
Jika ini terjadi, insya Allah, guru mampu mengelola para muridnya di kelas secara mandiri dan efektif. Tidak perlu dua orang guru untuk mengelola satu kelas yang terdiri dari 40-50 orang murid di dalamnya, sekalipun untuk SD kelas bawah.
Apa jumlah murid sebanyak itu tidak menciptakan keributan? Jawabnya sederhana. Jika kelas tidak efektif, 24 murid dengan 2 guru sekalipun tetap menghasilkan kegaduhan. Sebaliknya kelas besar yang efektif akan menciptakan iklim pembelajaran yang sangat kondusif dan dinamis. Chua Chu Kang, sebuah sekolah dasar di Singapura menerapkan pembelajaran kelas besar dan hasilnya luar biasa, baik dari segi karakter maupun kompetensi.
Artinya, bukan rasio guru-murid yang menjadi faktor penentu utama keberhasilan kelas. Rasio guru-murid 1:10 tidak menunjukkan kualitas apa pun bagi sebuah sekolah jika guru tidak memiliki kelayakan dipercaya (trustworthiness) yang tinggi dan kualitas hubungan yang hangat. Sama seperti laboratorium bahasa atau komputer, kehadirannya tidak serta merta menjadikan sekolah memiliki kualifikasi tinggi jika perubahan fisik tidak disertai dengan perubahan paradigma dan cara berpikir.
13
Itu sebabnya, perlu kerjasama yang baik antara guru dan orangtua agar setiap murid memiliki tingkat kepercayaan (trust) tinggi pada guru. Sebagaimana murid, para orangtua juga harus menjalani, menghormati dan menjaga adab sebagai orangtua murid terhadap guru selaku murabbir ruh (pendidik dan penata jiwa) serta sekolah sebagai lembaga yang menyiapkan para murid untuk menjadi orang yang berilmu, gemar mencari ilmu, suka beramal shalih dan memiliki rasa tanggung-jawab untuk senantiasa mengingatkan saudaranya agar menetapi kebenaran. Apa pun yang dilakukan oleh guru dan sekolah, orangtua tidak boleh protes dan menunjukkan celaan di hadapan anaknya. Sebaliknya, orangtua justru harus menjadi penengah yang membantu anak memahami guru dan sekolah, atau memberi perspektif positif pada diri anak dalam memandang guru maupun sekolah.
Ini bukan berarti tak ada jalan bagi orangtua untuk memperbaiki dan bahkan mengoreksi guru secara total jika memang harus terjadi. Tetapi upaya untuk mengingatkan, menasihati dan memperbaiki guru maupun sekolah harus dilakukan dengan cara yang santun, menjaga kredibilitas guru dan sekolah, serta memerhatikan waktu dan tempat yang tepat. Dalam hal ini, sekolah bisa memfasilitasi dengan menyediakan forum dan sarana bagi orangtua untuk menyampaikan kritik, teguran dan masukan.
Jika orangtua harus menjaga tingkat kepercayaan anak terhadap guru, maka guru pun memiliki tugas untuk menumbuhkan kecintaan, kepercayaan, ketaatan dan penghormatan terhadap orangtua pada diri setiap murid. Upaya ini, insya Allah, jauh lebih efektif dibanding jika masing-masing menyibukkan diri untuk mengingatkan murid agar menghormati diri. Perintah guru agar anak menghormati orangtua jauh lebih didengar daripada perintah untuk menghormati guru itu sendiri. Begitu pula sebaliknya, iklim penghormatan terhadap guru yang berkembang di rumah lebih mudah membangkitkan kepercayaan dan ketaatan. Wallahu alam bish-shawab.
Menghargai, menyambut dengan hangat ujaran dan nasihat, bergairah dan menghormati gagasan dan pendapat guru merupakan pilar kedua keberhasilan
14
pendidikan di sekolah. Kita lebih mudah menerima, menyerap, mencerna, dan memahami apa yang diajarkan kepada kita apabila ada rasa hormat yang amat dalam pada diri kita terhadap sang pengajar, yakni guru.
Itu berarti, sebelum berbincang tentang kompetensi guru atas materi yang diajarkan serta keterampilan dalam mengajarkan di kelas, kita harus lebih dulu membangun sikap hormat pada setiap diri murid. Jika iklim penghormatan terhadap guru muncul, insya Allah, akan mudah bagi sekolah untuk menumbuhkan dua iklim berikutnya, yakni motivasi dan belajar. Artinya, motivasi sudah merupakan bagian dari iklim sekolah. Bukan hanya kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu.
Tumbuhnya iklim penghormatan (climate of respect) di sekolah menjadikan pembelajaran di kelas maupun luar kelas sebagai proses yang menyenangkan. Ada keinginan yang kuat pada diri murid untuk secara terus menerus menemukan pengalaman belajar. Mereka juga belajar membangun kompetensi personal berupa kemampuan menghargai diri, menilai diri, mengendalikan diri, serta menghargai orang lain. Jika suasana ini berkembang secara berkesinambungan, maka setiap murid dapat menjadi penguat bagi murid lain. Di sinilah gairah belajar yang sesungguhnya akan tercipta. Di sinilah pembelajaran yang mandiri akan terbangun. Pada tingkat ini, keterampilan mengajar yang kurang memadai menjadi tidak terlalu mengganggu. Tentu saja bukan berarti guru boleh mengabaikan aspek ini. Justru sebaliknya, guru harus terus- menerus mengembangkan kemampuan mengajar agar lebih komunikatif. Ingat, salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah tabligh (komunikatif) .
Aspek yang sangat menentukan bagi tumbuhnya sikap respect murid terhadap guru adalah kepercayaan yang bulat. Ini berarti, menumbuhkan rasa hormat murid terhadap guru harus berbarengan dengan upaya membangun kepercayaan. Secara terus menerus kita perlu membangun dan menjaganya, meski guru tersebut sudah tidak lagi mengajar anak-anak kita.
15
Terakhir, adalah ikatan emosi antara murid dan guru. Ruang kelas yang bisa kita sediakan bagi murid-murid kita mungkin tak begitu nyaman. Tapi bila terdapat hubungan emosi yang sangat hangat dan kuat, maka apa pun bentuk ruangan kelasnya, pembelajaran akan senantiasa terasa menyenangkan.
16
Dari makalah yang kami sampaikan ini, kami mengambil kesimpulan yang menyiratkan seorang guru yang memiliki sikap yang profesional. Walaupun kami lebih fokus pada hubungan guru dan muridnya, aspek lainnya tetap terhubung dan saling melengkapi. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah :
Bahwasanya seorang guru yang memiliki sikap yang profesional adalah guru yang menjadi idola bagi orang disekelilingnya, ia menajdi guru yang dapat menyelaraskan kata dan perbuatan. Seorang sosok guru yang profesional adalah guru yang pembelajar, yang memahami keunikan siswanya dan membimbing anak tersebut untuk mecapai keoptimalan potensinya. Guru profesional adalah guru yang dapat menyeimbangkan kecerdasan spiritual, emosional dan intelektualnya, semua tersinergi dan terkoneksi dalam dirinya.
B. SARAN
Saran yang dapat kami utarakan adalah, segeralah menjadi guru yang keberadaannya itu berarti. Keberadaannya dinantikan , kepergiannya dirindukan. Segeralah mengenali diri, karena orang yang mengenal dirinya pasti mengenal tuhannya.
Mulailah dari perubahan positif terkecil lalu bergerak ke perubahan positif yang besar. Mulailah dari diri sendiri, kembangkan potensi diri dan motivasilah diri selalu. Mulailah dari sekarang, mulai dari hari ini, jam ini, detik ini, camkan diri anda adalah guru yang menjadi idola dan powerfull.
17
Daftar Pustaka
Sukadi.2007. guru powerfull guru masa depan.Bandung.Kolbu
Ramly.A.T.2006.Menjadi guru idola.Bekasi.Pustaka Inti Al-Qarni,Aidh, 2004, La Tahzan, jangan bersedih.Jakarta. Qisthi Press
Rahardjo, sekti & Susanti, Rina, 2007, FUN TAC TICS.Bandung.Syaamil Teens
Kusnadi, Ateng, 2004, bangkitkan Ruh Jihad, Jakarta. P.T. Rekayasa Teknologi Canggih
18