Cerpen Kewirausahaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Nama : Farah Farafidah

Kelas : XI GP A
No : 30

GADIS PEJUAL KOPI
Karya Atep Maulana Yusup

Siang itu terasa seperti malam, awan hitam membendung cahaya matahari untuk
menyinari bumi. Air hujan yang turun tiada henti membasahi tanah dari pagi hari, kabut tebal
mengurangi jarak pandang. Cuaca hari itu menyurutkan semangat banyak warga untuk
beraktivitas, alam memang sedang tidak bersahabat tetapi tidak menurut Reno, baginya alam ikut
merasakan apa yang dia rasakan saat itu.
Reno duduk termenung di sebuah halte bus dimana ia biasanya menunggu bus
sekolahnya lewat. Kendaraan pun hanya terlihat sesekali melintas. Di halte itu hanya ada dua
orang saja yaitu Reno dan seorang gadis penjual kopi seduh yang terbiasa berjualan di halte
setelah sepulang sekolah tapi hari itu dia berjualan dari mulai pagi. Badan Reno yang basah
kuyup terkena guyuran air hujan membuat Reno menggigil kedinginan di tambah lagi dia tidak
menggunakan mantel, hanya seragam sekolah saja yang membungkus badannya, biasanya sang
ibu selalu mengingatkannya untuk mengenakan mantel apabila hujan tiba tapi tidak untuk hari
itu. Hal itu yang membuat Reno sangat bersedih mengenang ayah dan ibunya. Kedua orang
tuanya itu telah meninggal enam bulan yang lalu akibat kecelakaan pesawat terbang saat hendak
keluar kota.
Keadaan Reno saat itu mengundang perhatian gadis penjual kopi yang sedang berdiri
disamping barang dagangannya. Gadis itu pun membuatkan Reno kopi susu lalu menghampiri
Reno. Kenapa kamu bersedih..? mau kopi susu.., gratis ko..? ya lumayan lah biar kamu tidak
terlalu kedinginan.. gadis itu duduk di samping Reno sambil menyodorkan gelas plastik yang
berisi kopi susu yang baru saja dia buat.
Reno pun menatap gelas plastik yang di sodorkan gadis itu lalu tatapannya beralih kearah wajah
gadis itu. Cantik-cantik kok jualan kopi, Reno berkata dalam hati. Gadis itu memang cantik,
wajah ayu khas gadis-gadis dari daerah jawa tapi hal itu masih belum mampu mengusir
kesedihan yang sedang merundung hati Reno. Siapa kamu..? siapa bilang aku sedang bersedih.
Tidak perlu gratis pula aku masih mampu bayar, bila perlu aku borong semua kopi itu.? jawab
Reno sinis. Sudah ambil dulu lalu minum.., panas tau tangan ku ini memegangnya terlalu
lama.., sambil tersenyum ringan gadis itu menegaskan kembali bahwa dia sedang menawari
Reno segelas kopi susu, Reno pun menerimanya dengan ekspresi wajah yang belum berubah lalu
Reno meminumnya secara perlahan. terima kasih ya ucap Reno. Kamu orang kaya? namaku
Retno..Sudah jangan bohong.., raut wajahmu berkata yang sebenarnya kepadaku.., kamu siapa
dan kenapa kamu bersedih sambil mengayun-ayunkan kaki dan melihat keadaan di
sekelilingnya yang sepi. Namaku mirip seperti namamu, aku Reno.., memang bisa di bilang aku
dari keluarga berada tapi semuanya terasa tiada berarti, kedua orang tuaku meninggal enam
bulan yang lalu akibat kecelakaan pesawat..,walaupun kakakku masih ada tapi dia sudah punya
suami jadi tidak mungkin dia mengurusiku jawab Reno. Retno tersenyum mendengar jawaban
dari Reno tersebut. Sudah jangan bersedih.., tak ada gunanya. Lagi pula ini hari kamis kan?
Kenapa kamu bolos..? banyak anak ingin duduk di kelas, bercanda sama teman-teman dan
menerima pelajaran dari guru. Tapi kamu malah menyia-nyiakannya..? sesekali Retno menoleh
ke arah barang dagangannya. Kamu tidak mengerti posisiku saat ini.. aku kesepian.., tidak ada
lagi yang mengingatkanku memakai mantel, tidak ada lagi yang meneleponku untuk memastikan
aku ada di sekolah terlebih lagi saat cuaca seperti ini. Yang kamu tahu hanyalah harga kopi yang
kamu jual itu, jadi berhentilah menasehatiku..,!!!.
Mendengar perkataan Reno membuat Retno mengeleng-gelengkan kepalanya seraya
berkata dalam hati.Pantas saja kamu kesepian dengan sifatmu yang angkuh, dingin dan keras
kepala seperti ini mana mungkin kamu dapat teman.., Retno jadi kehilangan simpatinya pada
Reno. Dasar anak manja.., pantas saja kamu kesepian, bagiku kopi seperti sebuah
kehidupan,gula melambang seperti apa kita menjalani hidup tersebut dan pembeli
melambangkan kepuasan dalam menjalaninya, ketika kopi itu terasa pahit aku bisa tahu berapa
banyak takaran gula yang ku tambah agar kopi itu terasa manis sesuai selera pembelinya.. maaf
saja bila kopi susu yang ku berikan itu kurang enak atau tidak kamu sukai karena aku tidak tahu
seleramu.. kali ini Retno tidak berkata dalam hati melainkan berkata secara tegas sambil
membereskan barang dagangannya.
Hujan telah reda hanya tinggal renyai, kabut pun mengiringi langkah Rento yang pergi
meninggalkan Reno di halte itu tapi dia membalikan badannya setelah melangkah beberapa
meter dari halte Hey boy.., bersedih dan menyesali kepergian orang tuamu tidak akan mampu
membuat mereka hadir kembali di sisimu.., Retno sedikit mengencangkan suaranya karena
tersaingi dengan rauman mesin bus yang saat itu melintas di depan halte.
Reno tidak menghiraukan kepergian Retno si gadis penjual kopi itu, akan tetapi kata-kata yang
keluar dari mulut Retno membuat Reno berfikir dalam-dalam dan mencoba mengingat-ingat
setiap kalimat dan mencernanya secara baik-baik.

Hari menjelang sore awan gelap telah bergeser bergantian dengan indahnya awan putih
untuk menghiasi langit kota itu. Tanpa sadar Reno masih memegang gelas plastik bekas kopi
susu yang Retno berikan. Tubuhnya sudah tidak merasakan dingin lagi karena seragamnya
sedikit mengering dan dia pun beranjak pulang dengan menaiki taksi.
Keesokan harinya Reno datang kesekolah seperti biasa lagi walaupun hampir saja terlambat
karena semalaman dia tidak dapat tertidur setiap kali matanya terpejam maka bayangan kejadian
di halte itu muncul sehingga membuat Reno sadar dan menyesal telah berlaku tidak baik kepada
gadis penjual kopi itu. Bel sekolah pun berbunyi tepat setelah dia masuk pintu gerbang. Reno
pun berlari menuju ruang kelasnya. Sesampainya dikelas, Ada apa ini rey..? Reno bertanya
kepada Rey teman sebangkunya. Sambil mengamati para anggota lembaga sekolahnya sedang
menyodorkan kotak amal kepada tiap siswa di kelas itu. Kamu mau nyumbang tidak..? ayah
dari adik kelas kita baru saja meninggal rabu kemarin akibat serangan jantung.., dana hasil
sumbangan ini rencananya akan di alokasikan untuk mengganti biaya pemakamannya agar adik
kelas kita itu bisa kembali sekolah tanpa harus bersusah payah mencari uang demi mengganti
biaya pemakaman yang dia pinjam dari tetangganya.., jawab Rey berbisik kepada Reno.
Emang adik kelas kita yang mana.., kelas berapa Tanya Reno dengan rasa penasarannya
setelah mendengar penjelasan dari Rey. Itu loh.., Retno. Kelas 1B yang suka berjualan kopi di
halte depan taman jawab Rey.

Bukan hanya kita seorang yang punya masalah dalam hidup. Setiap orang memiliki
masalah dalam hidupnya. Jangan pernah mengira kita mendapat cobaan yang terberat dari sang
pencipta. Pasti ada orang lain yang merasakan sulitnya cobaan yang lebih berat dari kita dan
orang yang dalam hidupnya sering mendapat cobaan akan lebih pintar mengahargai hidup jika
menjalani dengan ikhlas ketimbang orang yang dalam hidupnya normal-normal saja.

Unsur Intrinsik Cerpen :
Tema/pokok pikiran : Seorang pemuda yang melalaikan kewajibannya sebagai
seorang pelajar karena kesedihannya.
Alur : Alur maju, karena menceritakan peristiwa yang
sebelumnya belum pernah terjadi.
Latar :
- Latar tempat : Halte bus, Sekolah.
- Latar waktu : Siang hari, Sore hari, Pagi hari.
Tokoh/watak :
- Reno : Angkuh, Dingin, Keras kepala.
- Retno : Baik hati, Ramah, Sabar.
Amanat : Jangan berlama-lama terlarut dalam kesedihan karena hal
itu merupakan hal yang sia-sia, karena tidak dapat
mengembalikan semuanya kembali seperti semula.
Sudut pandang : Pengarang memposisikan dirinya sebagai orang ketiga
dalam cerita.

Unsur Kebahasaan Cerpen :
Majas
1. Siang itu terasa seperti malam Perumpamaan
2. Baginya alam ikut merasakan apa yang dia rasakan saat itu Personifikasi
3. Cantik-cantik kok jualan kopi, Sinisme
4. Bagiku kopi seperti sebuah kehidupan,gula melambang seperti apa kita menjalani
hidup tersebut Perumpamaan
5. Kabut pun mengiringi langkah Retno Personifikasi

Anda mungkin juga menyukai