Pengembangan Program BK Di Dalam PAUD

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Pengembangan program BK di

dalam PAUD
Ayu Chumaira
Fransiska

Urgensi Pelayanan BK di PAUD

Asumsi dasar yang melandasi bahwa PAUD memerlukan bimbingan dan konseling adalah
kesetaraan PAUD sekarang ini dengan pendidikan dasar dan menengah. Jika di lingkungan
pendidikan dasar dan menengah bimbingan konseling sangat dibutuhkan, otomatis PAUD juga
membutuhkannya.
Selain keahlian dan pengalaman pendidik, faktor lain yang perlu dipehatikan adalah kecintaan yang
tulus pada anak, berminat pada perkembangan mereka, bersedia mengembangkan potensi yang
dimiliki pada anak, hangat dalam bersikap dan bersedia bermain dengan anak.
Tidak berlebihan jika PAUD dan jenjang pendidikan di atasnya adalah setara. Kesetaraan tersebut
dapat dilihat dari segi yuridis landasan UU maupun tenaga kependidikan yang menanganinya.
Dalam UU RI No. 20/2003 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal
berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudhatul athfal (RA) atau bentuk lain yang sejenis; jalur
nonformal berbentuk kelompok bermain (KB) dan bentuk lain yang sejenis; sementara di jalur
informal berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat.
Jadi, pendidikan anak usia dini (PAUD), mencakup tiga lembaga pendidikan anak, yaitu TK/RA, KB
dan TPA serta bentuk pelayanan sejenis. Biasanya, pendidikan TK/RA (pendidikan formal) hanya
menerima peserta didik berusia 4-6 tahun. Sedangkan KB dan bentuk sejenis (pendidikan
nonformal), hanya menerima peserta didik antara usia 2-4 tahun, adapun TPA (pendidikan informal)
bisa menerima penitipan anak mulai dari usia 2 bulan sampai 2 tahun.


Urgensi Pelayanan BK di PAUD

Pendidikan anak usia dini, dalam hal ini, hanya sebatas membantu dan mengarahkan proses tumbuh kembang
anak agar lebih terarah dan terpadu. Orientasi pokok pendidikan anak usia dini adalah: a) melatih kemampuan
adaptasi belajar anak sejak awal; b) meningkatkan kemampuan komunikasi verbal; c) mengenalkan anak pada
lingkungan dunia sekitar, seperti orang, benda, tumbuhan, dan hewan; serta d) memberikan dasar-dasar
pembelajaran berikutnya, seperti mengingat, membaca, menulis dan berhitung sederhana.
Pendidikan anak usia dini, secara khusus bukan bertujuan untuk memberi anak pengetahuan kogniti (kecerdasan
intelektual) sebanyak-banyaknya, tetapi mempersiapkan mental dan fisik anak untuk mengenal dunia sekitarnya
secara lebih adaptive (bersahabat). Sifat pendidikannya lebih familiar (kekeluargaan), komunikatif
(menyenangkan), dan yang paling utama adalah lebih persuasif (seruan/ajakan). Selama dalam proses
pembelajaran tidak dikenal istilah-istilah pemaksaan, tekanan atau ancaman yang dapat mengganggu kejiwaan
anak. Situasi dan kondisi seperti ini memang sengaja direkayasa dan diciptakan dengan tujuan agar anak
mendapat ketenangan dalam belajar, serta mampu mengekspresikan dirinya secara lebih bertanggung jawab.
Pendidik PAUD yang ideal adalah seseorang yang memiliki kompetensi profesional yang terdidik dan terlatih baik,
sera memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan
formal, melainkan seseorang yang memiliki kompetensi pedagogi yaitu menguasai strategi dan tehnik mendidik,
memiliki pengetahuan tentang cara-cara mendidik, maupun membuat rancangan kegiatan ( untuk satu tahun,
seminggu dan harian) dan pengetahuan tentang kesehatan, mampu mengorganisasikan kelas. Ia memiliki
kompetensi profesional, juga mengetahui bagaimana cara menghadapi berbagai macam permasalahan anak,
mulai dari perkelahian antar anak sampai dengan menggiatkan kelompok belajar. Pendidik PAUD merupakan
pendidik yang konsisten sekaligus luwes, humoris dan lincah dalam menghadapi kebutuhan, minat dan
kemampuan anak. Juga memiliki kompetensi sosial, berinteraksi dengan orang tua, antar sesama pendidik, anak
serta masyarakat.


Urgensi Pelayanan BK di PAUD

Pemerintah mensyaratkan para pendidik PAUD baik formal, nonformal dan informal harus memiliki
latar belakang S-1 atau D-4. Bahkan, tidak sembarangan S-1 atau D-4 bisa mengajar di PAUD, tetapi
mereka harus berlatar belakang keilmuan yang sama, yakni S-1 PG-PAUD. Guru-guru TK dan
Pendidik PAUD yang hingga saat ini belum S-1 diwajibkan untuk kuliah S-1 pendidikan PAUD. Jika
tidak, mereka akan tersisihkan oleh Undang-undang.
Adanya bimbingan dan konseling di PAUD bukan berarti sekedar ikut-iktan saja. Keberadaan
bimbingan konseling dilingkungan PAUD juga dibutuhkan. Sebab, banyak perilaku bermasalah
muncul pada peserta didik ketika dewasa yang disebabkan oleh masa lalunya diwaktu kecil. Hal ini
menunjukan bahwa masa-masa awal anak telah kecolongan dalam hal tindakan pencegahan
terhadap munculnya perilaku bermasalah di masa depan.
Tujuan utama diselenggarakannya bimbingan dan konseling di lembaga PAUD adalah mengantisipasi
atau mengambil tindakan preventif terhadap munculnya perilaku bermasalah tersebut. Dengan
demikian, sesungguhnya bimbingan dan konseling tidak hanya diberikan kepada anak didik yang
telah bermasalah perilakunya saja, melainkan juga kepada mereka yang tidak berperilaku masalah.
Tentunya, mencegah akan jauh lebih mudah daripada mengobati. Asas ini pula yang akan
diberlakukan di dalam bimbingan konseling di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Dengan kata lain, mencegah munculnya perilaku bermasalah pada anak-anak jauh lebih mudah
daripada mengatasi perilaku bermasalah pada orang dewasa.


Urgensi Pelayanan BK di PAUD

Program bimbingan dan konseling di lembaga PAUD merupakan program
bimbingan yang bermanfaat secara positif, tidak sekadar reaktif dan
korektif. Terlebih lagi, jika program bimbingan ini bersifat kontinum
berkelanjutan, dan terus-menerus, mulai dari PAUD hingga perguruan
tinggi, bahkan sampai dimasyarakat. Tentu, hasilnya akan jauh lebih baik
daripada bimbingan yang sifatnya eksidental semata.
Tetapi, penekanan bimbingan dan konseling dapat berubah-ubah, sesuai
dengan kebutuhan anak didiknya atau sesuai dengan taraf
perkembangannya. Atas dasar ini, maka bimbingan konseling di PAUD
tidak boleh hanya terfokus pada tumbuh kembangnya anak secara normal
dan kompetensi calistung semata, melainkan juga harus menemukan jati
diri anak didik yang unik dan khas, sesuai dengan kepribadiannya.
Petualangan pencarian jati diri anak didik harus dimulai sejak dini atau
dilembaga PAUD. Sebab, penemuan dan pemahaman akan dirinya sendiri
akan sangat membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan-lingkungan baru yang akan dihadapi. Disamping itu, penemuan
jati diri atau kepribadian anak didik dapat membantu mereka dalam
mengembangkan bakat, minat, dan potensinya.


Urgensi Pelayanan BK di PAUD

Perlu ditegaskan disini bahwa bimbingan dan konseling di lembaga PAUD tidak
hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai perilaku bermasalah, melainkan
juga harus diberikan kepada mereka yang sedang dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Dengan demikian, konseling bukan hanya untuk mengatasi
perilaku bermasalah pada anak didik, melainkan juga tindakan untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembangnya anak secara maksimal. Pandangan ini menitik
beratkan pada bimbingan yang bersifat preventif, kesehatan mental, dan
pengembangan diri daripada bimbingan yang menitik beratan pada psikoterapi
maupun diagnosis terhadap perilaku bermasalah.
Terlebih lagi, ketika para psikolog telah menyadari betapa pentingnya melakukan
identifikasi sejak dini terhadap perilaku bermasalah pada anak-anak. Dengan
melakukan identifikasi ini, diharapkan anak-anak dimasa depan tidak lagi
mengalami hambatan dalam belajarnya, terlebih lagi gangguan pada mentalnya.
Momen yang paling tepat untuk melakukan tindakan identifikasi ini adalah pada
masa-masa awal usia dini atau di lembaga PAUD. Beberapa alasan berikut ini
kiranya dapat memberi pemahaman kepada kita mengapa tindakan identifikasi
untuk mencegah perilaku bermasalah paling tepat dilakukan pada masa usia dini
atau PAUD.

BK di PAUD
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling pada tingkat pendidikan taman kanak-kanak, maka
sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu mengenai tugas
perkembangan siswa Taman Kanak-kanak. Siswa TK pada umumnya
adalah individu yang mempunyai kisaran umur antara 4 6 tahun.
Menurut tahapan yang telah dijelaskan oleh Piaget diatas pada
tahap ini pengetahuan diperoleh melalui simbol, seperti kata-kata
tapi, scemes yang intuitif bukan logis, pada tahap ini anak memiliki
cara berpikir egosentris atau masih melihat sesuatu hanya pada
satu sudut pandang saja. Menurut Hurlock (1994) perkembangan
emosi yang sering terjadi pada masa kanak-kanak antara lain
munculnya amarah, perasaan takut, cemburu, ingin tahu, iri hati,
gembira, sedih dan kasih sayang. Bimbingan dan konseling sangat
penting pada tahap ini karena pada tahap ini perkembangan juga
sering disebut sebagai masa emas yang dapat menuntun anak
pada jemjang yang lebih tinggi.

BK di PAUD
Pada suatu proses Bimbingan dan Konseling sangat
dibutuhkan konselor sebagai pembimbing dan seorang
klein yang membutuhkan seorang konselor. Pada masa
kanak-kanak yang saya rasakan, taman kanak-kanak
tidak memiliki seorang guru konselor khusus pada
tahap ini guru kelaslah yang bertindak sebagai konselor
dikelas dan biasanya terdapat 2 guru kelas pada
masing-masing kelas. Saya akan membahas bagaimana
Bimbingan dan Konseling yang terdapat pada TAMANA
KANAK-KANAK ISLAM TRI DHARMA dengan mengamati
laporan penilaian perkembangan anak didik (rapot)
yang saya yang pernah saya alami. Pada rapot saya
terdapat 2 hal yang dibahas didalamnya yaitu:

BK di PAUD
1. Uraian program pengembangan
pembentukan prilaku meliputi moral
pancasila, agama, disiplin, perasaan atau
emosi dan kemampuan bermasyarakat.
2. Uraian program pengembangan
kemampuan dasar meliputi kemampuan
berbahasa, daya pikir, daya cipta,
keterampilan dan jasmani.

BK di PAUD
Sedangkan Uraian program pengembangan kemampuan dasar, biasanya guru menjabarkan macam-
macam secara satu persatu. Antara lain:
a. Kemampuan berbahasa, yang diperhatikan guru sebagai konselor adalah bagaimana cara
murid berbicara dengan guru di kelas maupun pengucapan syair lagu didepan kelas.
b. Daya pikir, yang diperhatikan guru pada tahap ini adlaah sudah baik atau belum daya pikir
seorang anak untuk mengenal penambahan suatau lambang bilangan maupun pengurangan tentu
dengan latihan dan bimbingan
c. Daya cipta, yang perlu diperhatikan guru adalah baik tidaknya daya cipta yang dimiliki anak
dengan cara memeprhatikan bagaimana anak menciptakan berbagai gambar bebas pada media
yang telah disediakan oleh guru yang tentunya menggunakan latihan dan bimbingan.
d. Keterampilan, yang diperhatikan guru pada tahap ini adalah dari segi motorik halus contohnya
memperhatikan bagaimana cara anak menulis angka 10-20 dan bagaimana cara anak mewarnai
sudah rapi atau belum.
e. Jasmasi, pada tahap ini seorang guru memperhatikan bagaimana motorik kasar anak bekerja
contonhnya dengan gerakan-gerakan yang dilakukan pada saat senam, karena dengan senam anak
melakukan gerakan-gerakan olahraga yang dicontohkan oleh guru.

Anda mungkin juga menyukai