Pengantar Perpetaan

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 61

PENDAHULUAN

PERPETAAN : ilmu pemetaan


1. Ilmu ukur tanah bidang datar
2. Hitung geodesi bidang lengkung
3. Proyeksi peta bidang lengkung ke bidang datar
4. Dasar-dasar GPS target satelit
PETA :
1. Sumber data : peta induk, peta turunan
2. Jenis data : peta topo, peta tematik
3. Sekala peta : peta sekala besar, peta sekala kecil

PETA
PETA INDUK :
- Hasil survei lapangan
- Dapat dijadikan peta dasar untuk pemetaan topografi/tematik
PETA TURUNAN :
- Dihasilkan dari peta yang sudah ada : digambar ulang, dikecilkan
- Dapat dijadikan peta dasar untuk pemetaan tematik
- Kurang akurat dibandingkan dgn peta induk
PETA TOPOGRAFI :
- Menggambarkan semua unsur yang nampak di perm. bumi, menurut sekala
- Menggambarkan unsur relief perm. Bumi
PETA TEMATIK :
- Menyajikan data tertentu (kualitatif/kuanti) sesuai dengan tema peta
- Contoh : peta geologi, peta geofisika, peta kebencanaan, dll
PETA SEKALA BESAR :
- 1:1000 S/D 1:10.000
PETA SEKALA KECIL :
- 1:25.000 S/D 1:50.000

BUMI
-

Ukuran terbatas - bumi adalah


bidang datar IUT
500 SM, Phytagoras : bumi berupa
bola
Newton : krn bumi berotasi pada
sumbunya, maka terjadi pemapatan di kedua kutubnya, sehingga
bumi itu lebih menyerupai elipsoid
Permukaannya tidak beraturan,
maka tidak dapat didefinisikan
secara matematik
Jari-jari di ekuator : 6378km

ELIPSOID
-

Merupakan bidang elips putar


thd sumbu pendeknya
Bentuknya beraturan, dpt
didefinisikan secara matematis
Bila bumi elipsoid, maka bumi
adalah benda putaran homogen
Merupakan bidang acuan posisi
geodetik
Dimensi : a,f atau a,b
f = (a b)/a

Elipsoid Referensi

Elipsoid Referensi

a (m)

1/f

Bessel (1841)

6.377.397

299,150

Clark (1866)

6.378.206

294,180

Helmert (1906)

6.378.200

298,300

Hayford (1909)

6.378.338

297,000

Krassovski (1942)

6.378.245

298,300

Fischer (1960)

6.378.166

298,300

Ref. Ellipsoid 1967

6.378.160

298,247

WGS1972

6.378.135

298,260

Ref. Ellipsoid 1980

6.378.137

298,257

WGS 1984

6.378.137

298,257

Geoid
-

Bumi merupakan benda putaran


dengan densitas tdk homogen
Karena densitas tdk homogen,
maka bumi ini lebih tepat
didekati dengan model geoid
Karena bentuknya tdk beraturan,
maka sulit didefinisikan secara
matematik (perlu par. Banyak)
Geoid merupakan suatu bidang
ekuipotensial gayaberat
Geoid dapat didekati oleh muka
laut rata-rata yang tdk
terganggu oleh gaya apapun
Geoid merupakan bidang acuan
pengukuran

Muka bumi, elipsoid, geoid


-

Ketiga bidang ini pada umumnya


tidak berhimpit
Bila ketiga bidang berhimpit di
satu titik, maka titik tersebut
dinamakan titik datum geodesi
Garis tegak lurus geoid : garis
arah gayaberat
Garis tegak lurus elipsoid : garis
normal
Sudut (normal, geyaberat) :
defleksi vertikal = q
Di titik datum : q = 0 , garis
normal berhimpit garis arah
gayaberat
Undulasi = h H
h : tinggi ortometrik
H : tinggi elipsoid

SISTEM KOORDINAT
-

Sistem Koord. digunakan untuk


menentukan posisi titik di perm.
Bumi (2D, 3D)
Sistem koord. tergantung kpd
3 hal :
1. titik asal/nol
2. orientasi sistem salib sumbu
3. parameter posisi sist. koord.
Sistem koord. bidang datar
1, titik nol : di titik tertentu
2. orientasi salib sumbu :
sb.Y pos. : arah utara dari 0
sb,X pos, : arah timur dari 0
3. parameter posisi : (X,Y)

- Sist. koord. siku-siku ruang


merupakan sistem koord.
geosentrik
1. ttk nol : di ttk pusat massa
bumi
2. orientasi salib sumbu :
sb.Z pos. : sumbu putar bumi
sb.X pos. : grs potong
(merd.Gr, bid.ekuator)
sb.Y pos. : grs tgk lurus
sb(X,Y) di ttk O
3. parameter posisi : (X,Y,Z)
- Sist. koord. geodetik

Sistem koord. Geodetik


1. Ttk nolnya di pusat massa bumi
2. Sist. salib sumbu : merd. Gr dan
lingk. Ekuator
3. Parameter posisi : L,B

Sistem koord. Polar


Sistem koord. Bola Langit

ILMU UKUR TANAH


Ilmu Ukur Tanah (IUT) bagian terkecil dari ilmu geodesi
Ilmu Geodesi bermaksud : - ilmiah : menentukan bentuk bumi
- praktis : memetakan sebagian kecil perm.
IUT memetakan sebagian kecil permukaan bumi dengan melakukan
pengukuran topografi di atas perm. bumi
permukaan bumi bidang datar
pengukuran mendatar : mencari hubungan mendatar
pengukuran tegak : mencari hubungan tegak
untuk memetakan data topo dari perm. bumi yang lengkung dan
tidak beraturan ke perm. peta yang datar diperlukan bidang
perantara : elipsoid untuk permukaan > 5500km2
bola untuk pengukuran di perm. < 100km
datar - untuk pengukuran di perm. < 55km IUT

DATA UKURAN IUT : Jarak , sudut , beda tinggi


- Jarak : meter
- Sudut : seksagesimal : 1 lingkaran = 360
sentisimal : 1 lingkaran = 400g
360 = 400g
- beda tinggi : meter

IUT ukuran Jarak dan Sudut menentukan koordinat titik-titik unsur


topografi (sungai, jalan, bangunan, dsb.)
beda tinggi menentukan relief permukaan bumi kontur topo.
peta topo : menggambarkan unsur topo mendatar dan relief
menurut sekala tertentu
sekala peta : perbandingan jarak di peta dengan jarak yang
sama di permukaan bumi

PENGUKURAN TOPOGRAFI

ALAT UKUR TOPOGRAFI


1. Alat ukur beda tinggi - waterpas
2. Alat ukur sudut teodolit
3. Alat ukur pemetaan BTM, plancet
Bagian-bagian alat ukur :
1. Lensa : konvek dan konkaf
2. Teropong : min. terbentuk dari 2
lensa
3. Sumbu-sumbu : sb.I & sb.II
4. Nivo
5. Alat pembaca skala lingkaran
6. Statif

PENENTUAN POSISI (X,Y)


1. Dibutuhkan minimal 2 titik acuan, misal :
A(Xa,Ya) dan B(Xb,Yb)
2. Diukur sudut b dan jarak D di salah satu
titik acuan, misal di A
3. Misalkan titik P akan dicari koordinatnya
4. Lihat gambar :
Xp = Xa + D sin aap
Yp = Ya + D cos aap
Seandainya tidak dijumpai titik acuan, maka
dapat ditempuh cara sbb :
1. Tentukan salah satu titik sebagai titik
acuan lokal
2. Gunakan azimut magnet sebagai acuan
arah
3. Lakukan pengukuran sudut di titik acuan
tsb, kemudian ukur jarak ke titik P

PENENTUAN BEDA TINGGI


Ada 3 metode :
sipat datar, trigonometris, barometris
Sipatdatar waterpas :
beda tinggi = BTb BTm
Trigonometris teodolit :
beda tg. = x (BA-BB) x 100 x sin 2m
jarak datar = (BA-BB) x 100 x cos2 m

Barometris barometer

PEMETAAN SITUASI

TEODOLIT

STATIP /TRIPOD/KAKI3

T2

PEMBACAAN LINGK. VERTIKAL & HORIZONTAL T2,


DAN RAMBU UKUR

WATERPAS DAN RAMBU UKUR

PENGUKURAN SUDUT
Pengukuran sudut - teodolit :
1. Sentisimal : 1 lingk. = 400grade
2. Seksagesimal : 1 lingk. = 360 der.
1 lingk = 400grade = 360 derajat

Misal sudut ABC akan diukur, maka :


1. Pasang teodolit di titik B
2. Pasang target di titik A dean titik B
3. Bidik target A, kemudian putar
teropong searah jarum jam ke target
C
4. Hitung sudut ABC = c - a

PENGUKURAN JARAK :
1. Kayu ukur
2. Pita ukur

3. Optis (teodolit & rambu ukur)

4. Rumus Pitagoras

PENENTUAN POSISI
Metoda teristris :
1. Jarak kedua titik pendek
2. Kedua titik harus saling terlihat
3. Kedua titik terletak ditempat yang stabil, dan
dapat ditempati alat ukur
4. Contoh : poligon, triangulasi, pengi-katan
kemuka/kebelakang
POLIGON :
Syarat : X.akhir X.awal = Jml.dsina
Y.akhir Y.awal = Jml.dcosa
a.akhir-a.awal = Jml.sdt + n.180

TRIANGULASI :
- Titik terletak di puncak bukit, dengan jarak yang relatif jauh
- Dibangun pilar beton, tinggi dan besar
- Diperlukan alat ukur yang teliti, dengan daya bidik yang jauh
- Hanya dilakukan pengukuran sudut di setiap titik dan pengukuran satu
sisi sebagai garis basis
Syarat :
- Jml. Sdt = 180
- Punya satu sisi yang sudah diketahui panjangnya secara teliti
- Diketahui azimuth dan koordinat awal.

PENENTUAN POSISI METODE EXTRA TERISTRIS


-

Mengamati target di ruang angkasa


Astonomi GD : Theodolit - matahari,
bulan, bintang
Metode GPS : Receiver satelit GPS

DASAR-DASAR METODE GPS


-

Pertama kali digunakan AU Amerika Serikat th 73 untuk navigasi


Perkembangan selanjutnya digunakan untuk penentuan posisi
Global Positioning System sistem koord. geosentrik (pusat massa
bumi sbg pusat sistem koordinat)
Bidang referensi : WGS 1984 (World Geodetic System 1984)
Tiga segmen utama GPS : segmen satelit, sistem kontrol, pemakai

Segmen satelit :
1.
2.
3.
4.

Satelit I : diluncurkan 22 Feb. 78


Hingga 1985 : diluncurkan 10 sat.
Nov. 1994 : berjumlah 24 satelit
Konstelasi 24 sat. menempati 6 lintasan
orbit dengan inklinasi 55 der terhadap
ekuator, dengan ketinggian 20.200km
dari perm.
5. Setiap orbit ditempati 4 sat. dgn jarak
antar sedemikian rupa sehingga setiap
saat dpt diamati min.l 4 sat.
6. Setiap sat. bergerak 4km/det, dgn
periode 11jam 58mnt
7. Setiap sat. secara kontinu memancarkan
sinyal-sinyal gelombang pada 2 frek : L1
(1575,42 MHz) dan L2 (1227,60 MHz)

Segmen sistem kontrol :


1. Berfungsi memonitor dan mengontrol
kelaikgunaan seluruh satelit dan
komponennya
2. Menentukan orbit seluruh satelit
3. Terdiri : monitor station, ground
control station, prelaunch
compatibility stations, master control
station

Segmen pemakai :
1. Berupa receiver, untuk menerima dan
memproses sinyal guna menentukan
posisi, kecepatan, waktu
2. Dua jenis : navigasi dan geodetik

PENENTUAN POSISI DENGAN METODE GPS


1. Ada 2 posisi : absolut dan diferensial/relatif
2. Merupakan metoda pengikatan ke belakang,
dengan mengukur jarak-jarak ke satelit
3. Posisi absolut ditentukan dgn GPS nav. (1alat),
yang mempunyai ketelitian rendah,
4. Posisi diferensial, ditentukan relatif terhadap
posisi titik datum, diukur dengan 2 alat ukur
dif. , satu dipasang di titik ukur satu lagi
dipasang di ttk datum, diukur secara
bersamaan sehingga dapat mengeliminir kes.
jam penerima dan jam satelit, dapat
mengeliminir bias ionosfer/troposfer/
ephemeris.

Secara vektor : R = r r
Namun data yang diukur r bukan vektor,
tapi besaran skalar
- Karena besaran skalar, maka harus
dilakukan pengukuran jarak r terhadap
min 4 sat GPS
- Sinyal GPS :
1. Penginformasi jarak (P-code , C/A-code)
2. Penginformasi posisi satelit (navigation
message)
3. Gelombang pembawa (carrier wave) L1 &
L2
PENGINFORMASI JARAK :
1. Menggunakan data C/A-code : d = dt x C,
jarak (d) tersebut sangat kasar, karena
dipengaruhi perbedaan ketelitian jam
receiver dgn jam sat, Ketelitian jarak ini
adalah 1% dari l (= 300m)

2. Menggunakan data P-code :


- Ketelitian 1% dari l = 1% x 30m = 0,3m
- Tahan terhadap pengaruh multipath
- Dapat mengeliminasi efek dari bias ionosfer, karena P-code
dimodulasikan pada 2 frek L1 & L2 sehingga dihasilkan dua
data ukuran pseudorange pada L1 dan L2. Akan tetapi data ini
dimodifikasi secara rahasia oleh pihak militer AS, maka data
ini tidak dapat diamati oleh umum.

PESAN NAVIGASI :
- Terdiri atas : koefisien koreksi jam satelit, ephemeris sat.
(parameter waktu & orbit satelit), almanak satelit, UTC, par.
kor. Ionosfer, dan status konstelasi & kesehatan satelit
- Pesan ini ditentukan oleh segmen sistem kontrol, dan dikirimkan ke pemakai melalui satelit GPS
GELOMBANG PEMBAWA L1 & L2 :
- Membawa P-code & C/A-code dan Pesan Navigasi dari satelit
ke pengamat

KELEBIHAN DARI METODE GPS


1. Tidak diperlukan kondisi topo yg. spesifik (seperti saling terlihat),
yang penting sinyal GPS dapat diterima receiver tanpa halangan apapun
2. Mempunyai orbit yang tinggi (< 20.200km) dan jumlah sat. yg. banyak,
sehingga dapat meliput daerah yang cukup luas dan dapat digunakan
secara bersamaan dalam waktu yang sama
3. Tidak bergantung kepada cuaca
4. Dapat terbentuk datum yang tunggal untuk daerah yang luas, seperti
Indonesia WGS 1984
5. Dijamin keaslian datanya, karena pengamat tdk dapat memanipulsi data
6. Dapat digunakan untuk seluruh kegiatan penentuan posisi
7. Dapat dioperasionalkan dgn mudah, tidak diperlukan keterampilan
khusus, tdk memerlukan banyak waktu, biaya, dan tenaga

KELEMAHAN DARI METODE GPS


1. Memerlukan transformasi data dari WGS 84 ke sistem lokal (DI-1974)
2. Elevasi GPS didasarkan kepada Elipsoid WGS 1984, jadi memerlukan
reduksi data ke sistem geoid
3. Prosesing data memerlukan keahlian GD, komp, statistik, penget. GPS
4. Keahlian GPS masih kurang, perlu dilakukan pelatihan yang lebih
mendalam
5. Diperlukan topografi yang terbuka untuk penempatan receiver

METODE PENENTUAN POSISI GPS


-

Penentuan posisi : absolut & relatif


Penetuan posisi relatif : statik, kinematik, statik singkat, pseudokinematic, stop and go

1. Statik : penentuan posisi titik dalam kondisi diam, dilakukan secara


absolut atau diferensial, menggunakan data kode, atau data fase
2. Kinematik : penentuan posisi titik dalam kondisi bergerak, dilakukan
secara absolut atau diferensial, menggunakan data kode, atau data
fase
3. Statik singkat : merupakan pengukuran statik selama 5-20 menit,
tingkat ketelitiannya lebih rendah dari statik yang biasa, karena rentan
terhadap efek kesalahan dan bias
4. Pseudo-kinematik : merupakan gabungan dua statik singkat (beberapa
menit) dengan dipisah selang waktu yang relatif lama (beberapa jam).
Tujuannya adalah untuk mendapatkan geometri yang lebih baik sehingga
dapat meniungkatkan ketelitian pengukuran
5. Stop-and-go : merupakan pengukuran kinematik, dimana saat melakukan
pengukuran di titik ukur alat dalam kondisi diam, kemudian bergerak ke
titik ukur berikutnya, lalu diam kembali untuk melakukan pengukuran,
dan seterusnya.

KETELITIAN POSISI METODE GPS


-

Dua tingkat ketelitian GPS : SPS dan PPS

SPS (Standard Positioning Service) : pelayanan gratis dari GPS melalui


pemakaian C/A-code yang terdapat pada L1. Tingkat ketelitian posisi
horizontal yang diberikan adalah 100m dengan tingkat kepercayaan 95%

PPS (Precise Positioning Service) : pelayanan GPS khusus untuk militer


AS dan pihak lainnya yang diizinkan, melalui pemakaian P-code yang
terdapat pada L1 & L2. Tingkat ketelitian 10-20m dengan tingkat
kepercayaan 95% untuk posisi absolut dan data kode.

DOP (Dilution of Precision) : bilangan yang menggambarkan kekuatan


geometri dari konstelasi satelit. Bila DOP kecil maka geometri satelit
baik (kuat), bila DOP besar maka konstelasinya lemah :
GDOP : Geometrical DOP (posisi 3D dan waktu)
PDOP : Positional DOP (posisi 3D)
HDOP : Horizontal DOP (posisi horizontal)
VDOP : Vertical DOP (ketinggian)
TDOP : Time DOP (waktu)

1.
2.
3.
4.
5.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETELITIAN GPS


1. Ketelitian data yang diukur : ada dua data yang dapat digunakan yaitu data
kode (P-code & C/A-code) dan data fase. Data fase jauh lebih teliti
dibanding data kode
2. Receiver yang digunakan, serta tingkat kesalahan dan bias
3. Geometri satelit yang diamati : tergantung kepada jumlah satelit yang
diamati, lokasi dan penyebaran satelit, serta lama pengamatan. Geometri ini
sangat menentukan dalam pengeliminiran kesalahan, terutama yang
disebabkan oleh bias ionosfer dan troposfer.
4. Metode GPS yang digunakan : absolut, deferensial, statik, kinematik, rapid
statik, pseudo-kinematik, stop-and-go
5. Strategi pengolahan data : real time dan post processing. Post processing
dilakukan menggunakan perangkat lunak, menyangkut strategi pengeliminasian
dan pengkoreksian kesalahan dan bias, pengolahan data garis basis & perataan jaringan, dan kualitas titik kontrol.

KESALAHAN DAN BIAS PADA METODE GPS


Sumber kesalahan : receiver, satelit GPS, medium propagasi, lingkungan
titik ukur, dll.
1. Kesalahan ephemeris : bersumber dari sistem kontrol GPS, yaitu
kesalahan dalam mengirimkan data orbit satelit. Kesalahan ini
bergantung kepada panjang garis basis yang diukur (base line), semakin
panjang garis basis maka akan semakin besar kesalahan posisi. Untuk
mengurangi kesalahan ini : memperpendek garis basis, memperpanjang
waktu pengamatan, menggunakan pengukuran diferensial
2. Bias ionosfer (loapisan atas atmosfer, 60-100km diatas perm.) : lapisan
ini terdiri atas elektron dan ion bebas yang akan mempengaruhi
perambatan gel. radio. Lapisan ini akan mempengaruhi propagasi sinyal
GPS (kecepatan, arah, polarisasi, kekuatan sinyal), sehingga berakibat
pada besaran jarak sat-receiver. Untuk mengurangi efek ini :
menggunakan data GPS dari L1 & L2, menggunakan metode diferensial,
memperpendek garis basis, melakukan pengukuran pagi hari atau malam
hari

3. Bias troposfer (lapisan yg langsung berbatasan dengan perm., 9-16km) : saat


melalui lapisan ini, sinyal GPS akan mengalami refraksi, sehingga
mempengaruhi kecepatan dan arah dari sinyal tsb., mempengaruhi jarak satreceiver. Untuk mereduksinya : melakukan pengukuran diferensial,
memperpendek panjang garis basis, mengusahakan titik ukur mempunyai
elevasi dan kondisi meteorologi yang sama.

4. Multipath : karena sinyal melalui dua media yang berlainan (ionosfer dan
troposfer), maka sinyal akan mengalami pembiasan dan pemantulan akibat
benda-benda di sekitar titik ukur, sehingga receiver akan menerima sinyal
dari beberapa lintasan (sinyal langsung dan sinyal pantulan). Untuk
menghindarinya : jauhkan titik ukur dari benda-benda pemantul, gunakan
antena yang tahan terhadap efek multipath, jangan mengamati satelit
rendah karena sinyalnya lebih rentan multipath, gunakan receiver yang tahan
multipath.
5. Cycle slip : ketidak kontinuan dalam jumlah gelombang penuh dari fase gel
pembawa, disebabkan oleh matinya secara mendadak receiver yang sedang
on, sehingga pengamatan terputus sementara. Hal ini disebabkan oleh :
receiver tiba-tiba mati, terhalangnya sinyal oleh sesuatu, adanya kerusakan
komponen dari receiver.

PENGUKURAN ELEVASI DENGAN METODE GPS

PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar, menurut
sekala tertentu.
Denah adalah gambaran yang menyatakan lokasi suatu tempat secara
relatif terhadap lingkungan di sekitarnya, tanpa disertai dengan
sekala
Sekala peta adalah angka perbandingan antara panjang ukuran di peta
dengan ukuran sebenarnya di alam. Sekala disajikan di peta dalam
bentuk :
1. Skala numeris, dinyatakan dalam bentuk angka perbandingan :
1:50.000
2. Skala grafis, dinyatakan dalam bentuk gambar mistar
Peta Topografi adalah peta yang menyajikan :
1. Semua unsur alam (sungai, gunung, danau, hutan dll.) dan unsur
buatan (jalan raya, pemukiman, pasar, dll) yang nampak di permukaan bumi
2. Relief permukaan bumi (naik turunnya permukaan bumi)

INFORMASI PETA
Secara garis besarnya, lembar suatu peta
dapat dibagi ke dalam 2 bagian :
1. Muka peta, yaitu bagian yang menyajikan
gambaran permukaan bumi
2. Tepi peta, yaitu bagian yang berada diluar
muka peta
Lembar peta mempunyai bentuk dan ukuran
tertentu :
1. Bentuk A dan B (lihat gambar), sebaiknya
dipilih bentuk A
2. Ukuran lembar peta dipengaruhi oleh
ukuran maksimal kertas yang ada, ukuran
mesin cetak peta, efisiensi jumlah lembar
peta (makin kecil jumlahnya, makin efisien)

INFORMASI TEPI PETA (ITP)


-

ITP adalah semua informasi/keterangan yang terletak di bagian batas


dan tepi peta
- Tujuannya : memberikan keterangan atau penjelasan mengenai informasi
yang tersaji di muka peta, sehingga pembaca peta dapat memahami isi
peta dengan benar dan dapat memanfaatkannya secara maksimal
- Informasi peta dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu :
1. Informasi muka peta, menyajikan data peta
2. Informasi tepi peta, menyajikan data-data yang ditempatkan di bagian
batas dan tepi
Informasi di daerah batas :
1. Koordinat geodetik : menyatakan koordinat graticule (satuannya
derajat, menit, detik)
2. Koordinat proyeksi peta : menyatakan koordinat grid (satuannya meter)
3. Arah tujuan : menyatakan arah tujuan jalan raya, jalan kereta api
4. Nama unsur topografi : menyatakan nama sungai/pegunungan yang
terpotong batas peta

Informasi di daerah tepi :


1. Nama lembar : diambil dari nama daerah terbesar di lembar tsb.,
bergantung kepada sekala peta
2. Nomor lembar : merupakan petunjuk kedudukan lembar dalam setiap
seri pemetaan, untuk pemetaan dasar nasional sudah ditentukan
spesifikasinya oleh BAKOSURTANAL
3. Nomor seri : ditulis berdasarkan sekala peta, contoh : 1:50.000 seri
pertama, 1:50.000 seri kedua
4. Edisi peta : ditulis berdasarkan tanggal/tahun penerbitan, contoh : Edisi
I -1991, Edisi II -1995
5. Sekala numeris : disajikan dalam bentuk angka pembanding, mudah
dibaca, tidak berubah walaupun peta mengalami perubahan ukuran
6. Sekala grafis : disajikan dalam bentuk gambar mistar bersekala, sulit
dibaca, akan berubah sesuai dengan perubahan ukuran peta
7. Satuan ketinggian : di Indonesia digunakan satuan ketinggian meter
8. Legenda : disajikan dalam bentuk simbol-simbol unsur topografi beserta
artinya, sehingga memudahkan pengguna untuk membaca peta
9. Petunjuk letak peta : disajikan dalam bentuk diagram yang menyatakan
hubungan lembar peta tsb. dengan lembar di sekitarnya

10. Diagram lokasi : diagram yang menyatakan hubungan antara daerah yang
dipetakan dengan daerah di sekitar lokasi pemetaan tersebut.
11. Keterangan lain : sistem proyeksi peta, datum pemetaan, selang kontur,
parameter translasi
12. Pembacaan koordinat : merupakan petunjuk tentang bagaimana caranya
menentukan koordinat suatu titik di peta, baik dalam sistem koordinat
geodetik maupun dalam sistem koordinat proyeksi peta (UTM)
13. Diagram utara : menyatakan petunjuk arah utara sebenarnya, utara
peta, dan utara magnet, serta besaran sudut yang dibentuk oleh araharah tersebut (deklinasi magnet dan konvergensi meridian)
14. Riwayat peta : menerangkan tentang metode, sumber data, pelaksana
survei, tahun pelaksanaan
15. Lain-lain : keterangan garis batas, keterangan penerbit, catatan hak
cipta, keterangan pelaksana pemetaan, dll.

GRATICULE DAN GRID


-

Graticule : adalah jaringan garis-garis (lurus atau lengkung) yang dibangun oleh
garis proyeksi lingkaran paralel dan lengkungan meridian menurut sistem
proyeksi peta tertentu, sehingga jaringan garis tersebut akan saling
berpotongan secara garis lurus.
- membangun sistem koordinat geodetis (L,B)
- bentuknya tergantung kepada sistem proyeksi peta
- titik-titik yang terletak pada grs horizontal yang sama, mempunyai
lintang yang sama
- titik-titik yang terletak pada grs vertikal yang sama, mempunyai bujur
yang sama

Grid : adalah jaringan garis-garis lurus yang dibangun oleh garis-garis seja-jar
sumbu Y dan garis-garis sejajar sumbu X, sehingga garis-garis tersebut akan
saling berpotongan secara tegak lurus
- membangun sistem koordinat proyeksi peta tertentu (X,Y)
- bentuknya tdk tergantung kepada sisten proyeksi peta tertentu
- titik-titik yang terletak pada grs hor. yang sama, mempunyai ordinat sama
- titik-titik yang terletak pada grs vertikal yang sama, mempunyai absis sama

KONSTRUKSI PETA
Desain suatu peta ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Tujuan menyajikan data topografi/tematik secara : akurat,
benar, jelas, indah/menarik
2. Sekala peta sangat menentukan kelengkapan data (topografi
/tematik) yang dapat disajikan di atas peta. Menentukan sekala
peta tergantung kepada wilayah yang akan dipetakan, misalnya
untuk pemetaan suatu kota harus dipilih sekala besar, sedangkan
untuk pemetaan suatu gurun dapat dipilih sekala kecil. Mengapa
? (Tugas I)
3. Proyeksi peta harus dipilih berdasarkan lokasi & tujuan pemetaan. Untuk wilayah Indonesia digunakan proyeksi peta UTM (Universal Transverse Mercator)
4. Penyajian data di atas peta dapat dilakukan dengan pemilihan
simbol, warna, jenis/style huruf (fond), tata letak tertentu
untuk pemetaan topografi sudah ada ketentuannya (spesifikasinya), akan tetapi untuk pemetaan tematik dapat ditentukan
sendiri (bebas)

5. Ukuran lembar peta ditentukan oleh :


ukuran mesin cetak, ukuran kertas, dan
keekonomisan dalam penggunaan di lapangan.
Ukuran lembar besar tidak ekonomis.
Ukuran lembar kecil ekonomis
6. Bentuk lembar : Bentuk lembar B lebih baik
dibanding bentuk lembar A.
Mengapa ? (Tugas II)
7. Tata letak informasi tepi peta harus diatur
sedemikian rupa, sehingga posisi informasi
satu dengan yang lain seimbang dan mempunyai estetika tertentu, informasi disusun
secara singkat & jelas, informasi tepi
tersebut harus dapat menjelaskan isi peta
secara jelas.
8. Tata letak lembar peta harus disusun secara
baik, sehingga jumlah lembar minimal (ekonomis), ukuran lembar maksimal dan ekonomis. Keterangan no. 8 sangat berhubungan
erat dengan keterangan no. 5 & 6.
Mengapa ? (Tugas III)

GENERALISASI DAN EKSAGERASI


- Generalisasi : suatu pemilihan dan penyederhanaan dalam
penyaji-an unsur topografi di peta tujuannya dapat menyajikan
data topografi secara maksimal, akurat, dan jelas, sehingga
mudah dibaca data topografi (jalan, rumah, dll) disajikan di
peta menggunakan simbol-simbol (legenda) tertentu
- Eksagerasi : suatu bentuk generalisasi dengan melakukan pembesaran ukuran unsur-unsur tertentu di peta, sehingga ukurannya
tidak sesuai lagi dengan data aslinya, misalnya titik kontrol tanah
di plot di peta (berdasarkan sekala peta, titik tersebut tidak
dapat digambar di peta)
- Unsur topografi di peta : unsur horizontal dan unsur vertikal.
Unsur horizontal : unsur alam (sungai, danau, laut) dan unsur alam
(pemukiman, pasar, jalan) digunakan simbol-simbol tertentu.
Unsur vertikal : relief permukaan bumi (naik turunnya permukaan
bumi) digunakan simbol garis kontur, titik tinggi

KONTUR
- Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian sama di atas bidang datum tertentu
bidang datum yang umum digunakan : muka laut rata-rata

- Interval kontur : selisih nilai antara dua nilai kontur yang berdampingan. Faktor-faktor yang mempengaruhi interval kontur :
1.Sekala peta Interval kontur = 1/2000 x sekala peta
2.Kondisi lapangan :
Semakin terjal suatu daerah akan semakin rapat garis kontur
yang harus disajikan di peta, sehingga akan mengganggu penam
-pilan unsur topografi lainnya maka pemecahannya :
interval konturnya diperbesar.
Semakin landai suatu daerah akian semakin jarang kontur yang
harus disajikan di peta, bahkan akan semakin hilang maka
pemecahannya : interval konturnya diperkecil.

TITIK TINGGI
- Titik tinggi merupakan titik di permukaan bumi yang mempunyai
ketinggian tertentu diatas suatu bidang datum tertentu. Titik ini
umumnya ditempatkan di puncak gunung, titik terendah di suatu
cekungan, titik-titik lainnya yang ditempati alat ukur
- Titik tinggi ini diukur dengan tujuan untuk dapat menarik garis
kontur, sehingga dapat menggambarkan keadaan relief dari
daerah pengukuran tersebut.

PROYEKSI PETA

BIDANG PROYEKSI
Jenis bidang proyeksi : -bidang datar
- kerucut
- silinder

Rumus Proyeksi : (L,B) (X,Y)


X = f(L,B)
Y = f(L,B)
Rumus Inversi : (X,Y) (L,B)
L = f(X,Y)
B = f(X,Y)
Jenis Proyeksi Peta, dapat dibagi berdasarkan beberapa hal :
A. Berdasarkan Jenis Bidang Proyeksi, proyeksi peta terbagi atas :
1. Proy. Bidang Datar, disebut juga proyeksi azimuthal atau zenithal, merupakan
jenis proyeksi peta yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksi.
2. Proy. Kerucut, merupakan jenis proyeksi peta yang menggunakan bidang krucut
sebagai bidang proyeksi. Bidang krucut merupakan bidang lengkung yang dapat
didatarkan tanpa ada perubahan lebih lanjut, sehingga tidak merubah bentuk
dan besaran data di atasnya.

3. Proyeksi silinder, merupakan jenis proyeksi peta yang menggunakan


bidang silinder sebagai bidang proyeksi. Bidang silinder merupakan
bidang lengkung yang dapat didatarkan tanpa ada perubahan lebih
lanjut, sehingga tidak merubah bentuk dan besaran data di atasnya.
B. Berdasarkan kedudukan Bidang Proyeksi, proyeksi peta terbagi atas :
4. Proyeksi normal, merupakan jenis proyeksi peta yang garis karakteristiknya berhimpit dengan sumbu pendek elipsoid. Garis karakteristik adalah garis sumbu dari bidang proyeksi peta.
5. Proyeksi miring, merupakan jenis proyeksi peta yang garis karakteristiknya membentuk sudut lancip dengan sumbu pendek elipsoid.
6. Proyeksi transversal, merupakan jenis proyeksi peta yang garis karakteristiknya membentuk sudut 90 dengan sumbu pendek elipsoid.
C. Berdasarkan jenis unsur yang bebas dari distorsi , proyeksi peta
dapat pula dibagi atas beberapa jenis proyeksi. Dalam aplikasinya,
setiap jenis proyeksi peta mengakibatkan adanya perubahan pada
unsur-unsur tertentu akibat adanya distorsi, misalnya unsur luasnya
berubah, unsur panjang/jarak berubah, unsur sudut berubah

Misalnya : pada suatu segitiga, salah satu unsurnya dapat dipertahankan tidak
berubah, tetapi unsur yang lainnya akan berubah
Dengan demikian, berdasarkan jenis unsur yang bebas dari distorsi , Proy. Peta
dapat dibagi atas :
7. Proyeksi konform : merupakan jenis proyeksi peta yang mempertahankan
besarnya sudut, artinya sudut pada bidang elipsoid = sudut pada bidang datar
(bidang proyeksi)
8. Proyeksi equidistant : merupakan jenis proyeksi peta yang mempertahankan
panjang jarak, artinya panjang jarak pada bidang elipsoid = panjang jarak
pada bidang datar (bidang proyeksi)
9. Proyeksi Equivalent : merupakan jenis proyeksi peta yang mempertahankan
besarnya luas, artinya luas pada bidang elipsoid = luas pada bidang datar
(bidang proyeksi)
D. Berdasarkan gabungan sifat A, B, C, Proyeksi Peta dapat pula dibagi atas
beberapa jenis, seperti :
10. Proyeksi silinder normal conform, yaitu jenis proyeksi peta yang menggunakan bidang proyeksi silinder, kedudukan bidang proyeksi normal, dan sifat
distorsi conform.

11. Proyeksi kerucut normal conform, yaitu jenis proyeksi peta yang menggunakan bidang proyeksi kerucut, kedudukan bidang proyeksi normal, dan sifat
distorsi conform.
12. Proyeksi silinder transversal conform, yaitu jenis proyeksi peta yang menggunakan bidang proyeksi silinder, kedudukan bidang proyeksi transversal, dan
sifat distorsi conform.
13. Proyeksi azimuthal normal conform, yaitu jenis proyeksi peta yang menggunakan bidang proyeksi bidang datar, kedudukan bidang proyeksi normal, dan
sifat distorsi conform.
Di Indonesia, pernah digunakan beberapa jenis proyeksi peta, antara lain :
1. Proyeksi Polyeder, merupakan sistem proyeksi krucut normal conform, yang
bidang proyeksinya disinggungkan dengan elipsoidnya, sehingga terjadi satu
garis singgung yang disebut sebagai lingkaran paralel standard.
2. Proyeksi Mercator, merupakan proyeksi silinder normal conform, yang bidang
proyeksinya disinggungkan dengan elipsoid, sehingga terjadi satu garis singgung yang disebut sebagai lingkaran paralel standard.
3. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM), merupakan proyeksi silinder
transversal conform.

Proyeksi Polyeder :
- Termasuk sistem proyeksi krucut normal
conform
- Mempunyai satu lingkaran paralel standar

Proyeksi Mercator :
- Termasuk sistem proyeksi silinder normal
conform
- Mempunyai satu lingkaran paralel standar

Proyeksi UTM :
- Termasuk sistem proyeksi silinder transversal conform

Dari ketiga jenis proyeksi itu, hanya proyeksi


UTM yang digunakan sekarang di Ind.

UNIVERSAL TRANSVERSE MERCATOR (UTM)


a.
b.
c.
d.

Jenis proy. : silinder transversal conform


Kedudukan silinder : dipotongkan dgn
elipsoid, sehingga mempunyai dua garis
potong berupa garis lengkung
Hasil proyeksi :
Lingkaran paralel grs lengkung berarah
barat-timur menghadap utara dan selatan
Lingkaran ekuator grs lurus berarah
barat-timur
Lengkungan meridian grs lengkung meng
hadap ke grs proyeksi meridian tengah
Lengkungan meridian tengah grs lurus
berarah utara-selatan
lingk. paralel

ELIPSOID

lengkungan meridian

LEMBAR PETA UTM

lingk. ekuator

GRATICULE 3D

GRATICULE 2D

SISTEM KOORDINAT UTM


- Terbagi ke dalam beberapa wilayah koordinat tiap wilayah disebut zona
- Setiap zona dibatasi oleh 2 garis proyeksi lengkungan meridian yang berjarak 6
dan 2 garis proyeksi lingkaran paralel, yaitu lingk. par. 84 LU dan 80 LS
- Setiap zona diberi nomor urut 1 s/d 60 Indonesia terletak dari zona 46 (90
- 96 BT) sampai dengan zona 54 (138 - 144 BT)
- Setiap zona mempunyai salib sumbu koordinat sendiri-sendiri :
Sumbu Y : garis proyeksi lengk. meridian tengah setiap zona
Sumbu X : garis proyeksi lingkaran ekuator
Titik nol : garis potong sumbu Y dengan sumbu X
Tidak dikenal nilai negatif, karena titik nol sistem koordinat ini mempunyai
koordinat tertentu didefinisikan sistem salib sumbu semu (X*, Y*)
X* = 500.000 X , + untuk titik di sebelah timur meridian tengah,
- untuk titik di sebelah barat meridian tengah
Y* = 10.000.000 Y (bila titik berada di sebelah selatan ekuator)
=Y
(bila titik berada di sebelah utara ekuator)
Lihat lembar photocopy : - rumus transformasi koordinat geodetis ke UTM dan
sebaliknya
- pembagian zona UTM untuk Kepulauan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai