Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Belanda Keluar Dari Indonesia
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Belanda Keluar Dari Indonesia
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Belanda Keluar Dari Indonesia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum memperoleh kemedekaan, bangsa Indonesia terlebih dahulu
memproklamasikan kemerdekaannya yang dikenal dengan Proklamasi Kemerdekaan.
Proses ini berawal dari terdengarnya berita kekalahan Jepang dari pihak sekutu, seketika juga
kelompok pemuda mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Bangsa Indonesia. Akan tetapi dengan alasan menunggu janji Jepang untuk memberikan
kemerdekaan Indonesia, Soekarno-Hatta tidak dengan segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Hal inilah yang mendorong para pemuda melakukan aksi penculikan
terhadap Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok yang akhirnya dikenal dengan Peristiwa
Rengasdengklok. Atas nama bangsa Indonesia Proklamasi Kemerdekaan telah
dikumandangkan oleh Bung Karno didampingi oleh Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus
1945. Satu langkah maju sudah ada pada genggaman bangsa Indonesia melalui Proklamasi
kemerdekaan tersebut. Sebagai negara yang baru memproklamasikan kemerdekaan,
Indonesia mendapat simpati dari bangsa-bangsa di dunia. Hal ini tampak dari adanya
pengakuan negara lain terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945. Sebagai sebuah negara
merdeka, maka pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan Undang-Undang Dasar (UUD
1945) dan pemilihan Presiden yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Wakil
Presiden.Kemerdekaan Indonesia sudah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Meskipun
demikian, Belanda tidak mengakui kemerdekaan itu dan terus berusaha untuk menjajah
Indonesia kembali. Setelah kedatangan sekutu ke Indonesia dalam rangka mengambil alih
kekuasaan dari tangan Jepang, ternyata diikuti oleh Belanda yang ingin menjajah kembali
Indonesia, maka rakyat Indonesia di berbagai daerah mengangkat senjata untuk
mempertahankan kemerdekaan. Bangsa Indonesia berjuang dengan gigih untuk
mempertahankan kemerdekaan.Ada dua bentuk perjuangan mempertahakan kemerdekaan,
yaitu perjuangan fisik dan perjuangan diplomasi. Perjuangan fisik dilakukan dengan cara
bertempur melawan musuh. Perjuangan diplomasi dilakukan dengan cara menggalang
dukungan dari negara-negara lain dan lewat perundingan-perundingan. Kemerdekaan
Indonesia tentu merupakan sebuah bencana bagi negara yang telah menjajah
Indonesia..Maka, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
bukanlah akhir perjuangan bangsa Indonesia. Akan tetapi, ia adalah awal perjuangan baru
bangsa ini dalam membangun sebuah tatanan berbangsa dan bernegara. Sebuah negara berdiri
bukan hanya berdasarkan wilayah, namun juga membutuhkan perangkat pemerintahan, dan
yang terpenting adalah pengakuan kedaulatan dari negara lain. Karena pada hakikatnya
(seperti halnya manusia sebagai makhluk sosial), dalam kehidupan bernegara juga
membutuhkan negara lain agar bangsa dan negara ini dapat bergaul dan tidak terkucilkan
dalam hubungan internasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Faktor-faktor yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia?
2. Bagaimana Perjuangan perlawanan bangsa Indonesia di daerah-daerah dalam
mempertahankan Kemerdekaan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor yang memaksa Belanda Keluar dari Indonesia
Ketika Belanda melakukan agresi militemya yang kedua, tanggal 19 Desember 1948, Dewan
Keamanan PBB merasa tersinggung karena tindakan Belanda tersebut telah melanggar
persetujuan gencatan senjata yang telah diprakasai oleh Komisi Tiga Negara (KTN). Di
dalam negeri Indonesia pun Belanda tidak memperoleh dukungan politik bahkan para
pejuang melakukan gerilya maupun serangan umum. Menghadapi kondisi yang demikian ini
maka Belanda mengubah sikapnya yakni sepakat dilakukan gencatan senjata. Penghentian
tembak menembak akan mulai berlaku di Jawa tanggal 11 Agustus 1949, dan di Sumatera
pada tanggal 15 Agustus 1949. Pada masa gencatan senjata itulah berlangsung Konferensi
Meja Bundar di Den Haag pada tanggal 23 Agustus 1949. Dalam konferensi ini hasil
utamanya antara lain bahwa Belanda akan mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat
pada akhir bulan Desember 1949. dengan demikian hal ini memaksa Belanda harus keluar
dari bumi Indonesia. Sebenarnya faktor-faktor apa saja yang memaksa Belanda harus keluar
dari Indonesia?
Faktor dari Dalam :
1. Dari dalam negeri Indonesia, Belanda menyadari bahwa kekuatan militernya tidak
cukup kuat untuk memaksa RI tunduk kepadanya.
2. Perang yang berkepanjangan mengakibatkan hancurnya perkebunan dan pabrik-pabrik
Belanda. Untuk menghindarkan hal itu Belanda harus mengubah strateginya.
3. Belanda tidak mendapat dukungan politik dari dalam negeri Indonesia. Ketika
membujuk Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjadi pemimpin sebuah negara di Jawa
maka ditolaknya.
4. Para pejuang Republik Indonesia terus melakukan perang gerilya dan serangan umum.
Faktor dari Luar :
PBB dan Amerika Serikat mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Belanda. Amerika
Serikat mengancam akan menghentikan bantuan pembangunan yang menjadi tumpuan
perekonomian Belanda. Dengan adanya faktor-faktor di atas maka diselenggarakanlah KMB
yang bermuara diakuinya kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember
1949 sehingga memaksa Belanda keluar dari bumi Indonesia.
Perjuangan perlawanan bangsa Indonesia di daerah-daerah.
Kehadiran pasukan Sekutu yang membawa orang-orang NICA pada tanggal 29 September
1945 sangat mencemaskan rakyat dan pemerintah RI. Keadaan ini semakin memanas ketika
NICA mempersenjatai kembali bekas KNIL yang baru dilepaskan dari tahanan Jepang. Para
pejabat Republik Indonesia yang menerima kedatangan pasukan ini karena menghormati
tugas. Mereka menjadi sasaran teror dan percobaan pembunuhan. Oleh karena itu sikap
pasukan Sekutu yang tidak menghormati kedaulatan negara dan bangsa Indonesia ini
dihadapi dengan kekuatan senjata, oleh rakyat dan pemerintah. Di beberapa daerah muncul
perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut.
1. Pertempuran 10 November di Surabaya
Pertempuran di Surabaya diawali dengan pendaratan pasukan Sekutu dibawah pimpinan
Brigjen A.W.S. Mallaby pada tanggal 25 Oktober 1945. Pada tanggal 27 Oktober, mereka
menyerbu penjara dan membebaskan perwira-perwira Sekutu yang sebelumnya ditawan oleh
pejuang-pejuang republik. Pembebasan tanpa izin pemerintah RI telah menimbulkan
kemarahan rakyat setempat, sehingga mereka secara serentak mengadakan serangan terhadap
Sekutu.
Dalam suatu pertempuran, Mallaby terbunuh. Hal ini menimbulkan kemarahan Sekutu,
sehingga komandan pasukan Sekutu di Jawa Timur, Mayjend R. Mansergh mengeluarkan
ultimatum. Ultimatum tersebut berisi :
a. semua pemimpin Indonesia termasuk pemimpin pergerakan, pemuda, polisi, dan
petugas radio harus melapor kepada Inggris dalam batas waktu sampai pukul 18.00 pada
tanggal 9 November 1945;
b. mereka harus berbaris satu-persatu dengan membawa senjata yang dimilikinya;
c. setelah meletakkan senjata, mereka harus berjalan dengan tangan di atas kepala menuju
pos yang telah ditentukan;
d. jika ultimatum ini tidak ditaati, Inggris akan menghancurkan seluruh kota Surabaya.
Ultimatum tersebut tidak digubris oleh rakyat Surabaya yang didukung juga oleh
gubernurnya R. Soerjo. Semangat untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan telah
mendorong rakyat rela berkorban. Bung Tomo salah seorang pimpinan para pejuang selalu
membangkitkan semangat perjuangan melalui radio agar rakyat Surabaya tidak
menghiraukan ultimatum Inggris. Akhirnya, pasukan Inggris dan Belanda menggempur
Surabaya dari segala jurusan dengan persenjatan berat dan lengkap pada tanggal 10
November 1945. Penduduk Surabaya bertempur mati-matian sehingga banyak korban yang
tewas. Pertempuran di Surabaya bagi pasukan Inggris sendiri merupakan perang terbesar
yang dialaminya setelah Perang Dunia II, sehingga mereka menyebutnya neraka.
Peristiwa tanggal 10 November tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
2. Bandung Lautan Api (23 Maret 1946)
Pada bulan Oktober 1945, Tentara Republik Indonesia (TRI) dan pemuda serta rakyat
sedang berjuang melawan tentara Jepang untuk merebut senjata dari tangan Jepang. Pada
saat itu, pasukan AFNEI sudah memasuki kota Bandung. Pasukan AFNEI menuntut
pasukan Indonesia untuk menyerahkan senjata. Disamping itu, TRI harus mengosongkan
kotra Bandung bagian utara paling lambat tanggal 29 Oktober 1945.
Tuntutan dari AFNEI tersebut tidak diindahkan oleh TRI maupun rakyat Bandung.
Dipimpin oleh Arudji Kartawinata, TRI dan pemuda Bandung melakukan serangan
terhadap kedudukan AFNEI. Pertempuran itu berlanjut hingga memasuki tahun 1946. Pada
tanggal 23 maret 1946, AFNEI kembali mengeluarkan ultimatum supaya TRI
meninggalkan kota Bandung. Ultimatum itu diperkuat dengan adanya perintah dari
pemerintah pusat Jakarta supaya TRI meninggalkan Bandung.
Pemerintah dari pusat tersebut memang bertentangan dengan instruksi dari markas TRI di
Yogyakarta. Sebelum meninggalkan Bandung, TRI mengadakan perlawanan dengan cara
membumihanguskan kota Bandung bagian selatan. Tindakan itu membawa akibat fatal bagi
pasukan AFNEI, karena mengalami kesulitan akomodasi dan logistik di kota Bandung.
Tindakan membumihanguskan kota dikenal dengan Bandung Lautan Api.
3. Peristiwa Palagan Ambarawa (21 November 15 Desember 1945)
Pertempuran di Ambarawa terjadi pada tanggal 21 November 1945 dan berakhir tanggal 15
Desember 1945, antara pasukan TKR dan laskar pemuda melawan pasukan Inggris.
Peristiwa tersebut dilatar-belakangi sebuah insiden di Magelang sesudah mendaratnya
Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 di Semarang. Pihak RI memperkenankan mereka
untuk mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang. Tetapi
kedatangan pasukan Inggris ternyata diikuti oleh pasukan NICA yang kemudian
mempersenjati para bekas tawanan perang Jepang tersebut. Maka pecahlah pertempuran di
Ambarawa-Magelang
Pada waktu itu, TKR dibawah pimpinan Panglima Divisi V Banyumas, Kolonel Soedirman
dan berhasil memukul mundur Sekutu sampai ke Semarang pada tanggal 15 Desember 1945.
Kemenangan di Ambarawa itu mempunyai arti yang sangat penting karena letaknya yang
strategis. Apabila musuh menguasai Ambarawa, mereka bisa mengancam tiga kota utama di
Jawa Tengah, yaitu Surakarta (Solo), Magelang, dan terutama Yogyakarta yang merupakan
tempat kedudukan markas tertinggi TKR. Pertempuran di Ambarawa tersebut terkenal
dengan sebutan Palagan Ambarawa, dan sampai sekarang selalu diperingati sebagai Hari
Infanteri oleh TNI-AD.
4. Pertempuran Medan Area (10 Desember 1945)
Berita Proklamasi Kemerdekaan baru sampai di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945. Hal
ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari tentara Jepang. Berita tersebut
dibawa oleh Mr. Teuku M. Hassan yang diangkat menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan
oleh pemerintah untuk menegakkan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatera dengan
membentuk Komite Nasional Indonesia di wilayah itu. Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan
Sekutu mendarat di Sumatera Utara di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly.
Serdadu Belanda dan NICA ikut membonceng pasukan ini yang dipersiapkan mengambil alih
pemerintahan. Pasukan Sekutu membebaskan para tawanan atas persetujuan Gubernur Teuku
M. Hassan. Para bekas tawanan ini bersikap congkak sehingga menyebabkan terjadinya
insiden di beberapa tempat. Achmad Tahir, seorang bekas perwira tentara Sukarela
memelopori terbentuknya TKR Sumatra Tirnur. Pada tanggal l0 Oktober 1945. Di samping
TKR, di Sumatera Timur terbentuk Badan-badan perjuangan dan laskar-laskar partai. Pada
tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly memberikan ultimatum kepada
pemuda Medan agar menyerahkan senjatanya. Aksi-aksi teror mulai dilakukan oleh Sekutu
dan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945 Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan
Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan. Bagaimana sikap
para pemuda kita? Mereka dengan gigih membalas setiap aksi yang dilakukan pihak Inggris
dan NICA. Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan Sekutu melancarkan serangan militer
secara besar-besaran dengan menggunakan pesawat-pesawat tempur. Pada bulan April 1946
pasukan Inggris berhasil mendesak pemerintah RI ke luar Medan. Gubernur, Markas Divisi
TKR, Walikota RI pindah ke Pematang Siantar. Walaupun belum berhasil menghalau
pasukan Sekutu, rakyat Medan terus berjuang dengan membentuk Laskar Rakyat Medan
Area.
Selain di daerah Medan, di daerah-daerah sekitarnya juga terjadi perlawanan rakyat terhadap
Jepang, Sekutu, dan Belanda. Di Padang dan Bukittinggi pertempuran berlangsung sejak
bulan November 1945. Sementara itu dalam waktu yang sama di Aceh terjadi pertempuran
melawan Sekutu. Dalam pertempuran ini Sekutu memanfaatkan pasukan-pasukan Jepang
untuk menghadapi perlawanan rakyat sehingga pecah pertempuran yang dikenal dengan
peristiwa Krueng Panjol Bireuen. Pertempuran di sekitar Langsa/Kuala Simpang Aceh
semakin sengit ketika pihak rakyat dipimpin langsung oleh Residen Teuku Nyak Arif. Dalam
pertempuran ini pejuang kita berhasil mengusir Jepang. Dengan demikian di seluruh
Sumatera rakyat bersama pemerintah membela dan mempertahankan kemerdekaan.
5. Peristiwa Merah Putih di Manado (14 Februari 1946)
Peristiwa Merah Putih di Manado terjadi tanggal 14 Pebruari 1946. Para pemuda tergabung
dalam pasukan KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Leger). Kompeni VII bersama laskar
rakyat dari barisan pejuang melakukan perebutan kekuasaan pemerintahan di Manado,
Tomohon dan Minahasa. Sekitar 600 orang pasukan dan pejabat Belanda berhasil ditahan.
Pada tanggal 16 Pebruari 1946 mereka mengeluarkan surat selebaran yang menyatakan
bahwa kekuasaan di seluruh Manado telah berada di tangan bangsa Indonesia. Untuk
memperkuat kedudukan Republik Indonesia, para pemimpin dan pemuda menyusun pasukan
keamanan dengan nama Pasukan Pemuda Indonesia yang dipimpin oleh Mayor Wuisan.
Bendera Merah Putih dikibarkan di seluruh pelosok Minahasa hampir selama satu bulan,
yaitu sejak tanggal 14 Pebruari 1946. Dr. Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur Sulawesi
bertugas untuk memperjuangkan keamanan dan kedaulatan rakyat Sulawesi. Ia
memerintahkan pembentukan Badan Perjuangan Pusat Keselamatan Rakyat. Dr. Sam
Ratulangi membuat petisi yang ditandatangani oleh 540 pemuka masyarakat Sulawesi. Dalam
petisi itu dinyatakan bahwa seluruh rakyat Sulawesi tidak dapat dipisahkan dari Republik
Indonesia. Oleh karena petisi itu, pada tahun 1946, Dr. Sam Ratulangi ditangkap dan dibuang
ke Serui (Irian Barat dan sekarang Papua)
6. Perang Puputan Margarana di Bali (18 November 1946)
Salah satu isi perundingan Linggajati pada tanggal l0 November 1946 adalah bahwa Belanda
mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi
Sumatera, Jawa, dan Madura. Selanjutnya Belanda harus sudah meninggalkan daerah de facto
paling lambat tanggal 1 Januari 1949. Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949 Belanda mendaratkan
pasukannya kurang lebih 2000 tentara di Bali, ikut pula tokoh-tokoh yang memihak Belanda.
Pada waktu itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai Komandan Resiman Nusa Tenggara
sedang pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan konsultasi dengan Markas tertinggi TRI.
Sementara itu perkembangan politik di pusat Pemerintahan Republik Indonesia kurang
menguntungkan akibat perundingan Linggajati di mana Bali tidak diakui sebagai bagian
wilayah Republik Indonesia. Rakyat Bali merasa kecewa terhadap isi perundingan ini. Lebih-
lebih ketika Belanda membujuk Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai diajak membentuk
Negara Indonesia Timur. Ajakan tersebut ditolak dengan tegas oleh I Gusti Ngurah Rai,
bahkan dijawab dengan perlawanan bersenjata Pada tanggal 18 November 1946 I Gusti
Ngurah Rai memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA di Tabanan.
Kemudian Belanda mengerahkan seluruh kekuatan di Bali dan Lombok untuk menghadapi
perlawanan rakyat Bali ini. Pertempuran hebat terjadi pada tanggal 29 November 1946 di
Margarana, sebelah utara Tabanan. Karena kalah dalam persenjataan maka pasukan Ngurah
Rai dapat dikalahkan. I Gusti Ngurai Rai mengobarkan perang Puputan atau habis-habisan
demi membela Nusa dan Bangsa. Akhirnya I Gusti Ngurai Rai bersama anak buahnya gugur
sebagai kusuma bangsa.
7. Peristiwa Westerling di Makassar
Sebagai Gubernur Sulawesi Selatan yang diangkat tahun 1945, Dr. G.S.S.J. Ratulangie
melakukan aktivitasnya dengan membentuk Pusat Pemuda Nasional Indonesia (PPNI).
Organisasi yang bertujuan untuk menampung aspirasi pemuda ini pernah dipimpin oleh
Manai Sophian. Sementara itu pada bulan Desember 1946 Belanda mengirimkan pasukan ke
Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling. Kedatangan pasukan ini untuk
membersihkan daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik dan menumpas
perlawanan rakyat yang menentang terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur. Di
daerah ini pula, pasukan Australia yang diboncengi NICA mendarat kemudian membentuk
pemerintahan sipil. di Makassar karena Belanda melakukan usaha memecah belah rakyat
maka tampillah pemuda-pemuda pelajar seperti A. Rivai, Paersi, dan Robert Wolter
Monginsidi melakukan perlawanan dengan merebut tempat-tempat strategis yang dikuasai
NICA. Selanjutnya untuk menggerakkan perjuangan dibentuklah Laskar Pemberontak
Indonesia Sulawesi (LAPRIS) dengan tokohtokohnya Ranggong Daeng Romo, Makkaraeng
Daeng Djarung, dan Robert Wolter Monginsidi sebagai Sekretaris Jenderalnya. Sejak tanggal
7 25 Desember 1946 pasukan Westerling secara keji membunuh beribu-ribu rakyat yang
tidak berdosa. Pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan
perang dan hukum militer. Pada waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi
pembunuhan massal di desa-desa yang mengakibatkan sekitar 40.000 orang tidak berdosa
menjadi korban kebiadaban.
8. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pada tanggal 15 20 Oktober 1945 di Semarang terjadi pertempuran hebat antara pejuang
Indonesia dengan tentara Jepang. Peristiwa ini diawali dengan adanya desas-desus bahwa
cadangan air minum di Candi, Semarang diracun oleh Jepang. Untuk membuktikan
kebenarannya, Dr. Karyadi, kepala laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat melakukan
pemeriksaan. Pada saat melakukan pemeriksaan, ia ditembak oleh Jepang sehingga gugur.
Dengan gugurnya Dr. Karyadi kemarahan rakyat khususnya pemuda tidak dapat dihindarkan
dan terjadilah pertempuran yang menimbulkan banyak korban jiwa. Untuk mengenang
peristiwa itu, di Semarang didirikan Tugu Muda. Untuk mengenang jasa Dr. Karyadi
diabadikan menjadi nama sebuah Rumah Sakit Umum di Semarang.
Selain perjuangan perjuangan di atas masih banyak lagi perjuangan yang dilakukan para
pahlawan kita demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia Seperti pertempuran empat hari
di surakarta, Perisiwa Merah Putih di Biak, pertempuran di teluk cirebon, dll
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia yang diboncengi oleh NICA membawa ancaman
bagi keberlangsungan kemerdekaan bangsa Indonesia. Belanda ternyata ingin menjajah
kembali negara kita yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Bukti nyata keinginan Belanda untuk menguasai Indonesia kembali adalah dilancarkannya
Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947 dan Agresi Militer Belanda II tanggal 19
Desember 1948.
Untuk mempertahankan kemerdekaan, para pemimpin nasional menggunakan cara
diplomasi dan perjuangan fisik. Langkah diplomasi dilakukan baik melalui forum
internasional, seperti Kegiatan diplomasi (perundingan) dengan Belanda, misalnya
Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville, Perundingan Roem-Royen, hingga KMB
Perjuangan fisik dalam mempertahankan kemerdekaan ditempuh leh rakyat di berbagai
pelosok Nusantara bersama dengan tentara. Beberapa contoh perjuangan fisik tersebut antara
lain Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api, Pertempuran Margarana, Pertempuran Medan
Area, Serangan Umum 1 Maret 1949,dll.
Setelah perjuangan yang cukup panjang, akhirnya tanggal 27 Desember 1949 Belanda
mengakui kedaulatan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka sejajar dengan bangsa-bangsa
lain di dunia.
3.2 Saran-Saran
Adapun dari penulisan makalah ini saya selaku penulis menyarankan kepada generasi muda
agar tetap mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara ikut berpartisipasi dalam
mengisi kemerdekaan Indonesia, dan mencontoh semangat para pahlawan terdahulu, betapa
sulitnya mereka meraih kemerdekaan dan mempertahankannya hingga sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
warofweekly.blogspot.com/.../fakta-dibalik-hengkangnya-belanda
melvinatrixie.blogspot.com/.../jelaskanlah-faktor-faktor-yang-memaksa.
chippas-net.blogspot.com/.../faktor-faktor-yang-memaksa-belanda.html
MAKALAH
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN BELANDA
KELUAR DARI INDONESIA
Disusun Oleh:
Kelompok VII
- Dicky Kurniawan
- Intan Permatasar
- Kustaman
- Dani Suryadi
- Ajat M S
- Haryadi
Kelas IX A
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMPN 1 PANGKALAN
Jl. Raya Pangkalan-loji Kode Pos 41362
Taun Ajaran 2014-2015