Strategi Pengembangan Produk Berbasis Susu
Strategi Pengembangan Produk Berbasis Susu
Strategi Pengembangan Produk Berbasis Susu
Oleh : Resti Fevria ( Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Fauzan Azima, MS dan Prof. Dr. Ir. Santosa, MP ) ABSTRAK
Penelitian tentang Strategi Pengembangan Produk Berbasis Susu di Kota Padang Panjang telah dilaksanakan di Kota Padang Panjang pada bulan Maret sampai Mei 2011.Tujuan penelitian ini adalah : Menentukan jenis produk susu yang dapat dikembangkan, jenis produk susu yang dapat di produksi oleh petani peternak sapi di Kota Padang Panjang serta mengetahui kelayakan penanaman investasi usaha industri produk susu. Penelitian ini dilakukan dalam lima tahap : Berdasarkan Analytical Hierarky Process (AHP) , produk yang mendapat prioritas pertama untuk dikembangkan adalah Yoghurt, setelah itu keju, mentega dan susu kental manis. Berdasarkan hasil uji organoleptik secara keseluruhan dengan skala hedonik dari 100 orang panelis didapatkan hasil bahwa Yoghurt lebih disukai konsumen debandingkan keju, mentega dan susu kental manis baik rasa, aroma dan warna. Dari aspek finansial, B/C ratio dan NPV keju, Yoghurt, dan Mentega layak di usahakan namun layak untuk Susu Kental Manis apabila gula di subsidi oleh pemerintah. Berdasarkan IRR keju, Yoghurt, Mentega dan SKM sangat layak untuk di usahakan dengan tingkat suku bunga > 11%. Berdasarkan Maksimalisasi Fungsi Produksi hanya bisa di produksi salah satu produk saja, walaupun sudah dinaikan kenutungan daro 10 % sampai 50 % untuk masing-masing produk. Kata Kunci : Produk Susu, AHP, Keju, Yoghurt, Mentega, Susu Kental Manis
1.
Pertanian Tanaman Pangan Kota Padang Panjang, 2010). Pengembangan susu sapi dan produk susu sangat diharapkan peternak sapi perah di Kota Padang Panjang saat ini, karena pengolahan susu sapi yang dihasilkan belum optimal. Untuk itu dilakukan penelitian ini agar dapat diketahui produk susu apa yang layak dikembangkan di Kota Padang
Padang Panjang saat ini adalah susu sapi. Rata-rata produksi susu sapi kota Padang Panjang adalah 1.200 liter/ hari dari 120 ekor sapi yang sudah berproduksi, dan jumlah sapi yang ada tersebar di petani sebanyak 286 ekor. Dari 1.200 liter susu sapi yang dihasilkan saat ini belum sepenuhnya diolah oleh petani, hanya 10 % yang sudah diolah oleh petani, dalam bentuk susu pasteurisasi, sisanya 90 % susu mentah kota Padang Panjang dijual langsung ke Bukittinggi dan daerah sekitarnya (Dinas
Panjang.
Tujuan
bulan Maret 2011. Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait yang relevan di tingkat kabupaten, kecamatan, dan kelurahan . Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan langsung daftar dengan kuesioner
Menentukan jenis produk susu yang dapat dikembangkan, 2) Jenis produk susu yang dapat diproduksi oleh petani peternak sapi di Kota Padang Panjang, 3) kelayakan Mengetahui
industri produk susu. Dari penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan Komoditi unggulan Kota Padang Panjang yaitu susu sapi agar menjadi produk yang lebih bervariasi dan bernilai ekonomi tinggi, diversifikasi produk susu sapi, meningkatkan nilai gizi masyarakat melalui produk susu. meningkatkan
deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan metode Analytical Hyrarki Process (AHP). Persoalan yang akan menjadi diselesaikan, diuraikan yaitu
unsur-unsurnya,
perekonomian petani peternak sapi perah. 2. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan dalam lima tahap : 2.1 Pengumpulan dan Sumber Data Data dan informasi yang digunakan dalam sekunder penelitian dan berupa data data primer.
fokus, faktor, aktor, tujuan dan produk, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. Diagram berikut mempresentasikan keputusan untuk memilih produk susu, dengan
menggunakan AHP. Adapun faktor untuk membuat keputusan tersebut adalah bahan baku, pemasaran dan teknologi proses, beserta dengan
subkriteria yang terkait dengan masing-masing Alternatif yang kriteria tersedia tersebut. dalam
Fokus
Bahan baku
Pemasaran
Faktor
Pemko
Dinas
Kelompok Tani
Konsumen
Aktor
Peningkatan produktivitas
Industri Pasteurisasi
Teknologi
SDM
Tujuan
Keju
Yoghurt
Mentega
Produk
2.3 Pembuatan Produk Susu yang telah dipilih 1. Pembuatan Keju 2. 3. Pembuatan Yoghurt Pembuatan Mentega
sangat tidak suka (skala numerik = 1) sampai dengan sangat suka (skala numerik = 5). 2.5 Menghitung Kelayakan Finansial Suatu kegiatan produksi dinyatakan layak apabila nilai NPV (Net Present Value) > 0, atau nilai B/C Ratio > 1 (Santosa dan Yonanda, 2005). Tolak ukur yang digunakan pada perhitungan kelayakan finansial sebagai berikut : a) Net Present Value (NPV) b) Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) c) Internal Rate of Return (IRR)
meliputi uji kesukaan terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan kesukaan dilakukan oleh 100 orang panelis. Uji ini dilakukan untuk mengetahui panelis tingkat kesukaan yang 3.1 Analytical Hierarky Process (AHP) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kota Padang Panjang, dari hasil wawancara dan kuisioner dengan Pemerintah Kota, Dinas Koperindag dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Pelaku Ekonomi serta Kelompok Tani Susu dan konsumen maka didapatkan hasil sebagai berikut :
terhadap
produk
digunakan
Mentega
hasil
penelitian bahwa
baku utamanya. Namun terdapat komponen lain sebagai hasil aktivitas bakteri yoghurt. Terdapat beberapa peningkatan dan penurunan terhadap asam amino yang tertentu terjadi selama tidak terjadinya proses fermentasi, tetapi perubahan 1980). signifikan (Helferich dan Westhoff,
mendapat prioritas
pertama, adalah yoghurt setelah itu keju, mentega dan susu kental manis. Yoghurt pada umumnya mengandung komposisi gizi atau nutrisi yang hampir sama dengan komponen susu segar sebagai bahan
3.2 Berdasarkan Hasil Uji Organoleptik dengan skala Hedonik didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik dari segi rasa, warna dan aroma Pengamatan No 1. 2. 3. 3. Produk Keju Yoghurt Mentega Susu Kental Manis Secara keseluruhan dari organoleptik dapat dketahui bahwa Yoghurt lebih disukai konsumen dibandingkan keju, mentega dan susu kental manis. Kepuasaan konsumen antara lain dapat dilihat dari tingkat penerimaan makanan (daya terima), biasanya berkaitan dengan organoleptik : a. Visual : warna, kekeruhan, kilap, dll 3.3 Kelayakan Finansial Untuk melihat hasil perhitungan terhadap Nilai B/C dan NPV Produk Susu disajikan pada Tabel 2. b. Bau c. Rasa d. Tekstur : wangi, busuk : rasa dasar : lengket, Rasa 2,58 4,62 2,58 3,41 Warna 3,02 4,40 2,61 2,86 Aroma 2,19 4,23 2,83 3,42 Rata-rata 2,60 4,42 2,67 3,23 Ket Biasa Suka Biasa Biasa
dan enak (sedap) (asin, manis, pahit, asam) halus, kasar, kental, elastis, lentur dan kenyal. Kesukaan atau skala 2011). hedonik penerimaan (Suyatno, konsumen dinyatakan dengan
Tabel 2. Nilai B/C dan NPV No 1 2 3 Uraian Keju B/C NPV (Rp) Kesimpulan 2 1,1262 165498953 Layak Yoghurt 1,4980 Layak Produk Mentega 1,1775 Layak SKM 0,5643 (1140326798) Tidak Layak Ket
859245036 200329178
Dari Tabel
untuk diusahakan karena mempunyai nilai B/C kecil dari satu yaitu 0,5643 dan nilai NPV negatif ( (1140326798)), yang berarti apabila NPV negatif = rugi apabila tetap diusahakan.
secara finansial produk keju, yoghurt dan mentega layak untuk diusahakan, tetapi susu kental manis dalam skala home industri tidak layak dari segi B/C ratio dan NPV. 3.4 Susu Kental Manis tidak layak
Tabel 3 . Nilai B/C dan NPV dengan tingkat suku bunga 1000%/ tahun No 1 2 3 Uraian Keju B/C NPV (Rp) IRR 1,1262 44.374.824 >1000 % Yoghurt 1,4980 230.387.244 >1000 % Produk Mentega 1,1775 53.713.766 >1000% SKM 2 1,5453 139.744.232 >1000% Ket
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa secara finansial produk keju, yoghurt, mentega dan susu kental manis sangat layak untuk diusahakan, karena tidak begitu terpengaruh dengan tingkat suku bunga bank, bahkan
pada tingkat suku bunga diatas 11 % pun nilai NPV keju, yoghurt, mentega dan susu kental manis masih positif, itu artinya masih layak untuk diusahakan.
3.6
Tabel 4. Jumlah Produksi Produk Susu dengan menaikan keuntungan masing-masing produk 10 % sampai 50 %
Skenario Besar Keuntungan (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 10 (k,y,m,skm) 20 keju 30 keju 40 keju 50 keju 20 yoghurt 30 yoghurt 40 yoghurt 50 yoghurt 20 mentega 30 mentega 40 mentega 50 mentega 20 SKM 30 SKM 40 SKM 50 SKM Keju 8,3333 8.3333 8.3333 8.3333 8.3333 0 0 0 0 0 0 0 0 8.3333 0 0 0 0 0 0 0 0 40 40 40 40 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah Produksi (kg/bulan) Yoghurt Mentega 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5.7143 5.7143 5.7143 5.7143 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8.3333 8.3333 8.3333 SKM Keuntungan (ribuan rupiah) 88.3333 116.6667 175.0000 233.3333 291.6667 80.00 120.00 160.00 200.00 91.4286 137.1429 182.8571 228.5714 58.3333 75.00 100.00 125.00 Ket
Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa hanya bisa diproduksi salah satu produk saja, walaupun
ternyata tidak berpengaruh terhadap jumlah jenis produk yang akan diproduksi, yang menaikan keuntungan hanya berpengaruh terhadap dihasilkan. jumlah keuntungan
Cross, H.R ,A.J. Overby., 1988. Meat Science, Milk Science and Technology. Elsevier Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2010. Komoditi Unggulan Kota Padang Panjang. Kota Padang Panjang. Marimin, 2004, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Penerbit PT Grasindo. Jakarta.
4.
pengembangan produk susu di Kota Padang Panjang disamping keju, mentega dan susu kental manis. 5. DAFTAR PUSTAKA
Amsterdam-
OBrien, James., 2003, Introduction to Information Systems : Essential for the e-business Enterprise, Boston: McGrawHill-Irwin. Saaty, T.L, 1993, Penggambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hierarki Analitik untuk Penggambilan Keputusan dalam situasi yang Kompleks. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Saaty, T.L, 1998, Multi Criteria Decision Making, The Analytical Hierarchy Process. British Library Cataloguing in Publication Data, United States of America. Saaty, T.L., 2001, Decision Making with Dependence and Feedback, The Analytical Network Process, University of Pittsburgh. Saleh, Eniza, 2004, Teknologi Penggolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak, Laporan Penelitia, Universitas Sumatera Utara, Medan. Santosa. 2010. Evaluasi Finansial untuk Manager dengan Sofware Komputer. IPB Press. Kampus IPB Taman Kencana Bogor. Bogor.
Astawan M. W. ,M. Astawan, 1989. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna. Akademi Presindo. Jakarta. Buckle, K. A, Edwards, R.A, Fleet, G.H, dan Wooton, M. 1985. Ilmu Pangan, Jakarta. Basuki, P., 1996. Pemanfaatan Limbah Urine Sebagai Aktivator Proses Produksi Gas Methan dan Pupuk Organik pada Ternak Potong Ruminansia., IPB, Bogor. Blakely, J. ,D.H. Bade., 1985. The Science of Animal Husbandry. Fourth Edition. Prentice Hall, Inc. A Division of Simon and Schuster, Englewood Cliffs, New Jersey 07632. USA. Buckle, K.A., R. A. Edwards, G.H. Fleet ,M. Woolton., 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Jakarta. Universitas Indonesia.
Soekarto, S. 1985. Penilaian Organoleptik. Bogor. Institut Pertanian Bogor Press. 156 hal Sudarmadji, S. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta. Liberty. 160 hal.
Tam, M.C.Y dan V.M.R.T Tummala., 2001, An Application of the AHP in Vendor Selection of a Telecommunications Systems, Omega 29:171-182