Statistika Nugroho
Statistika Nugroho
Statistika Nugroho
(3 sesi)
Disusun oleh :
Sigit Nugroho
Sigma Mu Rho
σμρ
Statistika
ilmu pengetahuan tentang data
• merupakan bagian dari matematika yang membahas rumus untuk
mengumpulkan, menggambarkan atau menyajikan, menganalisis, dan
menginterpretasikan data kuantitatif [Webster New Collegiate Distionary]
• merupakan cabang dari metode ilmiah yang menggunakan data
didapatkan dengan menghitung atau mengukur bagian populasi [Kendall &
Stuart]
• membahas metode penarikan kesimpulan dari hasil percobaan atau
proses [Fraser]
• sebagai teknologi metoda ilmiah yang membahas rancangan percobaan
dan investigasi serta inferensia statistika [Mood]
• membahas rancangan percobaan atau survai sampling untuk
mendapatkan sejumlah informasi tertentu dan penggunaan informasi
secara optimal dalam pembuatan inferensia tentang populasi.
Sigit Nugroho 2
Statistika diterapkan di …
• Pemerintahan
• Olahraga
• Bisnis dan Ekonomi
• Hukum
• Psikologi
• Pendidikan
• Permainan
• Dll.
Sigit Nugroho 3
Statistika vs Statistik
Berbeda dengan Statistika, istilah Statistik
adalah rumus atau formula yang
merupakan fungsi dari data
x1 + x 2 + ... + x n 1 n
x= = ∑ xi
n n i =1
2
⎛ n ⎞
⎜ ∑ xi ⎟
⎝ i =1 ⎠
n n n
∑ xi
2
−
n
∑ ( xi − x ) 2
∑ i
x 2
− n x 2
s =
2 i =1
= i =1
= i =1
n −1 n −1 n −1
Sigit Nugroho 4
Statistika
Deskriptif vs Inferensia
• Statistika deskriptif • Statistika inferensia
digunakan untuk menginterpretasikan
menggambarkan dan hasil-hasil atau
menganalisa data menghitung statistik-
dengan menghitung
statistik yang diperoleh
sedikitnya satu statistik
contoh, dengan dari contoh untuk
membangun grafik atau mengestimasi /
tabel, atau dengan menduga parameter
membandingkan hasil populasi. [Pendugaan
data yang lain. parameter populasi
[Penyajian data dengan dan pengujian
statistik sederhana] hipotesis]
Sigit Nugroho 5
Peristiwa (Event)
• Suatu peristiwa atau kejadian (event) adalah satu atau lebih dari
semua kemungkinan keluaran sebuah tindakan (trial) atau percobaan
(experiment).
– Kejadian tunggal/ sederhana :
• munculnya salah satu kartu berikut dari setumpuk kartu bridge
standar: A♠ ,K♠ ,Q♠ ,J♠ ,10♠ ,9♠ ,8♠,7♠ ,6♠ ,5♠ ,4♠ ,3♠ ,2♠ ,A♥
,K♥ ,Q♥ ,J♥ ,10♥ ,9♥ ,8♥ ,7♥ ,6♥ ,5♥ ,4♥ ,3♥ ,2♥ , A♣ ,K♣ ,Q♣ ,J♣
,10♣ ,9♣ ,8♣ ,7♣ ,6♣ ,5♣ ,4♣ ,3♣ ,2♣, A♦ ,K♦ ,Q♦ ,J♦ ,10♦ ,9♦ ,8♦
,7♦ ,6♦ ,5♦ ,4♦ ,3♦ ,2♦.
• Bila dalam satu kelas pendidikan terdapat : 5 ka sie, 4 ka unit, dan 1
officer maka terpilihnya seorang officer secara acak, merupakan
persitiwa tuggal atau peristiwa sederhana
– Kejadian majemuk :
• terambilnya kartu ♣ dari setumpuk kartu bridge standar = { A♣ ,K♣ ,Q♣
,J♣ ,10♣ ,9♣ ,8♣ ,7♣ ,6♣ ,5♣ ,4♣ ,3♣ ,2♣}, atau munculnya kartu A =
{A♠ ,A♥ ,A♦ ,A♣ }
• Bila dalam satu kelas pendidikan terdapat : 5 ka sie, 4 ka unit, dan 1
officer maka terpilihnya seorang ka sie secara acak, merupakan
persitiwa majemuk
Sigit Nugroho 6
Peluang suatu Peristiwa
• Peluang adalah suatu nilai diantara 0 dan 1 (inklusif)
yang menggambarkan besarnya kesempatan akan
munculnya suatu kejadian tertentu pada kondisi tertentu.
Istilah lain dari peluang adalah probabilitas.
– Metode Klasik / a priori
– Metode Frekuensi / a posteriori
– Subyektif (hanya boleh digunakan apabila kedua
cara diatas tak dapat dihitung)
Sigit Nugroho 7
Penentuan Peluang:
Metode Klasik / a priori
banyaknya cara A m
P ( A) = =
total semua cara n
Sigit Nugroho 8
Penentuan Peluang:
Metode Frekuensi / a posteriori
banyaknya A muncul m
P ( A) = =
total percobaan n
Sigit Nugroho 9
Populasi
• Populasi adalah seluruh obyek yang mungkin terpilih atau
keseluruhan ciri yang dipelajari.
• Nilai sebenarnya dari sifat populasi disebut dengan
parameter populasi, yang biasanya dilambangkan dengan
huruf Yunani seperti μ (mu), σ (sigma), π (pi), ρ (rho), dan θ
(theta).
• Notasi μ biasanya digunakan untuk menyatakan parameter
nilai tengah (rata-rata) populasi, σ digunakan untuk
menyatakan simpangan baku (standar deviasi) populasi, π
digunakan untuk menyatakan proporsi populasi dan ρ
digunakan untuk menyatakan korelasi dua populasi.
Sigit Nugroho 10
Contoh (Sampel)
• Contoh acak atau contoh adalah bagian
populasi yang digunakan untuk menduga nilai
parameter populasi.
• Nilai yang diperoleh dari contoh disebut dengan
nilai statistik.
• Mengapa mengambil contoh ?
– Keterbatasan sumberdaya (waktu, tenaga, biaya,
dan sebagainya) mungkin akan berakibat pada kita
sehingga kita tidak dapat memperoleh data populasi,
lebih jauh tidak dapat menghitung nilai parameter
populasi.
Sigit Nugroho 11
Peubah (Variabel)
• Peubah merupakan ciri populasi yang
dipelajari dari satuan amatan, biasanya
dilambangkan dengan huruf besar atau
kapital (misalnya: X, Y, atau Z), dapat
mengambil satu dari beberapa nilai
– Diskret : nilainya terisolasi, biasanya karena
didefinisikan atau didapatkan dengan cara
menghitung.
• Jumlah anggota keluarga, jumlah ternak yang
dimiliki, dll.
– Kontinu : nilainya diperoleh karena suatu
pengukuran (menggunakan alat ukur)
• Luas tanah, berat badan, simpanan yang ada di
bank, dll.
Sigit Nugroho 12
Skala Pengukuran Data
• Nominal : angka hanya menunjukkan kategori
– Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Kepegawaian
• Ordinal : angka selain menunjukkan kategori, tetapi juga
mengandung peringkat atau urutan
– Urutan juara, data diperingkatkan
• Interval / Selang : selain sifat yang dimiliki Ordinal, bisa
diukur beda / jarak nya
– Skala pengukur temperatur (Celcius, Reamur, Fahrenheit) dan
pengkur gempa (Richter)
• Rasio / Nisbah : semua sifat interval plus bisa
dibandingkan (rasio)
– Waktu datangnya nasabah, rata-rata tabungan, luas bangunan,
total produksi hasil pertanian
Sigit Nugroho 13
Notasi Matematis
• Penjumlahan Å digunakan notasi Σ (huruf S kapital Yunani)
∑x
i =1
i = x1 + x2 + ... + xn
Jumlah xi untuk i mulai dari 1 sampai dengan n
∑x
i =1
2
i = x + x + ... + x
2
1
2
2
2
n
∏x
i =1
i = x1 x2 ...xn
Hasil perkalian xi untuk i mulai dari 1 sampai dengan n
∏ i
( z
i =1
− 5) 2
= ( z1 − 5) 2
( z 2 − 5) 2
( z 3 − 5) 2
Hasil Perkalian (zi -5) kuadrat untuk i mulai dari 1 sampai dengan 3
Sigit Nugroho 15
Teknik Menghitung
(Counting Technique)
Prinsip Multiplikasi
Apabila suatu operasi dapat dilakukan dalam n1 cara dan operasi
berikutnya dapat dilakukan dalam n2 cara, maka secara keseluruhan
terdapat sebanyak n1n2 cara dimana kedua operasi tersebut
dilakukan.
∏nj =1
j = (n1 )(n2 )...(nr )
Sigit Nugroho 16
Lanjutan …
Sigit Nugroho 17
Faktorial
Dalam satu hal terambilnya 5 kartu {A♠, K♠, Q♠, J♠, 10♠} dan {10♠,
A♠, K♠, J♠, Q♠} dapat merupakan peristiwa yang sama, tetapi juga
dapat merupakan peristiwa yang tidak sama. Apabila kita inginkan
keluaran tersebut berdasarkan urutan keluarnya, maka sudah jelas
kedua peristiwa tersebut tidak sama. Namun apabila urutan
keluarnya tidak dipentingkan, melainkan apa-apa saja yang menjadi
anggota dalam peristiwa tersebut, maka kedua peristiwa tersebut
dikatakan sama.
Hasil kali dari bilangan-bilangan bulat positif dari 1 sampai dengan n, yaitu
(1)(2)(3) … (n-2)(n-1)(n) = n! (dibaca n faktorial).
Untuk n = 0, didefinisikan 0! = 1
Sigit Nugroho 18
Permutasi
• Banyaknya permutasi dari n obyek yang berbeda diambil sebanyak r sekaligus
adalah
n!
n Pr = P =
n
(n − r )!
r
• Teorema ini dipakai apabila seseorang tertarik pada banyaknya cara memilih r
obyek dari sebanyak n obyek yang berbeda dan kemudian mengurutkan r
obyek tersebut.
• Dari keempat calon Pimpinan Wilayah terbaik yang dimilikinya (A, B, C, dan D), Direksi
harus memilih dua teratas diantaranya berdasarkan ranking. Oleh karenanya seluruh
kemungkinan susunan dua calon (Pinwil dan Wapinwil) terbaik tersebut adalah:
AB AC AD BC BD CD
BA CA DA CB DB DC
4! (4)(3)(2)(1)
P2 = P24 = = = 12
(4 − 2)!
4
(2)(1)
Sigit Nugroho 19
Kombinasi
• Banyaknya kombinasi n obyek yang berbeda dan diambil sebanyak r sekaligus
adalah
• Banyaknya permutasi yang dapat dibedakan dari sebanyak n obyek dimana
sebanyak r darinya adalah sejenis dan n-r adalah jenis lain adalah
⎛n⎞ n!
⎜⎜ ⎟⎟ = C r =
n
⎝r⎠ r!(n − r )!
Dari sebanyak 5 (A, B, C, D, dan E) calon ka unit terbaik yang ada, akan
diambil 2 orang yang akan ditempatkan sebagai ka unit. Maka kemungkinan
mereka yang akan terpilih adalah: A dan B, A dan C, A dan D, A dan E, B dan
C, B dan D, B dan E, C dan D, C dan E, atau D dan E.
⎛5⎞ 5! (5)(4)(3)(2)(1)
⎜⎜ ⎟⎟ = C25 = = = 10
⎝ 2⎠ 2!(5 − 2)! (2)(1)(3)(2)(1)
Sigit Nugroho 20
Sifat-sifat Kombinasi
C =1n
0
C =n1
n
C n
n −1 =n
C =1n
n
Sigit Nugroho 21
Lanjutan …
Banyaknya permutasi dari n obyek yang terdiri dari k
jenis dimana masing-masing jenis berturut-turut
banyaknya r1, r2, …,rk adalah
n! n!
k
=
∏r!
r1!r2 !...rk !
i
i =1
Banyaknya susunan huruf (belum tentu merupakan
kalimat) dari huruf-huruf penyusun BARBARA adalah
7! (7)(6)(5)(4)(3)(2)(1)
= = 210
2!3!2! (2)(1)(3)(2)(1)(2)(1)
Sigit Nugroho 22
Latihan
Tentukan nilainya
C +C +C 4
0
4
2
4
4
C +C +C +C
6
0
6
2
6
4
6
6
n
∑ 2i
C 2n
i =0
Sigit Nugroho 23
Himpunan
Suatu himpunan atau gugus adalah merupakan sekumpulan
obyek. Pada umumnya anggota dari gugus tersebut memiliki suatu
sifat yang sama. Suatu himpunan bagian atau anak gugus
merupakan sekumpulan obyek yang anggotanya juga merupakan
anggota dari himpunan lain.
Sigit Nugroho 24
Himpunan
Semesta Himpunan
Himpunan
Pembicaraan Kosong
Semua mobil di Semua mobil Semua mobil
Indonesia dengan dengan bahan
transmisi bakar air
otomatis
Jumlah mata Mata dadu Mata dadu lebih
dadu standar genap dari dadu dari 7 dari dadu
atau standar A = standar
S={1,2,3,4,5,6} {2,4,6} B=∅
Sigit Nugroho 25
Diagram Venn
mempermudah memahami himpunan
• Diagram Venn digunakan untuk menggambarkan himpunan-himpunan dan
bagaimana hubungan antar himpunan-himpunan tersebut.
• Gabungan dari dua himpunan adalah himpunan yang mengandung semua
anggota yang dimiliki oleh himpunan pertama atau himpunan kedua.
Misalkan A = {1,2,3,4,5} dan B = {1,3,5,7}, maka gabungan dari A dan B
dinotasikan dengan A ∪ B = {1,2,3,4,5,7}
• Irisan dari dua himpunan adalah himpunan yang mengandung anggota
yang ada pada himpunan pertama dan juga sebagai anggota pada
himpunan kedua. Misalkan A = {1,2,3,4,5} dan B = {1,3,5,7}, maka irisan
dari A dan B dinotasikan dengan A ∩ B = {1,3,5}.
• Komplemen atau pelengkap dari suatu himpunan adalah himpunan yang
memiliki anggota, dimana gabungan dari himpunan dan komplemennya
adalah himpunan semesta dan irisan himpunan dengan komplemennya
adalah himpunan kosong. Misalkan A adalah munculnya mata dadu ganjil
dari sebuah dadu standar, maka A = {1,3,5}. Karena S = {1,2,3,4,5,6}, maka
komplemen dari A, dituliskan dengan notasi Ac = munculnya mata dadu
genap dari dadu standar, atau Ac = {2,4,6}.
Sigit Nugroho 26
Ruang Contoh
• Ruang contoh (S) adalah merupakan himpunan
yang anggotanya terdiri dari semua kemungkinan
keluaran yang dapat terjadi dari suatu tindakan
atau percobaan. Ruang contoh ini analog dengan
himpunan semesta.
• Semua yang termasuk dalam S disebut dengan
anggota.
• Sedangkan sembarang himpunan bagian dari S
disebut dengan kejadian.
Sigit Nugroho 27
Tindakan – Ruang Contoh -
Kejadian
Tindakan / Ruang Contoh Kejadian
Percobaan
Pelemparan sebuah S = {1,2,3,4,5,6} A = munculnya mata
dadu standar sedikitnya 4 ={4,5,6}
B = munculnya mata ganjil
= {1,3,5}
Sigit Nugroho 29
Aturan Peluang
Dalam bagian ini akan dibicarakan hal-hal
penting yang berhubungan dengan aturan
peluang, untuk kejadian-kejadian A, B, dan ∅.
1. 0 ≤ P(A) ≤ 1. Peluang suatu kejadian, nilainya, terletak
diantara 0 dan 1 inklusif.
2. P(∅) = 0. Peluang himpunan kosong adalah 0.
3. P(A) ≤ P(B) jika A adalah himpunan bagian dari B.
4. P(Ac) = 1 – P(A). Peluang komplemen suatu kejadian
adalah 1 – peluang kejadian tersebut.
5. P(A∪B)=P(A)+P(B)-P(A∩B)
Sigit Nugroho 30
Beberapa Peluang Peubah Diskrit
Nama Peubah Notasi dan Parameter P(X=x) dan x μX σ 2X
Diskrit dimana P(X=x)
terdefinisi
Sigit Nugroho 31
Beberapa Peluang Peubah Kontinu
Nama Peubah Notasi dan fX(x) dan x dimana fungsi μX σ 2X
Kontinu Parameter terdefinisi*
Seragam X ~ SK(a,b) 1/(b-a) (a+b)/2 (b-a)2/12
a<b a<x<b
( x−μ )2
Normal X ~ N(μ,σ2) 1 −
σ2
μ σ
e
σ2 > 0 2π σ
Gamma X ~ Gam(θ,κ) 0<x 1
x κ −1e − x / θ κθ κθ2
κ
0<θ 0<κ θ Γ(κ )
Eksponensial X ~ Exp(θ) 0<x 1 θ θ2
e −x /θ
0<θ θ
Eksponensial X ~ Exp(θ,η) η< x 1 η+θ θ2
2-Parameter e −( x −η ) / θ
θ
Eksponensial X ~ EG(θ,η) 1 η 2θ2
e −| x −η|/ θ
Ganda 2θ
Sigit Nugroho 32
Nilai Harapan / Nilai Ekspektasi
Nilai harapan atau nilai ekspektasi dari sebuah fungsi
peubah acak X, g(X) dilambangkan dengan E[g(X)]
dapat didefinisikan sebagai berikut
⎧
⎪∑ g ( x).P ( X = x) jika X peubah acak diskrit
⎪
E[ g{ X }] = ⎨ ∞x
⎪ g ( x) f X ( x)dx jika X peubah acak kontinu
⎪⎩ −∫∞
Sigit Nugroho 33
Teladan Menghitung Nilai Harapan
Dalam sebuah permainan judi 2 angka (00 s/d 99), jika kita
membayar untuk satu lembar kupon sebesar X kita akan memperoleh
hadiah sebesar 60X jika menang (sebetulnya 59X, karena X lainnya
adalah uang kita). Jika peluang munculnya angka sama, maka
berapakah nilai harapan memenangkannya ?
Sigit Nugroho 34
Sebaran Bernoulli
Tindakan Bernoulli adalah suatu tindakan yang hanya
menghasilkan 2 macam keluaran.
f ( x; p ) = p x (1 − p)1− x x = 0 atau 1
Sigit Nugroho 35
Sebaran Binomial
Binomial adalah sebaran diskrit yang digunakan untuk menduga peluang keluaran tertentu muncul
sebanyak x kali dalam suatu contoh terhingga berukuran n yang diambil dari suatu populasi tak terhingga
dimana peluang munculnya keluaran tersebut konstan sebesar p.
Sigit Nugroho 36
Teladan Soal Binomial
Sebanyak 10 pengajuan permohonan kredit dengan nilai
yang sama dan datang bersamaan harus dipilih secara
acak beberapa diantaranya karena keterbatasan dana
yang ada (anggap semuanya layak). Bila masing-masing
permohonan memiliki peluang yang sama untuk
memperoleh kredit yaitu 0,6 berapakah
• Peluang 2 permohonan terkabulkan, bila dana tersedia
untuk itu ?
f (2;0,6) = C210 0,6 2 0,48
• Peluang paling banyak 2 permohonan terkabulkan, bila
dana tersedia untuk itu ?
2
Sigit Nugroho 38
Teladan Peubah Poisson
Sigit Nugroho 39
Fungsi Peluang Poisson
Secara umum fungsi kepekatan peluang Poisson dengan
parameter μ dapat dituliskan sebagai berikut
⎧ e−μ μ x
⎪ , x = 0,1,2,...; μ > 0
f ( x; μ ) = ⎨ x!
⎪⎩ 0 , x selainnya
Sigit Nugroho 40
Teladan Soal Peubah Poisson
Dari catatan yang ada diketahui bahwa kecelakaan yang terjadi di
sebuah jalan bebas hambatan mengikuti peubah Poisson, dengan
rata-rata kecelakaan 3,2 per bulan.
e −3, 2 3,23
f (3;3,2) =
3!
b. Berapakah peluang akan terjadi paling banyak 2 kecelakaan
dalam kurun waktu satu bulan mendatang ?
2
e −3, 2 3,20 e −3, 2 3,21 e −3, 2 3,2 2
∑
x =0
f ( x;3,2) = f (0;3,2) + f (1;3,2) + f (2;3,2) =
0!
+
1!
+
2!
Sigit Nugroho 41
Sebaran (Distribusi) Normal
• Pada umumnya, data hasil pengukuran suatu peubah
biologis alami (berat badan, tinggi badan, produksi hasil
pertanian, dlsb.) apabila di plotkan dengan histogram
akan memiliki bentuk yang kira-kira hampir simetris
terhadap nilai rata-ratanya.
• Bila histogram tersebut didekati dengan kurva mulus
(smoothed curve), maka bentuk kurva akan menyerupai
lonceng.
• Nilai rata-rata akan menjadi titik pusat data, dan bentuk
sebaran (tumpul atau lancipnya) akan ditentukan oleh
besarnya simpangan baku data yang bersangkutan.
Sigit Nugroho 42
Beberapa Sebaran Normal
Sigit Nugroho 43
Sifat Sebaran Normal
• Simetris terhadap nilai tengah (μ)
• Total luasan dibawah fungsi adalah sama
dengan total peluang = 1.
⎛ x−μ ⎞
2
1 −⎜ ⎟
f X ( x; μ , σ ) = e ⎝ σ ⎠
σ 2π
Sigit Nugroho 44
Sebaran Normal Baku
• Sebaran normal dengan nilai rata-rata (μ)
= 0 dan simpangan baku (σ) = 1
• Gunakan transformasi :
X −μ
Z=
σ
Berapa luas ini ?
0 1000 − 750
= 1,74
144
Sigit Nugroho 45
Membaca Tabel
Nilai Zα merupakan kombinasi nilai pada kolom pertama
& baris pertama pada tabel
α adalah luas
sebelah kiri zα α = P ( Z ≤ zα )
Zα
α adalah nilai yang ada di tengah tabel
zα
1 −z2
P ( Z ≤ zα ) = ∫ e dz = α
− ∞ 2π
Sigit Nugroho 47
Tabel Sebaran Normal Baku
5 P(Z<0,75)
-1,0 0,1587 0,1562 0,1539 0,1515 0,1492 0,1469 0,1446 0,1423 0,1401 0,1379
-0,9 0,1841 0,1814 0,1788 0,1762 0,1736 0,1711 0,1685 0,1660 0,1635 0,1611
-0,8 0,2119 0,2090 0,2061 0,2033 0,2005 0,1977 0,1949 0,1922 0,1894 0,1867
-0,7 0,2420 0,2389 0,2358 0,2327 0,2296 0,2266 0,2236 0,2206 0,2177 0,2148
-0,6 0,2743 0,2709 0,2676 0,2643 0,2611 0,2578 0,2546 0,2514 0,2483 0,2451 0,7734
-0,5 0,3085 0,3050 0,3015 0,2981 0,2946 0,2912 0,2877 0,2843 0,2810 0,2776
-0,4 0,3446 0,3409 0,3372 0,3336 0,3300 0,3264 0,3228 0,3192 0,3156 0,3121
-0,3 0,3821 0,3783 0,3745 0,3707 0,3669 0,3632 0,3594 0,3557 0,3520 0,3483
-0,2 0,4207 0,4168 0,4129 0,4090 0,4052 0,4013 0,3974 0,3936 0,3897 0,3859
-0,1 0,4602 0,4562 0,4522 0,4483 0,4443 0,4404 0,4364 0,4325 0,4286 0,4247
0,0 0,5000 0,5040 0,5080 0,5120 0,5160 0,5199 0,5239 0,5279 0,5319 0,5359
0,1 0,5398 0,5438 0,5478 0,5517 0,5557 0,5596 0,5636 0,5675 0,5714 0,5753
0,2 0,5793 0,5832 0,5871 0,5910 0,5948 0,5987 0,6026 0,6064 0,6103 0,6141
0,3 0,6179 0,6217 0,6255 0,6293 0,6331 0,6368 0,6406 0,6443 0,6480 0,6517
0,4 0,6554 0,6591 0,6628 0,6664 0,6700 0,6736 0,6772 0,6808 0,6844 0,6879
0,5 0,6915 0,6950 0,6985 0,7019 0,7054 0,7088 0,7123 0,7157 0,7190 0,7224
0,6 0,7257 0,7291 0,7324 0,7357 0,7389 0,7422 0,7454 0,7486 0,7517 0,7549
0,7 0,7580 0,7611 0,7642 0,7673 0,7704 0,7734 0,7764 0,7794 0,7823 0,7852
0,8 0,7881 0,7910 0,7939 0,7967 0,7995 0,8023 0,8051 0,8078 0,8106 0,8133
0,9 0,8159 0,8186 0,8212 0,8238 0,8264 0,8289 0,8315 0,8340 0,8365 0,8389
1,0 0,8413 0,8438 0,8461 0,8485 0,8508 0,8531 0,8554 0,8577 0,8599 0,8621
Sigit Nugroho 48
… berkenaan dengan baca
Tabel
Sigit Nugroho 49
Soal Latihan
1. P( Z ≤ 1,96 ) 8. Z0,25
2. P( Z ≤ -1,25 ) 9. Z0,55
3. P( Z > 1,64 ) 10. Z0,05
4. P( Z > -0,35 ) 11. Z0,95
5. P( 0,64 < Z < 2.36 ) 12. Z0,10
6. P( -1,14 < Z < -0,36 ) 13. Z0,90
7. P( -0,25 < Z < 1,25 ) 14. Z0,50
Sigit Nugroho 50
Sebaran Kai-kuadrat (χ2)
Peubah bernilai tidak negatif
Diturunkan dari sebaran normal
Sebaran tidak simetris
0
1 (υ − 2 ) / 2 − y / 2
f Y ( y) = υ/2
y e
2 Γ(υ / 2)
Sigit Nugroho 51
Sebaran Kai-kuadrat
Sebaran Kai-kuadrat
0,25
0,2
0,15
f(y)
0,1
0,05
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
y
3 5 8 10
Sigit Nugroho 52
Sebaran Kai-kuadrat
Sigit Nugroho 53
Membaca Tabel Kai-kuadrat
• Tabel ini terdiri dari dua masukan yaitu pada bagian atas sebagai
baris adalah peluang atau luas yang didapat dihitung dari sebelah
kanan titik χ2, dan disebelah kiri sebagai lajur atau kolom adalah
derajat bebasnya.
• Nilai yang ditengah adalah χ2 yaitu titik batas sedemikian rupa
sehingga peluang atau luasan di sebelah kanan χ2 dengan derajat
bebas di sebelah kiri (sebaris dengan χ2) adalah angka yang berada
pada baris peluang (se kolom dengan χ2).
• Dengan menggunakan tabel sebaran kai-kuadrat, kita dapat
menghitung, misalnya P(χ224 ≥ 33,196) = 0,10 dan P(χ224 ≥ 36,415)
= 0,05.
Sigit Nugroho 54
Kunci Membaca Tabel Kai-kuadrat
α
0 χ2
Nilai ditengah
χ2 merupakan nilai kai-kuadrat dengan derajat tabel
bebas tertentu, sedemikian rupa sehingga luasan
sebelah kanan nilai ini adalah α
Sigit Nugroho 55
Titik Persentase Sebaran Chi-Kuadrat
db 0,001 0,005 0,010 0,025 0,050 0,100
1 10,827 7,879 6,635 5,024 3,841 2,706
2 13,815 10,597 9,210 7,378 5,991 4,605
3 16,266 12,838 11,345 9,348 7,815 6,251
4 18,466 14,860 13,277 11,143 9,488 7,779
5 20,515 16,750 15,086 12,832 11,070 9,236
χ 02, 010; 21
14 36,124 31,319 29,141 26,119 23,685 21,064
15 37,698 32,801 30,578 27,488 24,996 22,307
χ220; 0,025
χ212; 0,975
Sigit Nugroho 58
Sebaran t-Student
t
0
− (ν +1) / 2
1 Γ[(ν + 1) / 2] ⎛ t 2
⎞
f T (t ;ν ) = ⎜⎜1 + ⎟⎟
πν Γ(ν / 2 ) ⎝ ν ⎠
Sigit Nugroho 59
Sebaran t-Student
0,4500
0,4000
0,3500 2
0,3000
0,2500 8
0,2000 16
0,1500
0,1000 100
0,0500
0,0000
,5
-3
75
25
5
5
3
1,
,2
,7
-1
0,
2,
-2
-0
Sigit Nugroho 60
Kunci Membaca Tabel t-Student
Sigit Nugroho 63
Sebaran t-Student
P(t ≥ tα) = 1 - P(t ≤ tα) (Dalam kasus
kontinu disini “<” = “≤” juga “>” = “≥”)
P(t ≤ -tα) = P(t ≥ tα)
P(|t| ≥ tα) = 1 - P(|t| ≤ tα)
P(t ≤ -tα) = 1 - P(t ≤ tα)
Sigit Nugroho 64