Ectropion

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

PAPER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Ektropion adalah kelainan kelopak mata dimana tepi kelopak mata terlipat

atau mengarah keluar sehingga bagian dalam kelopak mata atau konjungtiva tarsal
berhubungan langsung dengan dunia luar. Berdasarkan perjalanan penyakitnya
terdapat lima jenis ektropion, yaitu ektropion kongenital, ektropion involusional,
ektropion sikatrikal, dan ektropion paralitik dan ektropion mekanikal.5,6
Prevalensi ektropion secara general adalah sebesar 3% pada usia lanjut.
Damasceno dkk di Brazil pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa prevalensi
tersebut didapatkan lebih sering pada pria (5,1%) dibandingkan dengan wanita
(1,5%).

Prevalensi

ektropion

terutama

ektropion

karena

penuaan juga

diperkirakan akan terus meningkat setiap tahun.12,13


Kondisi

ektropion

yang

dibiarkan

secara

terus

menerus,

akan

menyebabkan kontak antara palpebra dan bola mata menjadi kurang dan aposisi
palpebra menjadi tidak sempurna dengan eversi margin palpebra. Puntum lakrimal
yang menghadap ke arah luar dapat menyebabkan epifora. Tereskposnya
konjungtiva tarsal dalam jangka waktu lama dapat mencetuskan inflamasi, yang
kemudian

dapat

berkembang

menjadi

konjungtivitis,

keratitis

maupun

keratokonjungtivitis. Inflamasi konjungtiva tarsal yang kronik akan memicu


hipertrofi dan keratinisasi. Fungsi kelenjar kelenjar palpebra juga dapat
terganggu dan terinflamasi sehingga terjadi meibomitis, blefaritis, maupun
trikiasis.7,8,9
Tatalaksana ektropion adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan ini
diindikasikan pada kasus dengan eksposur permukaan okular, epifora kronik,
keratitis bakterial rekuren, serta kasus dengan kosmetik yang kurang baik. Tehnik
bedah yang dapat digunakan bervariasi, dan pemilihannya bergantung pada
etiologi, malposisi pungtum lakrimal, serta laxity palpebra inferior.8,9,10

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

1.2.

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ektropion ini adalah sebagai berikut:
1.

Sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen


Ilmu Kesehatan Mata di RSUP H Adam Malik Medan.

2.

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan


pembaca, terutama mengenai ektropion.

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Anatomi dan Fisiologi Palpebra1,2,3,4

Gambar 2.1. Struktur palpebra


Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah lipatan kulit yang
mempunyai fungsi memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea,
membantu menyebarkan lapisan tipis air mata ke konjungtiva dan kornea,
mencegah mata menjadi kering dan memiliki pungta tempat air mata mengalir ke
system drainase lakrimal. Palpebra terdiri atas lima lapisan dari superfisial ke
dalam yaitu:1,3
a)

Lapisan kutan

b)

Lapisan otot

Muskulus orbikularis okuli

Muskulus levator palpebra

Muskulus muller

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

c)

Jaringan areolar

d)

Lapisan fibrosa

e)

Septum orbita

Tarsus

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

Lapisan konjungtiva palpebra

Kulit palpebra berbeda dari kulit di kebanyakan bagian tubuh lain karena
tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut serta tanapa lemak
subkutan.3
Muskulus orbikularis okuli merupakan protaktor utama palpebra, yang
diinervasi oleh nervus fasialis (VII). Kontraksi muskulus ini akan menyempitkan
fisura palpebra, serta berperan dalam pompa lakrimal. Muskulus orbikularis
dibagi menjadi tiga bagian, yakni pretarsal, preseptal dan orbital. Orbikularis
palpebra (yakni pretarsal dan preseptal) terlibat dalam gerakan mengedip,
sedangkan segmen orbita terlibat dalam penutupan kelopak mata.

Gambar 2.1. Bagian-bagian Muskulus orbikularis okuli


Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbicularis
oculi berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.3
Septum orbita merupakan jaringan fiborsa tipis yang berawal dari
periosteum diatas rima orbita superior dan inferior pada arcus marginalis. Pada
palpebra inferior, septum orbita mengalami fusi dengan fascia kapsulopalpebra

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

atau berada di tepi inferior tarsus. Fusi fascia kapsulopalpebra dengan septum
orbita berinsersi pada permukaan posterior dan anterior tarsus. Seiring dengan
bertambahnya usia, septum akan menipis. Menipisnya septum dan munculnya
kekenduran dapat berpotensi menimbulkan herniasi lemak orbita ke arah anterior.

Gambar 2.2. Struktur penyokong palpebra inferior


Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan fibrosa
padat yang bersama sedikit jaringan elastik disebut lempeng tarsus. Sudut lateral
dan medial serta juluran tarsus terlambat pada tepi orbita dengan adanya ligamen
palpebra lateralis dan medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior juga
terlambat pada tepi atas dan bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia
tipis ini membentuk septum orbital.1,2
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui grey line tepian
palpebra membelah palpebra menjadi lamella anterior kulit dan musculus
orbicularis oculi serta lamella posterior lempeng tarsal dan konjungtiva palpebra.3
2.2.

Ektropion

2.2.1. Definisi
Ektropion merupakan kelainan posisi kelopak mata dimana tepi kelopak
mata melipat atau mengarah keluar sehingga bagian dalam kelopak mata atau
konjungtiva tarsal berhubungan langsung dengan dunia luar.6

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

2.2.2. Epidemiologi
Ektropion dapat terjadi pada semua umr tapi yang paling sering terjadi
pada orang dewasa tua. Ektropion biasanya terjadi pada palpebra inferior dan
sering terjadi kelemahan pada palpebra dan sekitarnya. Prevalensi yang paling
sering adalah ektropion senilis yaitu pada orang tua, frekuensinya lebih banyak
pada laki-laki (5,1%) dibanding perempuan (1,5%) karena pada laki-laki
mempunyai tarsal plate lebih lebar dan atrofi lebih kecil dibandingkan perempuan
dan berjalan sesuai umur. Entropion involusional lebih sering dijumpai pada
wanita.
Menurut Carter dkk meneliti tentang prevalensi ektropion involusional
pada ras Asia sebesar (1,5%) dibandingkan dengan ras non Asia sebesar (6,2%).
Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan posisi lemak orbita pada
anatomi palpebra inferior diantara keduanya. Pada ras Asia, lemak orbita
mengalami protrusi ke anterior terhadap rima orbita, kemudian meluas ke arah
superior hingga batas inferior dari tarsus. Sedangkan pada ras kulit putih non
Asia, posisi lemak orbita tidak melebihi rima orbita dan hanya meluas ke superior
hingga insersi fascia kapsulopalpebra didalam septum orbita, yakni sekitar 5mm
dibawah tepi inferior tarsus. Lemak orbita yang meluas kearah anterior dan
superior ini dapat berfungsi sebagai penyokong lamella anterior palpebra dan
mencegah terjadinya ektropion involusional.12
2.2.3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya ektropion dapat dibagi menjadi:5,6,7,8,9
a)

Ektropion kongenital
Ektropion kongenital sangat jarang kejadiannya dan biasanya
melibatkan palpebra inferior. Penyebab yang sering adalah
insufisiensi dari lamela anterior. Ektropion kongenital sering
berhubungan dengan sindrom blepharophimosis, microphthalmos,
buphthalmos, kista orbital, Sindrom Down, dan ichthyosis (bayi
collodion). Kadang

kasus ektropion kongenital didasari

oleh

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

karena kelumpuhan.
b)

Ektropion didapat
i.

Ektropion involusional
Ektropion involusional adalah malposisi kelopak mata
berupa berputarnya margo palpebra menjauhi bola mata.
Faktor utama adalah kelemahan margo palpebra horisontal,
biasanya karena kelemahan yang berkaitan dengan usia
(kebanyakan pasien lansia) dari ligamen kantus dan
orbicularis pretarsal. Pasien dengan lempeng tarsal yang
lebih besar dari ukuran normal sesuai usianya biasanya
memiliki ektropion involusional, hal ini secara mekanis
dapat menyebabkan penurunan tonus otot orbikularis, hal
ini juga berhubungan dengan lemahnya tonus ligamen
kantus.

Gambar 2.3. Ektropion involusional pada palpebra inferior8


ii.

Ektropion sikatrik
Terjadi karena bekas luka atau infeksi seperti wajah
terbakar, trauma, dermatitis kronik, eksisi kulit berlebihan
(laser) dengan blefaroplasti.

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

Gambar 2.4. Ektropion sikatrik8


iii.

Ektropion paralitik
Terjadi

karena

kelumpuhan

nervus

fasialis

dengan

hilangnya fungsi dari M. Orbicularis oculi untuk menutup


mata. Berbagai penyebabnya yaitu Bell palsy, tumor
cerebellopontine, herpes zoster opticus, infiltrasi dan tumor
kelenjar parotis.
iv.

Ektropion mekanikal
Dapat disebabkan oleh pembengkakan pada kelopak mata
bawah, chalazion yang besar, tumor atau bahkan oedema
yang dapat diperbaiki dengan mudah.

2.2.4. Manifestasi Klinis5,6,7,8,9


Ektropion akan memberikan keluhan epifora, mata merah dan meradang.
Akibat ektropion tidak jarang terjadi lagoftalmus sehingga akan terjadi
konjungtivitis dan keratitis.
Gejala klinis dari ektropion jika terlalu banyak gesekan akan terjadi
pengeluaran air mata yang berlebihan, lepasnya lapisan kulit pada palpebra,
terdapat cairan yang kotor pada mata dan akan terjadi iritasi pada mata. Gejala
klinis bisa tergantung dari tingkat keparahan penyakit. Tanda-tanda dari ektropion
yaitu :
a)

Tepi dari palpebra inferior tidak menyentuh bola mata

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

Bagian yang termasuk yaitu punctal, medial, lateral atau


tarsal (seluruhnya).

Pada ektropion involusional biasanya dimulai dari medial,


selanjutnya tepi palpebra bagian sentral dan lateral.

b)

Terdapat keratinisasi dari tepi palpebra dan terbukanya konjungtiva


palpebra

c)

Punctum inferior tidak menyentuh kantung air mata

Jika punctum terlihat spontan pada pemeriksaan slit lamp,


berarti ektropion positif.

d)

Konjungtiva hiperemis

e)

Keratopathy

f)

Epifora

g)

Bercak kotoran pada mata

h)

Test distraksi

Jika palpebra inferior dapat ditarik lebih dari 6 mm


menjauhi bola mata berarti terdapat kelemahan.

i)

Test snap-back

Dengan menggunakan jari, tarik palpebra ke arah orbita


inferior kemudian lepaskan, palpebra seharusnya kembali.

2.2.5. Diagnosis13
a) Anamnesis
Pasien dengan ektropion involusional memiliki onset eversi kelopak mata
bawah secara gradual dengan progresivitas lambat, yang terjadi dalam
beberapa tahun. Adanya eversi pungtum akan menyebabkan keluhan
epifora. Meskipun demikian, pasien dengan ektropion involusional dapat
tidak mengalami epifora karena pasien lanjut usia banyak memiliki
gangguan dalam produksi air mata.

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

b) Gambaran klinis
Pasien dengan ektropion ditandai dengan terlihatnya kekenduran pada
kelopak mata bawah, dengan seluruh atau sebagian kelopak mengalami
eversi menjauhi kelopak mata. Dilakukan observasi lokasi ektropion
tersebut berada pada sisi medial, lateral ataupun seluruh kelopak mata
bawah. Ektropion involusional juga dapat disertai dengan kelainan
involusional lain pada palpebra seperti dermatokalasis. Konjungtiva yang
terekspose tampak hiperemis dan pada keadaan kronik dapat mengalami
inflamasi dengan hipertrofi dan mengalami keratinisasi. Epiteliopati

kornea inferior juga dapat dijumpai.


Gambar 2.5. Gambaran klinis ektropion berdasarkan gambaran palpebra.
A. Ektropion medial. B. Ektropion generalisata dengan retraksi kelopak
mata. C. Ektropion tarsal, dengan perbalikan total dari

tarsus. D.

Ektropion sikatrik yang berkembang dari eksplorasi dasar orbita.


c) Pemeriksaan
Beberapa pemeriksaan yang penting untuk dilakukan antara lain sebagai
berikut:
i.

Pemeriksaan Slit lamp

Evaluasi kondisi kornea sebelum melakukan operasi agar tidak


terjadi abrasi ataupun tanda-tanda kekeringan, juga dilihat tandatanda lagofthalmos.

10

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

ii.

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

Bell phenomenon

Instruksikan kepada pasien agar berusah menutup mata ketika


pemeriksa membuka palpebra, jika mata bergerak berarti positif
terdapat bell phenomenom.

iii.

Snap-back test

Test ini berfungsi untuk mengukur kelemahan palpebra inferior.


Palpebra yang sehat akan kembali ke posisi normal dengan dengan
cepat, jika membutuhkan waktu yang lama untuk kembali ke posisi
normal maka terdapat kelemahan pada palpebra.

Terdapat 4 tingkat yaitu tingkat 0 IV, pada tingkat 0 kelemahan


masih dalam batas normal, pada tingkat IV kelemahan sangat berat.

Gambar 2.6. Pemeriksaan snap back test


iv.

Medial canthal laxity test

Normal nya seharusnya 0-1 mm.

Terdapat 4 tingkat yaitu tingkat 0 IV, pada tingkat 0 kelemahan


masih dalam batas normal, pada tingkat IV kelemahan sangat berat

v.

Lateral canthal laxity test

Normal nya seharusnya 0-2 mm.

Terdapat 4 tingkat yaitu tingkat 0 IV, pada tingkat 0 kelemahan


masih dalam batas normal, pada tingkat IV kelemahan sangat berat

11

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

vi.

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

Schirmer test

Untuk membedakan mata yang kering karena ektropion satu dari


beberapa kondisi di antara diagnosis banding dari epifora.

vii.

Fluorescein test untuk kornea

Digunakan pada korne dan permukaan kornea dan dianalisa dengan


cahaya gelap untuk melihat perubahan kornea atau laserasi.

2.2.6. Penatalaksanaan7,8,9
a) Penatalaksaan non-bedah
i. Non farmakologi
Pada kasus ringan tidak diperlukan pengobatan

Disarankan jangan menggesek palpebra karena akan menambah


kelemahan pada palpebra.
Kedua palpebra diplester pada malam hari, karena ada resiko
terkena paparan benda asing pada kornea.
Memakai contact lens (hidrogel, silikon hidrogel, diameter besar
pada korne atau sklera) adalah indikasi untuk melindungi kornea
dari benda asing.

ii. Farmakologi
Obat tetes mata untuk defisiensi air mata atau untuk mengurangi
gejala yang ada (digunakan pada siang hari, pada malam hari
waktu tidur tidak digunakan).
b) Penatalaksanaan bedah
Prinsip pembedahan terhadap ektropion pada dasarnya bersifat spesifik
dan bergantung pada jenis kekenduran dan derajat ektropion itu sendiri.
i. Ektropion involusional

Penatalaksaan ektropion involusional terutama berdasarkan posisi


dan besarnya kelemahan horizontal palpebral

12

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

Ektropion medial dapat diatasi dengan salah satu cara berikut :


-

Kauterisasi punctum Ziegler, diletakkan 5 mm di bawah


punctum, dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan
medial tingkat sedang dengan eversi punctal.

Konjungtivoplasty medial, juga digunakan untuk kasusu


sedang medial ektropion. Termasuk eksisi diamond-shape
dari jaringan dengan tinggi 4 mm dan panjang 8 mm secara
bersamaan dengan kanalikuli dan punctum inferior.

Gambar 2.7. - Konjungtivoplasty medial9

13

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

Prosedur Lazy-T, digunakan untuk mengatasi ektropion


medial berat. Termasuk eksisi medial ke lateral seluruh
ketebalan

dari

punctum

digabungkan

dengan

konjungtivoplasty medial.

Gambar 2.8. Prosedur Lazy-T


Ektropion yang meluas, meliputi seluruh dan sekitar palpebra
adalah syarat untuk dapat dilakukannya pemendekan horizontal
palpebra :
-

Prosedur Bick, termasuk eksisi seluruh ketebalah kulit


dengan bentuk trapezium pada palpebra pada canthus
lateral.

14

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

Gambar2.9. Prosedur Bick


-

Modifikasi prosedur Kuhnt-Szymanowski, termasuk eksisi


bentuk segitiga ke arah lateral dan bentuk segilima dari arah
lateral palpebra (modifikasi Byron Smith). Jika terdapat
kelemahan yang berlebih pada tendon canthal lateral,
seharusnya di imbrikasi atau diplikasi sebelum dinilai
berapa banyak jaringan lateral yang dapat dihilangkan.

Gambar 2.10. Modifikasi prosedur Kuhnt-Szymanowski9


ii.

Ektropion paralisis
Penatalaksanaan nya berbeda pada kasus sedang yang sementara
yaitu Bells palsy berlawanan dengan dengan kasus berat dan
permanen dapat diikuti dengan reseksi dari tumor parotis.
Penatalaksanaan sementara yaitu dengan air mata buatan pada
siang hari serta diberikan salep dan selama tidur diplester. Pada

15

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

penderita yang fenomena Bell nya sangat sedikit terlihat, dapat


dilakukan tarsoraphy sementara dimana palpebra superior dijahit ke
palpebra inferior.

Penatalaksanaan permanen bertujuan untuk mengurangi lubang


pada palpebra horizontal dan vertikal dengan salah satu cara
berikut :
-

Canthoplasty medial : palpebra medial dijahit keduanya ke


arah puncta lakrimal, yang berguna untuk ektropion kasus
sedang dengan membalikkan puncta dan pemendekkan
fisura palpebra antara bagian dalam canthus dan bagian
bawah punctum.

Resesi levator : untuk mengatasi retraksi kelopak bagian


atas.

Perlengkapan prostetik : seperti silikon sling, yang


melingkari palpebra mempunyai fungsi dinamik agar dapat
membuka

dan

menutup.

Tetapi

hasilnya

dapat

mengecewakan dan adanya komplikasi tingkat tinggi.


iii.

Ektropion sikatrik

Pada kasus berat, jaringan bekas luka yang mengganggu di eksisi


dengan cara memperpanjang robekan kulit seperti huruf Z, flap
transposisi, atau skin graft bebas.

16

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

Gambar 2.11. Atas : ektropion sikatrik; tengah dan bawah : prosedur


pemendekkan vertikal palpebra (huruf-Z).
iv.

Ektropion Mekanikal

Dapat dikoreksi dengan mengobati penyebab dasarnya seperti


pengangkatan tumor yang menarik kelopak mata.

v.

Ektropion kongenital

Pada kasus berat, defek kulit vertikal digantikan dengan seluruh


ketebalan kulit beserta jaringan pada saat skin graft.

2.2.7. Prognosis
Prognosis ektropion baik jika diatasi dengan tepat.11

17

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

DAFTAR PUSTAKA
1. Samar K.. Embryology and Anatomy. Essentials of Ophthalmology, 4 th
edition, Telegram Medinst, 2007: Pg. 1-24.
2. Ilyas S., Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009:
Hal.
3. Riordan P., et all. Anatomi & Embriologi Mata. Vaughan and Asbury
Oftalmologi Umum. Edisi ke 17. Jakarta : ECG, 2008: Hal. 175-176.
4. Bruce J., Chris C., Anthony B. Lecture Notes Oftalmologi edisi sembilan.
Jakarta : Erlangga Medical Seris, 2003: Hal 79-82
5. Samar K.. Disease of the Eyelid. Essentials of Ophthalmology, 4th edition,
Telegram Medinst, 2007: Pg. 107-128.
6. Riordan P., et all. Vaughan and Asbury Oftalmologi Umum. Edisi ke 17.
Jakarta : ECG, 2008: Hal. 175-176.
7. Crick R. P., Khaw P. T., Eyelids. A Text Book of Clinical Opthalmology, 3 rd
edition, World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd, 2003: Pg 448-449.
8. Olver J., Cassidy L.. Common Eyelids Malpositions. Ophthalmology at a
Glance, Blackwell Science Ltd, 2005: Pg. 56-57.
9. Khurana A. K.. Disease of the Eyelids. Comprehensive Ophtalmology, 4 th
edition, New Age International P Ltd, 2007: Pg 351-353.
10. Daliborka M., et al.. Our Appoach to Operative Treatment of Lower Lid, Acta
Clin Croat, Vol. 49, No. 3, 2010: 49:283-287.
11. Silvana A. S., et al.. Eyelid Alterations in Involutional Ectropion, Schellini et
al. J Clinic Experiment Ophthalmol, 2011: 2:3.
12. Chua J., et al.. A 5-year Retrospective Review of Asian Ectropion: How Does
It Compare to Ectropion Amongst Non-Asians?, Annals Academy of
Medicine Singapore, February 2011, Vol. 40 No. 2: 84-89.

18

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : LAU WEI LIN


NIM : 080100288

13. Edsel L., Law S. K., Brown L., Roy H.. Ectropion, Medscape.
http://emedicine.medscape.com/article/1212398.

Updated

on

Feb

2012.
14. Thomas S., Anke H.. Temporary ectropion therapy by adhesive taping: a case
study, Head & Face Medicine Volume 4, BioMed Central, 2008:12.

19

Anda mungkin juga menyukai