205 386 1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Agrisep Vol. (12) No.

1, 2011 1

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PRODUK AGROINDUSTRI PERIKANAN
(Studi Kasus Pemasaran Ikan Teri di Desa Meunasah Keudee Kabupaten Aceh Besar)

Efficiency Analysis of Marketing in Fisheries Agro-industry
(A Case Study: Marketing of Dried Anchovy in Meunasah Keudee village,
District of Aceh Besar)

Evi Lisna
1
dan Sofyan
1

ABSTRACT

The issue of marketing efficiency is still an important topic to be discussed in agribusiness. The
specific goals of this research are: (1) identifying marketing channel of dried anchovy and (2)
analyzing market performance of dried anchovy (includes margin, profit margin, share as well as
value chain). This research is quantitative and qualitative researches using observations, in-depth
interviews and questionairs. Field research was conducted in Meunasah Keudee Village, Aceh Besar
District, Aceh Province. This location is selected from areas that are most popular as a central
production of dried Anchovy in Aceh. Results from this research iindicated that the marketing margin
in all channels was enormous and unwell distributed yet. Increasing marketing efficiency at market
level in local market through reducing marketing cost (transportation, handling, packing and loss) is
important. Similarly, encouragement of investment in those efficiency activities are still essential.
Key words: Marketing, Efficiency, and Anchovy

PENDAHULUAN
Aceh Besar merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi Aceh yang memiliki
potensi sumberdaya perikanan yang cukup
besar. Salah satu subsistem agribisnis perikanan
yang relatif berkembang pesat adalah
agroindustri perikanan. Untuk itu pembangunan
agroindustri perikanan di Kabupaten Aceh
Besar merupakan aspek penting dalam
memajukan perekonomian masyarakat pesisir
khususnya dan Provinsi Aceh pada umumnya.
Desa Meunasah Keudee merupakan
salah satu daerah produsen ikan teri di Provinsi
Aceh. Desa ini berjarak sekitar 30 kilometer
dari pusat kota Banda Aceh yang juga
merupakan pasar utama bagi produk
agroindustri perikanan. Jenis ikan hasil



agroindustri perikanan utama di Desa
Meunasah Keudee adalah ikan teri Jengki atau
Kadrak (Stelephorus insularis) dalam bentuk
sudah dikeringkan. Masyarakat Aceh mengenal
teri kering hasil olahan dari Desa Meunasah
Keudee sebagai ikan teri Krueng Raya.
Perkembangan pemasaran hasil
agroindustri teri kering di Desa Meunasah
Keudee terus mengalami perluasan pasar. Pasca
tsunami, produksi ikan teri awalnya dipasarkan
di pasar dalam Kota Banda Aceh dan pasar
dalam lingkup Kabupaten Aceh Besar. Tetapi
dewasa ini ikan teri dari Desa Meunasah
Keudee sudah dipasarkan sampai ke luar
Provinsi Aceh. Namun perluasan pasar untuk
produk ikan teri dari Desa Meunasah Keudee


1
Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Agrisep Vol. (12) No. 1, 2011 2

belum mencerminkan sistem pemasaran yang
efisien. Hal ini dicirikan oleh fluktuasi harga
yang dapat mencapai Rp. 40.000 sampai Rp.
70.000 per kilogram (Lisna, 2011) dan tingkat
kepuasan produsen dan konsumen masih relatif
rendah (hasil prasurvey).
Salah satu aspek penting yang perlu
dikaji dalam upaya meningkatkan dan
memperluas pasar produk agroindustri
perikanan pada umumnya dan ikan teri pada
khususnya adalah analisis efisiensi pemasaran.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian
efisiensi pemasaran ikan teri perlu dilakukan.
Tujuan penelitian adalah: (1) mendeskripsikan
saluran pemasaran ikan teri olahan yang
diproduksi di Desa Meunasah Keudee
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
dan (2) menganalisis keragaan pasar (market
performance) pemasaran ikan teri kering dan
ikan teri rebus kering di daerah penelitian
(margin, profit margin, share, dan rantai nilai).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi kasus di
Desa Meunasah Keudee yang merupakan salah
satu pusat produksi ikan teri olahan di
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Terdapat 55 populasi Rumah Tangga (22 persen
dari populasi Rumah Tangga) yang mengolah
ikan teri di desa ini. Teknik pengambilan
sample dilakukan secara acak sederhana
(Simple Random Sampling). Penentuan sample
pedagang ditelusuri secara snowball. Rincian
jumlah sample penelitian diperlihatkan pada
Tabel 1.
Jumlah sampel diambil secara non
proporsional tergantung pada besarnya jumlah
dan tingkat keragaman populasi setiap institusi
yang terlibat dalam produksi dan pemasaran
ikan teri di daerah penelitian. Untuk institusi
yang terlibat dalam pemasaran ikan teri olahan
difokuskan pada pedagang di Pasar Lambaro
dan di Pasar Peunayong dengan pertimbangan
pasar pertama adalah pasar grosir di Kota
Banda Aceh dan pasar berikutnya adalah pusat
pasar tradisonal di Kota Banda Aceh.

Table 1. Populasi dan Ukuran Sampel
Penelitian
No Lembaga Lokasi Populasi Sampel
1. Pengolah
Meunasah
Keudee
55 20
2.
Pedagang
Pengumpul
Pasar
Lambaro
10 3
3. Pengecer
Pasar
Lambaro
30 2
4. Pengecer
Pasar
Peunayong
19 2
Sumber : Data Primer, 2011.

Pengumpulan data primer dilakukan
dengan cara melakukan observasi dan
wawancara secara terstruktur dengan sejumlah
responden berdasarkan instrument (kuesioner)
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Di
samping itu, dilakukan pengumpulan data
sekunder berupa kajian terhadap laporan pihak
terkait guna memperkuat berbagai informasi
yang diperoleh dari data primer tadi.
Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan sejumlah responden
ditabulasi dan kemudian disajikan dalam bentuk
tabelaris. Setelah itu akan dilakukan analisis
secara kuantitatif dan kualitatif yang
dipaparkan secara diskreptif. Informasi
kualitatif dalam penelitian pemasaran
diperlukan untuk mempertajam analisis
pemasaran (Handewi, 2004). Data kuantitatif
dianalisis dengan analisis marjin, profit marjin
dan analisis rantai nilai. Analisis Marjin
Pemasaran (Suherty, 2009):
MP = Pr Pf ,
n n
atau: MP = Bpi + Kpi
i = 1 i = 1
Keterangan: MP = marjin pemasaran (Rp/kg);
Pr = harga konsumen (Rp/kg); Pf = harga
produsen (Rp/kg); Bpi = biaya lembaga
pemasaran ke i(Rp/ kg); Kpi = keuntungan

Agrisep Vol. (12) No. 1, 2011 3

pemasaran ke i (Rp/ kg); Share keuntungan
dapat juga digunakan untuk meng-analisis
efisiensi pemasaran dengan formulasi sebagai
berikut (Hamin, 1991):
SKi = (Ki) / (Pr Pf) x 100 %
Sbi = (Bi) / (Pr Pf) x 100 %
Ket:
Ski = share keuntungan lembaga
pemasaran ke i;
Sbi = share biaya pemasaran ke i.
Kriteria efisiensi pemasaran: Apabila
perbandingan share keun-tungan dari masing-
masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam
proses pemasaran merata, maka sistem
pemasarannya dikatakan efisien. Apabila
perbandingan share keuntungan dengan biaya
pemasaran masing-masing lembaga pemasaran
yang terlibat dalam proses pemasaran merata
dan cukup logis, maka sistem pemasarannya
dikatakan efisien.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Saluran Pemasaran I kan Teri Segar dan
Olahan
Produk ikan teri yang dipasarkan dalam
penelitian ini ada dua bentuk. Bentuk pertama
adalah segar dan selanjutnya diolah dalam dua
jenis hasil olahan, yaitu ikan teri yang langsung
dikerigkan dan ikan teri rebus yang
dikeringkan. Lembaga pemasaran ikan yang
terlibat dalam pemasaran ikan teri segar dan
olahan adalah lembaga pemasaran utama dan
lembaga pemasaran pendukung. Lembaga
pemasaran utama adalah nelayan pemilik
palung, toke bangku, pengolah, pedagang
pengumpul, dan pedagang pengecer. Sedangkan
lembaga pemasaran pendukung ikan teri segar
dan olahan adalah penjual peralatan
penangkapan dan pengolahan (jaring, bola
lampu, tali, wantek pewarna, cat, ember,
dandang, marlin penjemur, dan lain-lain),
pedagang pengecer bahan bakar, pedagang
pengecer ransum dan penyedia jasa transportasi
(becak, labi-labi, dan truk).
Saluran pemasaran ikan teri di daerah
penelitian diperlihatkan pada Gambar 1.
NELAYAN
TOKE BANGKU MUGE AGEN
PENGOLAH
PEDAGANG
PENGUMPUL PASAR
LAMBARO
PEDAGANG PENGECER
PASAR LAMBARO
PEDAGANG PENGECER
PASAR PEUNAYOUNG
KONSUMEN
PEDAGANG DI MEDAN
PEDAGANG DI SIGLI
KONSUMEN
PENGOLAH SEBAGAI
PENGECER DI PASAR
SEULIMUM
PENGOLAH SEBAGAI
PENGECER DI PASAR
SIBREH
KONSUMEN

Gambar 1. Saluran Pemasaran Ikan Teri Segar
dan Olahan di Lokasi Penelitian, 2011
Pendaratan ikan teri dilakukan oleh
toke bangku sekitar jam 6 sampai jam 7 pagi.
Penjualan dilakukan dengan kisaran berat rata-
rata 25 kilogram ikan teri segar per keranjang.
Lokasi pengolahan ikan teri berlokasi di sekitar
tempat pendaratan ikan. Tempat pengolahan
ikan teri di bawah bangunan sederhana yang
disebut Jambo Reuboh. Kegiatan pengolahan
ikan teri dilakukan sejak jam 7 pagi sampai jam
14 siang. Selanjutnya antar jam 15 sampai jam
16 pengolah menjual ikan teri kering ke
pedagang pengumpul di Pasar Lambaro.
Pengemasan ikan teri dilakukan di dalam
plastik sebanyak kurang lebih 25 kg teri kering
per plastik. Bila produksi dipasarkan bersama-
sama maka transportasi menggunakan labi-labi
sebaliknya bila masing-masing pengolah
umumnya menggunakan becak. Biaya
transportasi sama sebesar 70.000 rupiah pulang
pergi Meunasah Keudee Pasar Lambaro.
Pada saat harga bahan baku ikan teri
segar di bawah 150.000 rupiah per keranjang,
umumnya pengolah memasarkan ikan teri
kering ke Medan. Transportasi yang digunakan

Agrisep Vol. (12) No. 1, 2011 4

truk. Biaya transportasi di tanggung oleh
pedagang Medan. Rata-rata harga ikan teri
olahan yang diterima oleh pengolah 25.000
rupiah per kilogram. Ada pengolah yang
mengirimkan hasil olahan ikan teri kering ke
pedagang yang ada di Kabupaten Pidie. Ada
pula pengolah yang bertindak sebagai pengecer
di Pasar Seulimum dan Pasar Sibreh (umunya
satu minggu sekali pada hari peukan atau hari
pasar. Pemasaran langsung di kedua pasar
tersebut memberikan margin yang relatif tinggi
dibandingkan pada saluran lainnya.

Analisis Keragaan Pasar
Hasil analisis terkait prosentase
penyebaran biaya penangkapan ikan teri segar
oleh nelayan diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2 . Penyebaran (%) Biaya Penangkapan
Ikan Teri Segar, 2011
Gambar 2 memperlihatkan prosentase
biaya tertinggi kegiatan penangkapan ikan teri
terdapat pada pengeluaran upah, mencapai lebih
kurang 50 persen. Sistem pembagian upah pada
kegiatan penangkapan adalah sebagai berikut:
Pertama, total revenue dikurangi total biaya
operasional malaut. Kedua, nilai bersih tersebut
dibagi 2, 50 persen untuk nelayan pemilik
palung dan 50 persen lagi dibagi dua (45 persen
untuk Anak Buah Kapal dan pawang laut, lalu 5
persen lagi untuk Toke Bangku. Finally, Dari
45 persen tersebut, 35 persen untuk Anak Buah
Kapal (4 sampai 6 orang) dan 10 persen untuk
Pawang Laut. Pawang laut masih memiliki
tambahan penerimaan yaitu 20 persen dari
pemilik palung. Di daerah penelitian, pemilik
palung ada yang juga berperan sebagai toke
bangku.
Pengolah ikan teri di Meunasah Keude
mengolah dua bahan baku ikan teri yaitu: ikan
teri nasi (Stelephorus commrsouli) dan ikan teri
jengki. Ikan teri jengki diolah menjadi dua jenis
ikan kering yaitu ikan teri kering dan ikan teri
rebus yang dikeringkan. Umumnya pengolah
lebih sering mengolah jenis ikan teri kering
yang terlebih dahulu di rebus karena: (1) hasil
olahan lebih berat (satu keranjang atau lebih
kurang 25 kilogram ikan segar menjadi 10
kilogram ikan teri rebus kering, lebih berat
dibandingkan langsung jemur hanya mencapai
8 kilogram kering) dan (2) lebih cepat kering di
bawah sinar matahari (lebih kurang 2 jam
setelah dijemur siap dipasarkan). Analisis
pembagian biaya pada pengolahan ikan teri
diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Pembagian Biaya pada Pengolahan
Ikan Teri di Daerah Penelitian, 2011
Gambar 3 memperlihatkan prosentase
nilai pengeluaran terbesar pada kegiatan
pengolahan diserap oleh pengeluaran bahan
baku ikan teri segar. Selanjutnya prosentase
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
1
Biaya Tetap
Lainnya
Peralatan
Melaut
Biaya Variabel
Lainnya
Bahan Bakar
Keuntungan
Upah
62.50%
65.22%
20.00%
17.50%
8.33% 8.70%
6.56% 5.31%
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Teri Kering Teri Rebus Kering
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Lain
Margin
Upah
Susut
Ikan Teri Segar

Agrisep Vol. (12) No. 1, 2011 5

kehilangan mencapai 17 sampai 20 persen.
Besaran prosentase ini disebabkan oleh
tingginya ketergantungan proses pengolahan
pada alam. Sebagai contoh, bila sinar matahari
tidak cerah, hasil olahan akan berkualitas
rendah (berwarna tidak cerah dan terasa gatal di
lidah bila dikonsumsi). Analisis rantai nilai
untuk teri hasil produksi daerah penelitian yang
dipasarkan di Kota Banda Aceh diperlihatkan
pada Gambar 4.

Gambar 4. Rantai Nilai Pemasaran Ikan Teri di
Pasar Peunayong Kota Banda Aceh,
2011
Gambar 4 memperlihatkan transaksi
terbesar diserap oleh nelayan yang mencapai 40
sampai 47 persen. Prosentase ini juga sejalan
dengan tingginya keuntungan yang diterima
nelayan (mencapai 30 juta per bulan).
Selanjutnya value chain pengolah mencapai 22
sampai 28 persen, lebih tinggi dibandingkan
Pedagang Pengumpul Pasar Lambaro yang
mencapai 15 sampai 19 persen. Namun berbeda
dengan kondisi nelayan, profit margin pengolah
hanya mencapai 1.1 sampai 1.4 juta rupiah.
Sementara itu Lambaro Collecting Traders
menerima profit 2.2 sampai 3.7 juta rupiah.
Diduga kuat kondisi di atas dipengaruhi oleh
faktor skala usaha, modal, ketergantungan pada
alam dalam kegiatan proses pengolahan ikan
teri dan tingginya biaya pengolahan.


SIMPULAN DAN SARAN
1. Share tertinggi pemasaran ikan teri jengki
olahan kering dan kering rebus diserap oleh
nelayan. Tingginya nilai share tersebut juga
diikuti oleh tingginya nilai profit margin
nelayan.
2. Share pengolah ikan teri kering lebih tinggi
dibandingkan share Lambaro Colecting
Traders. Tetapi profit margin pengolah ikan
teri lebih rendah jika dibandingkan profit
margin Lambaro Colecting Traders.
Perbedaan kondisi tersebut disebabkan oleh
faktor kecilnya skala usaha pengolahan ikan
teri (keterbatasan modal), relatif tingginya
biaya pengolahan dan faktor ketergantungan
proses pengolahan pada sinar matahari.
3. Pemasaran Ikan Teri di Desa Meunasah
Keudee Kabupaten Aceh Besar belum
efisien.
4. Posisi tawar pengolah ikan teri perlu
ditingkatkan melalui produksi ikan teri
berkualitas yang memiliki prospek pasar
yang memenuhi harapan konsumen Aceh
dan di luar Aceh serta melalui penguatan
infrastruktur pasar baik fisik maupun
kelembagaan.

DAFTAR PUSTAKA
Gudmundsson, E., F. Asche and M. Nielsen.
2006. Revenue Distribution Through
the Seafood Value Chain. FAO
Fisheries Circular No. 1019. FAO of
the UN, Rome.
Hamin, Alhusniduki. 1991. Tataniaga
Pertanian. Kumpulan Makalah
Penataran Dosen dalam
Rangka Peningkatan Mutu Bidang
Pertanian Program Kajian Agribisnis,
Dirjen Dikti
Jakarta.
Handewi, P.Saliem. 2004. Analisis Marjin
Pemasaran: Salah satu Pendekatan
46.87%
40.54%
28.13%
21.62%
15.00%
18.92%
10.00%
18.92%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Teri Kering Teri Rebus Kering
Pedagang
Pengecer Pasar
Panayoung
Pedagang
Pengumpul
Labaro
Pengolah
Nelayan

Agrisep Vol. (12) No. 1, 2011 6

dalam Sistem Distribusi Pangan.
Dalam: Monograph Series Prospek
Usaha dan Pemasaran Beberapa
Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan PErtanian, No.24: 28-
38.
Lisna, E., Safrida, Zikri, I., dan Sukma, R.
2011. Women Economic Contribution:
an Existence to Household Economy in
Coastal Area after Tsunami Disaster.
In: The Investigation Report of 2004
Northern Sumatra Earthquake
(additional Volume). Graduate School
of Environmental Studies Nagoya
University. Japan.
Suherty, L., Fanani, Z., Muhaimin, A.W. 2009.
Analisis Efisiensi Pemasaran Jeruk
(Studi Kasus di Desa Karang Dukuh,
Kecamatan Belawang Barito Kuala,
Kalimantan Selatan). Dalam: Jurnal
Agritek Vol. 17, No. 6 Nopember 2009.


Agrisep Vol. (12) No. 1, 2011 7

Lampiran 1. Analisis Keragaan Pasar Ikan Teri Kering pada Setiap Lembaga Pemasaran di Daerah Penelitian, 2011
No Lembaga dan Komponen Marjin
Nilai
Marketing
Margin
(Rupiah)
Jumlah (per
8 Kg)
Profit Margin
Share
Pengolah
(%)
Nilai Tambah
Rupiah Unit
IDR/ 1 Bas-
ket Fresh
Anchovies
Total
(IDR/Month)
1 Nelayan
Penjualan dalam bentuk segar 150,000.00 /keranjang
2 Toke Bangku (Fee 5 %)
3 Pengolah 90,000.00 70.00 15,741.44 1,101,901.02 62.50 6,300,000.00
A. Fixed Cost
- Dandang 66.14 /keranjang
- Aweuk Suloh 59.52 /keranjang
- Pisau 7.44 /keranjang
- Ember 31.75 /keranjang
- Timbangan 26.46 /keranjang
- Ampak 595.24 /keranjang
- Jambo Rebuh 198.41 /keranjang
- Bambu Jemur 49.60 /keranjang
TOTAL FIXED COST 1,034.56 /keranjang
B. Variable Cost
- Plastict Basket 224.00 /keranjang
- Transport toLambaro Market 5,000.00 /keranjang
- Labour 20,000.00 /keranjang
- Risk 48,000.00 /keranjang
TOTAL VARIABLE COST 73,224.00 /keranjang
TOTAL COST 74,258.56 /keranjang
Harga jual teri kering (@30,000/Kg) 240,000.00 Per 8 Kg
4 Pedagang Pengumpul Ps Lambaro
A. Fixed Cost 48,000.00 105 35,733.33 3,752,000.00 62.5 5,040,000.00

Agrisep Vol. (12) No. 1, 2011 8

- Timbangan 3.17 Per 8 Kg
- Sewa Toko 158.73 Per 8 Kg
- Restribusi 57.14 Per 8 Kg
TOTAL FIXED COST 219.05 Per 8 Kg
B. Variable Cost
- Kardus 190.48 Per 8 Kg
- Labour 1,333.33 Per 8 Kg
- Plastict Basket 238.10 Per 8 Kg
- Loss 10,285.71 Per 8 Kg
TOTAL VARIABLE COST 12,047.62 Per 8 Kg
TOTAL COST 12,266.67 Per 8 Kg
Harga jual (@ 36,000 per Kg) 288,000.00 Per 8 Kg
5 Pedagang Pengecer Ps Peunayong
A. Fixed Cost
- Timbangan 8.33 Per 10 Kg 70,000.00 18 51,081.94 919,475.00 40.54 1,260,000.00
- Sewa Toko 6,250.00 Per 10 Kg
- Restribusi 250.00 Per 10 Kg
TOTAL FIXED COST 6,508.33 Per 10 Kg
B. Variable Cost
- Karung Semen 166.67 Per 10 Kg
- Plastik 520.83 Per 10 Kg
- Tenaga kerja 3,500.00 Per 10 Kg
- Loss 8,222.22 Per 10 Kg
TOTAL VARIABLE COST 12,409.72 Per 10 Kg
TOTAL COST 18,918.06 Per 10 Kg
Harga jual (@ 37,000 per Kg) 370,000.00 Per 10 Kg
Sumber: Data primer, 2011.

Anda mungkin juga menyukai