Welding Metalurgy

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 59

BAB I

Konsep Dasar Metalurgi


1.1. Mengenal Metalurgi Las

Metalurgi merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat logam, terdiri dari 1) metalurgi fisik antara lain heat treatment (perlakuan panas), mechanical testing, metallography dan penomeran sesuai standar, 2) proses metalugi yaitu reproduksi bijih besi, ekstrasi bijih logam dan logam paduan melalui dapur (ingat modul sebelumnya), proses pengecoran logam serta proses pengelasan. Sedangkan metalurgi pengelasan adalah ilmu yang mepelajari sifat dan teknologi penyatuan logam pada proses pengelasan. Metalurgi pengelasan ini akan membahas fenomena yang berhubungan dengan peleburan, solidifikasi, siklus panas, pengaruh elemen-elemen paduan dan perubahan metalurgi dari logam yang dilas baik dalam keadaan cair (liquid) maupun keadaan padat (solid). engetahuan tentang metalurgi pengelasan merupakan hal penting untuk memperoleh sambungan las yang memenuhi syarat dan ini akan menentukan keberhasilan proses pengelasan. !aerah lasan bisa diasumsikan sebagai daerah pada proses pengecoran dalam sekala kecil, bedanya pada proses pengelasan, proses solidifikasi dia"ali dari bentuk butiran-butiran (grains) yang sudah terbentuk pada fusion line (garis las) dan tumbuh secara teratur menuju pusat lasan selama proses pengelasan.

Gambar 1.1 Siklus thermal ada proses pengelasan, kecepatan sumber panas lebih besar dari pada kecepatan aliran panas dan kecepatan aliran panas searah dengan gerak busur listrik lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan pada arah tegak lurus gerak busur listrik. !engan demikian daerah disekitar las mengalami siklus termal berupa pemanasan (heating) sampai suhu maksimum tercapai kemudian diikuti dengan pendinginan (cooling) seperti terlihat pada #ambar 1.1. $agian yang terpenting pada siklus thermal adalah pendinginan, karena sangat mempengaruhi transformasi fasa yang berarti berpengaruh pada struktur mikro di logam las dan daerah pengaruh panas (heat affected zone/%&'). 1.2. Mengenal Diagram Fasa Ferrous dan Non Ferrous Metal

Sebelum mengenal dan mendalami tentang metalurgi las (welding metallurgy), kita harus mengingat kembali tentang diagram fasa logam besi (ferrous) dan logam non besi (non ferrous) yang pernah didapat pada pelajaran (modul) sebelumnya, alasannya adalah pada proses pengelasan fusi (las busur) seperti ( las listrik (SM&)), las *+#, las M+# dan lain-lain, temperatur proses berada pada fasa cair (liquid) seperti pada proses pengecoran (casting). !engan memahami tentang diagram fasa dari masing masing material kita akan mengetahui temperatur proses pengelasan serta akan bisa memprediksi struktur mikro pada hasil pengelasan. $entuk dan jenis struktur mikro merupakan cerminan dari sifat-sifat mekanik bahan, seperti akan dibahas fokus pada modul metalurgi las ini.

!iagram fasa adalah diagram yang menghubungkan antara komposisi, temperatur dan fasa. &dapu kegunaan diagram fasa antara lain ( &. ,ntuk mengetahui jenis fasa pada logam dan paduannya $. ,ntuk meramalkan atau memprediksi paduan -. ,ntuk memprediksi struktur mikro 1.2.1. Paduan aduan adalah campuran dua unsur atau lebih sehingga diperoleh sifat-sifat yang lebih baik -ontoh paduan antara lain ( &. .ogam / logam (-u/&l), disebut paduan -u-&l $. .ogam / non logam (0e / -), disebut baja arameter paduan antara lain ( 1omposisi dalam 2 &. *emperatur (*) dalam satuan derajat celsius (3-) atau farenhet (30) $. 0asa tertentu liquid (.) dan solid (S) atau berada diantara keduanya (. 4 S) -ontoh diagram fasa yang terbentuk oleh dua unsur yang dipadukan (diagram fasa biner) yaitu ( &. !iagram fasa yang menunjukan larut sempurna dalam keadaan cair maupun padat artinya &/$5$. !iagram fasa yang menunjukan kelarutan yang sempurna dalam keadaan cair tetapi larut sebagian dalam keadaan padat atau &/$5&6(7)/$6(8)

-. !iagram fasa yang menunjukan kelarutannya sempurna dalam keadaan cair tetapi dalam keadaan padat tidak larut satu sama lainnya atau dengan kata lain &/$ 5 &/$
Ket . Gambar 0-1

L = fasa cair S = fasa padat TCA = temperature cair komponen A TCB = temperature cair komponen B Liquidus = L !S"L# So$idus = S !s"L# A dan b = fasa sama !fasa padat# meskipun komposisi beda

Gambar 1.2 Fasa diagram dua unsur paduan

Gambar 1.3 Fasa diagram Fe-C aduan 0e--, yang diperlihatkan peda diagram fasa terdiri dari baja karbon (carbon steel) dengan maksimum 2,19 2 - dan besi cor (cast iron).

ada diagram fasa 0e-- terdiri dari &. .arut padat (solid solution) $. Senya"a (compound) -. %asil rekayasa fasa (modification) Dalam kondisi larut padat terdiri dari !. "a#a alpha $%& ' Ferit

$aja ferit antara lain larutan padat - dalam 0e bcc (bentuk butiran bcc), terdiri dari( $entuk stabil 0e (iron) pada temperatur kamar 1elarutan (solunility) maksimum - dalam 0e bcc 5 :,:22 "t2 &kan berubah fasa menjadi austenit pada temperatur ;12o". "a#a gamma $(& ' austenit

$aja austenit antara lain larut padat - dalam 0e fcc (bentuk fcc) terdiri dari( *idak setabil diba"ah temperature eutektik (<2<o-) kecuali didinginkan cepat 1elarutan maksimum - dalam 0e fcc 2,19 "t2 &kan berubah fasa menjadi fasa = (delta) pada temperature 1>;?oC. "a#a delta $)& ' delta

Sedangkan baja delta antara lain larut padat - dalam 0e bcc (bentuk bcc) terdiri dari( Stabil hanya pada teperatur tinggi (di atas 1>;?o-) Strukturnya sama seperti ferit (7) Mencair pada temperature 1?>@o-

Suatu bukti bah"a diagram fasa bisa membedakan bentuk struktur mikro pada jenis paduan logam seperti cotoh #ambar 1.9. #ambar tesbut mengambil contoh paduan 0e-- ferit (7) adalah baja satu fasa dengan kandungan - (carbon) relatif lebih rendah dibandingkan dengan perlit (7 /0e >-) sehingga terlihat carbon larut sempuna,hanya batas butir (garis tak beraturan) dan titik hitam yanga terlihat, sedangkan pada perlit terlihat dua dominasi yaitu putih (7) dan garis hitam adalah (0e >-), dan disebut dua fasa.

Gambar 1.* Perbedaan struktur mikro +erit dan perlit

Gambar 1., Stuktur mikro pada daerah las -s +asa diagram steel ./20C 1.3. 1lasi+ikasi "a#a
$aja karbon rendah (.o" carbon steel) $aja karbon (-abon steel) $aja karbon medium (Medium carbon steel) $aja karbon tinggi (%igh carbon steel) $aja (steel) $aja paduan (&lloy steel) $aja paduan tinggi (%igh alloy steel) $aja paduan rendah (.o" alloy steel)

Gambar 1.2 "agan klasi+ikasi ba#a 1.3.1 "a#a 1arbon !. "a#a karbon rendah 1andungan karbon A:,2?2 *idak responsif terhadap perlakuan panas Metode penguatannya dengan cold working Struktur mikronya terdiri dari ferit dan perlit Belatif lunak dan lemah ,let dan tangguh

Mampu mesin dan mampu las yang baik &plkasi ( $odi mobil, bentu struktur (frofil +, ., -, %), ipa saluran

". "a#a karbon medium 1andungan karbonnya( :,2?-:,C2 !apat ditingkatkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas, austenitizing, quenching, dan tempering. Dang banyak digunakan baja jenis ini hasil tempering (struktur mikro martensit). .ebih kuat dari baja karbon rendah &plikasi( oros, roda gigi, crankshaft C. "a#a karbon tinggi 1andungan karbonnya(:,CA2- E2,19 !apat ditingkatkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas, austenitizing, quenching, dan tempering. $anyak digunakan hasil proses tempering aling keras, paling kuat, paling getas di antara baja karbon lainnya

*ahan aus &plikasi( egas, pisau cukur, ka"at kekuatan tinggi, rel kereta api, perkakas potong, dies 1.3.2 "a#a Paduan

$aja selain terdiri 0e dan - juga mengandung unsur-unsur paduan lain, untuk tujuan mendapatkan sifat yang lebih baik sesuai yang diinginkan, unsur paduan yang dimaksud antara lain( Mn, -r, Mo, Fi, dll.

"a#a paduan terdiri dari ba#a paduan rendah dan ba#a paduan tinggi/ !. "a#a paduan rendah Gumlah unsur paduan A 1: 2 Memiliki kadar karbon sama seperti baja karbon, tetapi ada sedikit unsur paduan !engan penambahan unsur paduan, kekuatan dapat ditingkatkan tanpa mengurangi keuletan, kekuatan tarik, kekuatan fatik bahkan akan meningkatkan daya tahan terhadap korosi, aus dan tahan panas lebih baik tergantung dari unsur paduannya, !plikasi 1apal, jembatan, roda kereta api, ketel uap, tangki gas. 1lasi+ikasi ba#a paduan rendah berdasarkan si+at antara lain "a#a kuat o 1ekuatan tariknya ?:-1:: kgHmm2 o Sifat mapu lasnya baik ("eldability) (2- rendah) o *angguh dan sifat mekaniknya sangat baik $aja kuat $aja tahan suhu rendah $aja tahan panas

&plikasinya( baja pegas "a#a tahan suhu rendah o 1ekuatan impaknya tinggi o Suhu transisi ketangguhan yang rendah &likasinya( tangki penyimpan gas cair

"a#a tahan panas o Selain tahan terhadap suhu tinggi juga tahan terhadap asam dan mulur -ontoh( baja paduan -r-Mo (tahan terhadap suhu C::o-) D. "a#a paduan tinggi

Gumlah unsur paduannya I1:2, terdiri dari( o $aja tahan karat (stainless steel) o $aja perkakas (tool steel) o $aja mangan (hadfield steel) 1.3.3 1lasi+ikasi "a#a 3ahan 1arat $aja tahan karat feritik (ferritic stainless steel) $aja tahan karat austenitik (austenitic stainless steel) $aja tahan karat matensitik (martensitic stainless steel)) $aja tahan karat duplek !. "a#a tahan karat +eritik

,nsur paduan utamaJ 0e, -r Struktur mkro terdiri fasa ferit (7), bcc on heat treatable (tidak mampu diperlakukan panas) !apat ditingkatkan kekuatannya dengan cara cold working $ersifat magnetik

&plikasi( cetakan gelas, !al!e pada suhu tinggi, garpu, ruang pembakaran -ontoh( &+S+ 9:; dan &+S+ 99C ". "a#a tahan karat austenitik ,nsur paduan utama, 0e, -r, Fi (-rI1C2. Fi I>,?2, ada Mn) Struktur mikro terdiri fasa autenit *idak mampu diperlakukan panas (non heat treatable) !apat diperkeras dan diperkuat dengan cold werking *idak bersifat magnetik 1etahanan korosinya paling baik aling banyak diproduksi

&plikasinya( bejana cryogenic, peralatan proses industri makana dan kimia -ontoh( &+S+ >:9 dan &+S+ >1C. C. "a#a tahan karat matensitik ,nsur paduan utamaJ 0e, -r Struktur mikro terdiri fasa martensit

!apat ditingatakan kekerasan dan kekuatannya dengan perlakuan panas (heat treatable)

$ersifat magnetik

&plikasi( bearing, surgical tools -ontoh( &+S+ 91: dan &+S+ 99:& D. "a#a tahan karat duple4 !isebut juga precifitation hardenable steel ,nsur paduan utama( 0e, -r, Fi, &l, Mn Struktur mikro terdiri fasa campuran (ferit / martensit atau ferit / austenit) $ertambah keras karena terjadi transportasi fasa dari austenit menjadi fasa kedua

&plikasi( baja pegas, bejana tekan -ontoh( &+S+ 1<-< % 1.3.*. "a#a Perkakas $tool steel& "ool steel tipe )( baja perkakas yang dikeraskan dengan pencelupan dalam air "ool steel tipe *o( baja perkakas yang dikeraskan dengan pencelupan dalam oli "ool steel tipe &( baja perkakas yang dikeraskan dalam pendinginan udara bebas &plikasi( cutting tools, dies -ontoh, high speed steel 1.3.,. "a#a mangan K1>2Mn, K 12 ada suhu kamar struktur mikronya austenit (L)

Sangat keras, jika dideformasi semakin bertambah keras (austenitMmartensit)

&plikasi( makuk pengeruk pada alat berat, teralis penjara, frog rel keteta api 1.3.2. Pengaruh 5nsur Paduan 3erhadap "a#a !. ". C. D. 6. Canbon $C& Meningkatkan kekerasan dan kekuatan tarik Menurunkan kekuatan impak dan keuletan Mangan$Mn& Meningkatkan kekuatan dan kekerasan Meningkatkan ketahanan terhadap abrasi Memperbaiki kualitas permukaan karena Mn dapat mengikat sulfur (S) Silikon $Si& Menaikan kekerasan dan elastisitas Menurunkan kekuatan tarik dan keuletan Si dan Mn unsur yang selalu ada pada baja Chrom $Cr& Membentuk karbida khrom-keras dan kuat Meningkatkan ketahanan terhadapkorosi Meningkatkan kekerasan, kekuatan tarik, ketangguhan, dan ketahanan abrasi 7ikel $7i& Meningkatkan kekuatan dan ketangguhan Menurunkan temperatur Nutektoid baja bahkan sampai ketemperatur yang efektif untuk proses quench

F.

Memperbaiki ketahana korosi *idak membentuk karbida dan tidak berpengaruh terhadap kekerasan Mol8bdenum $Mo& Meningkatkan kekerasan Meningkatkan ketangguhan dan ketahanan mulur Meningkatkan ketahana baja pada temperatur tinggi Menurunkan kerentanan terhadap temper pada baja

G. :. 1.3.2

9ol+ram $9& Membentuk karbida Meningkatkan kekerasan, ketahanan abrasi, kekuatan meskipun pada temperatur tinggi ;anadium $;& embentuk karbida kuat dan stabil !engan penambahan :,:9-:,:?2 O mampu keras karbon medium naik ada baja perkakas, O menaikan kekuatan tarik dan batas mulur

Standar Penamaan "a#a !. Standar !merika S&N (Society of &utomotiPe Nngineers) &+S+ (&merican +ron and Steel +nstitute) S&N M QQQQ &+S+

( Genis baja

QQQ ( aduan utam ". Standar <erman $D=7& St->< ( baja dengan kekuatan tarik minimum >< kgHmm2 -9?( baja dengan :,9?2C. Standar #epang $<=S& S9?-( baja dengan :,9?2-

BAB II
Proses Metalurgi Las
2.1. Prosedur Proses Las erencanaan untuk pelaksanaan pengelasan meliputi cara pembuatan konstruksi las (welding design) yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan proses pengelasan. erencanaan proses pengelasan meliputi antara lain ( &. Gad"al pekerjaan, proses pembuatan, alat-yang diperlukan, bahan, urutan pengelasan, pengaturan pekerjaan dan perlakuan setelah pengelasan $. emilihan proses pengelasan didasarkan pada proses yang paling sesuai untuk setiap sambungan las yang ada pada konstruksi dengan memperhatikan efisiensi, biaya, tenaga keraja dan energi -. Setelah proses pengelasan dipilih, tahap berikutnya adalah menentukan syarat-syarat pengelasan, urutan pengelasan dan persiapan pengelasan !. Menentukan cara-cara untuk menghilangkan atau mengurang deformasi dan perlakuan panas

2.1.1. :al-hal 5mum >ang Perlu Diperhatikan Dalam Persiapan Pengelasan 8aitu &. Mutu sambungan las tergantung pada persiapan sebelum pengelasan. $. emilihan jenis proses las yang akan dilakukan, (sesuaikan dengan bahan las, pemilihan bahan tambah dan jenis mesin las yang tersedia). -. Guru las (welder) harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kualifikasi. !. !isamping mesin las, alat-alat lain yang diperlukan (alat-alat penunjang). 2.1.2 :al-hal 1husus Pada Persiapan Proses Pengelasan !. Persiapan benda las Setelah proses pengelasan dipilih, langkah selanjutnya adalah menentukan geometri sambungan dengan memperhatikan teknik dari bagian pembuatan, sifat kemampuan pengerjaan dan kemungkinan penghematan berdasarkan bentuk alur las. embuatan alur las dapat dlakukan dengan alat pemotong gas (o#y$acetilyne cutting) atau pemotong mesin gerinda tangan atau dengan kikir seperti pada #ambar 2.1 diba"ah.

Gambar 2.1 Geometri alur las

". Posisi pengelasan dan alat bantu osisi terbaik adalah datar (flat) ditinjau dari kualitas dan efisiensi las

!ianjurkan menggunakan alat pengikat atau alat bantu dengan tujuan( &gar pengelasan posisi datar dapat dilakukan Menahan dan mengurangi distorsi Meningkatkan efisiensi

C. Las ikat (tack weld) dan perakitan .as ikat biasanya digunakan untuk mengikat sementara saat penyetelan bagian-bagian yang akan disambung .as ikat biasanya menggunakan elektroda yang sama dengan yang akan dipakai pada pengelasan sesungguhnya Garak dan panjang las ikat diupayakan tidak mengganggu proses pengelasan (seminim mungkin tetapi kuat) &lat bantu untuk penyetelan dan pengikatan.

Gambar 2.2 !lat bantu pengikat 2.2. Sumber Panas anas dibutuhkan pada proses pengelasan. ada las busur (arc welding) panas berfungsi untuk mencairkan logam induk (base metal) serta elektroda atau logam pengisi (filler) sehingga membentuk sambungan, sedangkan pada las friksi sambungan las terjadi karena pengaruh panas hingga logam menjadi lunak tetapi tidak sampai meleleh dan proses penyambungan dilakukan dengan pemberian tekanan. &danya panas terjadi siklus termal las yang berupa pemanan sangat cepat sampai tercapai suhu maksimum, yaitu sekitar >:::o- pada pengelasan baja, kemudian diikuti pendinginan relatif lebih lambat sampai suhu kamar. Struktur mikro dan sifat-sifat mekanik di daerah las dan daerah terpengaruh panas (heat affected zone) sangat dipengaruhi oleh laju pemanasan dan pendinginan. Selain itu panas yang terjadi pada proses pengelasan sangat mempengaruhi distribusi suhu, tegangan sisa (residual stress) dan perubaha dimensi atau distorsi. ada proses pengelasan dua jenis energi yang dibutuhkan adalah ( &. Nnergi termal atau panas $. Nnergi mekanik seperti pada las gesek (friction welding)

Sumber panas dapat berasal dari energi kimia misal pembakaran gas dengan oksigen atau energi listrik (misal pada las busur listrik) dan sinar intensitas tinggi seperti plasma. 2.2.1. Sumber Panas Dengan Proses 1imia $oksi-asetilen& ada las oksi-asetilen, panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran di daerah reduksi antara gas asetilen -2%2 dan oksigen R2 yang menghasilkan gas -R dan %2 sebagai berikut( -2%2 / R2 5 2-R / %2 / :,:21 GHmm> !ilanjutkan dengan pembakaran sempurna gas -R dengan udara dan menghasilkan gas -R2 2-R / %2 / 1,? R2 5 2-R2 / %2R / :,:2< GHmm> *otal energi panas yang dihasilkan oleh kedua reaksi diatas sebesar :,:9@ GHmm > (9@ kGHliter), sehingga energi panas tiap satuan "aktu S (dalam GHs) tergantung pada konsumsi gas asetilen dan dinyatakan dengan persamaan( S 5 (9@ kGHliter asetilen) T Oasetilen T (lH>C::s)

!imana( Oasetilen 5 debit aluran gas asetilen (literHjam), panas pembakaran asetilen 5 9@ kGHliter pada 1 atm dan 2?o- dan h( "aktu dalam jam

2.2.2. Sumber Panas Dengan Listrik ada las busur listrik, panas dihasilkan dari muatan listrik pada anoda dan katoda, dimana besar energi panas) dinyatakan dengan rumus (

S 5 NT+ !imana ( S 5 sumber panas ()att) untuk proses pengelasan N 5 potensial listrik (Oolt) + 5 arus listrik (&mper) 2.2.3 Sumber Panas Dengan 6nergi Mekanik Sumber energi atau panas proses 0S) didapat dari gesekan antara shoulder (penekan) dengan permukaan benda las dan besarnya(

!imana ( % 5 Sumber energi atau panas yang ditimbulkan & 5 1oefisien gesek ' 5 *ekanan shoulder terhadap permukaan 5 utaran shoulder ( 5 Badius shoulder

2.3. Masukan Panas (heat input) Masukan panas atau heat input (S") adalah besarnya energi panas tiap satuan panjang las ketika sumber panas (berupa nyala api, busur listrik, plasma atau sinar energi tinggi) bergerak sepanjang garis las. Masukan panas dinyatakan dengan persamaan (

U" 5 SHP 5 N+HP !imana ( S" 5 masukan panas (GHmm) S" 5 sumber panas ()att) P 5 kecepatan pengelasan (mmHs) N 5 tegangan listrik (Polt) + 5 arus listrik (&mper) ada kenyataannya, perpindahan panas dari sumber panas ke benda kerja berjalan tak sempurna ditandai dengan adanya panas yang hilang ke lingkungan. $esar panas yang hilang ini menentukan efisiensi perpindahan panas sehingga persamaan diatas menjadi ( U" 5 SHP 5 VN+HP !imana V adalah efisiensi perpindahan panas yang nilainya diba"ah 1 atau antara :,2? sHd :,;? -ontoh ( ada proses pengelasan menggunakan las *+# dengan amper dan Poltage konstan dengan ketentuan masing-masing adalah 1?: & dan 22 Oolt, kecepatan pengelasan 12: (mmHmenit) serta efisiensi <?2 hitung masukan panas yang terjadi W enyelesaian ( 12: (mmHmenit) 5 (12: ( C:) 5 2 (mmHdetik) !engan persamaan U" 5 VN+HP, maka ( U" 5 (:,<?T22T1?:)H2 5 1.2>@ (GHmm) atau 1,2>@ (kGHmm) Nfek masukan panas (heat input) terhadap laju pendinginan (cooling rate) atau jika dibandingkan antara masukan panas dengan laju pendinginan pada proses pengelasan akan diperoleh bah"a jika masukan panas besar maka laju pendinginan semakin lambat, ditunjukan pada #ambar 2.>.

Gambar 2.3 6+ek heat input terhadap cooling rate 2.*. !liran Panas pada Proses Las erlu diketahui ba"a efek panas pada proses pengelasan akan mengkibatkan perubahan struktur mikro, sifat-sifat mekanik, tegangan sisa dan distorsi. Nfek panas akan dipengaruhi oleh antara lain( bentuk kampuh las, proses solidifikasi, temperatur puncak pada %&', luasan %&' dan cooling rate pada daerah las. erpindahan panas pada daerah las sebagaian besar terjadi secara konduksi dan sebagaian kecil berupa konPeksi dan radiasi sehingga pada kasus-kasus tertentu kedua bentuk perpindahan panas ini dapat diabaikan. )eat flow pada daerah las akan dipengaruhi oleh antara lain( tebal benda las, konstruksi las, konduktiPitas termal, dan lingkungan sekitar.

Gambar 2.* !rah aliran panas pada proses pengelasan Secara teori aliran panas yang terjadi pada proses pengelasan dibagi menjadi dua yaitu(terjadi dua arah untuk pengelasan pelat tipis (#ambar 2.9 a) dan tiga arah untuk pelat tebal (#ambar 2.9 b). ,ntuk menentukan apakah pelat yang akan dilas tipis atau tebal dari sumber menyebutkan bah"a pelat tipis jika (ketebalan pelat h E C mm), dimana h 5 tebal pelat dalam mm Secara teori rambatan panas pada proses pengelasan ditunjukan pada #ambar 2.? (b) di ba"ah(

Gambar 2., a& 3hermal ?8?les/ b& isotherrms in @elding pro?ess o+ steel

Gambar 2.2 3hermal ?8kles pada preses pengengelasan 8ang berbeda

Gambar 2.A Memilih #enis mikro struktur melalui CC3 diagram

2.*.1. Perpindahan Panas 1onduksi roses pengelasan akan menyebabkan terjadinya aliran panas secara konduksi, Gika diasumsikan bah"a material bersifat homogen, isotropis, sifat-sifat termal material tidak tergantung pada suhu dan tidak terjadi pembangkitan atau pembebasan energi. ,ntuk konstruksi pengelasan selain pelat arah aliran panas akan merambat kebagian logam yang terkait atau tersambung yaitu perpindahan panas konduksi, seperti terlihat pada #ambar 2.@

Gambar 2.B !rah aliran panas sesuai dengan konstruksi bahan 8ang dilas

2.,. Daerah Las roses pengelasan pada las cair (fusion welding) memerlukan panas untuk mencairkan logam las dan logam induk sehingga membentuk sambungan. anas yang terjadi juga mempengaruhi struktur mikro di daerah sekitar sambungan las yang selanjutnya terdapat hubungan antara daerah las sepetri dijelaskan pada #ambar 2.; (a dan b).

Gambar 2.C a& Daerah las pada ba#a karbon/ b& +asa diagram

2.,.1. Daerah Logam Las Cair (fusion zone/FZ) 0' adalah daerah dimana logam las mencair dan suhunya di atas titik cair (untuk logam murni) atau di atas garis cair (liquidus) untuk logam paduan. 2.,.2. Daerah Cair Sebagian (partially melted zone/PMZ) !aerah ini biasanya terdapat pada logam paduan di mana suhunya di antara garis cair (liquidus) dan garis padat (solidus). !aerah M' dipengaruhi suhu maksimum (*maT) ketika siklus termal berlangsung, semakin tinggi *maT semakin banyak jumlah logam cair di daerah ini. 2.,.3. Daerah 3erpengaruh Panas (heat affected zone/H Z)

!earah logam induk yang dipengaruhi panas akan tetapi panas yang terjadi tidak sampai mencairkan logam tersebut. !aerah %&' melebar dari daerah dekat M' di mana suhunya berada pada garis solidus sampai suhunya sedikit diatas suhu transformasi padat. Struktur mikro pada daerah %&' akan terjadi perubahan seperti diperlihatkan pada #ambar 2.1: diba"ah.

Gambar 2.1. Struktur mikro pada :!D

Gambar 2.11 Skema perubahan struktur pada :!D 2.,.*. Garis "atas Logam Las Cair dan :!D $fusion line atau fusion !oundary& #aris ini terlihat pada logam murni akan tetapi definisi fusion lane tidak berlaku pada logam paduan, 2.,.,. Logam =nduk 3ak 3erpengaruh Panas (unaffected !ase metal) !i daerah ini, panas yang terjadi cukup rendah (diba"ah suhu rekristalisasi), sehingga tidak menyebabkan perubahan struktur mikro. ada kenyataannya, proses pengelasan tidak berlangsung pada kondisi kesetimbangan (non equilibrium condition) karena kecepatan pendinginan las sangat cepat sehingga berakibat( &. Struktur mikro yang terjadi tidak selalu seperti pada diagram fasa $. Mekanisme perubahan struktur mikro dan sifat-sifat mekanis menjadi sangat kompleks dibandingkan dengan proses kesetimbangan

BAB III
Efek Panas pada Proses Las
1.1. Solidi+ikasi Pada Proses Las emberian panas pada proses pengelasan benda kerja akan menyebabkan terjadinya suatu fusi diikuti dengan proses solidifikasi. $agai mana terjadinya solidifikasi dari suatu lasan akan sangat menetukan sifat mekanis dan metalurgis dari lasan tersebut. Solidifikasi dari lasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya material yang dilas, persiapan pengelasan, parameter las, kondisi lingkungan dan lain-lain. engaruh-pengaruh tersebut diatas akan mengakibatkan terjadinya perubahan struktur mikro pada daerah yang terkena panas sehingga akan menentukan mutu dari hasil lasan. Solidifikasi terjadi secara cepat serta pada setiap saat gradien panas berubah sesuai dengan pergerakan dari sumber panas disepanjang garis lasan (fusion line). roses pengelasan pada las cair (fusion welding) memerlukan panas untuk mencairkan bahan pengisi dan logam induk sehingga membentuk sambungan. anas yang terjadi juga mempengaruhi stuktur mikro didaerah sekitar sambungan las yang selanjutnya terdapat hubungan antara daerah tersebut dengan diagram fasa seperti diperlihatkan pada #ambar >.1.

Gambar 3.1 :ubungan antara +asa diagram dan temperature proses las

roses solidifikasi pada daerah lasan atau perubahan dari cair ke solidHpadat, dia"ali dengan proses pengintian (nucleus), pembesaran inti, perubahan bentuk inti dari bulat menjadi cabang ini disebabkan oleh laju pendinginan yang tidak merata, kemudian terbentuk dendrit (equia#ed dendrite) sampai temperatur konstan, sedangkan dikedua sisinya berbentuk laminer atau memanjang ini terjadi karena laju pendinginan yang cepat akibat perbedaan temperatur antara logam cair dan benda alas (weld metal) proses ini terjadi selama proses pengelasan disepanjang lintasan atau garis las seperti diperlihatkan pada #ambar >.2.

Gambar 3.2 Proses pengintian sampai terbentukn8a denrit pada proses pengelasan Seperti telah disinggung diatas bah"a parameter pengelasan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengelasan. ada #ambar >.> diperlihatkan perbandingan antara kecepat pengelasan dan masukan panas (heat inpit) pada proses pengelasan terhadap pembentukan struktur mikro pada proses solidifikasi di sepanjang garis pengelasan. %asilnya terlihat bah"a pada kecepatan pengelasan dan panas masuk yang besar terlihat proses pembentukan mikrostruktur yang cepat pula, ini jelas diperlukan pengkajian dan pembelajaran untuk mendapatkan parameter yang tepat guna mendapatkan hasil proses pelasan yang diharapkan karena, tentu saja kecepatan pengelasan yang lambat dan panas masuk terlalu kecil juga bisa beakibat ikatan pada sambungan las kurang baik (leak of bonding).

Gambar 3.3 6+ek ke?epatan las terhadap pembentukan struktur mikro pada hasil lasan Nfek parameter pengelasan terhadap proses solidifikasi terhadap mikrostruktur pada logam las (weld metal) juga diperlihatkan pada *abel >.1 erbandingan antara kecepatan pengelasan (traPel speed) dengan Pariasi amper pada proses pengelasan "*+ (tungsten inert welding). !ari table dapat dijelaskan bah"a pada kecepatan pengelasan (:,@? mmHs) mikrostruktur pada logam las berubah dari bentuk cellular menjadi celluar denritic dan coarse cellular denritic dengan menambah amper dari 1?: &, >:: & dan 9?: &, begitu seterusnya sampai kekecepatan C,<< mmHs dari bentuk cellular yang sangat halus pada amper 1?: & dan terjadi undercut pada amper 9?: &.

3abel 3.1 6+ek ke?epatan las dan amper terhadap bentuk mikrostruktur

roses pengelasan sangat erat hubungannya dengan fasa yang dapat ditinjukan atau dihubungkan dengan diagram fasa, dimana pada temperatur kurang lebih @:: o- dengan kandungan karbon (-) sekitar :,2?2 struktur mikro terdapat dua fasa yaitu 7 / X, lihat titik 2 pada #mbar >.9 diba"ah, sedangkan pada titik 1 dan > pada temperatur rendah terbentuk pearlit (7/ ). Sifat mekanik didaerah %&' atau efek preses pengelasan diperlihatkan pada #ambar >.?.

Gambar 3.* :ubungan antara struktur mikro dengan +asa diagram

Gambar 3., 1ondisi material akibat proses pengelasan temperatur dan kekerasan

Gambar 3.2 Mikro struktur pada daerh :!D untuk ba#a karbon rendah $1.1B steel&

Gambar 3.A Mikro struktur pada daerh :!D untuk ba#a karbon tinggi $1.*. steel&

#ambar >.C dan >.< membedakan bentuk mikro struktur pada daerah %&' antara baja karbon rendah dan baja karbon tinggi. erbedaan kedua gambar diatas tampak jelas, yang mana untuk bentuk

mikro struktur pada baja karbon tinggi (#ambar >.< !) tidak nampak batas butir ini dikarenakan baja kandungan karbon tinggi sensitif terhadap panas dan akan cenderung mengeras bahkan akan membentuk 0e>- (martensit), getas dan ketangguhan akan menurun.

3.2. 3egangan Sisa Pada :asil Las anas pada pengelasan bersifat lokal yaitu ditandai dengan distribusi temperatur yang tidak merata.saat pengelasan, logam las dan logam induk disekitar las mengalami siklus termal berupa pemanasan sampai tercapai nilai maksimum kemudian diikuti pendingnan. &danya perbedaan laju pemanasan dan pendinginan serta perbedaan temperatur di daerh las dan sekutarnya ini dapat menyebabkan terjadinya tegangan sisa dan perubahan dimensi atau dikenal dengan istilah distorsi. Secara umum, tegangan sisa didefinisikan sebagai tegangan yang bekerja pada suatu bahan setelah tegangan luar yang bekerja pada bahan tersebut dihilangkan. ada kasus pengelasan, tegangan luar ini berupa tegangan termal akibat pemuaian saat pemanasan dan penyusutan saat pendinginan atau perbedaan temperatur. *egangan sisa mengikuti kaidah kesetimbangan statis dimana besar tegangan sisa tarik pada struktur las sama dengan tegangan sisa tekan sehingga resultan tegangan 5 :. *egangan sisa tarik bisa menyebabkan penggetasan berkurangnya ketahanan lelah, menurunnya kekuatan las dan ketahanan korosi 7ote "egangan thermal dibedakan men,adi dua yaitu tegangan termal elastis dan tegangan termal plastis. "egangan termal menyebabkan ter,adinya distorsi dan ,ika distorsi ini terhalang dapat menghasilkan tegangan sisa.

Gambar 3.B Distribusi tegangan sisa arah a& longitudinal $E4&/ b& trans-erse $E8& #ambar >.@ menunjukan arah tegangan sisa pada hasil las yang begitu jelas, tetapi pada kenyataan tidak akan terlihat secara Pisual, distribusi tegangan yang terjadi hanya bisa ditunjukan melalui hasil pengukuran. Nfek tegangan sisa pada proses pengelasan sangat besar dan hanya bisa dilihat dari perubahan bentuk dan dimensi atau disebut distorsi. Si+at-si+at tegangan sisa pada las $erikut ini adalah ringkasan tentang beberapa sifat tegangan sisa yang terjadi pada pengelasan( &. *egangan sisa yang sangat tinggi biasanya terjadi didaerah las dan daerah terpengaruh panas (heat affected zone/)-.). $. *egangan sisa maksimum biasanya hanya sampai tegangan luluh (yielde stress). Meskipun demikian, mungkin saja terjadi tegangan sisa maksimum melebihi tegangan luluh seperti pada kasus terjadinya pengerasan logam karena penumpukan dislokasi (strain hardening) -. ada bahan yang mengalami transformasi fasa misalnya baja karbon rendah, tegangan sisa mingkin berPariasi pada permukaan dan bagian dalam dari logam las dan logam induk

Pengaruh tegangan sisa $eberapa pengaruh tegangan sisa dapat diringkas sebagai berikut( &. *egangan sisa yang disebabkan oleh proses pengelasan dapat mempengaruhi sifat-sifat mekanik struktur las seperti patah getas (brittele fracture), kelelahan (fatigue) dan retak karena kombinasi tegangan dan korosi (stress corrosion and craking). $. engaruh tegangan sisa menurun jika tegangan yang bekerja pada bahan meningkat

-. !. 3.3.

engaruh tegangan sisa pada struktur las bisa diabaikan jika tegangan yang bekerja pada struktur tersebut melebihi tegangan luluh engaruh tegangan sisa menurun setelah pembebanan berulang

Distorsi

erubahan dimensi dan bentuk (distorsi) pada struktur las bisa erjadi karena adanya pemuaian dan penyusutan las dan sekitarnya karena pemanasan dan pendinginan selama siklus las berlangsung. *iga jenis perubahan ukuran dan bentuk pada proses pengelasan seperti terlihat pada #ambar >.; antara lain( &. $. -. enyusutan tegak lurus garis las (trans!erse shrinkage) enyusutan searah dengan garis las (longitudinal shrinkage) erubahan sudut berupa rotasi terhadap garis las (angular distorsion)

Gambar 3.C Perubahan dimensi dan bentuk pada hasil las $esar arah penyusutanHdistorsi tergantaung banyak faktor di antaranya distribusi massa di sekitar garis las (momen inersia), medan gaya dan adanya logam las lain. enyusutan tegak lurus garis las pada sambungan tumpul merata (uniform) sepanjang garis las tetapi berPariasi sepanjang ketebalan pelat. enyusutan tegak lurus ini dipengaruhi oleh ukuran logam las, jenis pengelasan, masukan panas, bentuk sambungan dan jenis bahanHlogam induk. enyusutan searah garis las pada sambungan tumpul biasanya lebih kecil dibanding dengan penyusutan pada arah tegak lurus. !istorsi sudut (angular

distorsion) biasanya disebabkan karena penyusutan tegak lurus sepanjang tebal pelat tidak merata,. 1etidak merataan ini tergantung pada bentuk sambungan dan penampang lintang logam las.

Gambar 3.1. Distorsi pada sambunga 3 !istorsi sudut biasanya terjadi pada sambungan tumpul (butt ,oint), tumpang (lap joint), * ,oint, atau sudut (corner ,oint). $esarnya distorsi sudut tergantung pada lebar dan kedalaman las relatif terhadap ketebalan pelat, jenis sambungan, urutan pengelasan, sifat thermal logam dan Pariabel pengelasan seperti masukan panas dan distribusi rapat energi. Distorsi pada pelat tipis Suatu struktur berupa pelat tipis (ketebalan pelat h E C mm) yang di las kemungkinan akan kehilangan kesetabilan plastis karena tegangan sisa tekan yang dihasilkan saat pengelasan. Sebagai akibatnya akan terjadi lekukan (perubahan bentuk atau distorsi) pada pelat tipis yang di las. 5sah-usaha untuk mengurang ter#adin8a tegangan sisa dan distorsi ada dasarnya ada dua metode untuk mengurangi tegangan sisa yaitu (1) pengurangan tegangan sisa sebelum dan selama pengelasan dan (2) pembebasan tegangan sisa setelah pengelasan. ,saha pengurangan tegangan sisa sebelum dan selama proses pengelasan ditempuh dengan mempertimbangkan( !. 1etelitian ukuran

,kuran bagian yang akan dilas harus teliti sehingga tidak memerlukan pengerjaan lagi pada proses fabrikasi, yang berarti mengurangi tegangan sisa.

".

!lur (groo"e)

ada sambungan tumput (butt ,oint), lebar alur dibuat sesempit mingkin untuk mencegah terjadiny masukan panas yang terjadi. !engan demikian lebar daerah yang terkena panas tidak meluas sehingga mengurangi terjadinya tegangan sisa.

Gambar 3.11 Mengurang distorsi dengan mempersempit alur las

C. Lapisan ban8ak (multi layer welding) Gika pelat yang dilas cucup tebal, maka pengelasan dilakukan berulang-ulang. +ni mengurangi tegangan sisa tarik pada arah tebal pelat.

Gambar 3.12 Multi layer welding D. 5rutan pengelasan *egangan sisa bisa dikurangi dengan memperhatikan urutan pengelasan yang tepat, misalnya untuk pengelasan bejana silinder (cylindrical !ssel), pengelasan pertama dilakukan pada arah longitudinal kemudian diikuti pada arah melingkar. engelasan arah mundur (back step welding) dapat mengurang distorsi karena dapat mencegah kecenderungan alur untuk membuka pada akhir pengelasan. 6. Design posisi pengelasan

Sedapat mungkin merancang sambungan las dengan mempertimbangkan faktor tegangan yang akan terjadi pada saat pengalasan sehingga dapat mengurangi distorsi.

Gambar 3.13 Memilih posisi pengelasan 8ang tepat ,saha pengurangan tegangan sisa setelah proses pengelasan biasanya menggunakan cara annealing. !isamping mengurangi tegangan sisa, proses annealing juga memperbaiki struktur mikro dan menghindari terjadinya distorsi dan retak. roses annealing dilakukan dengan cara memanaskan bahan pada suhu rekristalisasi biasanya sekitar :,? *m (*m 5 suhu cair logam). ada baja karbon rendah, suhu rekristalisasi sekitar 9?: A*A<:: o- dan "aktu annealing sekitar 1 sampai > jam. 1ecepatan pemanasan tergantung tebal pelat dan biasanya ? o-Hmenit untuk ketebalan 1: mm dan 1o-Hmenit untuk ketebalan ?: mm sedangkan kecepatan pendinginannya separo dari nilainilai tersebut. ,ntuk baja tahan karat (stainlessteel) membutuhkan suhu annealing yang lebih tinggi kira-kira 1:?:o- dengan "aktu annealing yang cepat sedangkan logam paduan yang mengalami precipation hardening misalnya paduan aluminium (&l-Mg-Si), annealing dilakukan pada suhu ?::o- kemudian dilanjutkan proses penuaan (aging) pada suhu 1?:o3.*. Fetak Pada Daerah Las

Betak merupakan masalah serius pada pengelasan. ada dasarnya retak las dapat dikelompokan menjadi dua yaitu( &. Betak yang terjadi pada sat pengelasan, retak ini disebabkan oleh proses pengelasan $. Betak yang terjadi selama pemakaian, retak atau perpatahan ini disebabkan karena gayagaya eksternal seperti pengaruh getaran, korosi atau panas, Fetak Saat Pengelasan

$eberapa jenis retak selama proses pengelasan antara lain( Betak karena gas hidrogen (pada logam las) Betak karena porositas (pada logam las) Betak pada saat pembekuan atau silidfication cracking (pada logam las) Betak panas atau hot crecking (pada logam las) Betak lamelar atau lamellar cracking (pada daerah %&') Betak dingin atau cold cracking (pada %&') Beaheat (pada logam las dan %&') Solidi+?ation ?ra?king Betak ini terjadi didaerah garis las atau diantara butir-butir kolumnar (columnar grains) di logam las. Betak ini terjadi pada suhu sekitar 2:: Y >::o- diba"ah titik cair (*m 5 melting point). Solidification cracking tergantung pada faktor-faktor seperti( &. *ingkat kekasaran struktur mikro $. emisahan (segregation) -. $entuk konstruksi las

Gambar 3.1, Fetak solidi+ikasi pada sambungan 3 ba#a karbon / dan Sambungan tumpul pada paduan aluminium 2.21 Struktur pembekuan $solidi+i?ation stru?ture& engelasan dengan energi tinggi menyebabkan butir-butir didaerah %&' menjadi kasar dan selanjutnya menyebabkan struktur mikro pada logam las menjadi kasar. Struktur kristal saat pembekuan juga dipengaruhi oleh kecepatan las dimana kecepatan las yang tinggi menyebabkan

terbentuknya kristal kolumnar yang tumbuh sejajar dengn garis las ditunjukan pada #ambar >.1C, akibatnya, kemungkinan retak akan mudah terjadi saat pendinginan.

Gambar 3.12 Mikro struktur pada ba#a karbon rendah logam las a& ke?epatan 2/, mmGs/ b& 3/3 mmGs Pemisahan Saat pendinginan, unsur-unsur paduan pada logam paduan akan mengalami pemisahan (segregation). emisahan ini tegantung pada koefisien partisi (patitioning coeffecient), k yang besarnya dinyatakan dengan persamaan berikut( k / 0s/ 0l !imana Qs dan Ql masing-masing adalah fraksi mol fasa cair dan padat pada suatu temperatur. ,nsur-unsur paduan yang berbeda akan menghasilkan nilai k yang berbeda seperti pada *abel >.2 diba"ah( 3abel 3.2 7ilai +raksi mol pada unsur paduan logam ,nsur k ,nsur k &l :,;2 Fi :,@: $ :,:? F :,2@ :,1> R :,2 -r :,;? :,1> -o :,;: Si :,CC -u :,?C S :,:2 % :,>2 *i :,19 Mn :,@9 ) :,;? Mo :,@: O :,;:

ada tabel di atas terlihat bah"a unsur-unsur pada baja yang cenderung melakukan pemisahan adalah S, R, $, , -, *i, F, dan %. !ari unsur-unsur ini, S yang paling berbahaya karena dapat membentuk senya"a kompleks dengan titik cair rendah (Mn, 0e) S pada batas butir (grain boundary). Mekanisme retak saat pembekuan

1etika logam cair mendingin, proses pemisahan (segregation) berlangsung dimana terjadi perpindahan unsur-unsur dari butir kolumnar ke batas butir (grain boundary). ,nsur-unsur ini akan membentuk lapisan (film) yang lemah sehingga saat terjadi kontraksi akan mengalami retak seprti pada #ambar >.1< di ba"ah.

Gambar 3.1A Mekanisme retak saat pembekuan ,nsur-unsur penyebab terjadinya retak beku biasanya bersifat( &. 1oefisien partisi (k) rendah $. Mudah bereaksi dengan unsur logam dan membentuk senya"a dengan titik cair rendah -. Mempunyai kemampuan untuk menyebar sepanjang batas butir Fetak lamellar Betak lamellar terjadi karena pengaruh daerah %&' dan biasanya ditemukan pada sambungan bentuk * atau siku (.), ditunjukan pada #ambar >.1@ dan >.1; diba"ah.

Gambar 3.1B Fetak lamelar pada sambungan 3

Gambar 3.1C Fetak lamelar gambar $a& pada pro+il L Betak laemellar biasanya disebabkan oleh( &. Bendahnya keuleten pelat logam induk $. &danya cacat logam seperti adanya inklusi

-. 1onstruksi las yang menyebabkan tegangan sisa tarik (/) !. enggunaan pelat tebal

.etak lamellar biasanya juga terjadi pada logam yang di rol di mana sifat-sifat mekanik pada arah tegak lurrus rol kurang baik. ,ntuk kasus sambungan *, penyusutan terjadi pada arah tebal pelat di bagian dasar ketika logam las mendingin.Selanjutnya akan terjadi retak miko pada interface (batas) inklusi dengan logam matrik dan menyebabkan retak pada arah pengerolan.

Gambar 3.2. <enis-#enis retak panas Fetak dingin Betak dingin disebabkan oleh hidrogen sehingga dinamakan juga retak hidrogen (hydrogen crecking). %idrogen ini berasal dari atmosfir, senya"a hidro karbon pada pelat atau elektroda yang lembab. -ontoh retak katena hidrogen yang berlebihan seperti terlihat pada gambar >.21.

0aktor-

Gambar 3.21 Fetak dingin karena hidrogen 8ang berlebihan

faktor yang menyebabkan

retak dingin antara lain( &. &danya hidrogen yang masuk ke logam las saat proses pengelasan

$. *egangan sisa -. Struktur mikro yang peka terhadap retak, misal martensite (baja karbon tinggi) )aktu yang diperlukan untuk terjadinya retak dingin dinamakan "aktu inkubasi (incubation time). Selanjutnya retak ini akan merambat dengan lambat. Mekanisme ter#adin8a retak dingin Betak karena hidrogen ini disebabkan karena adanya atom-atom % yang mengumpul di ujung retak (crack tip). +ni menyebabkan penurunan energi permukaan (surface energy) patah sampai pada nilai kritisnya sehingga terjadi perambatan retak.

Gambar 3.22 <enis retak dingin Fetak karena panas 8ang berulang-ulang (reheat cracking) emanasan ulang terjadi pada logam las lapis banyak (multi layer welding) di mana logam las ke-1 dikenai panas oleh las ke-2, logam las ke-2 dikenai panas oleh las ke-> dan seterusnya. Guga bisa terjadi peda proses perbaikan (welding repair), Selain itu, las tunggal kadang-kadang diberi pemanasan ulang dalam bentuk perlakuan panas (heat treatmaent) untuk menghilangkan tegangan sisa. erlakuan panas ini biasanya dilakuakan dengan memanaskan logam las sapai suhu sekitar ?::-C?: o-. emanasan ulang ini dapat menyebabkan retak yang dinamakan reheat craking. (eheat cracking berhubungan dengan fenomena creep repture. Struktur mikro di daerah Zona pertumbuhan butir (grain growth zone) relatif keras terutama pada baja paduan dengan carbon equi!alent (1equi!alent) tinggi. Selama pemanasan ulang karbida akan terbentuk dan menyebabkan kenaikan nilai kekerasan. Selain itu, deformasi karena creep terjadi di batas butir dan menyebabkan terjadinya pergeseran batas buti (grain boundary sliding).Betak terjadi sepanjang batas butir (inter granular crack). Betak ini tidak hanya terjadi pada baja yang mengalami transformasi tetapi juga pada baja tahan karat dan paduan nikel. Fetak las 8ang ter#adi saat konstruksi las beroprasi

Betak ini biasanya disebabkan oleh adanya gaya-gaya yang berulang sehingga mengakibatkan terjadinya kelelahan (fatigue) pada bahan las. 1elelahan (fatigue) *erjadinya kelelahan pada las disebabkan oleh pertama, adanya faktor konsentrasi tegangan (strees concentration factor) yang tinggi dan lainnya karena retak panas (hot crack) yang terbentuk di sekitar garis batas las dan logam induk (fusion line). 1etahanan terhadap kelelahan (fatigue strength) tergantung pada arah pembebanan terhadap arah las. ,ntuk keperluan perancangan jembatan dari baja, konstruksi las dibagi menjadi beberapa katagori berdasarkan arah tegangan. 1etika beban berulang bekerja pada konstruksi las, logam induk akan mengalami tegangan tarik (/) dan tekanan (-) secara berulang. !isekitar logam las terjadi tegangan sisa sebesar tegangan luluhnya. 1etika tegangan tekan (-) bekerja saat siklus pembebanan berlangsung, tegangan sisa di daerah ini akan berkurang dan sebaliknya kegagalan (perpatahan) biasanya terjadi saat siklus penbebanan pada kondisi tegangan tarik (/). Note

3abel 3.3 Pemilihan +iller untuk mrnghindari retak pada logam las pada aluminium paduan

"!" =;
Mengatasi Ca?at !kibat Proses Las
*.1. Perlakuan Sebelum dan Selama Proses Las

5rutan Deposit dan 5rutan Pengelasan &. ,rutan deposit !alam pengelasan lapis tunggal, urutan utama adalah urutan deposit dengan cara urutan lurus, urutan balik, urutan simetri dan urutan loncat yang semuanya didasarkan pada arah gerak maju las ada las lapis banyak (multi run weld deposits), urutan yang penting adalah urutan pengisisan, urutan bertingkat, urutan petak dll, seperti diperlihatkan pada #ambar 9.1.

Gambar *.1 5rutan pengisian pada multipass supa8a terhindar retak panas ". 5rutan pengelasan ,rutan pengelasan bertujuan menghindari terjadinya deformasi dan tegangan sisa $eberapa dasar pelaksanaan urutan sbb. (

$ila dalam satu bidang terdapat banyak sambungan diusahakan agar penyusutan pada bidang tersebut tidak terhalang Sambungan dengan penyusutan terbesar dilas terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan penyusutan terkecil engelasan dilakukan sedemikian sehingga mempunyai urutan yang simetri terhadap konstruksi netral dari konstruksi agar gaya-gaya kontraksi seimbang seperti diperlihatkan pada #ambar 9.2.

Gambar *.2 5rutan pengelasan Proses pengelasan pada busur listrik !. Pergerakan 6lektroda $erbagai Pariasi gerakan elektroda bertujuan untuk mendapatkan deposit las dengan permukaan rata, halus dan menghindari terjadinya takikan serta retak. Sudut elektroda dan kecepatan gerak elektroda diusahakan tetap. ada las tumpul, besar sudut antara elektroda dan posisi pengelasan perlu diperhatikan sedangkan sudut antara elektroda dan pelat induk pada arah melintang terhadap garis las harus seimbang ( ;:o). ,jung elektroda harus digerakkan sehingga terjadi bentuk rigi-rigi atau lipatan manik las dan dalam hal ini lebar gerakan tidak melebihi >T diameter elektroda. "/ Pen8alaan dan pemadaman busur listrik enyalaan busur listrik dilakukan dengan menghubungkan singkat ujung elektroda dengan logam induk.

emadaman busur dilakukan dengan mengurangi panjang busur dahulu kemudian elektroda diangkat pada arah miring. emadaman busur listrik sebaiknya tidak dilakukan di tengah ka"ah las tetapi agak berputar sedikit. enyalaan busur listrik pada pengelasan lanjutan sebaiknya diarahkan ke depan dan pengelasan harus dimulai dari sebelum ka"ah las a"al.

Pemilihan Parameter Las &. *egangan busur las *egangan menentukan panjang busur akan tetapi besar tegangan tidak berpengaruh terhadap kecepatan pencairan sehingga tegangan tinggi hanya membuang-buang energi anjang busur yang baik kira-kira sama dengan diameter elektroda sehingga untuk diameter elektroda >-C mm besar tegangan sekitar 2:->: Polt. $. &rus las $esar arus tergantung pada ( bahan dan ukuran lasan, geometri sambungan, posisi pengelasan, jenis dan diameter inti elektroda. ada logam dengan kapasitas panas tinggi diperlukan arus las yang besar dan pemanasan tambahan (preheat) ada pengelasan logam paduan biasanya digunakan arus yang kecil untuk menghindari terbakarnya unsur-unsur paduan C. 1e?epatan Pengelasan 1ecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, diameter inti elektroda, bahan yang dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan, dll. 1ecepatan las tidak ada hubungannya dengan tegangan las tetapi berbanding lurus dengan arus las sehingga pengelasan yang cepat memerlukan arus yang tinggi $ila tegangan dan arus las tetap sedangkan kecepatan pengelasan dinaikkan maka jumlah deposit las per satuan panjang menurun

Gika kecepatan pengelasan dinaikkan maka masukan panas turun sehingga pendinginan akan berjalan cepat dan terjadi pengerasan di daerah %&' D. Polaritas Listrik emilihan polaritas tergantung pada bahan pembungkus elektroda, konduksi termal logam induk, kapasitas panas las, dll. Gika titik leleh logam induk tinggi dan kapasitas panas besar sebaiknya digunakan polaritas lurus dengan elektroda dihubungkan pada kutub negatif (-) sebaliknya untuk kapasitas panas kecil seperti pelat tipis maka digunakan polaritas balik dengan elektroda dihubungkan pada kutub positif (/) catu daya. $usur stabil pada arus !- dari pada arus &-

N.

$esar enetrasi dan "elding deposite 1ekuatan sambungan las tinggi diperlukan penetrasi dan penambahan bahan tambah yang cukup enetrasi tergantung pada fluks, polaritas, arus, kecepatan las dan tegangan.

Gambar *.3 Perbandingan kedalaman dan lebar welding depositeH a& berlebihan/ b& ?ukup

Pemeriksaan dan perbaikan alur las ikat emeriksaan terhadap ketelitian bentuk dan ukuran alur las harus dilakukan sebelum pengelasan karena menentukan kualitas hasil lasan

erbaikan celah las dan root face pada sambungan tumpul (butt ,oint) jika terjadi ketidak telitian harus dilakukan

erbaikan celah pada las sudut jika diperlukan

Pembersihan alur las 1otoran seperti karat, oliHminyakHgemuk, debu, air dan lain-lain harus dibersihkan karena dapat menyebabkan cacat las seperti retak, lubang halus dan inklusi yang membahayakan konstruksi embersihan dapat dilakukan dengan ( Mekanik seperti ka"at baja, penyemprotan pasir (sand blasting) dan lainlain 1imia ( pemakaian aseton, soda api dan lain-lain

erlakuan panas a"al (preheating), untuk material tertentu

Gambar *.* Fro+il pengaruh preheatH a& tanpa preheat/ b& dengan preheat $2,.oC& pada ba#a karbon tinggi $1.*. steel& ada gambar terlihat tanpa preheat lebih keras dibanding dengan perlakuan (preheat), efek ini akan diperoleh sifat mekanik yang berbeda. *anpa preheat akan lebih getas, ketangguahan menurun, tegangan sisa dan distorsi akan lebih besar. 1.1. Perlakuan Setelah Proses Las

NPaluas setelah proses pengelasan dilakukan antara lain( &. Oisual test $. !ilakukan uji F!* seperti( cairan penetran, megnetik partekel, radiografi dan ultrasonik -. Memperbaiki carat rongga dengan cara membuang bagian yang cacat melalui pemotongan menggunakan (cutting gas) atau udara kemudian dilakukan pengelasan kembali !. -acat takik pada #ambar 9.? (b) dapat diperbaiki dengan mengelas tambahan menggunakan elektroda yang lebih kecil N. -acat lipatan harus dibuang dengan pahat kemudian dilas kembali #ambar 9.? ( c) 0. -acat berupa retak las dapat diperbaiki dengan membuat lobang penahan dekat ujung retakan #ambar 9.? (d) atau memotong dengan membentuk alur pada retakan dan pada lasan di sekitarnya 9.? #ambar (e) kemudian pengelasan kembali #ambar 9.? (f)

Gambar *., Perbaikan bagian lasan 8ang ?a?at

1.2.

Memperke?il Ca?at Las ,saha-usaha untuk memperkecil terjadinya cacat pada hasil las dimasing-masing pembahasan telah

disinggung, termasuk dari persiapan pengelasan (welding repare), sampai cara mengatasi tegangan sisa dan distorsi yang terjadi. ada section ini akan dirangkum dalam bentuk tabel supaya mudah untuk di implementasikan di lapangan. 3abel *.1 Mengatasi atau memperke?il ter#adin8a ?a?at las <enis ?a?at Pen8ebab Pen?egahan

&rus las terlalu besar 2. $usur terlalu panjang


1.

>.

Sudut atau gerakan elektroda yang kurang tepat

1urang arus 2. ,sahakan panjang busur sama dengan diameter ka"at las >. ertahankan sudut yang sesuai dan kurangi kecepatan
1.

&rus terlalu kecil 2. Sudut atau gerakan elektroda yang kurang tepat
1.

$esarkan arus 2. ertahankan sudut yang sesuai atau kurang kecepatan


1.

!iameter ka"atHelektroda terlalu besar 2. &rus terlalu kecil >. 1ecepatan terlalu tinggi 9. Sudut ketirusan terlalu kecil
1.

1.

#anti ka"atHelektroda yang sesuai $esarkan arus 1urangi kecepatan erlebar sudut ketirusan atau pakai ka"atHelektroda yang lebih kecil ,sahakan dalamnya leher sesuai dengan penetrasi otong sampai cacat habis ertahankan sudut yang tepat

2. >. 9.

?.

.eher yang terlalu dalam

?.

emotongan kurang sempurna 1. Sudut elektroda kurang tepat


C.

yang yang

C.

1.

1ampuh las tidak simetris

1.

#erakan elektroda yang tidak stabil

1.

,sahakan kecepatan elektroda yang tetap

#erakan elektroda yang tidak stabil 2. &rus terlalu besar >. Sudut elektroda yang tidak tepat
1.

,sahakan kecepatan yang tetap 2. 1urangi arus >. ertahankan sudut yang tetap
1.

&rus terlalu kecil 2. #erakan elektroda terlalu lambat


1.

$esarkan arus 2. Faikan kecepatan gerakan elektroda


1.

&rus terlalu besar 2. #erakan elektroda terlalu cepat


1.

1urang arus 2. 1urang elektroda


1.

kecepatan

1ecepatan gerakan elektroda yang tidak tepat 2. Sudut elektroda yang tidak tepat >. Sudut ketirusan terlalu kecil
1.

1.

2. >.

&rus terlalu kecil ?. $usur terlalu panjang


9.

9. ?.

C.

embersihan lapisan sebelumnya yang kurang baik

C.

Faikan kecepatan sehingga terak tidak mengalir ke akar ,sahakan sudut yang tepat pada arah lasan erbaiki sudut ketirusan atau gunakan elektroda yang lebih kecil erbesar arus 1urang panjang busur sehingga cukup untuk peleburan dan pengapungan terak $ersihkan terak dari lapis sebelumnya dengan baik

&rus terlalu kecil 2. #erakan elektroda tidak tepat


1.

$esarkan arus 2. erpendek panjang busur sehingga terjadi peleburan yang baik
1.

1. 2. >. 9. ?.

$anyak oksigen atau hidrogen dalam busur *erdapat minyak, karat, cat dan lain-lain *erdapat uap air pada elektroda &rus terlalu besar #erakan elektroda yang kurang tepat

ilih elektroda yang tepat 2. $ersihkan daerah lasan


1.

1eringkan kembali elektroda 9. 1ecilkan arus ?. 1ecilkan lebar anyunan dan kurang kecepatan elektroda C. .akukan preheat
>.

orositi

endinginan terlalu cepat <. .ogam induk mengandung terlalu banyak belerang
C.

&rus terlalu besar 2. $urur terlalu panjang >. Nlektroda menyerap uap
1.

#unakan elektroda hidrogen rendah (low hydrogen) 1. *urunkan arus 2. Sesuaikan panjang busur >. 1eringkan kembali elektroda
<.

ercikan yang berlebih Masukan panas terlalu besar 2. Nlektroda menyerap uap
1. >. 1. 2.

#anti urutan pengelasan

9. ?.

Betak pada logam las

C. <.

*erlalu banyak unsur paduan dalam logam induk endinginan terlalu cepat *erlalu banyak belerang dalam logam induk *erdapat oksigen dan hidrogen *erdapat pasir atau debu pada daerah logam

1eringkan kembali elektroda >. #unakan elektroda %idrogen rendah .akukan preheat ?. #unakan elektroda %idrogen rendah C. #unakan elektroda %idrogen rendah <. $ersihkan daerah lasan
9.

*erlalu banyak hidrogen dalam busur 2. .ogam induk mempunyai sifat mampu keras yang tinggi >. *erlalu banyak unsur -, Mn atau -r dalam logam induk
1.

akai elektroda hidrogen rendah 2. .akukan pemanasan mula dan akhir (preheat and post heat) >. #anti logam induk
1.

Berak pada logam induk


Refrensi

1. Callister $2..A& Callister/ <r./ I 9illiam/ D./ 2..A/ JMaterials S?ien?e and 6ngineering an =ntrodu?tionK/ A ed./ <ohn 9ile8 I Sons/ =n?./ 7e@ >ork. 2.Gourd/ L.M./ 1CC, JPrin?iples o+ @elding te?hnolog8K 3th edition/ 6d@ard !mold/ =S"7 . >9: C1>;; @ 3. 1ou/ S./ 2..3/ J9elding Metallurg8K/ 2 ed./ <ohn 9ile8 I Sons/ =n?./ Canada. *. Mandal./ 2..,/ J!luminium @eldingK/ 2 ed./ 1haragpur/ =ndia. ,. 9ilhelmsen/9. 2..,/ J3he :andbook +or Maritime 9eldersK 1./ ed. !meri?a.

Anda mungkin juga menyukai