WDM
WDM
WDM
SRI RAHAYU,M.Kom
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwith yang lebar). Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel yang terbuat dari tembaga, terutama pada frekuensi yang mempunyai panjang gelombang sekitar 1300 nm yaitu 0,2 dB / km. Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnet. Terbuat dari kaca atau plastik sehingga tidak dapat dialiri arus listrik (terhindar dari terjadinya hubungan pendek). Upgrading yang mudah Versatilities yang besar Regenerasi sinyal yang mudah
SRI RAHAYU,M.Kom
WDM
Teknologi transport untuk menyalurkan berbagai jenis trafik (data, suara, dan video) dengan menggunakan panjang gelombang () yang berbeda-beda dalam suatu fiber tunggal secara bersamaan. Implementasi WDM dapat diterapkan baik pada jaringan long haul (jarak jauh) maupun untuk aplikasi short haul (jarak dekat). WDM dibagi menjadi 2: Dense WDM (DWDM) : Sistem dengan lebih dari 8 panjang gelombang aktif per fiber Coarse WDM (CWDM) : sistem berisi kurang dari 8 CWDM dan DWDM didasarkan pada konsep yang sama yaitu menggunakan beberapa panjang gelombang cahaya pada sebuah serat optik, tetapi kedua teknologi tersebut berbeda pada spasi antar gelombang, jumlah kanal, dan kemampuan untuk memperkuat sinyal pada medium optik. Keunggulan teknologi DWDM terletak pada jenis filter, serat optik dan amplifier. Serat optik yang digunakan memiliki dispersi yang rendah, mengingat dispersi secara langsung berkaitan dengan kapasitas transmisi suatu sistem.
SRI RAHAYU,M.Kom
DWDM
Konsep jaringan transport yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang gelombang : (4, 8, 16, 32, dan seterusnya) dalam satu fiber tunggal. Sementara teknologi yg digunakan adalah Synchronous Digital Hierarchy (SDH), yang berkecepatan akses bisa 155 Mbps hingga 10 Gbps. Maksudnya, apabila dalam satu fiber itu dipakai 4, maka kecepatan transmisinya menjadi 4x10 Gbps =40 Gbps. Teknologi transmisi terakhir yaitu Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM), yang saat ini kecepatan aksesnya bisa dipacu hingga 1 Tbps (1.000 Gbps). Selanjutnya, teknologi DWDM ini tidak saja dipergunakan pada jaringan utama (backbone), melainkan juga pada jaringan akses di kota-kota metropolitan di seluruh dunia. Alasan penggunaan DWDM pada jaringan akses ini tentu saja kemampuan sehelai serat optik yang mampu mengakomodasikan puluhan bahkan ratusan panjang gelombang. Sehingga, setiap perusahaan penyewa dapat memiliki 'jaringan' masing-masing.
SRI RAHAYU,M.Kom
Konversi
Mengapa DWDM?
Beberapa alternatif untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan kapasitas trafik yang sangat cepat, yaitu: 1. Menambah fiber 2. Memperbesar kecepatan transmisi 3. Mengimplementasikan WDM Alasan dipilihnya DWDM: Menurunkan biaya instalasi awal. Implementasinya kemungkinan besar tidak perlu menggelar fiber baru, cukup menggunakan fiber eksisting (sesuai ITU-T G.652 atau ITU-T G.655) dan mengintegrasikan perangkat SDH eksisting dengan perangkat DWDM Dapat memenuhi demand yang berkembang. Dimana teknologi DWDM mampu untuk melakukan penambahan kapasitas dengan orde n x 2,5 Gbps atau n x 10 Gbps (n= bilangan bulat). Dapat mengakomodasikan layanan baru (memungkinkan proses rekonfigurasi dan transparency). Hal ini dimungkinkan karena sifat dari operasi teknologi DWDM yang terbuka terhadap protokol dan format sinyal (mengakomodasi format frame SDH).
SRI RAHAYU,M.Kom
11
KEUNGGULAN DWDM
Secara umum keunggulan teknologi DWDM adalah sebagai berikut: Tepat untuk diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi jarak jauh (long haul) baik untuk sistem point-to-point maupun ring topology. Lebih fleksibel untuk mengantisipasi pertumbuhan trafik yang tidak terprediksi. Transparan terhadap berbagai bit rate dan protokol jaringan Tepat untuk diterapkan pada daerah dengan perkembangan kebutuhan bandwidth sangat cepat.
SRI RAHAYU,M.Kom 12
Channel spacing
Channel spacing menentukan sistem performansi dari DWDM. Standar channel spacing dari ITU adalah 50 GHz sampai 100 GHz (100 GHz akhir-akhir ini sering digunakan). Spacing (sekat) ini membuat channel dapat dipakai dengan memperhatikan batasan-batasan fiber amplifier. Channel spacing merupakan sistem frekuensi minimum yang memisahkan 2 sinyal yang dimultipleksikan. Atau bisa disebut sebagai perbedaan panjang gelombang diantara 2 sinyal yang ditransmisikan. Amplifier optik dan kemampuan receiver untuk membedakan sinyal menjadi penentu dari spacing pada 2 gelombang yang berdekatan.
Untuk menambah channel yang sebanyakbanyaknya dengan memperkecil channel spacing tanpa adanya suatu interferensi dari pada sinyal pada satu fiber optik tersebut.
SRI RAHAYU,M.Kom
13
Prinsip Dasar :
Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) merupakan suatu teknik transmisi yang yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat ditransmisikan melalui sebuah serat optik.
SRI RAHAYU,M.Kom
15
KOMPONEN DWDM:
1. 2. 3. 4. Transmitter yaitu komponen yang menjembatani antara sumber sinyal informasi dengan multiplekser. Receiver yaitu komponen yang menerima sinyal informasi dari demultiplekser untuk dapat dipilah berdasarkan macam-macam informasi. Terminal multiplexer. Terminal mux sebenarnya terdiri dari transponder converting wavelength untuk setiap signal panjang gelombang tertentu yang akan dibawa. Intermediate optical terminal (amplifier). Komponen ini merupakan amplifier jarak jauh yang menguatkan sinyal dengan banyak panjang gelombang yang ditransfer sampai sejauh 140 km atau lebih. Terminal demux. Terminal ini mengubah sinyal dengan banyak panjang gelombang menjadi sinyal dengan hanya 1 panjang gelombang dan mengeluarkannya ke dalam beberapa fiber yang berbeda untuk masing-masing client untuk dideteksi. Optical supervisory channel (OSC). Ini merupakan tambahan panjang gelombang yang selalu ada di antara 1510 nm-1310 nm. OSC membawa informasi optik multi wavelength, sama halnya dengan kondisi jarak jauh pada terminal optik atau daerah EDFA.
5.
6.
SRI RAHAYU,M.Kom
16
Blok Diagram
IL n Pi OBA Pn OBA Pi OPA Pn OPA IL
OMU
Pi OMU Pn OMU
OBA
G
OPA
G
ODU
Pi ODU
Pn ODU
OMU = Optical Multiplexer Unit OBA = Optical Booster Amplifier OPA = Optical Pre-Amplifier ODU= Optical De-Mux Unit
22
ANALISA LINK:
Sebelum OMU, terdapat OTU ( Optical Transponder Unit ) yang sudah ditetapkan sebesar -3 dBm. Misalkan tipe perangkat OMU adalah 40 (N=40), channel yang beroperasi sebanyak 11(n=11), dan Pmax adalah 20 dBm. Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui nilai OMU adalah menghitung nilai power 1 channel ( Ps), denganmenggunakan rumus : ( Ps) = ( Pmax OBA - 10 log N) ..(1) = 20 dBm-10 log (40) = 4 dBm.
Power channel dari lambda yang beroperasi (11 buah ) adalah : ( Pch ) = ( Ps +10 log n ).........(2) = ( 4+10 log 11 ) = 14,4 dBm. Nilai Pch ini dicari terlebih dahulu dengan tujuan sebagai nilai acuan masukan untuk modul OBA.
SRI RAHAYU,M.Kom
23
Selanjutnya menghitung ouput power dari OMU: ( Pn OMU) = Pi OMU +10 log (n) insertion loss (dB) Insertion Loss ( IL ) pada perhitungan DWDM fiber optik sudahditetapkan yaitu sebesar 6 dB. Sehingga apabila Pi OMU = -3 dBm, n = 11, dan Insertion Loss = 6 dB maka : ( Pn OMU) = - 3 dBm+10 log(11)- 6dB = 1,4 dBm.
SRI RAHAYU,M.Kom
Apabila pada modul tertulis tipe OBA adalah OBA2520 maka ini berarti 25 merupakan gain power maximum dan 20 output power maximum. Sehingga penguatan maksimal adalah 25 dB dan keluaran OBA maksimal adalah 20 dBm. Apabila parameter ini diabaikan dan nilai power melampaui batas maka modul dapat rusak.
24
Untuk menghitung nilai input OBA ( PiOBA) digunakan rumus: PnOBA = Pch dari OMU yg bersesuaian..(4) Setelah itu digunakan rumus : ( PnOBA ) = PiOBA + Gain.......(5) Pch= 14,4 dBm (=PiOBA) dan Gain = 25 dB maka akan didapatkan : ( PiOBA) = 14,4 25 = -10,6 dBm. Catatan : Setelah didapatkan nilai ( Pi OBA) maka selanjutnya adalah melakukan adjustment antara input OBA ( Pi OBA) hasil perhitungan dengan output ideal OMU ( Pn OMU ), yang mana hasil adjustment ini akan digunakan untuk menentukan perlu tidaknya suatu jaringan dipasang attenuator atau ampifier.
SRI RAHAYU,M.Kom 25
Dari hasil perhitungan didapatkan ( Pn OMU) sebesar 1,4 dBm dan ( Pi OBA) sebesar -10,6 dBm. Dari data tersebut dapat kita amati bahwa keluaran OMU yang nantinya akan menjadi masukan untuk OBA terlalu besar. Karena nilai ( Pn OMU) lebih besar dari ( Pi OBA), maka harus dikurangi dengan memasang suatu attenuator. Untuk menurunkan nilai ( Pn OMU) sehingga nilainya sama dengan ( Pi OBA). Untuk menentukan besarnya nilai attenuator yang perlu dipasang, maka dapat digunakan rumus : Attenuator = ( Pn OMU) ( Pi OBA) ......(6) Untuk (Pn OMU ) = 1,4 dBm dan ( Pi OBA ) = -10,6 dBm, maka dapat dihitung besarnya nilai attenuator : = 1,4 dBm ( 10.6 dBm ) = 12 dB.
SRI RAHAYU,M.Kom
26
Pada perangkat OPA memiliki tata cara pembacaan parameter seperti pada OBA. Apabila pada perangkat OPA tertulis 1412 maka ini berarti perangkat OPA memiliki gain 14 dB dan power maksimum 12 dBm.
Pada perhitungan power input ( Pi ) maupun power ouput ( Pn ) OBA, besarnya Loss FO( hilangnya daya FO ) pada media fiber optik harus dihitung terlebih dahulu. Rumus untuk menghitung Loss FO adalah sebagai berikut : Loss FO = Jarak media transmisi x FO Rata-rata (0,27)..........(3.7)
SRI RAHAYU,M.Kom
27
( Pi OPA) = ( PnOBA) Loss FO ....(8) ( PnOPA) = ( PiOPA) + Gain OPA......(9) Dari perhitungan ( PnOBA) sebelumnya didapatkan nilai sebesar 14,4 dBm dan jarak medium yang dilalui dimisalkan 66 Km, maka : ( Pi OPA) = 14,4 dBm - ( 66 x 0,27 ) = - 3,6 dBm. Hasil dari ( Pi OPA) yang didapat kemudian digunakan untuk mencari besarnya ( PnOPA) yaitu dengan menambahkan nilai ( Pi ) OPA yang didapat dBm dengan Gain 14 dB. ( PnOPA) = -3,6 dBm + 14 dB = 10,4 dBm.
SRI RAHAYU,M.Kom 28
Modul ODU merupakan masukan untuk modul OTU pada sisi penerima. Pada perhitungan harus disesuaikan dengan type Modul OTU yang digunakan. Misalkan Best input OTU tipe PIN yaitu antara -6 s/d -9 Bm,sedangkan untuk tipe APD yaitu antara -4 dBm s/d -17 dBm. Untuk perhitungan pada modul ODU40 ini yang digunakan dalam perhitungan adalah Modul OTU tipe PIN dan nilai masukan referensi ( Pi ) yang diambil adalah -6 dBm , sehingga untuk mencari ( Pn ) gabungan pada ODU dapat diterapkan pada rumus : ( Pn ODU) = ( Pi )+10 log (n) + IL ...(10) Sehingga dengan memasukan nilai yang diketahui besarnya (PnODU): (PnODU) = (-6 dBm) + 10 log (11) + 6 = 10,4 dBm.
SRI RAHAYU,M.Kom 29