Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 0
KONFIDENSIAL
SISTEM PEMBINAAN LOGISTIK TNI AD
BAB I PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Penyelenggaraan pembinaan logistik TNI AD pada dasarnya ditujukan untuk mewujudkan kesiapsiagaan TNI AD dalam menanggulangi ancaman dari luar maupun dari dalam negeri dalam rangka pertahanan Negara. Perkembangan lingkungan strategis yang ditandai dengan semakin meningkatnya kualitas teknologi ancaman dimasa datang, menuntut postur TNI AD yang profesional, efektif, efisien dan modern. Tuntutan tersebut mengharuskan tersedianya dukungan logistik yang memadai sehingga dapat dicapai tingkat kesiapsiagaan operasional setiap saat.
b. Menyadari bahwa kemampuan negara dalam penyediaan sumber daya dan dana masih terbatas namun tuntutan perwujudan TNI AD yang mampu menghadapi berbagai bentuk ancaman tetap harus dapat dipenuhi, diperlukan upaya pembinaan logistik yang terarah, tertib dan berlanjut.
c. Materi naskah ini menguraikan tentang pembinaan logistik TNI AD sebagai bagian dari pembinaan TNI AD secara keseluruhan termasuk pembinaan logistik wilayah yang berorientasi kepada penyelesaian tugas pokok dengan tetap mengedepankan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku. Naskah ini bersifat sementara dan hanya berlaku di lingkungan Seskoad untuk keperluan pendidikan.
KONFIDENSIAL
2
2. Maksud dan Tujuan. Maksud penyusunan naskah ini memberi pengetahuan dasar tentang sistem pembinaan logistik TNI AD kepada perwira siswa sebagai kader pimpinan TNI AD dengan tujuan agar perwira siswa dapat menjabarkannya dalam pelaksanaan tugas-tugas TNI AD di lapangan.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Uraian naskah ini membahas tentang pembinaan logistik TNI AD dan logistik wilayah dengan lingkup bahasan dititikberatkan pada Pembinaan Logistik pada masa damai dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan. b. Pokok-pokok Logistik Pertahanan Negara. c. Pembinaan Logistik TNI AD. d. Pola Dukungan Logistik. e. Perencanaan, Program dan Anggaran Logistik. f. Pengorganisasian Logistik TNI AD. g. Pokok-pokok Logistik Wilayah. h. Evaluasi Akhir Pelajaran. i. Penutup.
4. Dasar.
a. Pedoman Pengadaaan Barang dan Jasa Kepres 80 / 2003. b. Bujukin Log Skep Kasad / 56 / III / 2004 tanggal 9 - 3 2004 c. Bujukmin tentang Pengadaan Barang / Mat dan Jasa di Lingkungan TNI AD Perkasad / 90 / XVII / 2008 tanggal 12 - 12 2008 d. Bujuk tentang Sisbinlog Skep Kasad / 62 / I / 1978 e. Bujuk tentang Binlogwil Skep Kasad / 402 / IX / 1998 f. Bujuk Bin tentang Log Perkasad / 144 / X / 2007 g. Bujuk Induk Ter Skep Kasad / 384 / X / 2002
3
5. Pengertian-pengertian.
a. Sistem. Adalah suatu rangkaian proses atau tatanan dari beberapa bagian atau subsistem yang satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pembinaan. Suatu proses kegiatan pencapaian tujuan dalam menyelenggarakan tanggung jawab dan terdiri dari kegiatan-kegiatan yang berlanjut berupa perencanaan, penyusunan, pengarahan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan serta penelitian dan pengembangan dalam
penggunaan waktu, tenaga, dana, materiil, fasilitas dan jasa dalam rangka menyelesaikan suatu tugas pokok. Pembinaan tak dapat dipisahkan dari komando, walaupun wewenang dan tanggung jawabnya tidak seluas komando.
c. Sistem Pembinaan. Hubungan integratif antara kebijakan, ketentuan-ketentuan, petunjuk-petunjuk, prosedur-prosedur, cara-cara, praktek-praktek, kebijaksanaan dan personel yang diperlukan bagi seorang pemimpin dalam perencanaan, penyusunan, pengarahan, pengkoordinasian dan pengendalian suatu organisasi.
d. Logistik.
1) Dalam arti yang luas logistik dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan dan penyediaan sumber-sumber nasional berupa alokasi materiil, fasilitas dan pelayanan jasa untuk mencapai tujuan Pertahanan Negara. Dengan demikian logistik berkedudukan sebagai jembatan antara ekonomi dengan Pertahanan Negara.
4
2) Logistik dapat pula diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perencanaan dan pelaksanaan pembekalan, pemindahan dan pemeliharaan kekuatan.
3) Disamping itu, logistik dapat pula diartikan sebagai seni yang mengandung kemampuan mengembangkan kondisi dalam perencanaan dan penyediaan logistik.
Dalam pengertian lebih terperinci, maka logistik meliputi kegiatan- kegiatan baik dalam rangka pembinaan maupun operasi-operasi militer yang berhubungan dengan :
1) Perencanaan kebutuhan, penciptaan dan pengembangan, pengadaan atau pengusahaan, pengurusan perbendaharaan, standarisasi, katalogisasi, mobilisasi, demobilisasi, penyimpanan atau penggeseran, distribusi, pemeliharaan, penyingkiran, serta penghapusan materiil.
2) Pemindahan, penyingkiran (evakuasi) dan perawatan kesehatan (hospitalisasi) personel.
e. Sistem Pembinaan Logistik (Sisbinlog). Hubungan integratif, serasi dan berdaya guna serta berhasil guna antara unsur-unsur pembinaan logistik yang disusun guna menjamin kontinuitas fungsional yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembinaan logistik.
5
f. Pembinaan Logistik (Binlog). Segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berhubungan dengan proses perencanaan, penyusunan, pengarahan, pengendalian, pengkordinasian, pengawasan, penelitian dan pengembangan terhadap penyelenggaraan fungsi-fungsi Pembinaan Logistik dimana fungsi-fungsi ini dapat dikelompokkan dalam :
1) Pembinaan Materiil (Binmat). 2) Pembinaan Fasilitas (Binfas). 3) Pembinaan Jasa (Binjas).
g. Pelayanan Jasa Angkutan. Segala usaha, pekerjaan dan kegiatan mengenai pemindahan personel/materiil dari suatu tempat ke tempat lain.
h. Pengendalian Jasa Angkutan. Segala usaha, pekerjaan dan kegiatan mengenai perencanaan, pengaturan rute, penjadwalan dan pengendalian dari pelayanan jasa angkutan dengan berbagai model angkutan.
i. Logistik Pertahanan Negara. Adalah semua logistik yang sudah dimiliki dan digunakan oleh TNI serta logistik lain yang secara langsung belum digunakan namun dalam keadaan darurat dengan atau tanpa modifikasi dapat dikerahkan melalui mobilisasi dalam rangka Pertahanan Negara.
j. Logistik Pasukan. Adalah logistik yang dimiliki dan digunakan oleh TNI untuk mendukung operasi militer.
k. Logistik Wilayah. Adalah logistik secara langsung belum digunakan oleh TNI namun dalam keadaan darurat dengan atau tanpa modifikasi dapat digunakan melalui atau tanpa mobilisasi dalam rangka Pertahanan Negara.
6
l. Pelayanan. Adalah usaha, pekerjaan dan kegiatan yang meliputi :
1) Perawatan dari penyingkiran alat peralatan militer. 2) Angkutan. 3) Pemeliharaan. 4) Perbaikan kerusakan terhadap barang yang digunakan.
m. Pembinaan Kesehatan. Segala usaha dan kegiatan yang mencakup pencegahan penyakit dan derita, peningkatan derajat kesehatan dan memperpanjang masa hidup dengan cara pemeliharaan, pemulihan (rehabilisasi) dan peningkatan secara umum dengan maksud untuk mencapai daya guna yang setinggi-tingginya (optimal) dari personel (dan keluarganya yang berhak) agar terbina daya pelaksanaan tugas yang sebaik-baiknya setiap waktu. Dalam pengertian ini termasuk pembinaan kesehatan hewan yang digunakan TNI AD.
n. Bantuan Kesehatan. Segala usaha dan kegiatan kesehatan, mencakup dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
o. Dukungan Kesehatan. Segala usaha dan kegiatan kesehatan yang ditujukan kepada satuan operasional TNI AD dalam rangka mendukung tugas- tugas satuan operasional.
p. Pelayanan Kesehatan. Segala usaha dan kegiatan kesehatan yang ditujukan kepada semua personel TNI AD dan keluarganya yang berhak agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
7
q. Penyelenggaraan Kelaikan Materiil. Penyelenggaraan kalaikan materiil adalah suatu rangkaian kegiatan penilaian keadaan (status) laik suatu materiil yang akan dioperasikan/digunakan.
r. Pembantu Ordonatur Materiil. Pembantu ordonatur materiil adalah pejabat yang bekerja untuk kepentingan ordonatur.
s. Kepala Gudang Bukan Bendaharawan. Kepala gudang bukan bendaharawan adalah seseorang yang karena jabatannya diangkat dan diberi tanggung jawab oleh Ordonatur Materiil Pembantu untuk mengurus materiil dalam ruangan khusus yang dipakai untuk tempat penyimpanan materiil.
p. Kepala Gudang Sebagai Bendaharawan. Kepala gudang sebagai bendaharawan adalah seorang Kepala Gudang yang diangkat dan diberhentikan oleh Ordonatur Materiil sebagai Bendaharawan Materiil.
u. Bekal. Bekal adalah setiap jenis materiil yang diperlukan untuk mengoperasikan, memelihara, melengkapi dan mendukung satuan-satuan TNI dimana materiil tersebut dapat rusak, aus, hilang, hancur atau habis dalam pemakaian dan harus disediakan gantinya.
v. Mobilisasi dan Demobilisasi.
1) Mobilisasi. Adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang telah dibina dan dipersiapkan sebagai komponen kekuatan pertahanan keamanan Negara untuk digunakan secara tepat, terpadu dan terarah bagi penanggulangan setiap ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri.
8
2) Demobilisasi. Adalah pemulihan kembali hasil-hasil mobilisasi kedalam tatanan kehidupan sesuai fungsi dan status semula.
w. Anggaran Pembangunan. Yaitu anggaran yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pembangunan kekuatan dalam rangka investasi yang bertujuan menambah atau meningkatkan kemampuan.
x. Anggaran Rutin. Yaitu anggaran yang diperlukan untuk mendukung kelangsungan kegiatan pembinaan kekuatan yang ada secara berlanjut dan kegiatan penggunaan kekuatan dalam rangka kegiatan latihan satuan, latihan matra, latihan gabungan, latihan bersama, operasi, Bhakti TNI dan kerja sama internasional.
y. Anggaran Induk. Yaitu anggaran pembangunan dan anggaran rutin yang disediakan untuk mendukung program Pertahanan Negara pada tahun anggaran berjalan dengan pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam Undang-undang APBN.
z. Anggaran Belanja Tambahan. Yaitu anggaran belanja yang disediakan untuk mendukung program pada tahun anggaran berjalan akan tetapi belum termasuk dalam program dan anggaran Pertahanan Negara yang telah ditetapkan dalam Undang-undang APBN.
aa. Anggaran Program Suplisi. Yaitu sisa anggaran rutin tahun anggaran yang lalu karena satu dan lain hal pelaksanaan kegiatannya dapat dilanjutkan atas dasar keputusan Menteri Pertahanan.
ab. Anggaran Program Lanjutan. Yaitu sisa anggaran pembangunan tahun anggaran yang lalu, karena satu dan lain hal pelaksanaan proyeknya dapat dilanjutkan atas keputusan Menteri Pertahanan.
9
BAB II POKOK-POKOK LOGISTIK PERTAHANAN NEGARA
6. Umum. Pembinaan logistik Pertahanan Negara ditujukan untuk mewujudkan kesiapan logistik komponen Pertahanan Negara baik komponen utama maupun komponen cadangan yang berada dalam lingkup pengelolaan Departemen Pertahanan Negara. Pembinaan logistik TNI AD merupakan subsistem atau sistem didalam sistem pembinaan logistik Pertahanan Negara. Kebijakan dasar yang berlaku dalam pembinaan logistik Pertahanan Negara digunakan sebagai pedoman dasar dalam pembinaan logistik TNI AD. Kebijakan tersebut tidak terlepas dari perkembangan TNI / TNI AD sebagai organisasi militer yang dipengaruhi perkembangan lingkungan strategis.
7. Latar Belakang Pemikiran.
a. Paham Perang. Perang berarti mengundang bencana yang akan membawa bangsa ke dalam kondisi kesengsaraan yang berkepanjangan. Karenanya, perang bagi bangsa Indonesia merupakan jalan terakhir apabila dipaksa oleh keadaan dimana jalan damai tidak mungkin lagi memberikan kondisi aman dan sejahtera. Bangsa Indonesia sungguh cinta damai, namun sejarah dunia membuktikan bahwa apabila suatu negara ingin hidup damai maka ia harus mempersiapkan diri untuk perang. Fenomena dunia ini memberi pelajaran bahwa upaya membina logistik menjadi mesin perang dapat mencegah niat musuh untuk berperang. Dengan demikian maka pembinaan logistik pada hakekatnya bukan ditujukan untuk berperang tetapi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian yang abadi.
10
b. Wawasan Sejarah. Logistik berasal dari bahasa Yunani yang berarti Ilmu Menghitung. Logista adalah Pejabat administrasi Tentara Romawi sedangkan Loger adalah Pemberi gaji tentara. Marshal de logers adalah perwira Staf penampungan/pemindahan pasukan pada Militer Perancis. Sehingga timbul kata Logistik dimana Baron Jomini mengartikan sebagai Seni/Keterampilan menggerakkan, memindahkan pasukan dengan tujuan mencapai mobilitas taktis, strategis dan surprise. Masalah logistik semakin populer setelah perang Dunia II. Pada era revolusi, bangsa Indonesia dapat memenangkan perang mengusir penjajah karena ditunjang oleh logistik wilayah yang terus mengalir mendukung perang gerilya, begitu pula keberhasilan Indonesia merebut Irian Barat kembali kepangkuan Ibu pertiwi ditunjang oleh kemampuan mengkombinasi logistik pasukan dengan logistik wilayah. Pada era teknologi dewasa ini, Amerika dapat memenangkan perang melawan Irak karena kemampuannya memindahkan mesin perang dengan sarana logistiknya yang handal. Memang benar, logistik tidak pernah memenangkan perang, tetapi perang tanpa logistik tidak mungkin menang.
c. Strategi Pertahanan Negara. Strategi Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman militer dari dalam negeri dan dari luar negeri menempatkan TNI sebagai komponen utama. Menghadapi ancaman militer yang lebih besar dan tidak dapat diatasi oleh unsur-unsur TNI maka kekuatan TNI dapat digandakan oleh komponen cadangan yang telah dipersiapkan bahkan dapat pula dilipatgandakan oleh komponen pendukung yang dapat membantu baik langsung maupun tidak langsung. Pembinaan komponen cadangan dan komponen pendukung menjadi kekuatan pertahanan pada dasarnya merupakan tanggung jawab pemerintah. Dalam pelaksanaannya, pemerintah mengandalkan TNI AD melalui pembinaan teritorial dengan tetap
11
melibatkan fungsi-fungsi pemerintah lainnya dalam hal ini Sisbinlog TNI AD harus mampu mengelola sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana dan prasarana nasional aspek darat baik sebagai komponen cadangan maupun sebagai komponen pendukung menjadi dukungan serba guna dan pelayanan jasa untuk kepentingan Pertahanan Negara yang dilakukan secara lintas sektoral, lintas bidang baik di pusat maupun di daerah.
d. Pelibatan TNI AD dalam Sishanneg. Pada dasarnya, prinsip dari Pertahanan Negara adalah adanya kekuatan seimbang antara unsur darat, laut dan udara. Dalam pola operasi militer untuk perang, kemampuan pertahanan laut dan udara strategis masih sangat terbatas. Keterbatasan tersebut berangkat dari kemampuan ekonomi nasional. Kondisi ini menjadikan TNI AD sebagai pemeran utama dalam sistem Pertahanan Negara. Dihadapkan pada kondisi geografi Indonesia menimbulkan konsekuensi yang berhak untuk melaksanakan pertahanan pulau demi pulau. Karena itu strategi yang ditempuh adalah strategi pertahanan pulau besar. Dalam pelaksanaan strategi tersebut, wilayah nasional dibagi dalam beberapa Kodam sebagai kompartemen strategis yang dituntut mampu melaksanakan pertahanan wilayahnya secara mandiri. Namun demikian prinsip pertahanan tetap berpegang pada prinsip pertahanan terpadu dimana seluruh wilayah negara merupakan satu kesatuan pertahanan sehingga ancaman terhadap suatu wilayah merupakan ancaman seluruh wilayah nasional dengan menempatkan TNI AD sebagai penjuru. Tantangan Sisbinlog TNI AD adalah pendistribusian yang unik dalam wilayah yang unik.
e. Pola Operasi. TNI sebagai komponen utama dalam menghadapi ancaman militer dituntut mampu memprediksi ancaman yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan NKRI dan kelangsungan hidup bangsa.
12
Pada dasarnya ancaman militer bermula dari adanya persaingan, kemudian menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga memicu konflik yang tidak dapat diselesaikan secara damai. Strategi Pertahanan Negara yang bersifat defensif strategis dan opensif strategis mengutamakan tindakan pencegahan sebelum ancaman berkembang menjadi suatu kekuatan yang besar. Kalaupun harus dilakukan aksi penindakan, dilakukan di luar wilayah nasional. Untuk meniadakan ancaman tersebut dengan berbagai bentuk dan manifestasinya dikembangkan konsep pelibatan TNI dalam bentuk pola operasi baik pada masa damai maupun pada masa perang yaitu pola operasi militer untuk perang dan pola operasi militer selain perang. Dalam mendukung kedua pola operasi tersebut dengan berbagai jenis operasi yang dilaksanakan, Sisbinlog TNI AD harus mengejawantah disamping sebagai proses, sebagai ilmu, juga sebagai seni yang dituntut mampu mengembangkan kondisi baik pada masa damai maupun pada masa perang.
f. Faktor Manusia (Etika Pembinaan). Unsur Sisbinlog yang terpenting adalah unsur manusia. Seperti apa kata pepatah the man behind the gun ; bagaimanapun baiknya perangkat pembinaan, faktor manusia juga yang menentukan karena manusia berfungsi disamping sebagai objek juga sebagai subjek dalam sistem pembinaan logistik, manusia yang mengendalikan baik ia berperan sebagai pembina logistik maupun sebagai pengguna logistik. Terpenuhinya kebutuhan logistik TNI AD sesuai tuntutan tugas yang dihadapi bukan satu-satunya ukuran profesionalisme dalam penyelenggaraan pembinaan logistik. Profesionalisme penyelenggaraan pembinaan logistik juga diukur dari bagaimana manusia menjabarkan azas- azas dan prinsif-prinsif pembinaan logistik ke dalam suatu sikap mental yang didasari oleh jiwa kejuangan yang tinggi untuk kepentingan organisasi.
13
Disadari atau tidak pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa kelemahan- kelemahan Sisbinlog tertelak pada faktor manusia yang pada umumnya belum berhasil menerapkan sepenuhnya apa yang sebenarnya diketahui tentang pembinaan logistik.
g. Pengaruh Lingkungan.
1) Geografi dan demografi. Konstelasi geografi Indonesia dengan posisi silangnya merupakan daerah pertemuan dari bermacam-macam potensi serta kekuatan dan sepanjang sejarahnya selalu merupakan perhatian Internasional. Dengan kekayaan alamnya yang melimpah, Indonesia senantiasa merupakan daya tarik bagi negara-negara besar baik dalam arti positif maupun negatif. Dalam arti negatif mengandung ancaman multi dimensi apalagi Indonesai mengharuskan membuka 3 Alki alur lalu lintas laut Internasional. Melihat luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari 2/3 lautan dan 1/3 daratan sedangkan wilayah daratan sendiri terdiri dari pulau-pulau besar dan ribuan pulau- pulau kecil menjadi sulit untuk dipertahankan. Luasnya wilayah lautan dan selat yang menghubungkan garis-garis pantai yang panjang menyulitkan distribusi logistik. Keadaan medan dan cuaca dibeberapa daerah yang berpariasi menyulitkan penentuan modus angkutan serta menyulitkan standarisasi fungsi-fungsi logistik. Disamping itu penyebaran penduduk yang tidak merata mempengaruhi kemampuan dukungan logistik.
2) Kondisi Ekonomi Nasional. Kondisi suatu negara sangat menentukan tingkat kemampuan pertahanan negaranya. Suatu negara yang ekonominya maju akan lebih menjamin kesejahteraan warganya.
14
Apabila suatu negara memiliki warga negara dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi maka negara tersebut memiliki ketahanan nasional yang tinggi. Indonesia sebagai negara berkembang dengan potensi ekonomi nasional yang terbatas berdampak terhadap terbatasnya anggaran pembangunan sektor Pertahanan Negara sementara disisi lain kondisi lingkungan semakin berkembang menjadi ancaman nyata yang kehadirannya tidak dapat ditawar-tawar. Kondisi tersebut menuntut kesiapsiagaan TNI AD setiap saat dengan dukungan logistik yang memadai.
3) Kemajuan Iptek. Pesatnya perkembangan Iptek terutama teknologi pertahanan berdampak semakin pesat pula peningkatan kualitas ancaman dalam arti luas. Presepsi ancaman yang diprediksi baik dari dalam maupun dari luar negeri mencakup pula tingkat penguasaan teknologi yang digunakan calon lawan. Hal tersebut berdampak terhadap kesiapan Alut Sista TNI AD yang berorientasi teknologi canggih agar seimbang, sepadan teknologi ancaman.
4) Supremasi Hukum. Dengan semakin mengedepannya supremasi hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka pola sikap dan pola tindak seluruh komponen bangsa yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap kehidupan masyarakat dalam arti luas, harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. TNI AD sebagai penegak kedaulatan negara di wilayah daratan, dalam melaksanakan pembinaan logistik senantiasa bersinggungan dengan kepentingan masyarakat. Penyelenggaraan Sisbinlog harus sesuai dengan peraturan hukum perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat baik dalam lingkup nasional maupun internasional.
15
h. Masalah Perbendaharaan Materiil dalam Pembinaan Logistik. Undang-undang Pembendaharaan Indonesia (UUPI) hingga kini masih berlaku. Pada awalnya TNI menggunakan Reglement Voor Materieel Beheer sebagai perincian dari UUPI. Pada tahun 1958 Kasad mengeluarkan Pntp 0-5 yang memuat dasar-dasar pembinaan materiil TNI AD. Kemudian pada tahun 1964 UUPI disempurnakan dalam bentuk Peraturan Menteri Koordinator Kompartemen Hankam No M/A/21a/ 1964 tantang Pembinaan Materiil ABRI Pemab PM.1. Selanjutnya Kasad memandang perlu untuk meninjau kembali penyusunan sistem dan prosedur logistik TNI AD dengan dihasilkannya rumusan Sisbinlog dan Sisbinmat. Dalam rangka Litbang dengan dasar pemikiran bahwa Sisbinmat adalah bagian integral dari Sisbinlog maka tidak dikeluarkan lagi naskah Sisbinmat yang terpisah sesuai Keputusan Kasad No Skep/ 62 / I / 1978 tanggal 25 Januari 1978. Mengingatkan hukum pembendaharaan materiil dalam rangka pembinaan materiil dalam mendukung Pertahanan Keamanan Negara perlu perhatian khusus maka atas dasar saran Panglima TNI, Menhankam mengeluarkan keputusan No Kep/ 09 / M / XII / 1984 tentang pokok-pokok pembinaan materiil dalam mendukung pertahanan keamanan negara dimana masalah pembendaharaan materiil menjadi salah satu fungsi dalam penyelenggaraan pembinaan materiil serta merupakan bagian dari pembinaan logistik. Sisbinlog TNI AD harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang termuat didalamnya.
8. Azas-azas dan Prinsip-prinsip.
a. Azas-azas dan Prinsip-prinsip Pembinaan Logistik. Latar be- lakang pemikiran seperti diuraikan di atas sejalan dengan azas-azas dan prinsip-prinsip dalam pembinaan logistik. Azas-azas dan prinsip-prinsip yang dianut sebagai berikut :
16
1) Azas-azas Pembinaan Logistik .
a) Terarah pada tugas pokok. Pembinaan logistik harus diarahkan pada tercapainya tugas pokok dan harus menjamin pengintegrasian fungsi-fungsi dari unsur-unsur logistik. Dalam hubungannya dengan pembinaan, pertimbangan dasar dari pembinaan logistik dalam rangka efektifitas pelaksanaan tugas didasarkan pada efisiensi dan penghematan. Dengan demikian pembinaan logistik harus sinkron dengan pembinaan terutama dengan pembinaan keuangan.
b) Kelancaran dan kontuinitas. Pembinaan logistik harus dapat menjamin kelancaran pembinaan dan kemampuan pembinaan secara berlanjut sehingga unsur-unsur logistik yang telah tersusun dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
c) Kesederhanaan. Pembinaan logistik harus sederhana, dengan menggunakan hasil efektifitas pembinaan itu sendiri dan penghematan dalam penggunaan sumber dan sarana.
d) Ketepatan. Pembinaan logistik harus dapat menjamin pengamanan dan ketetapan data / informasi dalam perencanaan dan pelaksanaan logistik, agar dalam proses pembinaan logistik dapat digunakan data/informasi yang dapat diper- tanggungjawabkan.
17
e) Kekenyalan. Pembinaan logistik harus menjamin agar pelaksanaan fungsi logistik selalu dapat menyesuaikan diri pada kebutuhan dan perubahan keadaan operasi serta kegiatan fungsi utama lainnya.
2) Prinsip-prinsip Pembinaan Logistik.
a) Pemanfaatan sumber yang terbatas. Kebutuhan dan permintaan akan sumber-sumber logistik selalu lebih dari yang dapat disediakan, yang berarti bahwa penggunaan sumber- sumber yang dapat disediakan hendaklah didasarkan pada pencapaian tugas pokok secara menyeluruh dan optimal.
b) Penentuan kualitas dan kuantitas yang tepat. Keanekaragaman dukungan logistik adalah akibat dari berbagai macam tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh masing-masing unsur, sehingga dukungan logistik diatur dengan memilih dan menentukan kualitas dan atau kuantitas yang tepat.
c) Hubungan integrasi bidang strategi / taktik dan logistik. Harus disadari bahwa ada hubungan antara kemampuan taktis dan kemampuan dukungan logistik, yang berarti bahwa disatu pihak keputusan taktis harus menentukan keputusan yang diambil di bidang logistik; dilain pihak, kemampuan logistik dapat mempengaruhi keputusan taktis.
d) Integrasi tanggung jawab dan kewenangan. Kewenangan di bidang taktis dalam pembinaan kekuatan harus tetap berada ditangan pimpinan yang bertanggung jawab atas pembinaan kekuatan secara keseluruhan.
18
Ini berarti bahwa aspek teknis merupakan unsur yang terintegrasi dengan aspek-aspek pembinaan kekuatan lainnya.
e) Pengembangan sistem. Penyusunan Sisbinlog harus berdasarkan pada pemanfaatan maksimal sumber logistik yang tersedia, serta menggunakan cara-cara penentuan standardisasi dan keseragaman, dengan mempertimbangkan cost effectifity tanpa mengurangi kemampuan pelaksanaan tugas.
b. Azas-azas dan Perinsip-prinsip Pembinaan Materiil. Norma pembinaan materiil adalah penilaian baik buruknya pembinaan materiil beserta argumentasinya. Dalam pembinaan materiil norma tersebut bersumber pada hakekat pengadaan materiil yang diperoleh dari jerih payah rakyat. Materiil yang dimiliki dan digunakan TNI / TNI AD dimaksudkan untuk melindungi rakyat sesuai dengan peran dan tugas pokok TNI dalam sistem Pertahanan Negara. Kepercayaan yang diberikan rakyat melalui negara untuk menggunakan materiil tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan dan dibina sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang berhasil guna sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
1) Azas-azas Pembinaan Materiil. Pembinaan materiil adalah salah satu unsur pembinaan logistik sehingga azas-azas dalam pembinaan logistik adalah juga azas-azas dalam pembinaan materiil.
2) Prinsip-prinsip pembinaan Materiil.
a) Pembinaan materiil harus dapat mendukung pembinaan logistik dalam rangka pelaksanaan tugas walaupun dalam pelaksanaannya pembinaan logistik tetap harus memperhatikan ketentuan-ketentuan pembinaan materiil.
19
b) Setiap materiil harus ada pembinaannya.
c) Kesadaran menjaga dan memelihara materiil milik negara harus dipupuk.
d) Pemisahan antara fungsi-fungsi Pre audit (ordonatur), Current audit (comptable), dan Post audit (pengawasan materiil) harus jelas.
e) Pelaksanaan pembinaan materiil harus bermanfaat untuk kepentingan Negara.
f) Pembinaan materiil tidak berdiri sendiri tetapi harus sinkron dengan kebutuhan operasional, pembinaan personel dan pembinaan keuangan.
g) Materiil yang kritis dan vital harus mendapat perhatian yang khusus.
h) Standarisasi dan normalisasi merupakan salah satu usaha menuju kesederhanaan dan efisiensi.
9. Bantuan Logistik Antar Angkatan dan Pembinaan Tunggal.
a. Bantuan Logistik Antar Angkatan.
1) Bantuan Logistik (Banlog) antar Angkatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh salah satu komponen Angkatan atau unsur dari TNI untuk menyediakan bantuan materiil atau pelayanan jasa bagi
20
terselenggaranya tugas Pertahanan Negara oleh komponen / unsur Angkatan lainnya.
2) Banlog Antar Angkatan dapat terjadi sekali saja atau secara berulang disertai dengan ataupun tanpa perhitungan kembali biaya, diselenggarakan baik pada instalasi / fasilitas daerah dalam batas wilayah tertentu atau pada tingkat pusat baik dalam lingkup wilayah tertentu ataupun dalam lingkup wilayah nasional.
3) Tujuan utama dari program Banlog antar Angkatan adalah untuk memanfaatkan pelayanan silang antar Angkatan dalam bantuan materiil dan jasa logistik agar dapat dicapai penghematan dan efektifitas yang sebesar-besarnya dalam penyelenggaraan tugas Pertahanan Negara.
4) Setiap komponen Dephan bertanggung jawab atas penyelenggaraan Banlog bagi masing-masing kekuatan / pasukannya sendiri sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan.
5) Pengaturan penyediaan Banlog untuk komponen Angkatan lain didasarkan atas kemampuan-kemampuan khusus dan sumber yang tersedia pada komponen / Angkatan yang bersangkutan.
6) Banlog antar Angkatan hendaknya dapat diselenggarakan sampai pada tingkat Komando utama yang diberi wewenang otorisasi dan mempunyai kemampuan sumber-sumber yang dibutuhkan.
21
b. Pembinaan Tunggal.
1) Banlog antar Angkatan dilakukan melalui pembinaan tunggal yang memusatkan tugas dan tanggung jawab atas barang sama pakai atau fungsi pelayanan bagi seluruh Angkatan.
2) Penugasan pembinaan tunggal ini diberikan kepada salah satu badan atau Angkatan untuk kebutuhan semua Angkatan. Pembinaan tunggal dijabat oleh Kepala Badan Pelaksana Tingkat Pusat (TNI) atau Kepala Staf salah satu Angkatan yang ditunjuk oleh Panglima TNI berdasarkan kriteria konsepsi pemakai utama diantara Angkatan yang memiliki pengetahuan, skill, fasilitas serta pengalaman / sejarah yang paling luas dan mendalam.
3) Untuk pelaksanaan tugas pembinaan tunggal ini, maka Kepala Staf yang bersangkutan menunjuk pelaksana pembina tunggal yang akan melaksanakannya secara khusus. Karena sifat tugas ini teknis, maka pembinaan tunggal menunjuk dan menetapkan salah satu badan teknis dalam lingkungan Angkatannya sebagai badan pelaksana pembinaan tunggal.
4) Pembinaan ini memusatkan pengendalian atas perhitungan dan persediaan, menghapuskan duplikasi dalam pergudangan barang yang sama pada gudang-gudang yang berdekatan milik beberapa Angkatan, menghemat waktu dan memperpendek jarak dalam melayani tempat- tempat perbekalan dan satuan-satuan pemakai, memudahkan pelayanan antar Angkatan, menjamin koordinasi dari kegiatan-kegiatan perencanaan pengadaan, jadwal pengadaan dan pelaksanaan kontrak- kontrak, memungkinkan peningkatan pemanfaatan fasilitas masing- masing Angkatan secara luas untuk kepentingan semua Angkatan.
22
5) Masing-masing Angkatan mengajukan kebutuhan sesuai program kepada pembinaan tunggal, yang selanjutnya mengerjakan penghitungan kebutuhan-kebutuhannya untuk rencana pengadaan lokasi dari kebutuhan-kebutuhan tersebut serta penyelesaian administrasi pengadaan. Pembinaan tunggal mengatur penyimpanan / penimbunan, menentukan gudang-gudang distribusi wilayah dan mengatur distribusi / penyaluran langsung kepada unsur-unsur satuan pemakaian semua Angkatan di dalam wilayah distribusi tersebut. Pembinaan tunggal juga menyelenggarakan pengendalian inventaris. Instalasi distribusi wilayah diberi tugas untuk melayani semua unsur Angkatan yang berkedudukan di dalam wilayah tanggung jawab pelayanannya. Instalasi distribusi wilayah ini termasuk dalam rangkaian saluran pembekalan dari pembinaan tunggal, dapat juga milik dari Angkatan lain dan penyelenggaraannya tetap dilaksanakan oleh pemilik tersebut.
6) Pembina materiil TNI bina tunggal Angkatan dapat mencakup seluruh atau sebagian kegiatan fungsional mulai kegiatan Litbang dan uji coba materiil, pengadaan, pengendalian inventaris, distribusi, pemeliharaan, pembinaan materiil lebih dan penghapusan.
7) Dibidang angkutan, pembinaan tunggal, dapat dilaksanakan melalui sistem pembinaan angkutan militer khususnya subsistem angkutan darat militer dan subsistem pengaturan dan pengendalian angkutan militer termasuk penentuan pola, sarana / prasarana dan prosedur yang meliputi :
a) Pembinaan tunggal fungsi teknis dan penyelenggaraan angkutan darat.
23
b) Pembinaan tunggal fungsi pengaturan dan pengendalian angkutan serta sarana / fasilitasnya.
8) Masing-masing Angkatan lainnya membantu dengan pemberian nasehat teknis kepada pembina tunggal lewat suatu kelompok penasehat serta memberikan bantuan skill dan fasilitas yang ada dan yang diperlukan oleh pembina tunggal.
10. Stratifikasi Pembinaan Logistik.
a. Dipandang dari segi keseluruhan ruang lingkup pembinaan logistik, stratifikasi pembinaan logistik sebagai berikut :
1) Pembinaan Logistik Strategis, ialah pembinaan logistik pada tingkat Mabes TNI dengan titik berat pada perencanaan strategis beserta pemograman dan penganggarannya.
2) Pembinaan Logistik Pendukung, ialah pembinaan logistik yang diselenggarakan oleh Badan Pelaksana Pusat (Angkatan) melalui sistem instalasi logistik yang terbesar diseluruh wilayah nasional untuk melayani Satuan pemakai dan lebih berorientasi teknis.
3) Pembinan Logistik Operasi, ialah pembinaan logistik yang diselenggarakan pada tingkat daerah / lapangan oleh unsur-unsur logistik satuan-satuan pemakai dan yang lebih berorientasi taktis.
b. Ditinjau dari sifat kegiatan sebagai berikut :
1) Logistik penghasil, yang berhubungan dengan soal-soal ekonomi negara dan yang menyangkut produksi kebutuhan-kebutuhan militer.
24
2) Logistik pemakai, yang berhubungan dengan pemanfaatan hasil logistik penghasil untuk pelaksanaan tugas pokok.
11. Fungsi-fungsi Logistik. Untuk melaksanakan tugas pokok Sisbinlog maka tugas pokok tersebut diurai kedalam fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Pembekalan; meliputi kegiatan penentuan kebutuhan, pengadaan / pengusahaan, penimbunan / penyimpangan dan distribusi, pemeliharaan dalam penyimpanan serta pemungutan dan penghapusan.
b. Pemeliharaan; Meliputi kegiatan pemeliharaan pencegahan, perbaikan, modifikasi, pembangunan kembali (rebuild dan overhaul) serta penentuan kondisi dan klasifikasi.
c. Pengangkutan; Meliputi kegiatan angkutan dengan modus angkutan darat, angkutan laut, angkutan udara dan saluran pipa.
d. Perawatan Kesehatan; Meliputi kegiatan pemeliharaan, pengobatan, hospitalisasi, evakuasi, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan umum. Peningkatan kesehatan umum dimaksudkan untuk mencapai daya guna yang setinggi-tingginya dari unsur tenaga personel TNI AD beserta keluarganya yang berhak, agar terbina daya pelaksanaan tugas yang sebaik- baiknya setiap waktu.
e. Konstruksi. Adalah pekerjaan pembangunan atau perbaikan fasilitas untuk keperluan personel dan materiil meliputi kegiatan pembangunan, pemeliharaan, rehabilitas dan penghapusan.
f. Pelayanan Jasa-jasa Logistik Lainnya.
25
12. Pokok-pokok Perbendaharaan Materiil. Penyelenggaraan perbendaharaan materiil dalam Sisbinlog adalah wujud pertanggungjawaban pengunaan kekayaan Negara yang dijabarkan dalam pembinaan fungsi-fungsi logistik. Dilingkungan Dephan dan TNI perbendaharaan materiil meliputi kegiatan-kegiatan utama yang dimulai sejak pengadaan sampai dengan penghapusannya. Sedangkan kegiatan- kegiatan pendukungnya dimulai sejak pemeriksaan sampai dengan kodifikasi dan standardisasi materiil. Fungsi-fungsi perbendaharaan terdapat dalam keordonaturan dengan lingkup perencanaan, pengendalian, penatabukuan, pengawasan, pengkomisian dan kebendaharaan.
a. Pejabat Dalam Penyelenggaraan Perbendaharaan. Pejabat dalam penyelenggaraan perbendaharaan materiil disusun dalam tataran kewenangan masing-masing dipegang oleh Ordonatur Materiil, Bendaharawan Materiil, Komisi Pemeriksa Materiil serta Pengawas dan pemeriksa materiil. Kewenangannya diberikan sesuai jalur struktur organisasi TNI.
1) Ordonatur Materiil. Ordonatur materiil dijabat oleh Menteri Pertahanan ditingkat Departemen Pertahanan, Panglima TNI ditingkat Mabes TNI dan Kepala Staf Angkatan ditingkat Angkatan. Pejabat tersebut dapat memindahkan atau menyerahkan keordonaturannya kepada pejabat yang ditunjuk dengan cara pemberian wewenang atau penyerahan wewenang. Sebagai pemegang kekuasaan atas perbendaharaan materiil dijajarannya, menetapkan kebijakan, aturan- aturan serta ketentuan-ketentuan yang diperlukan dengan tetap berpedoman kepada undang-undang perbendaharaan materiil.
2) Bendaharawan Materiil. Bendaharawan Materiil dijabat oleh Kepala Gudang persediaan Pusat dan Kepala Gudang persediaan daerah. Pengangkatan dan pemberhentian Bendaharawan Materiil dilaksanakan oleh Ordonatur Materiil dengan surat keputusan yang
26
tembusannya dikirim sesuai jejang hirarkhis sampai kepada BPK. Pengangkatan dan pemberhentian dilaksananakan oleh Ordonatur Materiil. Jabatan Bendaharawan tidak dirangkap oleh pejabat yang melaksanakan fungsi pengawasan. Sebagai bendaharawan yang bertugas menerima, menyimpan, dan mengeluarkan materiil serta mempertanggungjawabkannya kepada ordonatur materiil.
3) Komisi Pemeriksa Materiil. Adalah Tim / panitia yang dibentuk oleh Ordonatur untuk mengadakan pemeriksaan materiil. Dipimpin oleh seorang Perwira dan dibantu oleh seorang ahli dalam bidang yang diperiksa. Bendaharawan Materiil tidak dibenarkan duduk dalam kepanitiaan.
4) Pengawas dan pemeriksa materiil. Pengawasan dan pemeriksaan materiil dilakukan oleh badan yang berada dilingkungan Dephan dan TNI serta Badan Pemeriksa Keuangan Negara (BPK). Dilingkungan Dephan dan TNI dilaksanakan dengan cara pengawasan melekat dan pengawasan fungsional. Pengawasan fungsional dilakukan ditingkat Inspektorat sedangkan pengawasan melekat dilaksanakan sebagai berikut :
a) Ditingkat pimpinan oleh Menteri Pertahanan, Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan dan Panglima Kotama dengan tugas menentukan kebijaksanaan umum sesuai lingkup kewenangannya.
b) Ditingkat Staf oleh Staf sebagai unsur pembantu pimpinan sesuai kewenangan masing-masing.
27
c) Ditingkat Direktorat oleh Direktur pembina materiil selaku staf khusus pimpinan melaksanakan pengendalian dan pengawasan teknis sesuai Lapangan Kekuasaan Teknisnya (LKT).
b. Pengelompokan Materiil. Penyelenggaraan perbendaharaan materiil didasarkan atas pengelompokan materiil sebagai berikut :
1) Menurut tatanan penyelenggaraan : a) Materiil Comptable. Yaitu materiil persediaan yang ada di gudang persediaan dan dikelola oleh bendaharawan materiil.
b) Materiil Non-Comptable. Yaitu materiil yang berada diluar gudang persediaan dan digunakan untuk operasional, terdiri dari :
(1) Materiil inventaris. (2) Materiil dipakai habis.
2) Menurut sifat materiil. Pengelompokan menurut sifat karena didasarkan atas perbedaan dalam perlakuan pembinaannya; terdiri dari materiil bergerak, materiil tidak bergerak dan hewan.
a) Materiil tidak bergerak, meliputi tanah, gedung, perumahan, jalan, jembatan, dermaga, Air Port termasuk kapal laut dan pesawat udara.
28
b) Materiil yang bergerak, terdiri dari :
(1) Materiil bekal umum, meliputi kelompok materiil dari jenis barang pembekalan yang sama-sama digunakan oleh semua Angkatan.
(2) Materiil bekal kesehatan, meliputi jenis barang perlengkapan dan bekal yang bersifat materiil.
(3) Materiil alat perlengkapan, meliputi komoditi perlengkapan, perkakas dan bekal.
c) Hewan.
3) Menurut Katagori.
a) Materiil Utama, adalah jenis barang jadi lengkap dan barang pengganti (assembly) yang sedemikian pentingnya, sehingga dalam teknik pembinaannya perlu dipusatkan pengendaliannya, baik selama dalam persediaan tingkat pusat dan daerah maupun selama berada dalam penggunaan kesatuan pemakai.
b) Materiil pembantu, adalah jenis barang jadi, barang pengganti, suku cadang (spare dan repair part) dan jenis barang habis pakai yang tidak termasuk barang utama.
29
4) Pengelompokan menurut kmoditi, dimana jenis barang tertentu beserta kelengkapannya yang homogin dikelompokkan sebagai satu komoditi materiil, untuk lebih memudahkan pembinaannya karena kesamaan sifat, penggunaan, dan keahlian tehnis yang dibutuhkan.
5) Pengelompokan menurut harga. Jenis barang pada umumnya dapat dipisahkan dalam kelompok jenis barang yang mempunyai nilai harga tinggi, sedang dan rendah. Dalam pengelompokkan ini juga sering dipertimbangkan faktor hubungannya dengan kepentingan tugas TNI AD, jenis barang yang kritis dan bernilai harga tinggi, yang biasanya dalam pembinaannya merupakan jenis barang yang diawasi atau diatur. Tetapi jenis barang yang mempunyai nilai harga sedang dan rendah pun, menurut derajat hubungannya dengan kepentingan tugas, dapat dipilih sebagai jenis barang yang diawasi atau diatur.
6) Pengelompokan lainnya.
a) Pengelompokan menurut barang yang bersifat khusus militer (Almil) dan barang bersifat sipil (Alsip).
b) Pengelompokan dalam kelas bekal yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk menyelenggarakan fungsi pembekalan, meliputi :
(1) Bekal kelas I : Semua bekal yang habis dipakai dengan jumlah yang relatif tetap dalam segala keadaan seperti bahan pangan (Beras, lauk pauk).
(2) Bekal kelas II : Semua bekal yang diberikan sebagai permulaan pembekalan kepada perorangan/
30
satuan sesuai TOP/DSPP atau daftar alokasi lain seperti pakaian, senjata, kendaraan, alat satuan lain.
(3) Bekal kelas III : Semua bekal perminyakan kecuali untuk pesawat terbang, bekal perminyakan tersebut seperti bahan bakar, minyak dan pelumas. Sedangkan untuk pesawat terbang digunakan klasifikasi kelas II.A, III.A, IV.A dan V.A.
(4) Bekal kelas IV : Semua bekal yang tidak termasuk dalam kelas lain yang dikeluarkan dengan cara khusus seperti alat perkuatan medan, alat konstruksi dan lain-lain.
(5) Bekal kelas V : Semua jenis munisi, kecuali jenis bom.
c) Pengelompokan menurut nilai setelah penghapusan terdiri dari materiil rahasia, berbahaya dan tidak berbahaya/tidak laku dijual.
d) Pengelompokan menurut klasifikasi/kondisi/kelaikan setelah komisi pemeriksaan materiil sebagai berikut :
(1) Baik. Adalah materiil yang masih memenuhi syarat pemakaian sebagaimana ditentukan dalam peraturan.
31
(2) Rusak Ringan. Adalah materiil yang tidak memenuhi syarat pemakaian tetapi masih dapat diperbaiki sehingga laik untuk dipergunakan lagi.
(3) Rusak Berat. Adalah materiil yang tidak memenuhi syarat pemakaian dan tidak dapat diperbaiki.
13. Lapangan Kekuasaan Teknis (LKT). Lapangan Kekuasaan Teknis adalah wewenang dan tanggung jawab teknis yang dimiliki oleh pembina komoditi dalam melaksanakan pembinaan fungsi teknis terhadap materiil, fasilitas dan jasa. Keberhasilan Sisbinlog dipengaruhi oleh dalam dan luasnya LKT para Pembina fungsi teknis tersebut. LKT dikembangkan berdasarkan ketentuan teknis untuk mendukung tugas pokok Komando dari segi opersional dan taktis yang diterapkan dari mulai tingkat pimpinan atas sampai kepada satuan, untuk menerapkan disiplin berdasarkan norma teknis managemen. Menjadi kewajiban para pejabat ditiap eselon baik pejabat pemegang fungsi Kodal maupun pejabat fungsional dibidang logistik untuk dapat menyerasikan antara LKT dengan wewenang Kodal sehingga menjamin kelancaraan dukungan logistik. Dengan demikian penerapan LKT oleh para Pembina fungsi logistik harus mewujudkan keserasian antara kekuasaan dan kewajiban yang dapat menunjang kebijaksanaan operasional dalam arti ;
a. Memperlancar dukungan logistik sampai kepada satuan pemakai. b. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi teknis dukungan logistik. c. Menertibkan administrasi pembinaan (kebenaran hukum perbendaharaan). d. Mengurangi beban administrasi satuan pemakai. e. Tidak menimbulkan perbedaan prioritas dukungan antara satuan organik dan non organik.
32
14. Evaluasi.
a. Apa yang melatar belakangi perlunya Pasis mempelajari Sisbinlog TNI AD ? b. Sebutkan dan jelaskan salah satu azas pembinaan logistik yang Pasis ketahui ! c. Sebutkan dan jelaskan salah satu prinsip pembinaan logistik yang Pasis ketahui ! d. Sebutkan stratifikasi logistik baik ditinjau dari keseluruhan ruang lingkup pembinaan maupun ditinjau dari sifat kegiatannya ! e. Sebutkan dan jelaskan fungsi-fungsi logistik ! f. Apa yang Pasis ketahui tentang Pembinaan tunggal ! g. Apa yang Pasis ketahui tentang Bantuan Logistik Antar Angkatan ! h. Mengapa dalam Sisbinlog aturan perbendaharaan materiil ? Jelaskan ! i. Apa yang Pasis ketahui tentang LKT dan mengapa LKT itu diperlukan dalam Sisbinlog ?
33
BAB III PEMBINAAN LOGISTIK TNI AD
15. Umum.
a. Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa Sisbinlog TNI AD merupakan bagian dari Sisbinlog TNI, segala aturan-aturan/pedoman dasar yang berlaku dalam Sisbinlog TNI berlaku pula dalam Sisbinlog TNI AD. Disamping itu Sisbinlog TNI AD juga merupakan bagian dari Sisbin TNI AD. Agar Sisbin TNI AD dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan maka unsur/subsistem-subsistem dalam Sisbin TNI AD harus saling mendukung. Sisbinlog TNI AD harus memberi kontribusi kepada Sisbin-sisbin lain dalam Sisbin TNI AD.
b. Penyelenggaraan pembinaan logistik TNI AD, tidak sekedar ditujukan untuk mewujudkan dukungan logistik tetapi juga harus dapat menjamin tegaknya prosedur dengan memperhatikan hukum dan aturan-aturan lain yang berlaku sehingga penyelenggaraannya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memudahkan pembinaannya, fungsi-fungsi logistik dikelompokkan dalam wujud materiil, fasilitas dan jasa. Pengelompokan tersebut didasari adanya perbedaan perlakuan dalam pembinaannya.
c. Dalam pembinaan logistik TNI AD, tidak dapat dihindari adanya pengerahan atau penggunaan sumber-sumber logistik yang tersedia diwilayah secara serentak, cepat, tepat, terpadu dan terarah guna menghadapi keadaan darurat. Sumber-sumber logistik tersebut harus dibina agar dapat didaya gunakan untuk kepentingan TNI AD. Pembinaan dan penggunaan sumber-sumber logistik tersebut akan dibahas secara lebih rinci dalam bab tersendiri tentang Logistik Wilayah.
34
16. Hubungan Sisbinlog Dalam Sisbion TNI AD. Hubungan Sisbinlog TNI AD dengan Sisbin-sisbin lain dalam Sisbin TNI AD perlu dipahami dalam rangka memperoleh suatu pemahaman yang holistik tetang Sisbinlog TNI AD.
a. Hubungan Sisbinlog dengan Sisbinpers. Hubungan Sisbinlog dengan Sisbinpers adalah dalam hal pemenuhan kebutuhan personel. Kebutuhan personel tersusun secara hirarkhis dari kebutuhan yang paling mendasar yaitu kebutuhan fisiologis, kemudian meningkat kepada kebutuhan keamanan dan ekonomi, kebutuhan sosial, kebutuhan psikologis sampai kepada kepuasan/aktualisasi diri. Sisbinlog dengan Sisbinpers bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan personel dengan melihat personel dalam 2 (dua) dimensi yaitu personel sebagai pembina dan pengguna logistik serta personel sebagai individu-individu dan organisasi. Sisbinlog memberi dukungan logistik untuk memenuhi kebutuhan personel sebagai pengguna dalam kaitan sebagai organisasi dengan memberi dukungan logistik untuk memenuhi kebutuhan personel yang paling mendasar seperti kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kesehatan. Karena kebutuhan tersebut sifatnya mendasar maka orientasi Sisbinlog adalah kepada siklus pembinaan personel yaitu mulai pengadaan, pemeliharaan/peningkatan, kekuatan/kemampuan, perawatan sampai kepada pemisahan. Siklus pembinaan tersebut bersifat konstan/ tetap dan berlanjut sehingga wujud dukungan logistikpun bersifat tetap dan berlanjut.
b. Hubungan Sisbinlog dengan Sisbinstru. Salah satu unsur /subsistem dari Sisbinlog adalah pengorganisasian logistik. Wujud organisasi logistik adalah instalasi/depo/lumbung-lumbung/produksi dan badan/institusi logistik. Organisasi Sisbinlog disusun sedemikian rupa dari mulai tingkat pusat sampai ketingkat daerah. Tujuan pengorganisasian yaitu untuk menggerakan Sisbinlog itu sendiri.
35
Begitu pula halnya dengan Sisbinstru, salah satu unsur/subsistem dari Sisbinstru adalah pengorganisasian. Sisbinstru merumuskan organisasi satuan-satuan TNI AD melalui gelar satuan dari tingkat pusat sampai ketingkat daerah termasuk proses pengembangan kekuatan dan kemampuannya. Sisbinlog merumuskan/menyusun badan/instalasi logistik tingkat pusat maupun tingkat daerah baik badan/instalasi logistik pada organisasi satuan intelejen, satuan tempur, satuan teritorial maupun satuan pendukung untuk menjamin agar Sisbinlog dapat bergerak mengalir memberi dukungan logistik dari daerah belakang/pangkalan /sumber-sumber logistik ke daerah/satuan terdepan sehingga menjamin terwujudnya kemampuan dan kekuatan TNI AD yang tersusun dalam gelar satuan yang dikelola oleh Sisbinstru.
c. Hubungan Sisbinlog dengan Sisbinrengar. Wujud dukungan logistik berupa benda dan kegiatan. Baik berupa benda atau kegiatan, sumbernya diperoleh dari dukungan satuan atas yang berasal dari kemampuan sendiri. Untuk keperluan pembinaan, sumber logistik tersebut dapat berupa biaya (untuk mewujudkan suatu benda), benda/materiil/bekal (hasil pengadaan atau rekayasa) dan kegiatan (dalam bentuk jasa). Sumber logistik berupa biaya tersusun dalam suatu rencana anggaran baik jangka pendek, jangka sedang maupun jangka panjang yang dikelola oleh Sisbinrengar mencakup rencana anggaran seluruh TNI AD yang dikemas dalam Sisbin TNI AD. Pada dasarnya titik berat keberhasilan pembinaan TNI AD tergantung dari kemampuan logistiknya. Sisbinlog TNI AD berperan memberi masukan dalam bentuk rencana kebutuhan anggaran baik kebutuhan rutin maupun kebutuhan pembangunan, baik jangka pendek, jangka sedang maupun jangka panjang secara tepat dan akurat termasuk kebutuhan cadangan dalam mengantisipasi ketidak pastian kondisi lingkungan.
36
d. Hubungan Sisbinlog dengan Sisbinpinak. Konsep Sisbinlog TNI AD adalah sebuah piranti lunak yang bersifat sementara, berlaku untuk kurun waktu tertentu selama konsep tersebut masih dianggap relevan sesuai kondisi lingkungan yang berkembang. Karena sifatnya sangat rentang dengan kondisi lingkungan yang selalu berubah maka konsep Sisbinlog TNI AD harus kenyal dan luwes sehingga pengertian sementara dapat berlaku untuk jangka panjang demi memelihara kesinambungan pembinaannya. Konsep Sisbinlog pada dasarnya menjelaskan tentang mekanisme pembinaan logistik secara garis besar, berpedoman pada konsep strata yang lebih tinggi dan masih harus dijabarkan lebih lanjut sampai kepada yang bersifat teknis. Konsep Sisbinlog harus mengikuti disiplin dalam Sisbinpinak karena pembinaan konsep-konsep tersebut merupakan bagian dari Sisbinpinak. Sisbinpinak merumuskan buku petunjuk mulai dari level strategis sampai kepada level operasional, taktis dan teknis yang bersusun secara hirarkhis, saling menjiwai dan dijiwai. Hal tersebut dimaksud agar pelaksanaan pada level teknis tidak menyimpang dari kebijakan pada level strategis. Konsep Sisbinlog adalah petunjuk pembinaan yang berada pada level operasional yang masih perlu penjabaran dalam bentuk Buku Petunjuk Administrasi pada level taktis serta Buku Petunjuk Teknis pada level teknis. Keberadaan maupun relevansi buku- buku petunjuk tersebut menjadi keharusan dalam Sisbinlog agar kesinambungan pembinaan logistik tidak terganggu oleh proses alih generasi.
e. Hubungan Sisbinlog dengan Sistem Informasi Pembinaan TNI AD. Keberhasilan Sisbinlog dalam memberi dukungan logistik kepada satuan pemakai sangat ditentukan oleh tingkat perencanaan kebutuhan. Perencanaan kebutuhan dalam Sisbinlog bersifat kombinasi antara Top-Down dengan Buttom-up. Top Down karena sangat tergantung kepada sumber dana, kebijakan pimpinan serta persediaan yang ada, sedangkan bottom up karena harus sesuai dengan skala prioritas kebutuhan satuan pemakai.
37
Prinsip dukungan logistik yang diberikan kepada satuan pemakai adalah tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran. Kekeliruan / keterlambatan satuan pemakai memberi masukan tentang kebutuhan logistiknya atau kekeliruan / keterlambatan badan-badan logistik mengolah data berdampak terhadap keliru / terlambatnya keputusan yang diambil oleh pimpinan. Dalam kondisi lingkungan yang dinamis dan penuh perubahan disamping besar dan tersebarnya organisasi TNI AD yang syarat dengan data logistik diperlukan suatu proses pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. Sistem Informasi Pembinaan TNI AD berperan dalam pembinaan informasi yang dilengkapi dengan peralatan elektronik canggih. Sistem Informasi Pembinaan TNI AD bertugas mengolah data menjadi informasi dengan jaringan yang cukup luas dari tingkat pusat ke tingkat daerah. Sisbinlog melalui badan- badan logistik baik di daerah maupun di pusat berkewajiban mendayagunakan simpul-simpul Sistem Informasi Pembinaan TNI AD yang ada di lingkungannya. Masukan data kepada Sistem Informasi Pembinaan TNI AD selanjutnya diolah menjadi informasi untuk disampaikan kepada pimpinan dalam rangka pengambilan keputusan sehingga dukungan logistik memenuhi prinsip-prinsip yang dikehendaki.
17. Pembinaan Materiil. Pembinaan materiil mempunyai tugas pokok menjamin dan mempertahankan kesiapan materiil yang dimiliki dan digunakan oleh TNI AD sehingga memiliki kehandalan yang tinggi, berdaya dan berhasil guna, dengan menggunakan sumber daya optimal yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan administratif untuk mendukung tugas-tugas TNI AD. Tugas pokok ini harus dilaksanakan disemua eselon TNI AD yang dalam implementasinya diselenggarakan melalui fungsi-fungsi pembinaan materiil secara langsung meliputi Penentuan Kebutuhan, Penelitian dan Pengembangan, Pengadaan, Distribusi, Pembinaan materiil lebih, persediaan mati dan penghapusan serta fungsi-fungsi
38
pendukung meliputi pengendalian Inventory, Standardisasi, Katalogisasi, Sistem Informasi Pembinaan Materiil, Administrasi perbendaharaan Materiil, mobilisasi dan demobilisasi. Sedangkan pembinaan materiil secara tidak langsung terhadap penguasaan sarana pembinaan yang meliputi personel, pendidikan dan latihan, fasilitas dan doktrin, teknik serta petunjuk-petunjuk tidak dibahas dalam uraian ini.
a. Penentuan Kebutuhan.
1) Penentuan kebutuhan meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berhubungan dengan penentuan jenis, jumlah dan persyaratan teknis materiil yang diperlukan untuk melengkapi dan mendukung operasi dalam rangka pelaksanaan tugas dalam kurun waktu tertentu.
2) Dalam pelaksanaan pembinaan materiil, penentuan kebutuhan merupakan kegiatan yang berperan memberikan pembatasan terhadap penentuan jenis, jumlah dan persyaratan teknis materiil.
3) Tujuan penentuan kebutuhan ialah untuk menjamin agar kemampuan dukungan materiil selalu berada dalam kondisi siap operasional pada setiap perkembangan keadaan sehingga akan dapat mendukung upaya penanggulangan terhadap berbagai bentuk ancaman yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
4) Penentuan kebutuhan diperhitungkan berdasarkan kebutuhan operasional yang mencakup kebutuhan untuk investasi maupun kebutuhan rutin pembinaan dengan memperhatikan persediaan materiil yang telah ada dan yang akan masuk.
39
Kebutuhan-kebutuhan materiil tersebut harus jelas dan cepat perwujudannya serta memenuhi persyaratan baik secara kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan tuntunan perkembangan keadaan yang terjadi dalam kurun waktu tersebut. Agar selalu dapat dilakukan penyesuaian maka penentuan kebutuhan harus selalu ditinjau kembali dengan sistem umpan balik. Dalam realisasinya kebutuhan materiil dibatasi oleh sumber yang tersedia dan penentuan urutan prioritas.
b. Penelitian, Pengembangan dan Uji Coba.
1) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan ilmiah dan teknik yang dilakukan secara terus menerus dibidang materiil, dan meliputi fungsi pencarian, penelaahan, percobaan, penciptaan dan penyempurnaan materiil sesuai dengan kebutuhan TNI AD.
2) Uji Coba (Ucob) adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan ilmiah dan teknis dibidang materiil, yang meliputi fungsi pemeriksaan, percobaan dan perbandingan, guna menilai dan menentukan kualifikasi materiil sesuai dengan persyaratan dan standar yang telah ditetapkan.
3) Pembinaan Litbang dan Ucob materiil didasarkan pada siklus hidup materiil. Pembinaan Litbang dan Ucob materiil diselenggarakan dengan membagi jangka waktu suatu sistem peralatan yang dibina kedalam tahap-tahap pembinaannya seperti :
a) Tahap perumusan konsepsi materiil, meliputi :
(1) Pengembangan penelitian konsepsi / ide materiil. (2) Pengembangan lanjutan konsepsi / ide materiil.
40
b) Tahap penentuan type standard materiil, meliputi :
(1) Pemilihan type materiil yang telah dikembangkan. (2) Penelahaan, pengkajian kemungkinan dan penciptaan model percobaan dan prototype. (3) Penilaian dan penentuan type standard melalui ujian taktis prototype yang telah diciptakan.
c) Tahap pembinaan materiil meliputi :
(1) Penentuan persyaratan kualitatif dan standard engineering materiil untuk pengadaan, produksi dan pengujian materiil pada penerimaan.
(2) Penentuan data kuantitatif dan kualitatif guna pembinaan inventaris.
(3) Penentuan data pemakaian, kerusakan dan modifikasi materiil guna pembinaan distribusi dan pemeliharaan.
(4) Penentuan norma efisiensi penggunaan jangka waktu materiil guna modifikasi, penghapusan dan pengalihan type.
(5) Mengintroduksikan sistem peralatan baru yang memiliki dampak luas dan komplek serta memakan biaya dengan menempatkan fungsi Litbang dan Ucob materiil
41
sebagai suatu bagian yang penting dalam sistem pembinaan materiil. Sebelum sistem peralatan baru yang diajukan dapat memasuki tahap pengembangan engineering dan produksi (pengadaan) haruslah dipenuhi enam syarat pokok oleh Litbang dan Ucob, yaitu :
(a) Harus ditonjolkan bahwa sistem peralatan membutuhkan pengembangan teknologi.
(b) Sistem peralatan baru harus tanggap terhadap suatu ancaman yang nyata atau diperkirakan, dan merupakan sistem peralatan yang lebih baik dari pada yang telah ada, dan karenanya maksud dan tujuan penggunaannya harus ditentukan dengan jelas.
Efektif dalam penggunaan dan merupakan pendekatan teknis yang paling baik untuk memperolehnya.
(d) Harus menjamin keseimbangan optimal antara efektifitas operasinal, biaya dan jadwal waktu.
(e) Pembiayannya harus relatif menguntungkan dibanding pembiayaan sistem peralatan yang sejenis, sehingga terjamin bahwa tidak akan menjadi duplikasi dari sistem peralatan yang telah
42
ada, baik dalam pemakaian maupun dalam pesediaan.
(f) Biaya siklus hidup dan jadwal pengembangan yang diperkirakan harus memadai dapat diterima.
c. Pengadaan.
1) Pengadaan adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk mendapatkan sarana logistik dengan cara pembelian baik dari luar maupun dalam negeri, pembangunan, penerima bantuan, sewa, pengerahan, produksi, perbaikan dan pembangunan kembali, permintaan kepada atasan, pengerahan (mobilisasi) yang dilaksanakan dalam keadaan darurat sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku serta pemanfaatan sumber-sumber lawan.
2) Pengadaan ditujukan untuk mmenuhi kebutuhan Satuan Pemakai atau untuk mengisi gudang persediaan sebagai cadangan dalam mengatasi keadaan yang tidak terduga. Pengadaan selalu mempedomani persyaratan operasional, persyaratan teknis, mutu, harga, waktu serta tempat yang ditentukan. Untuk penyederhanaan proses pengadaan dilakukan dengan stradarisasi materiil.
3) Tindakan pengadaan mempunyai pengaruh yang luas, baik pada perkembangan ekonomi nasional maupun pada Hanneg sehingga menimbulkan konsekuensi jangka panjang. Program pengadaan akan mempengaruhi keputusan dalam penggunaan dan perluasan dari kapasitas produksi yang tersedia dalam hal pengembangan fasilitas baru, modernisasi sarana produksi, pengembangan cadangan sumber
43
tenaga manusia, sumber alam dan berbagai untuk yang terdapat dalam sistem produksi nasional.
4) Kegiatan perencanaan dapat dimulai secepat mungkin setelah diterimanya program-program yang diajukan. Rencana pengadaan mencakup pertimbangan-pertimbangan pokok, antara lain dana yang tersedia dan cara seleksi rekanan, penyerahan barang, kebutuhan yang datang, dan proses administrasi dalam kontrak. Bila program mencakup pula kegiatan Litbang, maka rencana pengadaan dibuat mulai dari tahap permulaan penelitian sampai pada tingkat pengembangan terakhir.
5) Dana untuk tindakan pengadaan dinyatakan dalam anggaran dari APBN yang telah disyahkan untuk Dephan cq TNI AD, dan merupakan pembatasan yang harus mendapatkan perhatian penuh dari pembina logistik dalam rangka penentuan otorisasi sebagai dukungan terhadap masing-masing program materiil. Hal ini tidaklah berarti secara mutlak bahwa tindakan pengadaan lain (diluar mata anggaran) yang mendesak tidak dilakukan. Bila perlu, program pengadaan yang telah tersedia mata anggarannya dapat ditunda atau dibatalkan demi kepentingan pengadaan yang lebih mendesak.
6) Pengadaan materiil pada dasarnya dilakukan secara kerja sama dengan pihak ketiga (rekanan) melalui kontrak.
7) Pemerintah dalam hal ini Dephan cq Angkatan Darat dapat memiliki fasilitas produksi sendiri sebagai sumber pengadaan untuk menghasilkan barang / materiil guna memenuhi kebutuhan pertahanan, seperti senjata, munisi, alat-alat perlengkapan khusus, suku cadang peta dan barang lainnya yang bersifat khas dan terbatas penggunaannya untuk umum.
44
8) Pengadaan dapat dilakukan di pusat, di daerah atau secara lokal dengan pertimbangan sebagai berikut :
a) Pengadaan Tk. Pusat :
(1) Perlu keseragaman dalam type dan mutu. (2) Diperlukan pengendalian terpusat. (3) Adanya penekanan terhadap waktu dan harga.
b) Pengadaan Tk. Daerah :
(1) Pengembangan potensi daerah. (2) Penyederhanaan distribusi. (3) Penyebaran materiil. (4) Mudah diperoleh di daerah. (5) Lebih ekonomis.
c) Pengadaan Tk. Satuan / Lokal. Untuk memenuhi kebutuhan satuan dalam jumlah relatif sedikit / kecil dilakukan oleh satuan sendiri berdasarkan pertimbangan :
(1) Tidak dialokasikan secara fisik dari satuan atas. (2) Kondisi setempat lebih menguntungkan untuk pengadaan lokal. (3) Tidak mutlak diperlukan keseragaman type dan mutu.
45
9) Penyelenggaraan pengadaan harus bebas dari perbuatan KKN . Personel yang melakukan perbuatan KKN dikenakan sanksi sesuai dengan UU RI No 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
d. Pengendalian Inventaris.
1) Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengendalian inventaris adalah pelayanan yang lebih efektif dan efisien karena dapat mempersingkat waktu dalam memberikan dukungan yang dibutuhkan. Keanekaragaman kebutuhan Satuan diperlukan adanya persediaan yang harus dipelihara untuk memberikan jaminan pembekalan bagi setiap kesatuan, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dengan proses pembekalan yang sesingkat-singkatnya.
2) Pengendalian imventaris merupakan titik pusat dari seluruh kegiatan pembinaan logistik TNI AD, karena lancar atau tidaknya arus barang sangat tergantung pada efektifitas kegiatan yang dilakukan jauh sebelum barang perbekalan didistribusikan kepada pemakai. Fokus kegiatan pengendalian inventaris terletak pada tugas dan tanggung jawab dari Pusat Pengendalian Inventaris terhadap komoditi kelompok ditingkat pusat.
3) Kegiatan yang dilaksanakan dalam pengendalian inventaris mencakup penyusunan katalog, perhitungan kebutuhan, pengarahan pengadaan, pengarahan distribusi, pengarahan pemeliharaan dan pengarahan penghapusan.
46
4) Pengendalian inventaris mencakup materiil comptable maupun non comptable kecuali materiil yang dipakai habis. Pengendalian inventaris mengatur pula tentang pemakaian materiil karena sebagian besar dari materiil berada dalam pemakaian baik di satuan maupun perorangan. Para pemakai materiil bertanggung jawab atas penggunaan materiil yang dalam penguasaannya dan wajib melaporkan secara periodik. Terhadap perubahan keadaan materiil karena kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian atau cara penggunaan yang tidak semestinya dikenakan tuntutan ganti rugi. Materiil tersebut tidak boleh dihipotikkan / digadaikan.
5) Pengendalian inventaris dilakukan dengan mendayagunakan sistem informasi dan sistem komunikasi yang tersedia sehingga dapat memperoleh informasi materiil dengan cepat, benar dan lengkap.
e. Sistem Informasi Pembinaan Materiil.
1) Sistem informasi pembinaan materiil merupakan bagian dari supra system informasi pembinaan yang diperlukan untuk mendayagunakan mekanisme fuingsi-fungsi pembinaan materiil, sehingga dapat menghasilkan keluaran yang diperlukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan pembinaan rutin maupun pembinaan kemampuan pertahanan Negara. Adapun data yang diperlukan adalah data yang bersangkutan dengan kegiatan penentuan kebutuhan, pengadaan, distribusi, pemeliharaan dan penghapusan.
2) Penyelenggaraan sistem informasi pembinaan materiil dilakukan melalui penyampaian laporan atau data secara rutin dan hirarkhis dari satuan pelapor kepada instalasi pengumpul dan pengolah data.
47
3) Untuk itu, dalam sistem informasi pembinaan materiil perlu dikembangkan adanya prosedur sistem informasi pembinaan materiil dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Penyampaian data menggunakan bentuk / formulir yang telah ditetapkan. b) Penyampaian data menggunakan sarana komunikasi yang tepat. c) Pelayanan merupakan bagian integral dari pembinaan materiil.
f. Katalogisasi.
1) Katalogisasi dimaksudkan untuk :
a) Memberikan kemudahan dalam daur pembinaan materiil dalam merencanakan dan melaksanakan pengadaan, penyiapan dan penyaluran serta pemeliharaan dan pengendalian materiil.
b) Adanya satu bahasa dan keseragaman dalam mengidentifikasi, modifikasi, pengelompokkan dan klasifikasi materiil.
2) Sasaran katalogisasi adalah untuk menghemat anggaran, tenaga dan waktu dengan cara mempercepat dan memperlancar pelaksanaan administrasi pengurusan materiil dengan memperhatikan faktor ketepatan dan keamanan.
48
g. Standarisasi.
1) Standardisasi dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin jumlah, jenis, ukuran, bahan, spesifikasi, merk dan type materiil sehingga dapat dicapai daya dan hasil guna pemakaian serta distribusi ke Satuan pemakai.
2) Penyelenggaraan Standarisasi materiil dilaksanakan berdasarkan persyaratan taktis dan teknis serta secara bertahap dan berlanjut sesuai dengan kemampuan Negara.
h. Pengurusan Perbendaharaan. Pengurusan perbendaharaan diselenggarakan guna menjamin ketertiban dan kelancaran administrasi, pengawasan dan pertanggungjawaban perbendaharaan materiil dan uang yang digunakan dalam pembinaan materiil. Pengurusan perbendaharaan menyangkut fungsi-fungsi Otorisator, Ordonatur, Bendaharawan dan Pengawasan.
i. Pendistribusian.
1) Pendistribusian adalah proses pembekalan mulai penerimaan sampai pengirimannya kepada Satuan pemakai terakhir yang langsung menggunakan bekal tersebut . kegiatannya mencakup :
a) Penerimaan. Penerimaan dari manapun datangnya merupakan asset yang harus tercatat sebagai kekayaan Negara. Sumber-sumber penerimaan didapat dari hasil pengadaan, hasil materiil lebih, hasil perakitan, hasil penghapusan, dari gudang lain, hasil hibah dan hasil sitaan / temuan.
49
b) Penimbunan, ialah proses penyimpanan dan pemeliharaan barang sebelum dibagikan kepada konsumen / pemakai. Penyimpanan / penimbunan materiil dilakukan digudang-gudang penyimpanan sebagai berikut :
(1) Gudang Persediaan Pusat. Dipimpin oleh Bendaharawan Materiil. Gudang ini menyimpan materiil yang berasal dari hasil pengadaan tingkat pusat, lembaga- lembaga pemerintah serta dari sumber penerimaan lainnya untuk pengisan Gudang Persediaan Daerah / Kotama. Pada hakekatnya gudang ini tidak melayani perorangan atau kesatuan kecuali ada ketentuan lain.
(2) Gudang persediaan daerah. Dipimpin oleh bendaharawan Materiil. Gudang ini menyimpan materiil yang berasal dari Gudang Persediaan Pusat, hasil pengadaan daerah / Kotama atau hasil pengadaan lokal. Gudang ini untuk melayani kebutuhan Gudang Pemakaian. Pada hakekatnya gudang ini tidak melayani perorangan atau kesatuan kecuali ada ketentuan lain.
(3) Gudang Pemakaian. Dipimpin oleh kepala gudang bukan Bendaharawan. Gudang ini menyimpan materiil yang berasal dari gudang persediaan daerah / Kotama serta materiil hasil pengadaan lokal. Gudang ini untuk melayani kebutuhan satuan pemakai serta perorangan.
50
c) Pengeluaran Materiil. Pengeluaran materiil dilaksanakan oleh Kepala Gudang sebagai bendaharawan materiil atau oleh kepala gudang bukan Bendaharawan materiil atas perintah Ordonatur Materiil / Dan / Ka Satker.
d) Pengangkutan, adalah proses untuk pengiriman atau pemindahan barang dengan menggunakan modus angkutan yang tersedia.
e) Pembagian, adalah proses pengeluaran barang kepada pemakai. Biasanya barang itu akan tetap berada ditangan para pemakai sampai habis terpakai, menjadi rusak atau usang.
2) Tujuan pendistribusian adalah menyalurkan barang dari sumber pengadaan kepada pemakai yang sedapat mungkin diusahakan secara langsung dengan tetap memperhatikan aturan adminstrasi perbendaharaan materiil. Pendistribusian harus tanggap terhadap kebutuhan pemakai, cukup kenyal terhadap perubahan kondisi, ekonomis dalam penggunaan modus angkutan, penghematan tenaga manusia serta mampu bertahan terhadap gangguan yang ditimbulkan baik oleh cuaca, medan maupun tindakan lawan.
3) Mobilitas pendistribusian tergantung organisasi pembekalan, jalur pendistribusian dan pola pelayanan. Mobilitas pendistribusian harus dapat menjamin terselenggaranya kontinuitas bantuan bagi pasukan yang bergerak cepat sesuai dengan kepentingan intensitas pertempuran. Pemindahan pasukan secara cepat guna memperoleh pendadakan atau konsentrasi kekuatan hanya dicapai dengan efektif, apabila cukup tersedia bekal yang sesuai dengan kebutuhannya.
51
Hal ini sebagian besar tergantung pada kemampuan dari pendistribusian bekal. Untuk pembekalan ulang dan pelayanan jasa dibutuhkan perencanaan yang teliti dan disiplin yang baik. Ada kesesuaian antara kecepatan gerak dan kemampuan pembekalan. Untuk ini keputusan-keputusan taktis harus mempertimbangkan pembatasan pembekalan.
4) Pendistribusian harus mampu menyesuaikan diri pada situasi yang selalu berubah, disamping memenuhi persyaratan sederhana, terpercaya dan tanggap. Setiap Komandan yang mempunyai fungsi bantuan logistik (Banlog) hendaknya diserahi tanggung jawab pengendalian atas materiil yang benar-benar dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas pokok dengan persediaan yang ditentukan atas dasar frekuensi permintaan barang. Dengan demikian maka kepada setiap eselon pembekalan dilapangan memerlukan bekal cadangan.
j. Pembinaan Materiil Lebih, Persediaan Mati dan Penghapusan.
1) Dalam pembinaan materiil tidak dapat dihindari terjadinya materiil lebih dan persediaan mati yang perlu tindakan penghapusan dengan alasan.
a) Karena pertimbangan teknis dan ekonomis tidak ada manfaat atau tidak dapat dimanfaatkan lagi sebagai akibat dari :
(1) Keadaan rusak tidak dapat diperbaiki lagi atau terlalu mahal biaya perbaikannya bila dibandingkan dengan kepentingan penggunaan materiil tersebut.
52
(2) Materiil yang secara teknis tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi dan sudah ada penggantiannya.
(3) Materiil yang telah melampaui batas kegunaannya menurut ketentuan (kadaluarsa) dan tidak diperlukan lagi oleh TNI AD.
(4) Materill yang karena penggunaannya sudah mengalami perubahan dalam spesipikasi, seperti terkikis dan lain-lain.
(5) Secara teknis materiil tidak dapat digunakan lagi karena busuk.
(6) Selisih kurang dalam timbangan / ukuran yang ditimbulkan akibat penguapan / susut dalam penyimpanan atau pengangkutan.
(7) Karena berbahaya bila disimpan lebih lama, seperti munisi, bahan peledak, zat kimia.
b) Karena lebih baik dalam arti ekses maupun surplus dan secara umum tidak diperlukan lagi oleh TNI AD.
c) Karena hilang / kekurangan perbendaharaan atau kerugian yang disebabkan oleh :
(1) Kecelakaan atau alasan tak terduga (force majuere) bukan karena kesalahan / kelalaian.
53
(2) Kesalahan / kelalaian. (3) Mati bagi hewan.
d) Perubahan rencana dari pemerintah, Dephan atau TNI.
e) Terjadi penukaran.
2) Penghapusan bertujuan untuk membebaskan Bendaharawan Materiil atau pemakai materiiil dari pertanggungjawaban materiil yang bersangkutan, memanfaatkan materiil tersebut dalam bentuk lain dan mencegah timbulkan pengaruh negatif, bahaya, kerugian terhadap lingkungan serta menjadi sumber penerimaan keuangan Negara. Kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan antara lain :
a) Biaya pembinaan semakin besar. b) Nilai materiil akan terus berkurang, sedangkan jasa / manfaat yang diberikan materiil tersebut tidak seimbang dengan biaya pengurusan / pemeliharaannya. c) Memerlukan sarana penyimpanan. d) Memerlukan tenaga penjaga untuk pengawasan maupun pengamanannya.
3) Untuk dapat mencapai tujuan tersebut perlu penyelenggaraan kelaikan materiil untuk mewujudkan tingkat keselamatan materiil yang dapat diandalkan dalam pengoperasian / penggunaannya disesuaikan dengan perkembangan Iptek. Penyelenggaraan kelaikan materiil mempunyai sasaran memberikan status laik bagi materiil yang dalam pengoperasian / penggunaannya untuk mendukung tugas TNI AD mempunyai dampak langsung kepada aspek keamanan dalam arti luas.
54
18. Pembinaan Fasilitas.
a. Hampir semua keputusan militer dalam bidang apapun akan membawa akibat pada kebutuhan fasilitas, sebaliknya untuk penyediaan fasilitas dibutuhkan waktu yang cukup lama guna melakukan kegiatan-kegiatan mulai dari survei daerah, pembuatan design / prototype sampai konstruksinya sendiri. Untuk mewujudkan fasilitas, dilakukan melalui pembinaan materiil (alat yang digunakan untuk pekerjaan fasilitas) dan pembinaan jasa (kegiatan dalam mewujudkan fasilitas).
b. Kebutuhan fasilitas mempunyai lebih penting lagi, karena pengaruhnya yang sangat besar pada semua kegiatan fungsi-fungsi logistik, disamping merupakan landasan dan sarana utama untuk membina kekuatan.
c. Fasilitas dimaksud adalah tanah dan bangunan beserta alat perlengkapannya guna melaksanakan pelayanan suatu fungsi tertentu. Dalam pengertian ini fasilitas digolongkan menjadi dua golongan :
d. Fasilitas Pelayanan Jasa. Merupakan fasilitas yang dilengkapi dengan alat peralatan dan personel yang mampu menyelenggarakan suatu pelayanan jasa. Termasuk dalam penggolongan ini adalah fasilitas pemeliharaan (bengkel), perawatan kesehatan (Rumkit), pengangkutan (terminal), perhubungan (radio transmitter), produksi (pabrik), dan lain-lain.
55
e. Fasilitas Bangunan. Fasilitas bangunan adalah fasilitas yang hanya berbentuk gedung atau konstruksi dengan sarana dan prasarananya. Termasuk dalam penggolongan ini adalah gudang perbekalan materiil, kesatrian, perumahan, jembatan, jalan, prasarana latihan dan lain-lain.
f. Pembangunan fasilitas yang bersifat permanent / semi permanent harus berpedoman kepada rencana induk yang berorientasi kepada pelaksanaan tugas pokok yang meliputi pula kebutuhan mobilitas.
g. Penghapusan. Seperti halnya dalam pembinaan materiil, dalam pembinaan fasilitas berlaku pula aturan perbendaharaan materiil tentang penghapusan dengan alasan sebagai berikut :
1) Bangunan sudah tua atau rusak berat sehingga tidak memenuhi fungsinya dan tidak ekonomis untuk diparbaiki.
2) Tanah dan Bangunan yang masih baik tetapi tidak sesuai lagi fungsinya bagi kepentingan tugas TNI AD.
3) Lokasi tidak sesuai lagi dengan rencana tata ruang atau tata kota.
4) Lokasi terkena rencana proyek pembangunan nasional, sektoral atau daerah.
5) Perlu mendapat penanganan khusus karena akan ditukar (ruilslag), akan dihibahkan atau perubahan golongan bagi rumah dinas TNI AD menjadi rumah negeri Gol III dalam rangka proses untuk dimiliki penghuni.
56
19. Pembinaan Jasa.
a. Pengelompokkan dan Kebutuhan Pelayanan Jasa Logistik.
1) Pembinaan jasa adalah suatu kegiatan yang menghasilkan jasa dalam sistem logistik TNI AD. Pembinaan jasa meliputi pembinaan jasa pemeliharaan, angkutan, perawatan kesehatan dan jasa konstruksi.
2) Kebutuhan pelayanan jasa logistik dapat diperoleh, baik dari badan-badan dalam TNI AD sendiri, badan-badan dan lembaga- lembaga pemerintah maupun pihak ketiga. Pelayanan jasa bidang angkutan dan pemeliharaan merupakan kebutuhan yang vital dalam sistem logistik TNI AD.
3) Para pembina jasa bertanggung jawab atas perencanaan dan persiapan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan jasa dimasa depan. Hal tersebut menghendaki rencana pengembangan kemampuan dan usaha peningkatan keterampilan teknis personel pelayanan jasa secara berlanjut.
4) Termasuk dalam pelayanan jasa adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan perorangan maupun satuan berupa antara lain penyediaan pencucian pakaian, perawatan listrik, air, telpon dan gas dilingkungan kesatrian.
57
b. Jasa Pemeliharaan.
1) Pemeliharaan adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan mengenai penyelenggaraan pengadaan / penyediaan dan pembekalan suku cadang, penilaian dan penentuan kesiapsiagaan materiil, perumusan norma-norma dan tehnik, pemeriksaan materiil, serta perencanaan dan pengendalian pelaksanaan, reparasi / perbaikan, rebuild dan Overhaul.
2) Seluruh kebijaksanaan pemeliharaan diarahkan pada tercapainya tiga sasaran utama :
a) Kesiapsiagaan materiil yang maksimal. b) Memperoleh norma keterampilan kerja yang tinggi. c) Mencegah pengeluaran biaya yang tidak perlu. Sasaran- sasaran utama itu hanya dapat dicapai dengan teknik dan cara- cara pemeliharaan yang konsisten pada dua konsepsi dasar ialah pemeliharaan yang terjadwal dan perbaikan secukupnya atas dasar pemeriksaan sebelumnya.
3) Tujuan utama dari organisasi pemeliharaan TNI AD adalah untuk membantu alat perlengkapan TNI AD yang dipergunakan oleh satuan pemakai. Oleh karena itu, bantuan pelayanan tersebut harus cukup kenyal untuk menghadapi permintaan yang selalu berubah, serta dapat diselenggarakan pengendalian dan koordinasi. Hal ini dapat dicapai melalui pelayanan pemeliharaan yang didasarkan pada kemampuan tenaga personel dan alat peralatan yang tersedia, dimana menurut sifat pelayanannya dapat dikatagorikan sebagai berikut :
58
a) Pemeliharaan satuan, yang dilakukan didalam lingkungan satuan pemakai alat perlengkapan itu sendiri. Biasanya kegiatan pemeliharaan terbatas pada pemeliharaan pencegahan (harcegah) yang dilakukan oleh pemakai / awak yang bersangkutan, dan perbaikan ringan oleh tenaga kejuruan teknik yang organik ada pada satuan.
b) Pemeliharaan bantuan langsung, yang dilakukan oleh satuan pemeliharaan bantuan langsung yang membantu satuan pemakai secara langsung, dengan kegiatan perbaikan yang berada diluar kemampuan tenaga kejuruan teknik kesatuan kegiatan terbatas pada perbaikan materiil utama beserta komponen-komponennya atas dasar pengembalian kembali ke Satuan pemakai.
c) Pemeliharaan Bantuan Umum, yang biasanya dilakukan oleh fasilitas pemeliharaan bantuan umum yang membantu sesuatu komponen TNI AD di daerah atas dasar pelayanan daerah (area service). Kegiatan pemeliharaan bantuan umum yang berupa perbaikan berat / overhaul dilakukan sebagai usaha utama untuk memelihara materi ; yang berada disuatu daerah. Bilamana diperlukan, fasilitas pemeliharaan bantuan umum dapat memberikan bantuan kepada satuan pemeliharaan bantuan langsung untuk memperbaiki kerusakan materiil yang berada diluar kemampuan pemeliharaan bantuan langsung, yang hasilnya dikembalikan ke Satuan pemakai.
d) Pemeliharaan Depo, yang biasanya diserahkan kepada dan dilakukan oleh fasilitas pemeliharaan tingkat pusat atau pihak ketiga. Kegiatan pemeliharaan pada tingkat ini, berada
59
diluar kemampuan fasilitas pemeliharaan bantuan umum, dan hasilnya dikembalikan kepada status persediaan dan siap untuk redistribusi.
4) Pengkatagorian pemeliharaan tersebut di atas akan memungkinkan pimpinan TNI AD untuk mengendalikan kegiatan / operasi pemeliharaan. Kepada tiap kategori diberi tanggung jawab pekerjaan tertentu sesuai dengan kemampuan masing-masing, disertai dengan pemberian alokasi tenaga personel dan alat peralatan, maupun suku cadang dan bahan yang diperlukan. Meskipun pemeliharaan Depo membutuhkan sebagian besar dari sumber biaya dan keahlian personel yang lebih tinggi, hal ini tidaklah berarti bahwa pemeliharaan bantuan umum dan bantuan langsung yang diselenggarakan didaerah / lapangan mempunyai peranan yang penting. Bahkan terdapat pengaruh yang timbal balik antara ketiga kategori pemeliharaan yang saling menguntungkan atau merugikan.
5) Dalam usaha mencapai tujuan utama pemeliharaan, untuk semua kategori pemeliharaan dan situasi, pada umumnya dikenal beberapa ketentuan pokok sebagai berikut :
a) Salah satu azas yang bersifat mendasar adalah, bahwa kegiatan perbaikan selalu ada walaupun pada kategori pemeliharaan terendah karena memiliki sarana-sarana berupa tenaga personel, alat peralatan / perlengkapan, dan suku cadang serta waktu yang dibutuhkannya.
b) Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan praktis, maka setiap kategori harus dapat menyelenggarakan tugas-tugas pemeliharaan dari kategori bawahannya.
60
c) Konsepsi pemeliharaan berlandaskan pada pembinaan spesialisasi yang diselenggarakan oleh ahli dengan fasilitas yang tersedia pada setiap kategori pemeliharaan.
d) Pengendalian dan disiplin yang ketat dalam menyelenggarakan pemeliharaan sesuai dengan kategori pemeliharaan.
e) Pemeliharaan diselenggarakan atas dasar pertimbangan terpenuhinya azas penghematan dalam pemakaian sumber.
f) Penyingkiran kebelakang bagi materiil yang rusak dilakukan secepat mungkin agar perbaikan dilaksanakan tepat pada waktunya.
6) Harcegah mempunyai peranan yang vital, kegiatannya harus dilakukan dalam seluruh sistem pemeliharaan dan merupakan pekerjaan utama pada tingkat pemeliharaan organik. Harcegah bertujuan untuk :
a) Menjaga kondisi kesiap-siagaan materiil secara penuh selama periode pemakaian untuk memenuhi kebutuhan taktis.
b) Memperpanjang jangka hidup materiil, sesuai dengan azas kehematan. Kegiatan Harcegah biasanya diselenggarakan atas dasar jadwal pemeliharaan harian yang dilakukan baik oleh pemakai / awak tanpa atau dengan bantuan kelompok tenaga
61
kejuruan khusus, maupun oleh unsur-unsur pemeliharaan organik kesatuan yang dilakukan secara periodik (mingguan / bulanan). Tanggung jawab dari setiap komandan kesatuan didalam Harcegah tidak hanya meliputi perjadwalan dan pengawasan prosedur saja, akan tetapi berkewajiban pula untuk mengadakan penilaian / evaluasi atas hasil yang dicapai dengan cara tindakan inspeksi / pemeriksaan ataupun pengamatan langsung.
7) Pemeliharaan bantuan langsung dan bantuan umum dipengaruhi dan ditentukan oleh pertimbanganpertimbangan :
a) Kebutuhan tugas pokok dari satuan yang dibantu. b) Kondisi medan dan cuaca. c) Jenis alat perlengkapan. d) Lokasi dari satuan pemeliharaan bantuan langsung dan bantuan umum itu sendiri. e) Tingkat keadaan bahaya yang berlaku.
8) Oleh karena satuan pemeliharaan bantuan langsung mempunyai hubungan tugas yang sangat erat dengan satuan operasional, maka diperbantukan kemampuan yang segera dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan :
a) Penyediaan tenaga bantuan tehnis bagi kesatuan yang dibantu guna mengurangi kerusakan materiil dan mempertinggi kegiatan pemeliharaan. b) Perbaikan ditempat atau penggantian materiil dengan penukaran secara langsung.
62
c) Penyingkiran dan pengambilan materiil. d) Kanibalisasi yang diizinkan dan dilaksanakan secara teratur. e) Pembekalan suku cadang (spare dan repair parts). Tugas satuan pemeliharaan bantuan umum lebih diutamakan pada pemberian bantuan kepada satuan pemeliharaan bantuan langsung dengan melakukan kegiatan / operasi pemeliharaan yang berada diluar kemampuan satuan pemeliharaan bantuan langsung. Kebutuhan suku cadang dan bahan lainnya bagi satuan pemeliharaan bantuan umum diperoleh dari instalasi pembekalan atas dasar permintaan yang diajukan.
9) Pemeliharaan Depo biasanya mencakup kegiatan untuk perbaikan berat berupa overhul dan rebuild, yang membutuhkan fasilitas, tehnik dan prosedur perencanaan serta metoda pengendalian Depo dapat diselenggarakan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Materiil / alat perlengkapan dalam kondisi tidak bisa dipergunakan, tetapi masih bisa diperbaiki. b) Tersedianya suku cadang (spare & repair parts) yang diperlukan. c) Kemampuan perbaikan, meliputi fasilitas bengkel beserta alat peralatan / perlengkapan dan personel ahli. d) Dukungan dana dan perintah pekerjaan.
63
c. Jasa Angkutan.
1) Tujuan pokok pelayanan jasa angkutan adalah personel dan materiil dari suatu tempat ketempat lain, dalam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya, dengan biaya serendah-rendahnya dan didasarkan atas kemampuan sarana dan prasarana yang ada.
2) Personel dan materiil dapat diangkut / dipindahkan dengan modus angkutan darat, angkutan laut, angkutan udara dan saluran pipa.
3) Dalam melaksanakan pelayanan angkutan dengan berbagai metoda tersebut di atas diperlukan adanya fasilitas angkutan yang berbentuk terminal. Kegiatan utama terminal adalah pemuatan, pembongkaran, dan sebagai tempat transit dalam rangka pengurusan pengiriman barang dan orang. Terminal militer yang penting adalah pelabuhan, terminal udara, daerah singgah, daerah transito untuk pergudangan dan titik-titik transfer.
4) Pelaksanaan pelayanan angkutan dengan berbagai modus angkutan tidak mungkin dipisah-pisahkan dan merupakan suatu kebulatan. Dengan demikian pengendalian angkutan harus diselenggarakan terpusat.
5) Dalam penyelenggaraan angkutan dikenal pembagian Garis Angkutan yang bertujuan untuk memantapkan batas wewenang dan tanggung jawab Komando dalam penyelenggaraan, sesuai dengan tingkat eselonnya. Pembagian garis angkutan ini terdiri atas :
64
a) Garis Angkutan I adalah kegiatan angkutan yang diselenggarakan dengan menggunakan alat angkutan organik dan menjadi tanggung jawab Komando Satuan yang berkepentingan.
b) Garis Angkutan II adalah kegiatan dalam wilayah Kodam termasuk instalasi-instalasinya sampai ketitik perbekalan yang diselenggarakan dengan alat satuan angkutan yang menjadi tanggung jawab Panglima Daerah Militer yang bersangkutan.
c) Garis Angkutan III adalah kegiatan angkutan tingkat pusat. Tanggung jawab pelaksana angkutan tingkat pusat meliputi :
(1) Dari instalasi tingkat pusat ke instalasi tingkat Kotama operasional atau komponen-komponennya.
(2) Dalam melayani Kotama operasional ke instalasi tingkat lapangan atau komponen-komponennya.
(3) Antar Kotama operasional.
d) Garis Angkutan IV adalah kegiatan angkutan keluar wilayah Indonesia yang diselenggarakan oleh satuan angkutan pelaksana tingkat pusat dan menjadi tanggung jawab Pimpinan TNI.
65
d. Jasa Konstruksi.
1) Jasa konstruksi adalah pekerjaan pembangunan fasilitas meliputi pembuatan, pemeliharaan dan rehabilitas dari bangunan, jalan, saluran pipa, jalan kereta api, jalan perairan, landasan terbang, rintangan dan perkuatan medan serta fasilitas lainnya.
2) Pelayanan jasa konstruksi dilakukan oleh badan komando pelaksana konstruksi di tingkat pusat maupun di daerah baik dengan mengerahkan satuan (swakelola) maupun dengan cara diborongkan kepada pihak ketiga dengan tetap berorientasi pada pemberdayaan pengusaha lemah dan koperasi.
3) Jasa konstruksi dilakukan dengan kecepatan yang maksimum, bahan materiil yang minimum, alat peralatan / perlengkapan dan tenaga kerja yang cakap. Biasanya jasa konstruksi dimedan pertempuran bersifat darurat.
4) Kegiatan yang menonjol dalam jasa konstruksi adalah pengadaan instalasi logistik, khususnya fasilitas perbekalan mengingat instalasi-instalasi tersebut merupakan sarana yang vital dan sangat kritis bagi pembinaan logistik, dan mempengaruhi komponen logistik lainnya. Instalasi tersebut harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pelaksanaan tugas TNI AD dengan baik. Usaha pengembangan semacam itu akan memerlukan apresiasi yang cermat dari seluruh eselon komando yang bersangkutan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi.
66
5) Dalam masa damai, salah satu aspek penting dalam kegiatan pengadaan instalasi, adalah pemilihan tempat yang biasanya dilakukan oleh sebuah panitia tertentu yang dibentuk oleh Komando Utama Jawatan Pembinaan TNI AD. Ada beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan tempat untuk pembangunan instalasi baru, yaitu :
a) Keamanan instalasi terhadap lawan dan bencana lainnya. b) Keadaan dan kondisi tanah. c) Keadaan lingkungan, khususnya yang bersangkutan dengan sumber air, saluran pembangunan kotoran dan sumber tenaga. d) Prasarana komunikasi dan perhubungan. e) Rencana pengembangan daerah / kota.
6) Sebagai kelanjutan dari pembuatan rencana induk (master plan) disusun program konstruksi yang terdiri atas :
a) Program jangka sedang mencakup seluruh kebutuhan konstruksi yang diajukan untuk memenuhi tugas pokok beserta sarana pengembangan kekuatan dari setiap Komando / Jawatan pembinaan.
b) Program jangka sedang yang mempunyai prioritas tertinggi dan merupakan program konstruksi dengan jangkauan 5 tahun.
c) Program jangka pendek yang terdiri dari kebutuhan- kebutuhan konstruksi jangka sedang yang mempunyai prioritas tertinggi dan merupakan program konstruksi tahunan.
67
7) Disamping itu, dalam jasa konstruksi terdapat pula kegiatan tehnik pemetaan guna menghasilkan peta. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan melalui pemotretan udara, geodesi, fotogrameti, terretris, kartografi / intel medan dan reproduksi / pencetakan.
e. Jasa Perawatan Kesehatan.
1) Fungsi utama perawatan kesehatan terdiri atas :
a) Pencegahan penyakit. b) Pengobatan penderita. c) Pemulihan.
2) Untuk melaksanakan fungsi-fungsi utama ini, diselenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
a) Fungsi tehnik. Melakukan semua kegiatan dalam bidang :
b) Fungsi Organik. Melakukan semua kegiatan dalam bidang :
(1) Pengamanan. (2) Pengorganisasian pendidikan dan latihan, penelitian dan pengembangan. (3) Personalia dan administrasi. (4) Pembekalan.
68
3) Lingkup perawatan kesehatan termasuk pula kegiatan dibidang :
a) Kesehatan pencegahan. b) Perawatan gigi. c) Veteriner, maupun pembekalan dan pemeliharaan alat kesehatan dan bekal medis.
4) Salah tugas dibidang veteriner adalah pengawasan dan pemberian saran dibidang perawatan makanan, yang penyelenggaraannya dilakukan oleh unsur-unsur diluar satuan perawatan kesehatan.
20. Evaluasi.
a. Jelaskan hubungan Sisbinlog TNI AD dengan Sisbin-Sisbin lain dalam Sisbin TNI AD ! b. Sebutkan lingkup kegiatan dalam pembinaan materiil TNI AD ! c. Sebutkan pertimbangan-pertimbangan pengadaan dilakukan di Pusat, Daerah dan di Satuan tersebut ! d. Mengapa Penghapusan itu diperlukan dalam Sisbinlog TNI AD ? e. Pembinaan fasilitas harus sinkron dengan RUTR daerah. Mengapa ?! f. Pembinaan fasilitas harus mempertimbangkan faktor mobilisasi. Jelaskan ! g. Apa yang dimaksud dengan Pembinaan Jasa dalam Sisbinlog TNI AD ? h. Apa yang dimaksud Garis Angkutan I, II, III dan IV ? i. Apa perbedaan dan persamaan Dukkes dan Yankes ?
69
BAB IV POLA DUKUNGAN LOGISTIK
21. Umum. Melihat konstelasi geografi dan luasnya wilayah nasional serta pertimbangan kemungkinan ancaman maka masalah utama yang menjadi tantangan dalam pembinaan logistik TNI AD adalah kemampuan dukungan logistik yang memiliki mobilitas tinggi. Untuk mewujudkan kemampuan dukungan logistik yang memiliki mobilitas tinggi perlu penataan instalasi logistik yang tersebar sehingga mendekatkan dukungan logistik kepada semua satuan. Penataan tersebut diwujudkan dalam penataan jalur dukungan dan pola pelayanan.
22. Jalur Dukungan Logistik. Penataan jalur dukungan logistik pada dasarnya berangkat dari kondisi geografi dihadapkan kepada kemungkinan ancaman. Mempertimbangkan hal tersebut, wilayah Indonesia dibagi menjadi dua wilayah operasi yaitu wilayah operasi bagian barat dan wilayah operasi bagian timur dengan pulau Jawa sebagai titik sentral. Penyelenggaraan pembinaan logistik harus berorientasi kepada wawasan tersebut. Penempatan instalasi logistik pusat diarahkan untuk mendukung kedua wilayah operasi begitu pula instalasi instalasi logistik daerah harus dapat menjangkau instalasi logistik pusat sehingga dapat menjamin terselenggaranya dukungan logistik dengan mobilitas tinggi dalam arti dapat mengalir dari pusat ke daerah-daerah sampai kepada satuan pemakai sesuai dengan keanekaragaman modus angkutan.
23. Pola Pelayanan. Sisbinlog TNI AD menganut dua macam pola pelayanan logistik sebagai berikut :
a. Pola Pelayanan Daerah. Penyelenggaraan dukungan logistik dengan pola pelayanan daerah adalah pelayanan logistik yang diselenggarakan oleh badan logistik organik Kotama kewilayahan kepada semua satuan pemakai non organik yang berada di daerahnya.
70
Kotama kewilayahan sebagai kompartemen strategis dibagi menjadi beberapa daerah pelayanan berdasarkan pertimbangan :
1) Dislokasi satuan. 2) Tersedianya instalasi logistik. 3) Tersedianya prasarana transportasi. 4) Kemampuan pengendalian dan pengawasan.
Pelayanan daerah oleh instalasi logistik daerah yang sifatnya relatif statis harus bisa dikembangkan secara kenyal menyesuaikan tingkat kebutuhan satuan. Penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi daerah setempat dengan mewujudkan kerja sama antar Kotama kewilayahan maupun dengan instalasi pemerintah setempat.
b. Pola Pelayanan Satuan. Pelayanan dukungan logistik dengan pola pelayanan satuan adalah pelayanan logistik yang diselenggarakan oleh badan logistik organik, BP atau BKO dari suatu komando satuan kepada semua satuan pemakai organik maupun non organik dari Komando Satuan tersebut. Tujuan pokok penentuan pola pelayanan satuan adalah untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi dukungan logistik sesuai tuntutan kebutuhan satuan dalam pelaksanaan tugasnya. Beberapa pertimbangan dalam penentuan pola pelayanan satuan adalah :
1) Besarnya akumulasi personel dan materiil pada suatu satuan. 2) Kekhususan tugas satuan sehingga memerlukan perlakuan tersendiri. 3) Kecepatan yang dibutuhkan sesuai tuntutan tugas satuan.
71
Baik pelayanan daerah maupun pelayanan satuan dapat diberikan secara simultan (kombinasi) kepada satuan pemakai bila keadaan menghendaki demikian. Kedua pola pelayanan tersebut menganut cara pendistribusian sebagai berikut :
a. Distribusi Titik Bekal. Penyelenggaraan distribusi logistik dengan sistem distribusi titik bekal adalah sistem distribusi dimana satuan pemakai mengambil sendiri dukungan logistik yang dialokasikan kepadanya ke titik distribusi / instalasi logistik Satuan Pembekal.
b. Distribusi Satuan. Penyelenggaraan distribusi logistik dengan sistem distribusi satuan adalah sistem distribusi dimana dukungan logistik diantar oleh badan logistik Satuan Pembekal ke Satuan Pemakai.
24. Evaluasi.
a. Masalah utama yang menjadi tantangan dalam pembinaan logistik TNI AD adalah kemampuan dukungan logistik yang memiliki mobilitas tinggi. Bagaimana Sisbinlog TNI AD mengatasi hal tersebut ? b. Apa yang Pasis ketahui tentang Pola dukungan logistik TNI AD ? c Jelaskan apa yang dimaksud Pelayanan daerah dan Pelayanan satuan ! d. Dapatkah Pola Pelayanan Daerah dikombinasikan dengan Pola pelayanan satuan ? Beri contoh aplikatif ! f. Apa perbedaan Distribusi Satuan dan Distribusi titik bekal ?
72
BAB V PERENCANAAN, PROGRAM DAN ANGGARAN LOGISTIK
25. Umum. Untuk mewujudkan tujuan pembinaan logistik TNI AD diperlukan adanya perangkat pembinaan berupa perencanaan, program dan anggaran logistik agar keterbatasan sumber daya yang tersedia dapat didayagunakan secara optimal. Sebagaimana diuraikan di atas bahwa Sisbinlog TNI AD merupakan bagian integral dari Sisbinlog TNI sehingga penyusunan perencanaan, program dan anggaran logistik TNI AD terkait dengan strategi pembinaan kekuatan Pertahanan Negara secara menyeluruh.
26. Perencanaan Logistik.
a. Perencanaan logistik bertujuan untuk menjamin arah pembinaan logistik yang konsisten dan berlanjut menuju pencapaian tugas pokok dalam lingkungan yang selalu berubah. Perencanaan disusun sesuai dengan tataran kewenangan dalam penyelenggaraan tugas pokok TNI melalui tiga tingkatan yang berurutan yaitu :
1) Tingkat Perumus Startegis. Merupakan tingkatan yang mendasari penyelenggaraan tugas pokok TNI berfungsi merumuskan kebijaksanaan strategis atas dasar politik dan strategi nasional serta politik dan strategi Pertahanan Negara.
2) Tingkat Penyiapan Kekuatan. Tingkatan ini berfungsi merumuskan rencana penyiapan kekuatan TNI untuk masa lima tahun mendatang.
73
3) Tingkat Penggunaan Kekuatan. Tingkatan ini berfungsi menyiagakan dan mengendalikan penggunaan kekuatan yang dapat disiapkan, memelihara dan meningkatkan kemampuannya agar setiap saat dapat menanggulangi ancaman dan permasalahan yang dihadapi.
b. Kegiatannya dilaksanakan secara berurutan dimulai dari perencanaan jangka panjang, jangka sedang dan jangka pendek dengan pokus perencanaan pada setiap lima tahun sesuai dengan GBHN dan Propenas.
c. Masalah pokok dalam perencanaan logistik adalah bagaimana menghubungkan kebutuhan dengan pemanfaatan dari sumber-sumber logistik yang dialokasikan. Metoda yang dianggap paling dapat mendekati kebenaran dan tertuju langsung pada persoalan adalah perencanaan menurut jenis masing-masing komoditi logistik. Metoda seperti itu memerlukan banyak waktu dan perincian sehingga sangat sulit dilaksanakan dan menjadi tantangan bagi para pembina logistik.
d. Perencanaan logistik didasarkan atas faktor-faktor perencanaan tertentu yang penggunaannya tergantung pada situasi dan tingkat pembinaan. Faktor-faktor perencanaan logistik disiapkan untuk menyederhanakan dan mempercepat perhitungan kebutuhan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1) Pencatatan dan pelaporan yang baik serta mampu menjamin :
a) Penyajian data yang tepat dan mutakhir. b) Pengumpulan data yang sistematis dan kontinyu. c) Penyimpanan data dengan metoda yang memudahkan penggunaannya.
74
2) Sistem pengolahan data dengan penyelenggaraannya menuju sistem pengolahan data elektronis yang mampu menunjang pelaksanaan analisa, sistem pencatatan dan pelaporan. Untuk itu perlu adanya pemisahan yang tegas dan jelas antara :
a) Sistem informasi pembinaan, yang mengutamakan pencatatan dan pelaporan data pembinaan antara lain data kesiapsiagaan materiil, data kesiapsiagaan jasa logistik dan data pelaksanaan program.
b) Sistem pencatatan dan laporan data pertanggungjawaban perbendaharaan.
27. Program Logistik.
a. Program logistik merupakan penjabaran dari sasaran yang tertuang dalam perencanaan logistik ke dalam berbagai bentuk upaya operasional tehnis serta hubungannya dengan para Pembina logistik baik pada tingkat perumus strategis, tingkat penyiapan kekuatan maupun pada tingkat pengguna kekuatan.
b. Program logistik disusun untuk memberi arah pelaksanaan, administrasi keuangan, evaluasi dan fungsi pula sebagai bahasa dalam pengambilan keputusan yang secara keseluruhan harus mencerminkan faham, sikap, cara dan upaya dalam menyelenggarakan pembinaan logistik.
c. Program logistik pada dasarnya menginduk pada program sektor komponen Pertahanan Negara yang terdiri dari :
75
1) Untuk komponen TNI mencakup program kekuatan kewilayahan, program kekuatan terpusat dan program dukungan umum (termasuk survei dan pemetaan). Program ini ditujukan untuk pembinaan logistik Pertahanan Negara dan logistik pasukan.
2) Untuk komponen cadangan dan komponen pendukung mencakup program sumber daya alam, sumber daya buatan serta sarana dan prasarana nasional. Program ini ditujukan dalam rangka mewujudkan logistik wilayah melalui upaya identifikasi, inventarisasi, konservasi, diversifikasi, penentuan cadangan materiil strategis, pendayagunaan Iptek, pembinaan dan pengamanan prasarana industri strategis, pembinaa hukum / peraturan perundang-undangan, kerja sama internasional dan managemen Pertahanan Negara.
d. Untuk melaksanakan program seperti tersebut di atas diperlukan kegiatan-kegiatan dimana setiap program terdiri dari beberapa kegiatan. Kegiatan terdiri dari rangkaian tindakan secara terencana dan terpadu dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan tersebut terdiri dari kegiatan pembangunan kekuatan, pembinaan kekuatan dan penggunaan kekuatan.
28. Anggaran Logistik.
a. Anggaran logistik merupakan perangkat Sisbinlog yang diarahkan untuk mampu mendukung proses perencanaan, evaluasi dan pengendalian serta pertanggungjawaban keuangan. Anggaran logistik diperlukan dan disusun untuk memberi informasi kegiatan dalam program ditinjau dari berbagai kepentingan dan dimensi Sisbinlog yang diwujudkan dalam bentuk rencana penggunaan dana untuk mencapai sasaran pembinaan yang telah ditetapkan.
76
Fungsi lain dari anggaran adalah sebagai satuan hitung yang seragam untuk menyamakan ukuran dari berbagai komponen yang berbeda yaitu komponen kemampuan, komponen kekuatan, Unit organisasi dan program. Dengan demikian besarnya lokasi anggaran dapat dijadikan jembatan untuk menyamakan ukuran yang berbeda antara kemampuan, kekuatan, unit organisasi dan program. Secara rinci, dapat diuraikan bahwa besarnya alokasi anggaran akan mencerminkan :
1) Besarnya anggaran yang dapat digunakan untuk masing-masing kemampuan. 2) Intensitas upaya yang akan dilakukan untuk mencapai suatu kemampuan. 3) Sasaran serta prioritas yang ditetapkan dalam mencapai kemampuan yang diinginkan. 4) Besar kecilnya peranan masing-masing Unit organisasi, Kotama dan Satker dalam mencapai masing-masing sasaran kemampuan. 5) Besarnya inventasi yang diperlukan untuk membangun kekuatan. 6) Besarnya biaya-biaya tetap dan biaya operasional yang diperlukan untuk membina dan menggunakan kekuatan.
b. Dalam penyelenggaraannya, anggaran dibedakan anatara anggaran pembangunan dan anggaran rutin, begitu pula halnya dengan sumber anggaran meliputi Anggaran Induk (AI), Anggaran Belanja Tambagan (ABT), Anggaran Program Suplisi (APS) dan Anggaran Program Lanjutan (APL). Untuk membiayainya dilakukan pendanaan yang disalurkan melalui badan- badan keuangan. Penggeseran anggaran yang telah terprogram pada dasarnya tidak dibenarkan karena akan mengganggu sistem anggaran secara keseluruhan yang telah ditetapkan sesuai rencana, namun dalam beberapa hal penggeseran tidak dapat dihindari. Penggeseran dilakukan atas persetujuan Menhan ditingkat Dephan Pang TNI dijajaran TNI.
77
c. Pengelolaan anggaran tidak semata-mata berorientasi pada program saja, akan tetapi akan berorientasi juga kepada anggaran. Pengecualian untuk keadaan yang sangat mempengaruhi stabilitas nasional sehingga harus melibatkan kekuatan tertentu yang bersifat operasional maka dapat menggunakan program darurat (crash program). Ketentuan lain yang perlu dipedomani adalah azas Satu pintu (one gate policy) dimana pada setiap penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian dalam suatu organisasi dilaksanakan oleh satu bagian saja dari organisasi itu sendiri.
29. Evaluasi.
a. Apa tujuan perencanaan logistik ? b. Sebutkan faktor-faktor dalam perencanaan logistik ! c. Sebutkan program-program logistik Pertahanan Negara ! d. Apa yang Pasis ketahui tentang anggaran logistik ? Sebutkan jenis dan sumber anggaran tersebut ! e. Apa yang dimaksud dengan azas satu pintu (one gate policy) ?
78
BAB VI PENGORGANISASIAN LOGISTIK TNI AD
30. Umum. Pengorganisasian logistik TNI AD merupakan subsistem dalam Sisbinlog TNI AD. Dengan pengorganisasian akan terwujud suatu batasan wewenang, tugas dan tanggung jawab pembinaan sehingga secara tegas dapat memberi pedoman pada setiap tingkatan dalam melakukan penyelenggaraan pembinaan.
31. Aspek-aspek Pengorganisasian.
a. Dalam pengorganisasian terdapat pengelompokan kegiatan secara sistematis dengan pembagian tugas dan tanggung jawab secara tegas dan jelas sehingga memungkinkan orang melakukan tugas kewajibannya secara efektif sesuai rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
b. Proses pembinaan organisasi tidak hanya mencakup prinsip-prinsip umum dan hubungan fungsional dari suatu struktur organisasi garis dan staf saja, akan tetapi meliputi pula hubungan dinamis antara orang-orang yang melakukan kegiatan yang didalamnya, baik secara formal maupun informal. Suatu organisasi yang baik tidak hanya sekedar mencerminkan struktur yang memenuhi prinsip-prinsipnya melainkan harus tanggap pula terhadap kebutuhan perorangan dan keinginan pimpinan ataupun kebutuhan dan pembatasan tugas pokok. Dengan demikian, maka organisasi tidak bersifat statis melainkan harus mengadakan penyesuaian.
79
c. Setiap perubahan organisasi yang diinginkan perlu dilakukan atas dasar pertimbangan dan berpedoman pada prinsip sebagai berikut :
1) Struktur organisasi harus sesederhana mungkin sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas yang ditentukan. 2) Pertanggungjawaban untuk setiap fungsi dari tugas pokok hendaknya diberikan kepada unsur tertentu dari organisasi. 3) Pertanggungjawaban yang diberikan harus terperinci, tepat dan mudah dimengerti. 4) Pertanggungjawaban untuk setiap fungsi hendaknya hanya diberikan kepada suatu unsur tertentu yang berdiri sendiri didalam organisasi dan disertai wewenang yang sepadan untuk menyelenggarakan fungsi tersebut. 5) Peristilahan dan fungsi-fungsi yang ditetapkan dalam struktur organisasi harus tetap berlaku dengan pengertian yang sama pada setiap tingkatan. 6) Setiap anggota dari suatu organisasi harus bertanggung jawab kepada satu atasan, dan mengetahui kepada siapa ia harus memberikan laporan dan dari siapa harus menerima laporan. 7) Jumlah perorangan atau unsur yang harus melaporkan langsung kepada seorang atasan atau instansi di atasnya harus disesuaikan dengan kemampuannya untuk melakukan hal tersebut. 8) Garis Komando tidak boleh dilanggar. 9) Wewenang dan tanggung jawab dapat didelegasikan sesuai kebutuhan tugas.
80
32. Pengorganisasian Logistik TNI AD Tingkat Pusat.
a. Kepala Staf TNI AD
1) Kasad adalah pembantu dan pelaksana utama Pang TNI dalam melaksanakan / menyelenggarakan kebijaksanaan Pertahanan Negara serta melaksanakan pimpinan dan atau pembinaan TNI AD.
2) Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Kasad mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab :
a) Mengajukan pertimbangan / saran kepada Pang TNI khususnya mengenai pembinaan TNI AD serta pembinaan tehnis teritorial sebagai bahan untuk penyusunan rencana strategis TNI.
b) Atas dasar Strategis TNI, menyusun rencana strategi TNI AD yang meliputi :
(1) Pembinaan TNI AD. (2) Pembinaan tehnis teritorial. (3) Tugas lain yang dibebankan oleh Pang TNI. (4) Tugas yang dibebankan oleh Menhan sebagai penyelenggara tugas dan fungsi Dephan di daerah.
c) Membina disiplin, tata tertib dan penegakkan hukum dilingkungan TNI AD.
d) Menyiapkan komponen-komponen TNI AD, termasuk pemberian bantuan logistik dan administrasi dalam rangka operasi militer.
81
e) Atas dasar kebijaksanaan Menhan dan Pang TNI menentukan kebijaksanaan dan melaksanakan pembinaan administrasi yang meliputi pembinaan personel, pembinaan materiil, pembinaan keuangan dan perbendaharaan serta pembinaan organisasi, sistem dan metoda.
3) Kasad menerima pelimpahan wewenang administrasi untuk personel, materiil dan pelayanan yang bercirikan khas matra darat, yang tidak dibina langsung oleh Menhan dan Pang TNI, menetapkan kebijaksanaan dasar dan program untuk komando-komando utamanya melaksanakan pengarahan dan pengendalian semua kegiatan logistik TNI AD, serta mengkoordinasikan dan mengawasi semua penyusunan perkiraan anggaran belanja jajarannya.
b. Asisten Logistik Kasad.
1) Aslog mempunyai tanggung jawab staf utama untuk perencanaan logistik TNI AD.
2) Sebagai pembantu utama Kasad dalam bidang logistik, berkewajiban merumuskan dan mengembangkan kebijaksanaan pembinaan logistik, kalkulasi kebutuhan maeriil, fasilitas dan jasa serta menyusun rencana, program dan anggaran yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan logistik TNI AD.
c. Badan badan Pelaksana Pusat Pembinaan Logistik TNI AD. Adalah badan-badan pelaksana pusat TNI AD yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk :
82
1) Menyelenggarakan / melaksanakan fungsi pembinaan logistik yang ditugaskan kepada TNI AD, meliputi kegiatan-kegiatan :
a) Penelitian dan pengembangan serta pengujian dan percobaan. b) Pengendalian inventaris. c) Pembinaan jasa-jasa logistik. d) Pembinaan materiil lebih, persediaan mati dan penghapusan. e) Intelejen teknik. f) Pembekalan jumlah besar beserta pemeliharaan untuk menjamin terselenggaranya sistem logistik TNI AD dalam rangka :
(1) Pembinaan TNI AD. (2) Pembinaan tunggal angkatan. (3) Bantuan logistik pada operasi operasi militer.
2) Menyusun rencana, program dan anggaran untuk kebutuhan sumber-sumber logistik serta mengawasi penggunaannya bagi kepentingan pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
3) Menyediakan fasilitas pembekalan, pemeliharaan, angkutan, konstruksi termasuk teknik pembuatan peta dan kesehatan yang tersebar diseluruh wilayah yang dibutuhkan untuk mewujudkan terselenggaranya sistem logistik. Fasilitas-fasilitas tersebut menjamin dalam satu sistem yang tersebar diseluruh wilayah dalam rangka penyediaan pelayanan di daerah dan lapangan.
83
33. Pengorganisasian Logistik TNI AD Tingkat Daerah dan Lapangan.
a. Pengorganisasian logistik (di daerah dan lapangan) pada hakekatnya disusun atas dasar sistem pelayanan daerah yang mampu memberikan dukungan dan bantuan logistik pada masa damai maupun darurat / perang, khususnya pada unsur-unsur yang berada di wilayah Kodam. Karena Kodam berperan sebagai :
1) Komando utama TNI AD yang menyelenggarakan pembinaan teritorial.
2) Komponen TNI AD pada komando utama operasional TNI yang bersifat kewilayahan yang menyelenggarakan pembinaan kesiapan operasional dari seluruh kekuatan TNI AD yang berada di daerahnya.
b. Pengorganisasian logistik di Kodam dikembangkan untuk dapat memenuhi kebutuhan terselenggaranya logistik pasukan (Logpas) maupun logistik wilayah (Logwil) dengan dua sektor kegiatan berupa :
1) Sektor penyalur yang kegiatannya diselenggarakan sampai pada tingkat depot daerah yang tersebar diseluruh daerah pangkal perlawanan rakyat.
2) Sektor pemakai yang mencakup kegiatan pada tingkat instalasi pembekalan dan pemeliharaan yang tersebar diseluruh daerah Korem / Kodim dan Satminkal.
84
c. Struktur organisasi pembinaan logistik di Kodam harus mampu mengembangkan serta menyelenggarakan sistem pelayanan daerah secara efektif, ekonomis dan efisien meliputi bidang kegiatan pembekalan termasuk pengendalian inventaris, pemeliharaan, angkutan dan konstruksi, perawatan kesehatan dan jasa lainnya.
34. Evaluasi.
a. Apa pentingnya penggorganisasian dalam Sisbinlog ? b. Perubahan organisasi dilakukan atas dasar pertimbangan. Sebutkan pertimbangan tersebut ! c. Siapa pembina logistik baik di tingkat pusat maupun di daerah ? Apa lingkup tugas dan kewajibannya ?
85
BAB VII POKOK POKOK LOGISTIK WILAYAH
35. Umum.
a. Sebagaimana telah diuraikan bahwa pokok Sisbinlog TNI AD adalah memberikan dukungan logistik kepada personel dan materiil agar TNI AD dapat melaksanakan tugas pokoknya dalam pembelaan negara. Upaya pembelaan negara itu sendiri bukan semata-mata tugas TNI / TNI AD tetapi merupakan tugas dan kewajiban seluruh komponen bangsa. Pengerahan logistik wilayah baik sebagai komponen cadangan maupun sebagai komponen pendukung dalam upaya Pertahanan Negara merupakan wujud kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela negara. Logistik wilayah tersebut harus dipersiapkan secara dini agar dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan Pertahanan Negara.
b. Pembinaan logistik wilayah pada dasarnya merupakan fungsi Pemerintah yang dilaksanakan oleh Lembaga Pemerintah baik dipusat maupun di daerah. Untuk menghadapi ancaman militer, Pemerintah menempatkan Departemen Pertahanan sebagai pembina logistik wilayah melalui unsur-unsur yang ada dalam jajarannya. Kondisi riil sistem Pertahanan Negara sampai dengan kurun waktu tertentu masih menempatkan TNI AD sebagai penjuru dengan tetap berpegang pada prinsip pertahanan terpadu yang menyeimbangkan kekuatan Darat, Laut dan Udara. Melihat lingkup tugas tersebut maka peran TNI AD dalam pembinaan logistik wilayah menjadi sangat dominan baik sebagai matra darat dalam pembinaan logistik wilayah aspek darat juga dapat sebagai pembina tunggal logistik wilayah dalam rangka memberi dukungan silang kepada matra lain.
86
c. Pembinaan logistik wilayah oleh TNI AD dilakukan melalui pembinaan teritorial yang dilaksanakan secara lintas sektoral / lintas bidang baik ditingkat pusat dalam perumusan kebijakan strategis maupun didaerah dalam wujud penjabaran kebijakan strategis ke dalam tindakan integratif di lapangan. Penyelenggaraannya berpedoman kepada hukum perundang-undangan yang berlaku dengan tetap mengedepankan hakekat Pertahanan Negara.
36. Logistik Wilayah dalam Sistem Pertahanan Negara.
a. Sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan serta sarana dan prasarana nasional yang berada didalam dan atau diluar pengelolaan Departemen Pertahanan dimanfaatkan semaksimal mungkin baik sebagai komponen cadangan maupun komponen pendukung dalam sistem Pertahanan Negara. Pembinaan komponen cadangan dan komponen pendukung yang berada dalam pengelolaan Departemen Pertahanan ditujukan dalam rangka mewujudkan logistik wilayah melalui upaya identifikasi, iventarisasi, konservasi, diversifikasi, penentuan cadangan materiil strategis, pendayagunaan Iptek, pembinaan dan pengamanan prasarana industri strategis, pembinaan hukum / peraturan perundang-undangan, kerja sama internasional dan manajemen Pertahanan Negara. Pembinaannya diwujudkan melalui program dimana setiap program terdiri dari beberapa kegiatan dan rangkaian tindakan secara terencana dan terpadu dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan tersebut terdiri dari kegiatan pembangunan kekuatan, pembinaan kekuatan, dan penggunaan kekuatan. Sedangkan komponen cadangan dan komponen pendukung yang berada diluar pengelolaan Departemen Pertahanan, pengelolaannya berada pada instansi pemerintah (Departemen /Non Departemen). Disamping itu ada pula komponen cadangan dan komponen pendukung yang berada dalam pengelolaan Instansi Swasta maupun pada Warga Negara secara orang perorangan.
87
b. Logistik wilayah tersebut harus dibina, disiapkan secara dini, didayagunakan agar dapat memberi manfaat sebesar-besarnya untuk mendukung operasi militer dalam rangka Pertahanan Negara. Pada masa damai, penyelenggaraan pembinaan dan pengerahan logistik wilayah tersebut dituangkan secara konseptual. Untuk pembinaan logistik wilayah dituangkan melalui konsep pembinaan teritorial pada dasarnya adalah bagaimana Binter mewujudkan potensi wilayah sebagai sumber logistik penghasil menjadi wujud serba benda dan jasa logistik. Sedangkan konsep pengerahan logistik wilayah tertuang dalam wujud perangkat hukum / perundang undangan yang berlaku saat ini. Pada masa perang sering terjadi sesuatu yang sulit diduga sebelumnya, namun prinsip penyelenggaraan pembinaan dan pengerahan logistik wilayah dalam mendukung operasi militer tetap harus berjalan sebagaimana hakekat Pertahanan Negara yang diwujudkan dalam keikutsertaan seluruh kekuatan bangsa dalam upaya bela negara.
37. Logistik Wilayah dalam Operasi Militer.
a. Pelibatan TNI AD dalam berbagai operasi militer dilaksanakan berdasarkan keputusan politik negara yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945 serta berorientasi pada kepentingan nasional. Batasan wewenang, tugas dan tanggung jawab diatur sesuai dengan tingkat keadaan bahaya. Untuk menghadapi ancaman dari dalam maupun dari luar negeri dikembangkan pola operasi dengan titik berat pola operasi militer untuk perang. Dalam menyikapi perkembangan lingkungan strategis dikembangkan suatu pola operasi militer selain perang. Pola operasi militer untuk perang ditujukan untuk menghadapi ancaman dari luar negeri dalam bentuk agresi langsung maupun agresi tak langsung dan ancaman dari dalam negeri dalam bentuk pemberontakan bersenjata anarkhis intensitas tinggi.
88
Untuk menghadapi ancaman dari luar negeri dalam bentuk agresi langsung maupun tak langsung dilaksanakan operasi militer secara bertahap mulai operasi pencegahan, penindakan, perlawanan wilayah, serangan balas sampai kepada operasi pemulihan keamanan. Pentahapan operasi tersebut pada dasarnya dilaksanakan pula dalam menghadapi ancaman dari dalam negeri dalam bentuk pemberontakan bersenjata dan anarkhis intensitas tinggi, kecuali untuk operasi perlawanan wilayah dan serangan balas, kemungkinannya sangat kecil untuk dilaksanakan.
b. Logistik wilayah sangat relevan terhadap type operasi Perlawanan Wilayah sedangkan untuk type-type operasi lainnya, logistik pasukan sangat relevan. Istilah logistik pasukan dalam penggunaannya sering diartikan pula sebagai logistik reguler / konpensional untuk mendukung operasi yang dianggap bersifat reguler dan konpensional, yaitu operasi-operasi yang bukan perlawanan wilayah.
c. Operasi perlawanan wilayah dapat mempunyai dua macam peranan.
1) Sebagai pendukung terhadap Operasi Penindakan. 2) Sebagai operasi yang berdiri sendiri, jika Operasi Penindakan tidak berhasil.
Dalam kasus yang pertama, logistik pasukan masih tetap dominan dan tetap dipertahankan, bahkan dalam kasus keduapun harus tetap diusahakan sejauh mungkin logistik pasukan sungguhpun dapat dibayangkan bahwa hal ini tidak mungkin lagi jika sudah tidak ada daerah belakang lagi. Prinsipnya adalah harus tetap diusahakan sejauh mungkin penggunaan logistik pasukan dan harus tetap dipertahankan, logistik wilayah hanya bersifat penggandaan atau pelipatgandaan.
89
d. Pengalihan dari logistik pasukan ke logistik wilayah, baik secara personel maupun secara menyeluruh, dilihat dalam ruang dan waktu, dilaksanakan berdasarkan instruksi dari pimpinan yang berwenang dan disertai dengan petunjuk-petunjuk.
38. Pembinaan Logistik Wilayah.
a. Azas-azas Pembinaan Logistik Wilayah. Untuk terjamin terpeliharanya azas-azas dalam logistik wilayah maka keseluruhan operasi perlawanan wilayah dikendalikan secara terpusat. Azas-azas tersebut sebagai berikut :
1) Operasi pertahanan wilayah bukanlah sekedar satu fase terakhir dalam rangka penyelenggaraan operasi pertahanan, akan tetapi sekaligus (dan inilah yang terpenting) merupakan suatu pematangan dalam persiapan ofensif balas.
2) Lebih dari itu seluruh operasi pertahanan adalah usaha untuk memenangkan perang dan bukan sekedar memenangkan pertempuran, sehingga pada akhirnya konsolidasi dan rehabilitasi harus dapat dilaksanakan dalam periode yang tidak terlalu panjang.
3) Oleh karena itu maka perlu diletakan beberapa azas yang perlu dipahami, sebagai berikut :
a) Operasi perlawanan wilayah mempunyai jangkauan sampai dengan tahap konsolidasi dan rehabilitasi nasional.
b) Presenvasi sumber-sumber kehidupan rakyat harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
90
c) Penyelenggaraan logistik wilayah harus berpangkal pada keseimbangan dan keserasian antara kebutuhan militer dan kebutuhan masyarakat, karena masyarakat merupakan juga suatu komponen perlawanan yang membutuhkan dukungan logistik.
b. Prinsip-prinsip dalam Penyelenggaraan Fungsi-fungsi Logistik.
1) Dalam operasi perlawanan wilayah, fungsi-fungsi logistik harus tetap dapat diselenggarakan sungguhpun dalam suatu lingkungan yang berbeda. Lingkungan yang berbeda ini disebabkan oleh hal-hal sebagaimana telah diuraikan sehingga akan terjadi pergeseran- pergeseran dalam aktivitas dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi logistik, yang akan banyak tergantung pada pengetahuan, daya improvisasi dan daya kreasi.
2) Masalah utama dalam lingkungan logistik yang demikian adalah masalah substitusi. Melalui pengetahuan, daya improvisasi, daya kreasi dan keberanian, fungsi-fungsi logistik harus tetap dapat dijalankan.
3) Berpangkal tolak pada masalah pergeseran substitusi ini maka dapat dirumuskan beberapa prinsip untuk masing-masing fungsi logistik :
a) Pembekalan.
(1) Titik berat pengadaan adalah :
91
(a) Pembelian setempat tanpa mengurangi kebutuhan masyarakat.
- Kemungkinan pembelian barang dari luar daerah yang bersangkutan divisualisasikan tidak banyak sehingga sumber barang diandalkan pada apa yang dihasilkan oleh daerah lingkungan.
- Tetap harus dijaga agar tindakan pembelian tidak menimbulkan perbedaan antara persediaan untuk unsur tempur dan masyarakat, khusus bekal kelas I.
(b) Produksi dengan bahan-bahan serta alat yang tersedia.
- Bahan mentah dan alat produksi serta suku cadang sulit untuk didatangkan dari luar daerah, bahan baku serta alat yang masih dapat diselamatkan dan dikuasai termasuk yang dapat diperoleh dari sumber daerah hendaknya dimanfaatkan untuk produksi barang kebutuhan.
- Barang yang akan dihasilkan mungkin akan bersifat lebih sederhana, akan tetapi tetap mempunyai nilai pakai yang cukup tinggi untuk tujuan perlawanan.
92
(2) Peningkatan masyarakat penyimpanan dan distribusi. Prinsip ini sangat erat hubungannya dengan penghematan, yang menghendaki pengamanan barang yang sedang disimpan terhadap kerusakan dan kehilangan melalui tindakan pemeliharaan dalam penyimpanan, serta perhitungan yang tepat dalam pendistribusian yang hanya ditujukan pada unsur-unsur yang benar-benar memerlukan.
b) Pemeliharaan.
(1) Peningkatan persyaratan pemeliharaan dan penggunaan materiil. Pemeliharaan dan penggunaan materiil, terutama alat utama yang tidak / sukar diadakan, harus didasarkan pada pengetahuan dan keahlian yang luas serta disiplin serta kesadaran.
(2) Pencarian substitusi sarana pemeliharaan melalui improvisasi dan daya kreasi dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia. Sungguhpun sarana dan bahan pemeliharaan (minyak, DSB) tidak dapat / sukar diperoleh, namun pemeliharaan materiil harus tetap diselenggarakan. Harus diusahakan agar tetap ada penggantinya, melalui modifikasi suku cadang, pengolangan bahan alat setempat, dan sebagainya.
93
c) Angkutan.
(1) Pencarian dan penentuan rute-rute angkutan baru. Jika jaringan jalan raya, kereta api dan sebagainya telah dikuasai lawan, maka perlu dicari rute-rute baru untuk tujuan pertempuran maupun pembekalan.
(2) Pencairan substitusi sarana angkutan dengan menitikberatkan sarana angkutan yang sederhana. Rute angkutan baru yang banyak hal akan tidak memungkinkan penggunaan sarana angkutan bermotor, oleh karena itu perlu dieksploitasikan sarana angkutan lain sebagai penggantinya, umpamanya : tenaga manusia, hewan (kuda beban), perahu, sepeda dan pedati.
d) Perawatan Kesehatan.
(1) Peningkatan kemampuan perawatan kesehatan perorangan. Harus diusahakan agar setiap anggota mempunyai pengetahuan dan keahlian minimal untuk dapat memelihara kesehatannya sendiri, membantu dirinya sendiri bila dalam keadaan sakit / luka atau membantu rekannya, pengetahuan dan keterampilan mengenai PPPK harus dikuasai setiap anggota.
(2) Pengadaan alat medis dan bekal medis dengan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia. Harus diketahui dan dipelajari bahan alam apa yang dapat dipakai untuk pembalut, pelekat dan alat medis lainnya,
94
demikian pula bahan alam sebagai pengganti obat-obatan jadi.
(3) Pemanfaatan cara-cara pengobatan tradisionil. Antara lain dapat dimanfaatkan hasil perkembangan dari jamu.
e) Konstruksi. Pemanfaatan bahan-bahan sumber kekayaan alam untuk pelaksanaan pekerjaaan konstruksi. Dalam hal ini divisualisasikan bahwa pekerjaan konstruksi akan lebih dititikberatkan pada penggunaan bahan seperti bambu, batang kayu, rotan dan jenis daun-daunan tertentu.
c. Langkah-langkah Persiapan.
1) Untuk dapat melaksanakan logistik wilayah dalam rangka mendukung operasi perlawanan wilayah, harus diadakan langkah- langkah persiapan yang meliputi :
a) Persiapan jangka panjang b) Persiapan jangka pendek
2) Persiapan jangka panjang bertitik berat pada investasi dibidang manusiawi dan mencakup peningkatan kemampuan yang nantinya berwujud pengetahuan, daya kreasi dan daya improvisasi. Dalam hal ini, maka suatu penguasaan (dalam arti pengenalan/familiarisasi) terhadap sumber-sumber kekayaan alam adalah mutlak. Disamping itu persiapan jangka panjang meliputi pula tindakan-tindakan seperti
95
Preservasi dari materiil/ bahan yang akan digunakan sebagai logistik wilayah, serta penentuan tempat-tempat atau titik-titik penyimpanan dari materiil / bahan tersebut dan rute-rute pembekalan, melalui kegiatan penelitian dan survei, disertai dengan evaluasi secara terus menerus.
3) Persiapan jangka pendek lebih bersifat fisik, dan dimulai menjelang perang.
4) Baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek, peranan pembinaan teritorial melalui aparatur teritorial sangat menentukan.
39. Evaluasi.
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan logistik wilayah ! b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan operasi Perlawanan Wilayah ! c. Bagaimana pengerahan logistik wilayah dalam operasi perlawanan wilayah . Beri contoh dengan visualisasi ! d. Jelaskan secara singkat tentang pembinaan logistik wilayah ! e. Sebutkan dan jelaskan salah satu azas-azas permbinaan logistik wilayah dalam rangka penggunaannya untuk kepentingan Operasi Militer !
96
BAB VIII EVALUASI AKHIR PELAJARAN (BUKAN NASKAH UJIAN)
40. Umum. Sebagaimana telah diuraikan maksud dan tujuan diberikannya materi pelajaran Sisbinlog TNI AD. Perwira siswa sebagai kader pimpinan TNI AD dimasa datang harus mengerti tentang sistem pembinaan logistik TNI AD. Tingkat penyerapan perwira siswa terhadap seluruh materi pelajaran dapat diukur dengan kemampuan para perwira siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam evaluasi akhir pelajaran.
41. Pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan dalam evaluasi akhir pelajaran sebagai berikut :
a. Mengapa faktor manusia itu penting dalam Sisbinlog TNI AD ? b. Uraikan tentang penyelenggaraan pembinaan logistik TNI AD ? c. Jelaskan tentang pola dukungan logistik dalam Sisbinlog TNI AD ? d. Apa yang Pasis ketahui tentang Perencanaan, Program dan Anggaran Logistik ? e. Bagaimana susunan organisasi logistik TNI AD. f. Jelaskan bagaimana sistem pengerahan logistik wilayah ditinjau dari segi hukum / perundang-undangan yang berlaku !
97
BAB IX PENUTUP
42. Demikian Naskah Sekolah Sementara ini disusun sebagai pegangan Perwira Siswa Dikreg Seskoad dalam memahami MP. Sisbinlog. Demi kesempurnaan naskah ini, maka masih diperlukan masukan berupa saran dan tanggapan dari semua pihak. Naskah ini tentunya bersifat dinamis, masih dapat dikembangkan seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Pembangunan TNI dimasa datang.