Destilasi Uap 6a PDF
Destilasi Uap 6a PDF
Destilasi Uap 6a PDF
KIMIA FISIKA
Percobaan : DESTILASI UAP
Kelompok : VI A
Nama :
1. Aristania Nila Wagiswari NRP. 2313 030 005
2. Revani Nuriawati NRP. 2313 030 019
3. M. Fikri Dzulkarnain Rimosan NRP. 2313 030 037
4. Rio Sanjaya NRP. 2313 030 065
5. Nur Annisa Oktaviana NRP. 2313 030 089
Tanggal Percobaan : 2 Desember 2013
Tanggal Penyerahan : 9 Desember 2013
Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T.
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
i
ABSTRAK
Tujuan dari percobaan destilasi uap ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari uap
terhadap titik didih dan juga untuk menghitung densitas dari minyak temulawak.
Dalam proses destilasi minyak temulawak ini langkah pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan semua peralatan dan bahan. Kemudian memastikan perangkat destilasi uap terpasang
dengan baik. mengisi labu distilat dengan 350 gram temulawak yang telah di potong kecil-kecil.
Selanjutnya mengisi boiler dengan air secukupnya, kemudian menyalakan kompor. Menutup valve
yang ada pada boiler saat uap pada panci sudah mengepul. Mencatat suhu, tekanan, dan waktu
ketika destilat pertama kali menetes. Menyalakan stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu
distilasi uap dan hitung dalam kurun waktu selama 90 menit. Mengukur (T) dan tekanan (P) yang ada
pada labu destilat. Mengamati volume hasil destilasi yang ada pada labu erlenmeyer, sebelum penuh
harus diganti dengan labu erlenmeyer yang lain. Mengambil minyak temulawak dengan cara
menyedot hasil destilasi dengan pipet tetes. Selanjutnya untuk menghitung densitas dari minyak
temulawak, langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang botol yang akan diisi minyak
temulawak pada keadaan kosong terlebih dahulu. Lalu memasukkan minyak temulawak pada botol
berukuran 10 ml. Menimbang kedua botol yang berisi minyak temulawak. Menghitung berat (massa)
minyak temulawak dengan mencari selisih antara berat botol yang telah terisi dengan berat botol
yang kosong. Kemudian prosedur untuk mendapatkan densitas dari minyak temulawak adalah hasil
pembagian dari berat (m) dari minyak temulawak dengan volume (v) minyak temulawak.
Dari percobaan destilasi uap titik didih uap yang diperoleh pada proses destilasi uap yang
kami lakukan hanya sampai 97
o
C pada tekanan 60 mBar. Sehingga minyak temulawak yang
dihasilkan tidak dapat naik, melainkan tertahan di labu destilat. Pada proses destilasi ini, sebesar 350
gram potongan temulawak dapat menghasilkan 1,8 ml minyak kemiri setelah kami mencoba proses
pemisahan yang lain yaitu dengan cara pressing lalu disaring (ekstraksi). Setelah dilakukan proses
perhitungan dengan membagi massa minyak temulawak dengan volume minyak temulawak, maka
didapatkan densitas minyak temulawak sebesar 0,833 gr/ml namun dalam literatur yang ada densitas
seharusnya yang diperoleh pada minyak temulawak berkisar pada angka 0,9145 gr/ml. Sehingga dari
percobaan destilasi uap ini dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh titik didih untuk
menghasilkan minyak temulawak. Minyak temulawak hanya dapat dihasilkan pada proses destilasi
uap yang lebih kompleks.
Kata kunci: destilasi, minyak temulawak, titik didih, temulawak, densitas minyak
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ..................................................................................................... I-1
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ I-2
I.3 Tujuan Percobaan ................................................................................................. I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ......................................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ............................................................................................ III-1
III.2 Bahan yang Digunakan ...................................................................................... III-1
III.3 Alat yang Digunakan ......................................................................................... III-1
III.4 Prosedur Percobaan ........................................................................................... III-2
III.5 Diagram Alir Percobaan .................................................................................... III-3
III.6 Gambar Alat Percobaan ..................................................................................... III-6
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ................................................................................................. IV-1
IV.2 Pembahasan ....................................................................................................... IV-2
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................... V-1
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... vi
DAFTAR NOTASI ............................................................................................................. vii
APPENDIKS....................................................................................................................... viii
LAMPIRAN
- Laporan Sementara
- Fotokopi Literatur
- Lembar Revisi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Perangkat destilasi sederhana ..................................................................... II-10
Gambar II.2 Sistem Destilasi Bertingkat ......................................................................... II-11
Gambar II.3 Perangkat Destilasi Vakum ......................................................................... II-14
Gambar II.4 Perangkat Destilasi Refluks atau Destilasi Destruksi dalam Industri ......... II-15
Gambar II.5 Perangkat Destilasi Uap .............................................................................. II-16
Gambar III.6 Gambar Alat................................................................................................ III-6
iv
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Fraksi Hidrokarbon yang Diperoleh dari Destilasi Bertingkat .................... IV-12
Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Destlasi Uap Minyak Temulawak .................................... IV-1
Tabel IV.1.2 Waktu, Tekanan, dan Suhu Ketika Destilat Pertama Mengalir................... IV-1
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik II.1 Grafik Azeotrop pada Sistem Destilasi ............................................................. II-11
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Destilasi adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap atau volatilitas bahan. Dalam destilasi, campuran zat
dididihkan hingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan
pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik
didihnya. Salah satu contoh proses destilasi adalah destilasi uap yang telah kami
praktikkan pada saat praktikum kimia fisika, dimana jenis destilasi ini memiliki fungsi
untuk memurnikan zat yang memiliki titik didih tinggi. Rendemen merupakan
perbandingan jumlah (kuantitas) minyak yang dihasilkan dari minyak yang dihasilkan
dari ekstraksi tanaman aromatik. Adapun satuan yang digunakan adalah persen (%).
Semakin tinggi nilai rendemen menunjukkan bahwa minyak atsiri yang dihasilkan
semakin baik. Berdasarkan literatur temulawak memiliki kandungan minyak atsiri (6,8-
8%). Pada suhu yang tinggi komponen-komponen dalam minyak atsiri mengalami
kerusakan, berubah menjadi senyawa-senyawa lain yang memiliki efek sampingan
penambah nafsu makan. Perubahan tersebut dimanfaatkan oleh dunia Industri sebagai
obat untuk orang yang mempunyai nafsu makan rendah.
Mempelajari proses destilasi uap bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan
yang kita miliki. Selain itu kita juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari jika kita membutuhkan minyak atsiri dari suatu bahan. Dan kita juga dapat
mengaplikasikan ilmunya sebagai peluang usaha.
Aplikasi destilasi dalam bidang industri dapat ditemui dalam proses pengolahan
minyak bumi. Destilasi digunakan dalam proses pemisahan minyak mentah menjadi
bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti transportasi, pembangkit listrik,
pemanas, dan lainnya. Udara didestilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen
untuk penggunaan medisdan helium untuk pengisian balon. Destilasi juga telah lama
digunakan untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil
fermentasi untuk menghasilkan minuman suling.
I-2
Bab I Pendahuluan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh uap terhadap titik didih dalam percobaan destilasi uap dengan
bahan temulawak?
2. Bagaimana cara menghitung dan mengetahui densitas minyak temulawak sebagai hasil
dari destilasi uap temulawak?
I.3 Tujuan Percobaan
1. Mempelajari dan mengetahui pengaruh uap terhadap titik didih dalam percobaan
destilasi uap dengan bahan temulawak.
2. Menghitung dan mengetahui densitas minyak temulawak sebagai hasil dari destilasi
uap temulawak.
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Pengertian Pemurnian
Pemurnian adalah suatu pekerjaan pengolahan atau pengilangan untuk
memurnikan atau meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral
berharga dan yang tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga
tersebut (dapat dilakukan dengan cara kimia) (Anonim, 2012).
Pemurnian digunakan untuk memisahkan zat tertentu dari pengaruh zat lain yang
mengotorinya untuk menjadi keadaan murni. Campuran suatu larutan dapat dipisahkan
melalui cara-cara fisis pemurnian didasarkan pada perbedaan ukuran partikel sifat titik
didih, titik beku, daya larutan dandaya serap komponen campuran. Jarang sekali
ditemukan suatu reaksi organik yang dapat memberikan hasil yang murni, yaitu suatu
senyawa yang antara lain adalah hasil sampingan bahan baku yang tidak larut atau ikut
bereaksi yang berfungsi sebagai pelarut dan katalisator dalam suatu reaksi untuk
menghasilkan senyawa yang dimaksud maka diperlukan pemisahan dan pemurnian. Oleh
karena itu apabila kita menginginkan suatu hasil yang murni, maka perlu diadakan atau
dilakukan suatu proses pemurnian (Dwityatama, 2012).
Kebutuhan bahan kimia dari kedua kemurnian tinggi dan kemurnian didirikan
besar, dan meluas ke semua cabang ilmu. Biro Nasional standar AS telah aktif di bidang
ini dan sekarang memasok beberapa bahan kemurnian tinggi dan menyediakan layanan
lainnya seperti standar kemurnian dan deskripsi metode pemurnian. Diharapkan bahwa
layanan ini akan diperluas. Banyak perusahaan kimia menyediakan bahan kimia
kemurnian ditentukan. Tingkat kemurnian tergantung pada material yang akan diselidiki,
penggunaan yang harus terbuat dari itu dan sifat dari kotoran. Substansi kimia meliputi
kelas-kelas yang berbeda yaitu:
Elemen, termasuk isotop yang dipilih.
Senyawa Organik, termasuk hidrokarbon dan turunannya seperti alkohol.
Materi non-organik, termasuk halida, oksida, asam, dan garam.
Kristal tunggal.
(Daniels, 1949)
II-2
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Ternik pemisahan atau pemurnian dari suatu zat yang telah tercemar atau
mengalami percampuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
1. Absorbsi
absorbsi atau penyerapan dalam kimia adalah suatu fenomena fisik atau kimiawi
merupakan suatu proses sewaktu atom molekul atau ion memasuki suatu fase limbak
(bulk) lain yang bisa berupa gas, cairan, ataupun padatan. Proses ini berbeda dengan
adsorpsi karena pengikatan molekul dilakukan melalui volume dan bukan permukaan.
Absorpsi merupakan suatu proses transfer massa yang penting dalam dunia industri.
Absorpsi adalah proses perpindahan massa zat-zat yang terlarut dalam fase gaske fase
cair. Proses perpindahan massa terjadi karena adanya driving force yang berupa beda
konsentrasi zat terlarut antar fase, dimana konsebtrasi zat terlarut dalam gas lebih
besar daripada konsentrasi dalam fase cair pada kondisi seimbangnya (Chintya, 2013).
2. Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun
gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap, adsorben) dan akhirnya
membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap, adsorbat) pada permukaannya
(Wikipedia, 2013).
Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya
dengan membentuk suatu larutan. Meskipun adsorpsi telah digunakan sebagai proses
kimia fisik selama bertahun-tahun, namun hanya selama empat dekade terakhir ini
proses adsorpsi baru dikembangkan ke tahap teknik pemisahan industri utama. Pada
adsorpsi , molekul mendistribusikan sendiri antara dua fase, salah satunya solid
sementara yang lain mungkin cairan atau gas. Satu-satunya pengecualian pada
adsorpsi terdapat pada busa, topik yang tidak dianggap pada bagian ini. Adsorpsi tidak
sama halnya dengan penyerapan dimana molekul zat terlarut berdifusi dari sebagian
besar fase gas ke sebagian besar fase cair (Oktavia, 2013).
3. Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan,
melt atau campuran leleh, atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas.
Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, dimana
terjadi perpindahan massa (massa transfer) dari suatu zat terlarut atau solute dari cairan
larutan ke fase kristal padat (Ramadhani, 2013).
II-3
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat
terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal
dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang
sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga
100% (Zulfikar, 2011).
Contoh proses kristalisasi diantaranya: gula pasir, garam, kristal pupuk, protein,
lemak, pati dan lain-lain (Ramadhani, 2013).
4. Destilasi Sederhana
Destilasi adalah suatu proses pemisahan yang sangat penting dalam berbagai
industri kimia. Operasi ini bekerja untuk memisahkan suatu campuran menjadi
komponen-komponennya berdasarkan perbedaan titik didih. Destilasi ini selalu
digunakan untuk memisahkan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya, memisahkan
suatu produk kimia dari pengotornya, dan sangat diperlukan dalam industri obat-
obatan (Murod, 2012).
Secara sederhana destilasi dilakukan dengan memanaskan atau menguapkan zat
cair, lalu uap tersebut didinginkan kembali supaya jadi cair dengan bantuan
kondensor. Titik didih disini dipengaruhi oleh interaksi antar molekul pelarut dan zat
terlarut. Titik didih pelarut akan meningkat ketika ditambahkan zat terlarut, hal ini
disebabkan karena bertambahnya iteraksi antar molekul dari pelarut dan zat terlarut.
Ketika dipanaskan, zat pelarut akan mendidih terlebih dahulu karena ikatan antar
molekul pelarut merupakan interaksi yang lebih lemah daripada interaksi pelarut dan
zat terlarut. Dengan demikian didapatkan pemisahan zat terlarut dari pelarutnya
(Isnaini, 2013).
5. Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa berlangsungnya reaksi kimia oleh arus listrik. Alat
elektrolisa terdiri atas sel elektrolit yang berisi elektrolit (larutan atau leburan), dan
dua elektroda (anoda dan katoda). Pada anoda terjadi reaksi oksida, sedangkan pada
katoda terjadi reaksi reduksi. Komponen yang paling penting dari proses elektrolisis
ini adalah elektroda dan elektrolit (Nizwar, 2011).
Elektroda yang digunakan dalam proses elektrolisis dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu:
Elektroda Inert, seperti grafit (C), platina (Pt), dan emas (Au).
II-4
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Elektroda Aktif, seperti seng (Zn), tembaga (Cu), dan perak (Ag)
Sedangkan elektrolitnya dapat berupa larutan asam, basa, atau garam.
Dapat pula leburan garam halida atau leburan oksida. Kombinasi antara
elektrolit dan elektrolisis menghasilkan tiga kategori penting elektrolisis,
yaitu:
Elektrolisis larutan dengan elektroda inert.
Elektrolisis larutan dengan elektroda aktif.
Elektrolisis leburan dengan elektroda inert.
(Muthi' ah, 2013)
6. Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan
berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya. Prinsip kerja dari elektroforesis adalah
adanya pergerakan komponen bermuatan positif (+) pada kutub negatif (-) serta
komponen bermuatan negatif (-) pada kutub positif (+). Pegerakan yang terjadi disebut
"elektrokinetik". Hasil yang didapatkan dari elektroforesis adalaha elektroforegram
yang memberikan informasi mengenai seberapa cepat perpindahan komponen (t
m
)
atau biasa disebut kecepatan migrasi (Aditama, 2011).
7. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut. Ekstraksi
menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) diantara dua fasa cair yang tidak
saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan
bersih, baik untuk zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro
(Kurniati, 2011).
8. Destilasi Fraksional
Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan dua bahan yang mempunyai titik
didih yang tidak berbeda jauh. Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan
komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan
titik didih kurang dari 20C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan
rendah.Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah,
Alkohol, dan lain-lain. Perbedaan distilasi fraksinasi dan distilasi sederhana adalah
adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan
II-5
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke
atas, semakin tidak volatil cairannya (Anonim, 2012).
9. Kromatografi gas liquid
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia yang
berdasar pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang
terpisah pad afase diam di bawah pengaruh pergerakan fase gerak (Singgih, 2012).
Pada umumya ada dua jenis kromatografi gas, yaitu kromatografi gas cair
dan kromatografi gas padat. Kedua jeis kromatografi ini dibedakan berdasarkan wujud
fase gerak dan fase diamnya. Kromatografi gas cair terdiri dari fasa gerak yang
berwujud gas sedangkan fase diamnya berwujud cair. Sedangkan pada kromatografi
zat padat, fase geraknya sama yaitu berwujud gas tetapi fase diamnya berwujud padat
(Lianti, 2013).
10. Zona pelelehan
Persyaratan untuk kemurnian yang sangat tinggi padatan yang digunakan dalam
transitors dan instrumen elektronik serupa telah menyebabkan kesempurnaan
pemurnian dengan zona leleh. Sebuah tabung panjang padat beku mencair pada salah
satu ujungnya dengan letak yang sempit. Pemanasan kumparan bergerak perlahan di
sepanjang tabung, dan zona lelehan yang berisi kotoran juga bergerak sepanjang
tabung, mengumpulkan kotoran lebih juga bergerak bersama, mengumpulkan kotoran
lebih sebagai kelanjutannya. Dengan cara ini kotoran berpindah ke salah satu ujung.
Proses ini diulang beberapa kali (Daniels, 1949).
Pengertian Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau
didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian
didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia
jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada
suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal
distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. (Eva, 2013)
II-6
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap
senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan
molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan,
tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan
sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan
uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih rendah daripada
cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar (Eva, 2013).
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan
komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatil atau komponen
dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan
terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap
yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relatif tetap,
maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa murni dari salah satu
komponen dalam campuran (Eva, 2013).
Larutan ideal memiliki tekanan uap yang berbanding lurus dengan fraksi molnya
dalam larutan untuk seluruh kisaran fraksi mol yaitu:
Keterangan:
P
1
0
= tekanan uap (pada suhu tertentu) murni zat
X
1
= fraksi mol dalam larutan
P
1
= tekanan uap parsial dalam larutan
(Miliard, 1936)
Ini merupakan generalisasi dari hukum Raoult untuk setiap komponen larutan.
Uap jenuh dari cairan yang sama sekali tidak bercampur akan mengikuti hukum Dalton
mengenai tekanan parsial, yang mengatakan bahwa jika dua atau lebih gas atau uap yang
tidak bereaksi satu sama lain yang dicampur pada suhu yang tetap, setiap gas itu
menghasilkan tekanan yang sama seperti jika gas itu terdapat sendirian dan jumlah
tekanan itu sama dengan tekanan jumlah sistem itu (Miliard, 1936).
P1 = X1 . P1
0
II-7
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
n
A
/n
B
= P
A
+ P
B
P
T
= P
A
+ P
B
Tekanan uap parsial adalah tekanan uap cairan murni pada suhu tersebut. Jika P
A
dan P
B
adalah tekanan uap cairan A dan cairan B pada titik didih campuran, tekanan
jumlah P
T
adalah
Keterangan:
P
T
= Tekanan total
P
A
= Tekanan uap cairan A
P
B
= Tekanan uap cairan B
(Gucker and Meldrum, 1950)
Dan susunan uapnya adalah :
(Gucker and Meldrum, 1950)
Keterangan:
n
A
= Jumlah mol senyawa A
n
B
= Senyawa B pada volume tertentu pada fase uap
(Miliard, 1936)
Ketika fraksionalisasi terjadi pada campuran yang tidak saling larut (imicible),
hal ini sering disebut condistillation. Ketika salah satu zat tersebut berupa air, maka
proses ini sering disebut steam distillation (penyulingan uap). Untuk kondisi di mana
suatu bahan tidak saling larut, tekanan total dapat dicari dengan hukum Dalton, yaitu:
Keterangan:
P = Tekanan total
P
o
A
= Tekanan air
P
o
B
= Uap dari sampel
P
o
A
dan P
o
B
= Berkoresponden terhadap temperatur
(Milliard, 1936)
Perbandingan tekanan di temperatur T konstan tentunya memiliki perbandingan
mol yang konstan juga.
PT = P1
0
+ P2
0
II-8
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
oA = A = A. B
B = B = B. A
n
a
=
W
a
M
b
n
b
=
W
b
M
b
(Gucker and Meldrum, 1950)
Karena,
(Gucker and Meldrum, 1950)
Di mana n
a
dan n
b
adalah jumlah mol volume A dan B. Maka,
Karenanya rasio tekanan dan rasio tekanan parsial pada T adalah konstan, n
a
/ n
b
juga harus konstan. Komposisi uap setiap saat konstan sepanjang kedua cairan tersebut ada.
Karena dan
dimana W
a
adalah massa minyak dan W
b
adalah massa air.
Sehingga:
Sehingga kita dapat mencari Berat Molekul minyak dari rumus :
(Gucker and Meldrum, 1950)
Destilasi dilaksanakan dalam praktek menurut salah satu atau lebih/dua metode
utama. Metode pertama didasarkan atas pembuatan uap dengan mendidihkan campuran
zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) uap tanpa ada zat cair
yang kembali kedalam bejana didih. Jadi tidak ada refluks. Metode kedua didasarkan atas
pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam suatu kondisi tertentu,
dan
II-9
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
sehingga zat cair yang dikembalikan ini mengalami kontak akrab dengan uap yang
mengalir keatas menuju kondensor (Anonim, 2013).
Pengaruh zat pengotor pada titik didih sangat bergantung pada sifat zat pengotor,
sehingga akan dijumpai pengaruh yang besar bila residu yang volatile masih tetap ada.
Umumnya, sejumlah kecil zat pengotor akan memberikan pengaruh yang kecil pada titik
didih jika dibandingkan pengaruhnya terhadap titik leleh. Dengan demikian, titik didih
tidak memberikan arti yang sama seperti titik leleh untuk karakterisasi bahan-bahan dan
kemurniannya (Anonim, 2013).
Sebagaimana prinsip dasar dari destilasi adalah memisahkan zat berdasarkan
perbedaan titik didihnya, maka komponen zat yang memiliki titik didih yang rendah akan
lebih dulu menguap sedangkan yang lebih tinggi titik didihnya akan tetap tertampung
pada labu destilasi. Proses penguapan komponen zat ini dilakukan dengan pemanasan
pada labu destilasi sehingga komponen zat yang memiliki titik didih yang lebih rendah
akan menguap dan uap tersebut melewati kondensor atau pendingin yang mendinginkan
komponen zat tersebut sehingga akan terkondensasi atau berubah dari berwujud uap
menjadi berwujud cair sehingga dapat ditampung di labu destilat atau labu Erlenmeyer.
Pada proses destilasi ini, destilat ditampung pada suhu tetap (konstan). Hal ini dilakukan
karena diharapkan akan diperoleh destilat yang murni pada kondisi suhu tersebut. Setelah
sampel pada labu alas bulat berkurang, suhu akan naik karena jumlah sampel yang
didestilasi telah berkurang. Pada kondisi naiknya suhu ini, proses destilasi sudah dapat
dihentikan sehingga yang diperoleh adalah destilat murni. Pada destilasi, untuk
memperoleh ketelitian yang tinggi penempatan ujung termometer harus sangat
diperhatikan, yaitu ujung termometer harus tepat berada di persimpangan yang menuju ke
pendingin agar suhu yang teramati adalah benar-benar suhu uap senyawa yang diamati.
Pada proses destilasi, penyimpangan pengukuran dapat terjadi jika adanya pemanasan
yang berlebihan atau superheating serta kesalahan dalam penempatan pengukur suhu atau
termometer tidak pada posisi yang benar (Rusli, 2013).
Macam-Macam Destilasi
Distilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang
ditujukan untuk memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil distilasi disebut
distilat dan sisanya disebut residu. Jika hasil distilasinya berupa air, maka disebut sebagai
II-10
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
aquadestilata (disingkat aquadest). Proses distilasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu sebagai berikut :
1. Destilasi sederhana
Destilasi Sederhana. Destilasi sederhana merupakan jenis destilasi yang paling
sederhana. Destilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang
tercemar oleh zat padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar,
sehingga zat pencemar/pengotor akan tertinggal sebagai residu. Destilasi ini
digunakan untuk memisahkan campuran cair-cair, misalnya air-alkohol, air-aseton, dll.
Alat yang digunakan dalam proses destilasi ini antara lain, labu destilasi,
penangas, termometer, pendingin/kondensor, konektor/klem, statif, adaptor,
penampung, pembakar, kaki tiga dan kasa.
Seperti terlihat pada gambar berikut :
Gambar II.1 Perangkat Destilasi Sederhana
Prinsip dasar destilasi sederhana adalah pemisahan suatu campuran berdasarkan
perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat
volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan,
yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer. Aplikasi destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan
campuran air dan alkohol (Anonim, 2012).
2. Destilasi Bertingkat atau Fraksionasi
Destilasi bertingkat atau destilasi terfraksi yaitu proses yang komponen-
komponennya secara bertingkat diuapkan dan diembunkan. Penyulingan Terfraksi
berbeda dari destilasi biasa, karena ada kolom fraksinasi di mana ada proses refluks.
II-11
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Refluks proses penyulingan dilakukan untuk pemisahan campuran etanol-air dapat
terjadi dengan baik. Fungsi kolom fraksinasi sehingga kontak antara cairan dengan uap
sedikit lebih lama. Sehingga komponen yang lebih ringan dengan titik didih yang lebih
rendah bendungan akan terus menguap ke kondensor. Lebih komponen Sedangkan
destilat akan kembali menjadi labu. Destilasi ini biasanya digunakan untuk
memisahkan campuran zat cair yang mempunyai perbedaan titik didih tidak berbeda
banyak. Destilasi jenis ini dapat digunakan untuk memisahkan zat yang mempunyai
rentang perbedaan titik didih hingga di bawah 30
o
C (Gusti, 2013).
Gambar II.2 Sistem Destilasi Bertingkat
Destilasi ini juga dilaksanakan pada tekanan tetap. Pada percobaan yang
dilakukan sampel yang digunakan adalah campuran air dan etanol. Campuran ini
bersifat azeotrof karena kedua larutan tersebut mempunyai titik didih yang hampir
sama sehingga akan sulit untuk dipisahkan antara zat yang satu dengan zat yang
lainnya. Hal ini dikarenakan pada saat penampungan destilat akan sulit diidentifikasi
pergantian fraksinya karena titik didihnya berdekatan (hampir sama) akibatnya ditilat
yang tertampung menjadi tidak murni. Belum lagi jika pada sampel (campuran air dan
etanol) tersebut terdapat pengotor yang mempunyai titik didih yang hampir sama
dengan sample yang dapat mengakibatkan destilat menjadi tidak murni (Gusti, 2013).
Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua
atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi ini juga
II-12
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 C dan
bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari destilasi
jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-
komponen dalam minyak mentah (Rolandy, 2012).
Minyak mentah yang telah melalui proses desalting kemudian diolah lebih lanjut
dengan proses destilasi bertingkat, yaitu cara pemisahan campuran berdasar perbedaan
titik didih. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari proses destilasi beringkat ini adalah
campuran hidrokaron yang mendidih pada interval (range) suhu tertentu. proser
destilasi bertingkat dan fraksi yang dihasilkan dari distilasi bertingkat tesebut
(Wijahadi, 2012)
Tabel II.1 Fraksi Hidrokarbon yang Diperoleh dari Destilasi Bertingkat.
Fraksi Jumlah Atom C Titik Didih Kegunaan
Gas C
1
- C
5
-164
o
C - 30
o
C Bahan bakar gas
Eter petroleum C
5
-
C
7
30
o
C - 90
o
C Pelarut, binatu kimia
Bensin C
5
-
C
12
30
o
C - 200
o
C Bahan bakar motor
Minyak tanah C
12
-
C
16
175
o
C - 275
o
C Minyak lampu, bahan bakar
kompor
Minyak gas, bakar,
dan diesel.
C
15
-
C
18
250
o
C - 400
o
C Bahan bakar mesin diesel
Minyak-minyak
pelumas, gemuk, jeli
petroleum
C
16
ke atas 350
o
C ke atas Pelumas
Parafin (lilin) C
20
ke atas Meleleh
52
o
C - 57
o
C
Lilin gereja, pengendapan air
bagi kain, korek api, dan
pengawetan
Ter residu Aspal buatan
Kokas petroleum residu Bahan bakar, electrode
(Wijahadi, 2012)
3. Destilasi Azeotrop
Distilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran
campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya
II-13
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan
menggunakan tekanan tinggi. Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen
pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui
distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan
memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering
disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika
campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :
Grafik II.1 Grafik Azeotrop pada Sistem Destilasi
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi
sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan
dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan
terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya
hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan
karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop
digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor dan saturated liquid.
Ditandai dengan garis vertikal putus-putus Etanol dan air membentuk azeotrop pada
komposisi 95,6% - massa etanol pada keadaan standar (Tiya Permana Putri, 2012).
4. Destilasi vakum atau Destilasi Tekanan Rendah
Destilasi vakum merupakan proses pemisahkan dua kompenen yang titik
didihnya sangat tinggi, metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan
II-14
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
permukaan lebih rendah dari 1 atm dengan tujuan untuk, mengindari terjadinya reaksi
oksidasi pada komponen yang akan dipisahkan agar ikatan rangkap pada senyawa
tidak putus (Agus, 2012).
Gambar II.3 Perangkat Destilasi Vakum
Proses destillasi dengan tekanan dibawah tekanan atmosfer, bertujuan untuk
mengambil minyak midle distillate yang tidak terambil diproses CDU, dengan cara
menarik (vacum) produk tersebut dari long residue, sebenarnya minyak midle distillate
tersebut mungkin dapat dipisahkan dengan menaikkan suhu inlet kolom pada proses
destillasi atmosfer. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa minyak bumi bila
dipanaskan pada suhu 370
o
C minyak bumi akan mengalami cracking, patahan yang
terjadi dapat membentuk senyawa hidrokarbon tidak jenuh berupa olefin, dimana
senyawa ini dalam produk minyak bumi tidak dikehendaki karena sifatnya yang tidak
stabil. Untuk menyiasati supaya suhu tidak tinggi maka tekanan prosesnya yang dibuat
rendah sehingga tujuan menguapkan minyak midle distillate dapat diuapkan pada
temperatur kurang dari 370
o
C atau sekitar 345
o
C (Tiya Permana Putri, 2012).
5. Destilasi Refluks atau Destilasi Destruksi
Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macammacam destilasi walau
pada prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat reaksi
dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana
pada umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah lambat maka campuran reaksi
perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan baik
pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut reaksinya dapat
cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya dilakukan secara
refluks (Tiya Permana Putri, 2012).
II-15
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Gambar II.4 Perangkat Destilasi Refluks atau Destilasi Destruksi dalam Industri
Campuran reaksi cair ditempatkan dalam sebuah wadah terbuka hanya di bagian
atas. Kapal ini terhubung ke kondensor Liebig, seperti bahwa setiap uap yang
dilepaskan kembali ke didinginkan cair, dan jatuh kembali ke dalam bejana reaksi.
Kapal kemudian dipanaskan keras untuk kursus reaksi. Refluks sangat banyak
digunakan dalam industri yang menggunakan kolom destilasi skala besar dan
fraksionator seperti kilang minyak, petrokimia dan pabrik kimia, dan pabrik
pengolahan gas alam (Zila, 2011).
Fungsi refluks, adalah memperbesar L/V di enriching section, sehingga
mengurangi jumlah equibrium stage yang diperlukan untuk product quality yang
ditentukan, atau, dengan jumlah stage yang sama, akan menghasilkan product quality
yang lebih baik dengan menggandakan kontak kembali antara cairan dan uap agar
panas yang digunakan efisien. Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam-
macam destilasi walau pada prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk
mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat
yang ada. Dimana pada umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah lambat maka
campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan
penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut
reaksinya dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya
dilakukan secara refluks (Anonim, 2012).
II-16
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
6. Destilasi uap
Untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik
didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya,
zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan
(rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi
sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap
(Tiya Permana Putri, 2012).
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi
campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan
uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap
pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk
destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan
labu pembangkit uap (Tiya Permana Putri, 2012).
Gambar II.5 Perangkat Destilasi Uap
Destilasi uap digunakan untuk memisahkan campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 200C atau lebih. Destilasi uap dapat menguapkan
senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100
o
C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih (Saprudin, 2013).
Prinsip dasar destilasi uap adalah mendestilasi campuran senyawa di bawah
titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu destilasi uap dapat
digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat
didestilasi dengan air. Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang
akan dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena
II-17
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya.
Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti
minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk
ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan (Saprudin, 2013).
Minyak Atsiri
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil), minyak
esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta minyak aromatik (aromatic
oil), adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu
ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri
merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan)
alami. Di dalam perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal
sebagai bibit minyak wangi (Wikipedia,2013).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Susunan
senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung)
sehingga memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Minyak atsiri
mempunyai rasa getir pungent taste, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya dan umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air
(Saraswati, 2012).
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun,
bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome. Berbagai macam tanaman
yang dibudidayakan atau tumbuh dengan sendirinya di berbagai daerah di Indonesia
memiliki potensi yang besar untuk diolah menjadi minyak atsiri, baik yang unggulan
maupun potensial untuk dikembangkan. Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar
40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut
telah digunakan sebagai sumber minyak atsiri secara komersil (Saraswati, 2012).
Bagi tanaman penghasil minyak, minyak atsiri berfungsi sebagai insect
repellant (mengusir serangga/parasit lain) dan insect attractant (menarik). Dalam
beberapa hipotesis dapat disimpulkan bahwa tumbuhan akan memproduksi minyak
atsiri secara maksimal jika kondisi tumbuh dalam keadaan susah, misalnya akar
tanaman sulit mendapat air, struktur tanah berkapur atau jarang nutrisi makanan, dan
sebagainya. Kondisi semacam itu membuat tanaman berusaha untuk memproduksi
II-18
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
minyak atsiri agar tetap toksik terhadap serangan serangga maupun parasit lain
(Lansida, 2012).
Metode isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1) Penyulingan (destilasi)
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Prinsip dasar penyulingan adalah cairan dirubah menjadi uap pada titik
didihnya, kemudian uap tersebut dikondensasikan lagi ke dalam bentuk cairan dengan
proses pendinginan.
Penyulingan dapat dilakukan dengan bebagai cara, yaitu :
a. Penyulingan dengan air
b. Penyulingan dengan air dan uap
c. Penyulingan dengan uap
(Heldyanisa, 2012)
2) Ekstraksi
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia dengan
pelarut organik yang mudah menguap yang sesuai. Metode penyarian digunakan untuk
minyak-minyak atsiri yang tidak tahan dengan pemanasan. Metode ini banyak
digunakan karena rendahnya kadar minyak dalam tanaman, selain itu cara ini dianggap
paling efektif karena sifat minyak atsiri yang larut sempurna di dalam bahan pelarut
organik nonpolar (Heldyanisa, 2012).
3) Enflurage
Prinsipnya adalah metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin dan
memanfaatkan aktivitas enzim yang diyakini masih aktif selama sekitar 15 hari sejak
bahan minyak atsiri dipanen. Metode ini digunakan karena ada beberapa jenis bunga
yang setelah dipetik enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan
minyak atsiri sampai beberapa minggu, misalnya bunga melati. Diperlukan perlakuan
khusus secara langsung agar tidak mengubah aktivitas enzim (Heldyanisa, 2012).
Temulawak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah tumbuhan obat yang tergolong dalam
suku temu-temuan (Zingiberaceae). Ia berasal dari Indonesia, khususnya pulau Jawa,
kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi Malaysia (Wikipedia,
2013).
II-19
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Temulawak merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai prospek cerah
untuk dikembangkan. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia telah
menentukan 9 tanaman unggulan salah satunya adalah temulawak. Ekspor temulawak
Indonesia tahun 2003 adalah sebesar 5.452 juta dollar AS dengan volume 9.149 ton.
Pengembangan tanaman temulawak di Indonesia sangat potensial karena produksi rimpang
temulawak mengalami peningkatan sejak tahun 2001 - 2002 (BPS, 2003)
(Bagem Br. Sembiring, 2006).
Kandungan kimia rimpang temulawak yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri
makanan, minuman maupun farmasi adalah pati, kurkuminoid dan minyak atsiri (Sidik et al.,
1995). Fraksi pati merupakan komponen terbesar dalam rimpang temulawak. Pati berbentuk
serbuk berwarna putih kekuningan karena mengandung sedikit kurkuminoid serta memiliki
sifat mudah dicerna sehingga dapat digunakan sebagai bahan campuran makanan bayi
maupun untuk pengental sirup. Pencampuran pati temulawak dengan pati serelia dalam
pembuatan roti dapat mengurangi sifat basi dari produk yang dihasilkan
(Bagem Br. Sembiring, 2006).
Kurkuminoid merupakan komponen yang dapat memberi warna kuning dan zat ini
digunakan sebagai zat warna dalam industri pangan dan kosmetik. Fraksi kurkuminoid yang
terdapat pada temulawak terdiri dari dua komponen, yaitu kurkumin dan
desmetoksikurkumin. Kurkumin mempunyai sifat koleknesis yaitu dapat meningkatkan
produksi dan sekresi empedu. Selain pati dan kurkuminoid, temulawak juga mengandung
minyak atsiri yang dapat digunakan untuk pengobatan, bumbu, kosmetik dan pewangi. Untuk
tujuan ekspor kadar minyak atsiri dalam temulawak minimal 5,00%. Rimpang temulawak
dapat dimanfaatkan sebagai anti inflamasi, kolagoga, lipokolesterolemik, anti bakteri, anti
jamur, diuretik, anti tumor dan mengobati jerawat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
pengaruh kehalusan bahan dan lama ekstraksi terhadap mutu ekstrak temulawak. Diharapkan
akan diperoleh kombinasi perlakuan yang optimal untuk menghasilkan ekstrak temulawak
yang berkualitas sebagai bahan obat alami (Bagem Br. Sembiring, 2006).
Pembuatan minyak atsiri dari temulawak ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap
persiapan bahan baku dan tahap proses pembuatan minyak. Pada tahap persiapan bahan baku,
langkah pertama yaitu mencuci rimpang temulawak hingga bersih. Rimpang dipotong tipis
dengan ketebalan 3 mm, rimpang terlebih dahulu dipotong untuk memperkecil ukuran bahan
sehingga ruang kosong yang terdapat pada ketel suling saat bahan disusun menjadi semakin
II-20
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
sedikit. Kemudian mengeringkan potongan rimpang hingga tersisa didalamnya 10-15%
dengan bantuan sinar matahari langsung atau dengan pengovenan bertujuan agar proses
pembuatan minyak asiri menjadi lebih cepat dan memperbaiki mutu minyak (Yuni, 2010).
Pada tahap proses pembuatan minyak, metode yang cocok digunakan adalah
penyulingan dengan uap langsung (steam distillation), karena temulawak termasuk bahan
baku yang keras. Tekanan uap dan suhu yang tinggi akan melunakkan bahan baku dan
menguapkan komponen asiri yang terkandung di dalamnya. Proses penyulingan ini beroperasi
pada tekanan atmosfir dengan temperatur 100
o
C karena suhu tersebut merupakan titik didih
air. Langkah pertama yaitu memasukkan air kedalam ketel suling dengan batas yang
diinginkan (mendekati sarangan), fungsi digunakannya ketel pada proses ini yaitu untuk
merebus air sebagai bahan pembentuk uap. Setelah itu, memasukkan bahan kedalam ketel
suling. Mengecek peralatan penyulingan seperti, lubang inlet maupun outlet telah tertutup
rapat, dan air yang tersedia di dalam kondensor, fungsi penggunaan kondensor yaitu sebagai
media yang digunakan sebagai tempat untuk mendinginkan uap air dan minyak atsiri yang
dihasilkan. Kemudian menyalakan api dengan suhu dan tekanan yang diinginkan.
Menampung minyak dengan menggunakan beaker glass dengan suhu wadah penampung 20-
250
o
C untuk menghindari penguapan. Hasil yang ditampung merupakan campuran minyak
dan air (Yuni, 2010).
Untuk memudahkan mendapatkan minyak dilakukan proses ekstraksi dengan
menggunakan corong pemisah. Campuran minyak dan air hasil penyulingan ditambahkan
dengan pelarut n-hexane yang bertujuan agar minyak yang tadinya masih bercampur dengan
air dapat terpisah, minyak terserap dalam solvent sehingga terbentuk 2 fase, campuran minyak
dan pelarut serta air. Alasan penggunaan pelarut n-hexane yaitu n-hexane merupakan pelarut
bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak temulawak, memiliki titik
didih cukup rendah sehingga dapat diuapkan pada saat suhu rendah, dapat melarutkan semua
zat wangi dengan cepat dan sempurna, harganya tidak terlalu mahal dan mudah diperoleh
(Marta, 2011).
Campuran minyak dalam n-hexane dipisahkan dengan cara distilasi pada suhu 64,8
70
o
C. Selama proses distilasi ini suhu dijaga agar tidak lebih dari 80
o
C karena minyak akan
menguap pada suhu >80
o
C. Destilasi merupakan pemisahan komponen-komponen dalam satu
larutan berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair dengan
menggunakan perbedaan volatilitas dari komponen-komponennya yang cukup besar. Pada
II-21
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
proses ini minyak atsiri temulawak terpisah dari n-hexane sehingga diperoleh minyak atsiri
murni (Yuni, 2010).
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
1. Variable kontrol : Tekanan udara, suhu, dan waktu pada proses destilasi
2. Variabel terikat : Volume minyak temulawak dan densitas minyak temulawak
3. Variabel bebas : Temulawak
III.2 Bahan yang Digunakan
1. Air
2. Temulawak 350 gram
III.3 Alat yang Digunakan
1. Erlenmeyer
2. Gelas Beaker
3. Gelas Ukur
4. Labu destilat
5. Manometer
6. Perangkat distilasi uap :
Boiler
Kondensor
Pipa
7. Piknometer
8. Pipet tetes
9. Termometer
III-2
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.4 Prosedur Percobaan
III.4.1 Treatment Bahan Sebelum Proses Destilasi
1. Menyiapkan temulawak sebanyak 350 gram.
2. Memotong temulawak hingga diameter 6-7 mm.
3. Mengeringkan temulawak dibawah sinar matahari selama 1 hari sampai
kandungan air < 10%.
4. Temulawak siap digunakan sebagai bahan destilasi uap.
III.4.2 Proses Destilasi Uap
1. Menyiapkan semua peralatan dan bahan.
2. Memastikan perangkat destilasi uap terpasang dengan baik.
3. Mengisi labu distilat dengan 350 gram temulawak yang telah di keringkan.
4. Mengisi boiler dengan air secukupnya, kemudian menyalakan kompor.
6. Menutup valve yang ada pada boiler saat uap pada panci sudah mengepul.
7. Menyalakan stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu destilasi uap.
8. Mencatat suhu, tekanan, dan waktu ketika destilat pertama kali menetes.
9. Mengukur suhu dan tekanan yang ada pada labu destilat pada waktu 90 menit.
10. Mengamati volume hasil destilasi yang ada pada labu erlenmeyer, sebelum penuh
harus diganti dengan labu erlenmeyer yang lain.
11. Mengambil minyak temulawak dengan cara menyedot hasil desilasi dengan pipet
tetes.
12. Mencatat semua data yang diperlukan dalam analisa, seperti persen minyak yang
dihasilkan dalam proses destilasi.
13. Melakukan perhitungan massa jenis minyak temulawak yang dihasilkan proses
destilasi.
III.4.3 Menghitung Densitas Minyak Kemiri
1. Menimbang botol yang akan diisi minyak kemiri pada keadaan kosong terlebih
dahulu.
2. Memasukkan minyak kemiri pada botol berukuran 10 ml, pada percobaan ini
didapat minyak kemiri sebanyak 20 ml.
3. Menimbang kedua botol yang berisi minyak kemiri.
4. Menghitung berat (massa) minyak kemiri dengan mencari selisih antara berat
botol yang telah terisi dengan berat botol yang kosong.
III-3
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
5. Setelah diketahui massanya, densitas dapat dihitung dengan menggunakan cara
berikut ini :
Keterangan:
: massa jenia atau densitas (gr/ml)
m : massa (gram)
v : volume (ml)
III.5 Diagram Alir Percobaan
III.5.1 Treatment Bahan Sebelum Proses Destilasi
Mulai
Memotong temulawak hingga diameter 6-7 mm.
Menyiapkan temulawak sebanyak 350 gram.
Mengeringkan temulawak dibawah sinar matahari selama 1 hari sampai kandungan air <
10%.
Selesai
Temulawak siap digunakan sebagai bahan destilasi uap.
III-4
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.5.2 Diagram Alir Percobaan Destilasi Uap
Menyalakan stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu destilasi uap.
Menyiapkan semua peralatan dan bahan
Memastikan perangkat destilasi uap terpasang dengan baik.
Mengisi labu distilat dengan kemiri 350 gram temulawak yang telah dihaluskan.
Mengisi boiler dengan air secukupnya, kemudian menyalakan kompor.
Menutup valve yang ada pada boiler saat uap pada panci sudah mengepul.
Mencatat suhu, tekanan, dan waktu ketika destilat pertama kali menetes.
Selesai
Mengamati volume hasil destilasi yang ada pada labu erlenmeyer, sebelum penuh harus
diganti dengan labu erlenmeyer yang lain.
Mengukur suhu dan tekanan yang ada pada labu destilat.
Mulai
Mengambil minyak temulawak dengan cara menyedot hasil desilasi dengan pipet tetes.
Mencatat semua data yang diperlukan dalam analisa, seperti persen minyak yang
dihasilkan dalam proses destilasi.
Melakukan perhitungan massa jenis minyak temulawak dihasilkan dalam proses
destilasi.
III-5
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.5.3 Diagram Alir Perhitungan Massa Jenis atau Densitas
Mulai
Menimbang botol yang akan diisi minyak temulawak pada keadaan kosong.
Memasukkan minyak temulawak pada botol berukuran 10 ml, pada percobaan ini didapat
minyak temulawak sebanyak 20 ml.
Menimbang kedua botol yang berisi minyak temulawak.
Menghitung berat (massa) minyak temulawak dengan mencari selisih antara berat botol
yang telah terisi dengan berat botol yang kosong.
setelah diketahui massanya, densitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang
telah ditetapkan.
Selesai
III-6
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.6 Gambar Alat
Erlenmeyer
Gelas Beaker
Gelas Ukur
Labu Destilat
Manometer
Piknometer
Pipet Tetes
Termometer
Perangkat Destilasi Uap
1 2
3
Keterangan :
1. Boiler
2. Kondensor
3. Pipa
IV-1
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Dari percobaan Destilasi uap minyak temulawak didapatkan hasil percobaan adalah
sebagai berikut :
Tabel IV.1.1 Hasil percobaan destlasi uap minyak temulawak
Waktu
(menit)
Tekanan
Uap (mBar)
Suhu (
o
C)
Hasil Minyak
(mL)
Densitas Minyak
Temulawak (
90 300 80
1.8
0,833 gr/ml
120
300
96
Tabel IV.1.2 Waktu, Tekanan, dan Suhu Ketika Destilat Pertama Mengalir
Waktu (detik) Tekanan Uap (mBar) Suhu (
0
C)
0,7 600 98
IV.2 Pembahasan
Tujuan dari percobaan destilasi uap minyak temulawak adalah mempelajari dan
mengetahui pengaruh uap pada titik didih dalam percobaan destilasi uap dengan bahan
temulawak. Serta menghitung dan mengetahui densitas minyak temulawak sebagai hasil dari
destilasi uap potongan temulawak.
Pada percobaan destilasi uap minyak temulawak ini hasil yang didapatkan berupa
minyak temulawak dengan volume 1,8 ml. Namun, minyak yang keluar pada proses distilasi
uap ini tidak maksimal. Hasil yang tertampung dalam labu erlenmeyer sangat encer dan
bening menyerupai air. Karena alat yang fungsinya sudah menurun, proses destilasi pun tidak
sempurna. Ada kebocoran pada perangkat destilasi uap ini, uap pada proses destilasi menetes
pada kaki tiga tepatnya dibawah barometer. Minyak temulawak dapat dihasilkan dengan
volume yang kecil karena sebagian minyak tertinggal didalam labu destilat dan tidak dapat
naik menuju proses berikutnya.
Sebenarnya, pada prinsipnya pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada
perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai
IV-2
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI
kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu
dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama
dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang
lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang
tekanan uapnya rendah pada suhu kamar. Apabila tekanan dalam vakum tidak cukup kuat,
maka senyawa yang akan didestilasi tidak akan terangkat naik bersama uap air. Tekanan yang
ada dalam vakum hanya mampu untuk mengangkat air menuju tabung pendingin dan
meninggalkan zat atau senyawa yang akan didestilasi (Fadhil,2008).
Pada percobaan destilasi uap minyak temulawak ini didapatkan nilai densitas dari
minyak temulawak sebesar 0,833 gr/ml. Dari hasil yang diperoleh ini memiliki
ketidakcocokan dengan literatur yang ada dimana nilai densitas dari minyak temulawak
seharusnya adalah 0,9145 gr/ml (Ma'mun, 2006).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada percobaan destilasi uap minyak temulawak ini
berhasil namun, jumlah minyak yang dihasilkan tidak maksimal dikarenakan beberapa faktor.
Faktor-faktor yang kiranya mempengaruhi jumlah volume minyak yang dihasilkan sedikit
adalah karena kebocoran yang terjadi pada salah satu pipa sehingga uap air yang dialirkan ke
dalam labu destilat tidak optimal. Selain itu, minyak yang dihasilkan tidak dapat mengalir
keatas sehingga volume yang dihasilkan dalam Erlenmeyer sedikit. Sehingga, hasil yang
didapatkan berupa minyak temulawak sebanyak 1,8 ml dengan nilai densitas sebesar 0,833
gr/ml.
V-1
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Destilasi uap dengan tumbukan temulawak pada tekanan 30 mbar, pada temperatur 96
0
C
dengan variabel waktu selama 120 menit menghasilkan minyak temulawak sebanyak 1,8
ml.
2. Pada percobaan destilasi uap minyak temulawak didapatkan densitas dari minyak
temulawak yaitu 0,833 gr/ml sedangkan dari literatur yang ada minyak temulawak
seharusnya memiliki densitas 0,9145 gr/ml.
3. Dapat disimpulkan bahwa pada percobaan destilasi uap minyak temulawak ini tidak
berhasil. Beberapa faktor yang menyebabkan percobaan destilasi tidak berhasil
diantaranya waktu destilasi kurang lama, alat destilasi uap yang ada kurang memadai,
tekanan yang diperoleh terlalu rendah, temperatur yang harusnya dicapai tidak dapat
tercapai, dan kriteria bahan yang digunakan.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, r. (2011, desember -). kimia analitik. Retrieved Desember 11, 2013, from majalah
kimia: http://majalahkimia.blogspot.com/2011/12/elektroforesis.html
Agus. (2012, Juli 23). Destilai Vakum. Retrieved Desember 11, 2013, from
eprints.undip.ac.id: http://eprints.undip.ac.id/37132/1/AGUS_MUDHOFAR.pdf
Anonim. (2012, April 23). destilasi bertingkat atau destilasi fraksional. Retrieved Desember
10, 2013, from .kamuslife.com: http://www.kamuslife.com/2012/04/destilasi-
bertingkat-atau-distilasi.html
Bagem Br. Sembiring, M. d. (2006). Jurnal Temulawak. PENGARUH KEHALUSAN BAHAN
DAN LAMA EKSTRAKSI TERHADAP MUTU EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma
xanthorriza Roxb), 1.
Chintya, J. (2013, Mei 5). Absorpsi-Praktikum Operasi Teknik Kimia. Retrieved Desember
11, 2013, from scribd.com: http://www.scribd.com/doc/139728104/Absorpsi-
Praktikum-Operasi-Teknik-Kimia
Daniels, F. (1949). Ezperimental Physical Chemistry. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha.
Dwityatama, R. D. (2012, November 22). Pemurnian. Retrieved Desember 10, 2013, from
scribd.com: http://www.scribd.com/doc/114128102/pemurnian
Eva. (2013, April 23). pengertian destilasi. Retrieved Desember 11, 2013, from
emalovetasari.blogspot.com: http://emalovetasari.blogspot.com/2013/04/pengertian-
distilasi.html
Gusti. (2013, Oktober 23). Macam-macam Destilasi. Retrieved Desember 10, 2013, from
gustireza2906.blogspot.com: http://gustireza2906.blogspot.com/2013/10/pengertian-
destilasi-dan-macam-macam.html
Heldyanisa, Y. (2012, April 7). Minyak Atsiri. Retrieved Desember 11, 2013, from yoshi-
cha.blogspot.com: http://yoshi-cha.blogspot.com/2012/04/minyak-atsiri.html
Kurniati, n. (2011, februari -). blog archive. Retrieved Desember 11, 2013, from al chemist:
http://alchemistviolet.blogspot.com/2011/02/ekstraksi.html
Lianti, L. (2013, September 12). kromatografi. Retrieved Desember 11, 2013, from
scribd.com: http://www.scribd.com/doc/168184509/Gas-Liquid-Chromatography
Murod, A. M. (2012, Desember 10). Destilasi. Retrieved Desember 11, 2013, from
.scribd.com: http://www.scribd.com/doc/116682265/destilasi
ix
Muthi'ah, F. (2013, Oktober 5). Elektrolisis. Retrieved Desemeber 10, 2013, from scribd.com:
http://www.scribd.com/doc/173726757/elektrolisis
Nizwar. (2011, April 11). elektrolisis. Retrieved Desember 11, 2013, from scribd.com:
http://www.scribd.com/doc/52164517/elektrolisis
Ramadhani, Agus. (2013, April 10). Kristalisasi. Retrieved Desember 11, 2013, from
scribd.com/: http://www.scribd.com/doc/135080785/Kristalisasi
Rolandy. (2012, Februari 10). Macam-macam Destilasi. Retrieved Desember 11, 2013, from
/rolandy19.blogspot.com: http://rolandy19.blogspot.com/2011/02/macam-macam-
desilasi_10.html
Saprudin. (2013, Januari 17). Destilasi Uap, Jenis-Jenis Destilasi. Retrieved Desember 10,
2013,from:/saprudin-
saprudin.blogspot.com:http://saprudin.blogspot.com/2013/01/destilasi-uap.html
Saraswati, R. (2012, Februari 14). Minyak Atsiri. Retrieved Desember 11, 2013, from
rianasaraswati.com: http://www.rianasaraswati.com/tag/pengertian-minyak-atsiri/
tiya permana putri. (2012, September 10). destilasi Vakum. Retrieved Desember 11, 2013,
from/theprincess9208.wordpress.com:
http://theprincess9208.wordpress.com/2012/11/10/destilasi-vakum/
wijahadi. (2012, May 8). blogspot. Retrieved Desember 7, 2013, from
http://wijahadi.blogspot.com: http://wijahadi.blogspot.com/2012/05/contoh-makalah-
proses-pengolahan-minyak.html
wikipedia. (2013, April 6). org. Retrieved Desember 11, 2013, from http://id.wikipedia.org:
http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_atsiri
wikipedia. (2013, Desember 3). temulawak. Retrieved Desember 12, 2013, from
http://id.wikipedia.org: http://id.wikipedia.org/wiki/Temulawak
Yuni. (2010, Juni 12). Minyak temulawak. Retrieved Desember 12, 2013, from
http://minyakatsiritemulawak.blogspot.com:
http://minyakatsiritemulawak.blogspot.com/2010/07/minyak-atsiri-dari-
temulawak.html
Zulfikar. (2011, januari 03). beranda. Retrieved Desember 11, 2013, from chem-is-try:
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-
analisis/kristalisasi/
x
DAFTAR NOTASI
NOTASI KETERANGAN SATUAN
m Massa gram
n
A
Jumlah mol Senyawa A mol
n
B
Jumlah mol Senyawa B dalam Fase Uap mol
P Tekanan Uap Total mmHg
P
o
A
Tekanan Uap Air mmHg
P
o
B
Tekanan Uap Sampel mmHg
T Suhu Konstan K
v Volume mL
W
A
Berat Molekul Air gr/mol
W
B
Berat Molekul Minyak gr/mol
X Fraksi mol dalam Larutan mol
Massa Jenis gr/mL
APPENDIKS
Perhitungan massa jenis minyak temulawak
Diketahui :
Massa piknometer kosong = 12,5 ml = 12,5 gram
Volume minyak temulawak = 1,8 ml
Massa piknometer dan minyak temulawak = 14,3 gram
Sehingga densitas minyak temulawak dapat diperoleh menggunakan perhitungan
sebagai berikut :
Berat minyak = massa piknometer berisi minyak massa piknometer kosong
= 14,3 12,5 gram
= 1,8 gram
Massa jenis minyak = =
massa
volume
=
1,5
1,8
= 0,833 gram/ml
mosso
:olumc