Tugas Hidrologi Terapan
Tugas Hidrologi Terapan
Tugas Hidrologi Terapan
Kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin-Nyalah kita diberi kemudahan dalam meyelesaikan segala aktivitas. Makalah ini harus diselesaikan karena merupakan syarat untuk mata kuliah Hidrologi Terapan Demikianlah pengantar dari saya dan apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan penulisan saya selaku penulis mohon maaf yang sebesar besarnya. Sekian. Dan terima kasih
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
PENGERTIAN HIDROLOGI
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas, pada maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannnya dengan kehidupan. Atau secara umum dapat dikatakan bahwa Hidrologi adalah ilmu yang menyangkut masalah kuantitas dan kualitas air di bumi, dan dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Hidrologi Pemeliharaan/Operational Hydrologie Menyangkut pemasangan alat alat ukur berikut penentuan jaringan stasiun pengamatannya, pengumpulan data hidrologi, pengolahan data mentah dan publikasi. 2. Hidrologi Terapan/Applied Hydrologie Ilmu yang langsung berhubungan dengan penggunaan hukum hukun yang berlaku menurut ilmu ilmu murni pada kejadian praktis dalam kehidupan. Dan menyangkut analisis hidrologi. ( Joyce Martha dan Wanny, 1991 : 1 2 )
SIKLUS HIDROLOGI
2 4 1 1 1 1 1 8 7 10 daratan 10 laut 6 3
8 9
5 7
Keterangan : 1. Penguapan 2. Awan hujan 3. Penguapan kembali 4. Hujan 5. Aliran Limpasan 6. Aliran permukaan 7. Aliran antara 8. Infiltrasi 9. Perkolasi 10. Aliran air tanah Siklus hidrologi merupakan gerakan air laut ke udara dalam bentuk uap yang diakibatkan oleh panas matahari yang kemudian di bawa kedaratan oleh angin dan kemudian jatuh sebagai hujan ke permukaan tanah. Air huajn yang jatuh ke permukaan tanah tersebut ada yang mengalir ke permukaan tanah dan ada masuk ke dalam tanah dan menjadi air tanah dan air air tersebut nantinya juga akan kembali menuju laut lagi dan terjadi penguapan kembali oleh matahari. ( Sosrodarsono dan Takeda, 2003 : 2 ) 3
SIKLUS HIDROLOGI Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
- Evaporasi/transpirasi Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
- Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
4. Geologi dan Ilmu Tanah Ilmu yang mempelajari komposisi dari kerak bumi yang berperan pada distribusi air permukaan, air bawah permukaan dan air tanah dalam. 5. Hidrolika Ilmu yang mempelajari gerakan air beraturan dalam sistem sederhana. 6. Oceanogarfi dan Limnologi Ilmu yang berkaitan dengan laut dan danau. 7. Statistik Ilmu yang mempelajari tentang teknik memproses data numerik menjadi informasi yang sangat berguna dalam penelitian ilmiah, pengambilan keputusan dan lain sebagainya. ( Joyce Marthe dan Wanny, 1991 : 5 6 )
berjalannya waktu, munculnya organisasi seperti Himpunan Ahli Teknik Hidrolik Indonesia( HATHI ) di Indonesia sangat mendukung perkembangan tersebut. Dan pada 5
bulan januari tahun 2001 HATHI melakukan seminar tentang Peningkatan Profesionalisme dan Penerapan Teknologi Air Dalam Pembangunan Daerah yang berlangsung di Jakarta. Dan ini menandakan semakin berperannya HATHI dalam perkembangan ilmu ilmu hidrolik di Indonesia. ( Sumber : Internet ( Jurnal dan berbagai seminar HATHI ))
hidrologi dalam DAS. Dampak kegiatan pembangunan terhadap proses hidrologi sangat dipengaruhi intensitas, lama berlangsungnya, dan lokasi hujan. Karena itu perencana dan pengelola DAS harus memperhitungkan pola presipitasi dan sebaran geografinya. b. Intersepsi : Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan
melekat pada tajuk daun maupun batang, bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang akhirnya segera menguap. Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin, jenis pohon (kerapatan tajuk dan bentuk tajuk). Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia utara sekitar 30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi 6
pada tajuk daun bagian atas saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon. Intersepsi akan mengurangi hujan yang menjadi run off.
c. Throughfall, Crown drip, Steamflow : Hujan yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh langsung di lantai hutan melalui sela-sela tajuk, bagian hujan ini disebut throughfall. Simpanan intersepsi ada batasnya, kelebihannya akan segera tetes sebagai crown drip. Steamflow adalah aliran air hujan yang lewat batang, besar kecilnya stemflow dipengaruhi oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon.
d. Infiltrasi dan Perkolasi : Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi, sedang perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu. Daya Perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan dengan besar yang dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum daerah tak jenuh mencapai daerah medan. Istilah daya perkolasi tidak mempunyai arti penting pada kondisi alam karena adanya stagnasi dalam perkolasi sebagai akibat adanya lapisanlapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan sementara di daerah tak jenuh.
Perkolasi, disebut juga peresapan air ke dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur tanah dan permeabilitasnya. Untuk daerah irigasi waduk Gondang termasuk tekstur berat, jadi
ini nilai perkolasi diambil sesuai eksisting sebesar 2 mm/hari. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah.. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Perkolasi juga dapat disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zone yang jenuh kedalam daerah jenuh (antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah).
Kelengasan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori tanah. Kelengasan tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi, dan perkolasi. Pada saat kelengasan tanah dalam keadaan kondisi tinggi, infiltrasi air hujan lebih kecil daripada saat kelengasan tanah rendah. Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari porositas tanah.
Simpanan permukaan ini terjadi pada depresi-depresi pada permukaan tanah, pada perakaran pepohonan atau di belakang pohon-pohon yang tumbang. Simpanan permukaan menghambat atau menunda bagian hujan ini mencapai limpasan permukaan dan memberi kesempatan bagi air untuk melakukan infiltrasi dan evaporasi. Aliran bawah permukaan merupakan bagian dari presipitasi yang mengalami infiltrasi dalam tanah yang kemudian mengalir di bawah permukaan tanah dan menuju alur sungai sebagai rembesan maupun mata air.
BAB II PEMBAHASAN
ALAT-ALAT UKUR DAN METODE PENGUKURAN
Presipitasi termasuk factor pengontrol yang mudah diamati dalam sirkulasi hidrologi pada suatu D.A.S. seorang perencana harus dapat menentukan variasi karakteristik hujan di suatu D.A.S, dari hasil pengumpulan, perhitunga/analisa data, serta dapat menentukan bagaimana pengukurannya maupun cara menganalisa data hasil pengukuran. Karena selain tergantung pada data yang tersedia, maka kebutuhan akan data hujan akan tergantung pula pada kebutuhan lebih lanjut, apakah akan seteliti data harian, bulanan atau harus data tahunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Presipitasi : Adanya uap air di atmosphere Faktor-faktor metereologis Lokasi daerah, sehubungan dengan system sirkulasi secara umum Rintangan yang disebabkan oleh gunung dan lain-lain.
Gambar 1
10
Prinsip kerja: Layar radar menginterpretasikan intensitas hujan, apabila jumlah refleksi energi tergantung kepada ukuran butir-butir hujan dan jarak terhadap pemancar.
SEBAB-SEBAB KESALAHAN DALAM MEREKAM PENGUKURAN (ALAT PENAKAR HUJAN AUTOMATIK) 1. Kesalahan dalam membaca skala 2. Kehilangan air hujan yang tidak terukur akibat percikan air dan akibat angin 3. Kemiringan mulut penakar/collector mempengaruhi jumlah air yang tertangkap Beda 10%. Kemiringan menyebabkan 1,5% pengurangan air hujan. KEUNTUNGAN PENGGUNAAN ALAT PENGUKUR HUJAN OTOMATIS 1. Hujan direkam secara otomatis, sehingga tidak perlu ditunggui terus-menerus dan dapat diletakkan pada lokasi yang jauh dari pengamat. 2. Hasil rekaman memberikan gambaran terhadap nilai intensitas setiap saat. 3. Dapat memperkecil kesalahan pembacaan. KERUGIAN 1. Biaya lebih mahal 2. kesalahan elektris dan mekanik bias terjadi. II.2.2 Kriteria pemilihan alat pengukur hujan: 1. Mutu alat 2. Sebanding dengan alat-alat pengukur hujan yang sudah ada di daerah yang sama 3. Biaya pemasangan 4. Kesulitan pemeliharaan (sehubungan dengan mudah masuknya debu dan kotoran) 5. Kesulitan untuk diobservasi/ditinjau 6. Tidak mudah dirusak/dicuri
3. Keadaan daerah yang bersangkutan (missal : keadaan tanahnya yang memungkinkan pengembangan pertanian dan sebagainya) 4. Jumlah pengamat.
12
13
gambar : Anemometer
14
II.4. Pengukuran aliran air II.4.1 Pengukuran evelasi muka air sungai, danau dan reservoir
Tujuan pengukuran elevasi muka air adalah untuk meramalkan aliran daerah banjir, merencanakan dimensi bangunan yang akan dibangun pada sungai atau didekatnya. Elevasi muka air adalah elevasi permukaan air pada saluran sungai, danau, diukur relative terhadap datum. Pemilihan tempat untuk melakukan pengukuran tergantung pada : 1. Tujuan pengumpulan data 2. Kemudahan dalam mencapai tempatnya 3. Kesanggupan dari pengamat
15
a. VELOCITY HEAD ROD Alatnya terdiri dari batang kayu/papan dengan skala, dilengkapi pemberat dapat diputar. Rumus yang dipakai : V = g = percepatan gravitasi H = D2-D1 = beda tinggi air akibat pemutaran papan ukur 90o
pengukuran debit dengan velocity head rod b. TRUPPS RIPPLE METER Terdiri dari rangkaian papan dan kayu yang harus selalu dikalibrasi terhadap persamaan yang dipakai. Persamaan yang dipakai: V = c + X.L Dengan L = panjang bagian tertentu X = nila korelasi antara lebar kayu (W) terhadap V (hasil kalibrasi) C = konstanta
16
c. PITOT METER ( alat pengukur kecepatan air pada model-model di laboratorium) Terdiri dari pipa bengkok yang dimasukan di dalam air. Rumus yang dipakai : V = Dengan : H = beda tinggi muka air akibat adanya kecepatan air g = gaya gravitasi d. PENGAPUNG (FLOAT) Cara ini hanya dipakai untuk menaksir kecepatan aliran secara kasar, karena alat ini diamati dipermukaan air. Untuk itu dibutuhkan alat pencatat waktu, pelampung dan pengukuran jarak 2 titik yang akan ditempuh oleh pelampung sehingga
V= e. CURRENT METER Kecepatan air V didapatkan dari pengukuran Current meter (propeller atau tipe price) dinyatakan sebagai berikut : V = a + b.N N = banyaknya perputaran propeller atau kerucut kecil (baling-baling) perdetik a = kecepatan awal yang diperlukan untuk mengatasi gesekan mekanis.
17
Kerugiannya : teknik pengambilan contoh tanah, mengganggu keadaan tanah. Nuclear method, metode ini lebih teliti, dan tidak mengganggu keadaan soil moisture. Alat ini terdiri dari, nuclear probe, pipa dari metal yang dipasang pada tanah, alat penghitung dan pencatat
Contoh : Electro conductivity meter adalah alat untuk mengukur daya hantar listrik (kadar garam). Logger adalah peralatan yang dilengkapi dengan sinar gamma atau neutron untuk mendeteksi jenis batuan dan muka airnya.
21
Perkolasi juga dapat disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zone yang jenuh kedalam daerah jenuh (antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah). Kelengasan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori tanah. Kelengasan tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi, dan perkolasi. Pada saat kelengasan tanah dalam keadaan kondisi tinggi, infiltrasi air hujan lebih kecil daripada saat kelengasan tanah rendah. Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari porositas tanah.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Joyce Martha w, Ir. Wanny adidarma Dipl.H ; mengenal dasar-dasar hidrologi, http://pazfauzi.blogspot.com/2010/07/hidrologi-bahan-makalah.html
23
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 2 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 2 PENGERTIAN HIDROLOGI ............................................................................................... 2 SIKLUS HIDROLOGI .......................................................................................................... 3 ILMU ILMU PENUNJANG LAIN .................................................................................... 4 SEJARAH PERKEMBANGAN HIDROLOGI DI INDONESIA ........................................ 5 PENGGUNAAN HIDROLOGI DALAM PERENCANAAN TEKNIK .............................. 6 BAB II........................................................................................................................................ 9 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 9 II.1. Pengukuran Presipitasi ................................................................................................... 9 II.1.1. Pendahuluan ................................................................................................................ 9 II.2. Alat Pengukur Hujan ...................................................................................................... 9 II.2.1 Pengukuran hujan dengan radar ................................................................................. 11 II.2.3. Kriteria penentuan jumlah/kerapatan jaringan pos-pos hujan/klimatologi. .............. 11 II.3. Pengukuran Klimatologi .............................................................................................. 12 II.3.1 Pengukuran lama penyinaran matahari ...................................................................... 12 II.3.2 Pengukuran temperature udara ................................................................................... 12 II.3.3 Pengukuran kelembaban udara................................................................................... 13 II.3.4 Pengukuran kecepatan angin ...................................................................................... 14 II.3.5 Pengukuran Evaporasi dan transpirasi ....................................................................... 14 II.4. Pengukuran aliran air ................................................................................................... 15 II.4.1 Pengukuran evelasi muka air sungai, danau dan reservoir......................................... 15 II.4.2 Pengukuran Debit ....................................................................................................... 15 II.4.2.1 Pengukuran tidak langsung ..................................................................................... 15 II.5. Pengukuran Infiltrasi .................................................................................................... 18 II.5.1 Proses Infiltrasi ........................................................................................................... 18 II.5.2 Alat pengukur Infiltrasi .............................................................................................. 18 II.5.2.1 Infiltrometer ............................................................................................................ 18 II.6. Pengukuran kelembaban tanah ..................................................................................... 18 II.6.1 Metode pengukuran kelembaban tanah ...................................................................... 18 II.7 Pengukuran parameter air tanah .................................................................................... 19 II.7.1 Umum ......................................................................................................................... 19 II.7.2 Pengukuran Elevasi muka air tanah ........................................................................... 20 II.7.3 Pengukuran Debit Air Tanah...................................................................................... 20 II.7.4 Pengukuran porositas/permeabilitas lapisan pembawa air ......................................... 20 24
II.7.5 Pengamatan mata air .................................................................................................. 20 II.7.6 Pengukuran sifat-sifat fisik air tanah lainnya ............................................................. 20 BAB III .................................................................................................................................... 22 PENUTUP................................................................................................................................ 22 KESIMPULAN .................................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23
25