Modul Topografi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

PENGANTAR
Pemetaan

topografi dilakukan untuk menentukan posisi horizontal (x,y) dan

posisi vertikal (H) dari obyek-obyek di permukaan bumi yang meliputi unsurunsur alamiah seperti sungai, gunung, danau, padang rumput, rawa-rawa, dan
sebagainya serta unsur-unsur buatan manusia seperti rumah, sawah, jembatan,
jalur pipa, rel kereta api dan sebagainya. Adapun Ilmu Geodesi memiliki dua
maksud, yaitu :
Maksud ilmiah : Menentukan bentuk permukaan bumi.
Maksud praktis : Menentukan bayangan yang dinamakan peta dari
sebagian besar atau kecil bentuk permukaan bumi dengan skala
tertentu.
Kerangka Kontrol Peta.
Penentuan kerangka kontrol peta adalah salah satu tahapan yang
harus dilaksanakan dalam proses pembuatan peta topografi. Adapun
kerangka kontrol peta terbagi atas dua macam yaitu :
1. Kerangka kontrol horizontal.
2. Kerangka kontrol vertikal.
Kegiatan pengukuran kerangka kontrol peta ini adalah menentukan
posisi titik-titik di lapangan yang berfungsi sebagai titik ikat (titik kontrol)
dari posisi titik obyek (detail) yang lain.
1.1.

Kerangka Kontrol Horizontal


Selain penentuan kerangka kontrol horizontal, pembuatan peta
topografi, kerangka kontrol horizontal juga sangat penting. Pengukuran
kerangka kontrol horizontal biasanya dilakukan dengan metode :
a. Metode Triangulasi
b. Metode Trilaterasi
c. Metode Poligon
Dalam praktikum ini akan dijelaskan mengenai pengukuran kerangka
kontrol horizontal menggunakan metode poligon.

1.2.

Kerangka Kontrol vertikal.


Dalam melakukan pengukuran kerangka kontrol vertikal dapat
dilakukan dengan metode barometris, Trigonometris, dan metode
waterpass.
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

Pada praktikum ini akan dijelaskan mengenai penentuan kerangka kontrol


vertikal dengan menggunakan metode waterpass.
Waterpass (level/sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang
dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang
berdekatan yang ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong)
horizontal yang ditujukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan
pengukuran yang menggunakan alat ini disebut waterpassing atau
levelling. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan beda tinggi
suatu titik yang akan ditentukan ketinggian-ketinggiannya berdasarkan
suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem referensi yang
dipergunakan adalah tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level)
atau sistem referensi lain yang dipilih.

Selain penentuan kerangka kontrol horizontal, pembuatan peta topografi,


kerangka kontrol horizontal juga sangat penting. Pengukuran kerangka kontrol
horizontal biasanya dilakukan dengan metode :
d.

Metode Triangulasi

e.

Metode Trilaterasi

f.Metode Poligon
Dalam praktikum ini akan dijelaskan mengenai pengukuran kerangka kontrol
horizontal menggunakan metode poligon.
A.1. Pengertian poligon
Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak,
dan titik tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titiktitik itu dapat dihitung dengan data masukan yang merupakan hasil dari
pengukuran sudut dan jarak.
A.2 Macam-macam poligon.
Berdasarkan bentuk geometrisnya poligon dapat dibedakan menjadi
poligon terbuka dan poligon tertutup
A.2.1 Poligon terbuka
Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik
akhir tidak berhimpit atau tidak pada titik yang sama.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

Poligon Terbuka Terikat Sempurna


Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa titik yang
tetap.

U
S4

S2
2

S1

D23

D12

1
Dimana

D34

S3

Sn
BT

DnB

Poligon Terbuka Terikat Sempurna

: A, B, S, T : titik tetap
1, 2, 3,.n

: titik yang akan ditentukan koordinatnya

DA1,,DnB

: jarak sisi-sisi poligon

S1, S2,,Sn : sudut


A1, BT

: azimuth awal dan azimuth akhir

Persyaratan yang harus dipenuhi bagi poligon terbuka terikat sempurna :


1. S + F(S)

= (_akhir- _awal) + (n-1) x 1800.....(1-1)

2. d Sin + F(X)

= Xakhir Xawal(1-2)

3. d cos + F(Y)

= Yakhir - Y awal(1-3)

ket : S : jumlah sudut


d : jumlah jarak

: azimuth

F(S) : kesalahan sudut


F(X) : kesalahan koordinat X
F(Y) : kesalahan koordinat Y

A.2.2 Poligon Tertutup


poligon tertutup merupakan poligon dengan titik awal dan titik
akhir berada pada titik yang sama.
2

d12

d23

S2

d34

S3

S1

S4
Sn
n

d45

S5
dn5

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit


Poligon terutup

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

Ket :

1,2,3,

: titik kontrol poligon

D12,d23. : jarak pengukuran sisi poligon


S1,S2,S3, : sudut pada titik poligon
Persyaratan geometris yang harus dipenuhi bagi poligon tertutup :
1. S + F(S) = (n-2) x 1800(1-5)
2. d sin A+ F(X)

= 0.....(1-6)

3. d cos A + F(Y) = 0.....(1-7)


ket :

: jumlah sudut

d sin : jumlah X
d cos : jumlah Y
F(S)

: kesalahan sudut

F(X)

: kesalahan koordinat X

F(Y)

: kesalahan koordinat Y

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon :


1. Jarak, sudut, azimuth rata-rata dihitung dari data ukuran :
x

i 1

Xi
........................................(1 8)
n

dimana : X

: data ukuran rata-rata

Xi

: data ukuran ke-I

: jumlah pengukuran

2. Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi


S = S + F F(S) / n(1-9)
Dimana : S
S

: sudut terkoreksi
: sudut ukuran

A.2 PROSEDUR PENGUKURAN


Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
1. Orentasi lapangan dari daerah yang akan dipetakan dan memasang
patok-patok sebagai titik poligon pada tempat yang keras agar dapat
melakukan pengukuran poligon dengan baik, antara patok belakang
dengan patok muka harus saling kelihatan.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

2. Patok-patok tersebut diberi nomor urut sesuai urutan dan masing-masing


ujungnya dipasangkan paku payung.
3. Theodolit didirikan diatas titik (BM) atau titik poligon awal dan lakukan
centering optis terhadap paku payung kemudian diatur sesuai prosedur.
4. Bidikkan teropong theodolit secara kasar menggunakan visir pada titik
(P4) sebagai Backsight Theodolite dalam keadaan biasa, bidik tepat pada
ujung kepala paku payung jika patok yang dipasang tersebut dapat
terlihat oleh teropong. Jika paku payung tidak dapat dibidik secara
langsung, gunakan bantuan jalon yang didirikan diatas patok yang
diatasnya sudah ditancapkan paku payung kemudian bidik jalon tersebut.
5. Kunci penggerak limbus dan penggerak piringan horisontal serta
penggerak piringan vertikal kemudian tepatkan perpotongan benang
silang teropong pada paku payung dengan menggunakan penggerak
halus horisontal maupun penggerak vertikal.
6. Baca bacaan skala horisontal dan catat sebagai bacaan Biasa arah titik
P4.
7. Buka kunci penggerak piringan horisontal dan vertikal kemudian bidik
titik P2.
8. Baca bacaan skala piringan horisontal dan catat sebagai bacaan Biasa
arah titik P2.
9. Buka kunci penggerak horisontal dan vertikal kemudaian putar
Theodalite pada keadaan Luar Biasa . Kemudian bidik titi P4 dan P2
dan baca skala piringan horisontalnya.
10. Untuk titik poligon selanjutnya (P1-P4) sampai selesai, langkah
pengukurannya sama dengan langkah pengukuran seperti yang tersebut
diatas.
P1

S2

d23

d12

12
P2

S1

S3

B
M

d51

d34
P3

S4

S5

Laboratorium P4
Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

d45

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

Keterangan:
P1,P2, : titik poligon
S1,S2, : sudut dalam
12

: sudut azimuth matahari

d12,d23,

: jarak antar titik poligon

Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah


diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang
rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini bisa berupa ketinggian
muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal.
Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi
Geodesi (TTG). Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi sipat datar masih
merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian
kerangka dasar vertikal (K) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan
tinggi hasil pengukuran

sipat datar

. Pada Tabel 1 ditunjukkan

ketentuan

ketelitian sipat datar untuk pengadaan kerangka dasar vertikal. Untuk keperluan
pengikatan ketinggian, bila pada suatu wilayah tidak ditemukan TTG, maka bisa
menggunakan ketinggian titik triangulasi sebagai ikatan yang mendekati harga
ketinggian teliti terhadap MSL.
Tabel 1 Tingkat ketelitian pengukuran sipat datar.

Tingkat / Orde

3 mm

II

6 mm

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

III

8 mm

Dalam melakukan pengukuran kerangka kontrol vertikal dapat dilakukan


dengan metode barometris, Trigonometris, dan metode waterpass.
Pada praktikum ini akan dijelaskan mengenai penentuan kerangka kontrol
vertikal dengan menggunakan metode waterpass.
Waterpass (level/sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang
dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang berdekatan yang
ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditujukan ke
rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat
ini disebut waterpassing atau levelling. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka
penentuan beda tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggian-ketinggiannya
berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem referensi yang
dipergunakan adalah tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level) atau
sistem referensi lain yang dipilih.
PROSEDUR PENGUKURAN
Langkah kerja pelaksanaan pengukuran waterpass memanjang adalah
sebagai berikut :
1. Alat didirikan diantara titik 1 dan titik 2, usahakan tepat ditengah-tengah
kemudian atur sesuai prosedur.
2. Dirikan rambu di titik 1 dan titik 2
3. Bidik rambu ukur titik 1 dengan alat waterpass, tepatkan perpotongan
benang silang teropong pada bacaan rambu kemudian baca bacaan benang
atas, benang tengah dan benang bawah dan catat sebagai bacaan rambu
belakang titik 1. Lakukan kontrol bacaan benang dengan menggunakan
rumus :
4.

bt

ba bb
2

Bidik rambu ukur titik 2 dengan alat waterpass, tepatkan perpotongan


benang silang teropong pada bacaan rambu kemudian baca bacaan benang
atas, benang tengah dan benang bawah dan catat sebagai bacaan rambu

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

muka titik 2. Lakukan kontrol bacaan benang dengan menggunakan rumus :


bt

ba bb
2

5. Pindahkan alat pada posisi antara titik 2 dan titik 3 dan lakukan langkah
pekerjaan seperti yang telah dijelaskan diatas sampai selesai.

P1

B
P2

Pergi
Pulang

P3

BM

D
P4

Yang dimaksud dengan detail atau titik detail adalah semua benda-benda di
lapangan yang merupakan kelengkapan daripada sebagian permukaan bumi. Jadi,
disini tidak hanya dimaksudkan pada benda-benda buatan seperti bangunanbangunan, jalan-jalan dengan segala perlengkapan dan lain sebagainya.

Jadi,

penggambaran kembali sebagian permukaan bumi dengan segala perlengkapan


termasuk tujuan dari pengukuran detail, yang akhirnya berwujud suatu peta.
Berhubung dengan bermacam-macam tujuan dalam pemakaian peta, maka
pengukuran detailpun menjadi selektif, artinya hanya detail-detail tertentu yang
diukur guna keperluan suatu macam peta.
Pada metode ini pengambilan titik detail dengan menaruh alat ukur di
sembarang titik dan untuk pembacaan backsight/forsight dapat di bidikkan pada
titik tetap, yaitu titik tetap tersebut merupakan hasil transfer dari titik benchmark
(BM) terdekat dan dari titik tersebut alat membidik sebanyak mungkin titiktitik/kisi-kisi yang ada.
z
Ti

bt
Dm
h

D
h
Laboratorium
Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit
d

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

Keterangan gambar:
Dm
Dd
z
h

= Jarak miring
= Jarak datar bt
= Sudut zenit h
= Sudut heling

h
Ha+1
Dm
Dd
p
h

= (Ti bt) + Dd ctg Z


= Hawal + H(awal-n)
= (ba bb).k. Sin z
= Dm . sin z
= Dd . Cotg z
= p + Ti bt

Ti
= Tinggi Instrument
= Benang tengah
= Beda tinggi

PROSEDUR PENGUKURAN
Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
1. Theodolit dirikan di titik 1 dan lakukan prosedur centering optis terhadap
paku payung sesuai dengan prosedur.
2. Ukur tinggi alat dan tinggi patok dengan roll meter dan catat dalam formulir.
3. Back sight ke titik poligon terdekat ( titik 2 ) dan piringan skala horisontal
ditepatkan pada bacaan 0 0 0 0 , kemudian kunci penggerak horisontal dan
penggerak limbus.
4. Gambar sket dari titik-titik yang berada disekitar titik 1 yang akan diukur
dan diberi nomor urut untuk memudahkan pencatatannya.
5. Dirikan rambu ukur pada titik detail yang akan diukur sesuai dengan gambar
sketnya dengan dilengkapi nivo rambu.
6. Buka kunci penggerak horizontal, bidik rambu pada titik detail tersebut,
kemudian baca bacaan benang atas, benang tengah dan benang bawah dan
skala piringan horizontal dan skala piringan vertikal kemudian catat pada
formulir ukur.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

7. Pindahkan rambu ukur pada titik detail berikutnya sesuai dengan gambar
dan lakukan pengukuran seperti langkah no.5 sehingga didapatkan titik
detail disekitar titik poligon 1 terukur semua.
8. Pindahkan theodolit pada titik poligon 2 kemudian lakukan centering optis
terhadap paku payung dan atur sesuai prosedur.
9. Ukur kembali tinggi alat dan tinggi patok dengan roll meter dan catat dalam
formulir.
10.Lakukan langkah-langkah pengukuran seperti langkah pengukuran no.3
sampai no.9, sehingga titik detail terukur semua.
d
a

DB-a

Sc
Sb

DB-b
DB-c

Sa

P1

P3
FORSIGHT

P2
BACKSIGHT

Keterangan :
a, b, c = posisi titik detail
P1, P2, .= posisi titik poligon
= posisi alat
Sa
= Sudut yang dibentuk ke titik a
Sb
= Sudut yang dibentuk ke titik b
Sc
= Sudut yang dibentuk ke titik c
Titik P2
= sebagai back sight

Azimuth adalah suatu

sudut yang dibentuk meridian yang melalui

pengamat dan garis hubung pengamat sasaran, diukur searah jarumjam positif dari
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

arah utara meredian.Ada dua cara yang sering digunakan untuk menentukan
azimuth, yaitu :
a. Penentuan azimuth magnetis dilakukan dengan menggunakan kompas
b. Penentuan azimuth astronomis dilakukan dengan alat yang dinamakan
geotheodolite.
Untuk menentukan azimuth astronomis dengan pengamatan matahari
dapat dilakukan dengan metode tinggi matahari dan metode sudut waktu.
Dibawah ini akan diuraikan penentuan azimuth garis dengan pengamatan
matahari metode tinggi matahari., dengan cara menadah bayangan

matahari

menggunakan kuadran sehingga didapatkan bayangan matahari yang jelas.


U
Matahari
Ket :

mth 12
s. hor
2
1
Gambar pengamatan matahari

hor
mth
1, 2

: utara
: azimuth
: horisontal
: matahari
: no. titik kontrol

PROSEDUR PENGUKURAN
Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
1. Dirikan Theodolit disalah satu titik poligon ( titik 1 ), dan lakukan centering
optis terhadap paku payung kemudian atur theodolit sesuai prosedur.
2. Bidikkan teropong pada titik yang lain ( titik 2 ), bidik tepat pada paku
payung. Jika paku payung tidak dapat dibidik secara langsung, gunakan
bantuan jalon yang didirikan diatas patok kemudian bidik jalon tersebut.
3. Kunci penggerak limbus dan penggerak horisontal serta penggerak vertikal
kemudian tepatkan perpotongan benang silang teropong pada paku payung
dengan menggunakan penggerak halus horisontal maupun penggerak
vertikal dan catat sebagai bacaan Biasa .
4. Buka pengunci penggerak horisontal dan vertikal, bidik matahari dengan
menggunakkan visir. ( jangan sekali-kali membidik matahari langsung

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

dengan menggunakan mata karena bisa mengakibatkan kerusakan pada


mata).
5. Pasang tadah kertas putih dibelakang lensa okuler untuk melihat posisi
bayangan matahari terhadap perpotongan benang silang teropong.
6. Tepatkan bayangan matahari pada kuadran I pada perpotongan benang
silang teropong .
7. Jika bayangan matahari sudah berhimpit dengan perpotongan benang silang
pada kuadran I, baca detik, menit dan jam dan piringan horisontal dan
vertikal dan baca sebagai bacaan Biasa.
8. Buka kunci penggerak horisontal dan vertikal, putar theodolit pada
kedudukan luar biasa dan ulang langkah pengukuran no.2-7 untuk
mendapatkan bacaan Luar Biasa pada posisi bayangan matahari di
kuadran I.
9. Untuk pengukuran selanjutnya bayangan matahari berada di kuadran III,
Kemudian di kuadran II dan terakhir di kuadran IV. Lakukan
pengamatannya dengan mengikuti langkah pekerjaan seperti yang
dijelaskan diatas.
U

= sudut titik 2 ke M
1

AM = Azimuth matahari

Backsight
1-2 = Azimuth titik 1 ke 2

Bayangan matahari di kuadran I :

Bayangan matahari di kuadran II :

Bayangan matahari di kuadran III :

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

Bayangan matahari di kuadran IV :

E.1 PROSEDUR PERHITUNGAN KKV


Untuk perhitungan beda tinggi tiap-tiap titik poligon menggunakan rumus
sebagai berikut :

h12 = btB - btM

H =

B- M

Keterangan :
h12 = beda tinggi antara dua titik ( titik 1 ke titik 2 )
btB = bacaan benang tengah rambu belakang
btM = bacaan benang rambu muka
Pada jaringan tertutup, jumlah beda tingginya harus sama dengan nol (0)
atau mendekati nol (0), karena pengukuran kembali ketitik semula.

H = 0 fh
Sedangkan pada jaringan terbuka terikat pada kedua ujung jumlah beda
tingginya harus sama dengan selisih kedua ketinggian titik ikat.

H = HB - HA
Tetapi pada bentuk jaringan terbuka lepas jumlah beda adalah rata-rata
pengukuran pergi dan pulang
Toleransi kesalahan dari pengukuran waterpass

yang diperbolehkan

adalah 8mmd. Untuk jaringan terbuka lepas toleransi dihihitung berdasarkan


selisih H pergi dan H pulang
E.2 PROSEDUR PERHITUNGAN KKH (POLIGON)
2.1 Perhitungan Jarak
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

Dalam pengukuran kerangka kontrol horisontal, jarak yang diambil dengan


jarak langsung yaitu dengan menggunakan roll meter.
Dari pengukuran jarak langsung diperoleh jarak
No.

Bacaan Jarak

Jarak Rata-rata

Pergi (m)

Pulang (m)

BM P1

50.498

50.502

50.502

P1 P2

82.708

82.690

82.690

P2 P3

68.940

68.934

68.934

P3 P4

56.202

56.206

56.206

P4 BM

52.600

52.608

52.604
d= 310.944

Koreksi terhadap sudut dalam horisontal :


+ f = ( n 2 ) x 180 o
= ( 5 - 2 ) x 180 o
Sedangkan jumlah sudut horisontal adalah 539

59 32,5 , jadi besar

kesalahan sudut horizontal :


f = 540 o 539 o 59 32.5
f = 00 o 00 27.5
Maka besar koreksi untuk setiap sudutnya adalah :
Koreksi 1 : f1 = d/d x f = (50.500/310.944) 27.5= 4.5
Dalam bentuk tabel :
Titik Poligon

Sudut Dalam

Koreksi

Sudut Dalam
Terkoreksi

BM (1)

104 0450

4.5

1040454.5

P1 (2)

103 5540

7.3

103 5547.3

P2 (3)

96 177.5

6.1

96 1713.6

P3 (4)

89 0032.5

5.0

89 0037.5

P4 (5)

146 4122.5

4.7

146 4127.2

=5395932.5

f = 27.5

s d 540 0000

2.4 Perhitungan Harga Absis (X) dan Ordinat (Y)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung absis dan


ordinat adalah:
X = jarak sin
Syarat absis
Diketahui X = 0.004
X + fx = 0
fx = - 0.004
fx1 = d/d x fx
= - 0.001
X1 = 50.500 x sin 143256.9 + fx1
= 12.685 meter
Y = jarak x cos
Syarat ordinat
Diketahui Y = 0.008
Y + fy = 0
fy = - 0.008
fy1 = d/d x fy
= -0.001
Y1 = 50.500 x cos 143256.9 + fy1
= 48.880 meter
2.5 Perhitungan Koordinat Titik Poligon
Diketahui koordinat awal titik poligon ( BM ) adalah :
Xawal = 680180.963
Yawal = 9124444.189
Maka koordinat pada titik poligon dapat diketahui dengan rumus :
X2 = X awal + X
Y2 = Y awal + Y
Perhitungan koordinat untuk tiap poligon adalah :
X2 = 680180.963 + 12.685
= 680193. 648
Y2 = 9124444.189 + 48.880
= 9124493.068
Data koordinat yang didapat dari perhitungan :
Titik

Koordinat X

Koordinat Y

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI


P1

680193. 648

9124493.068

P2

680120. 955

9124532.500

P3

680081.645

9124475.868

P4

680128.361

9124444.619

2.6 Ketelitian Linier Poligon


Perhitungan ketelitian linier poligon menggunakan rumus sebagai berikut :
KL

CD
D

Dimana CD

f X f Y

Sehingga CD

(0,004) 2 ( 0.008) 2

= 0.004064
0,004064
KL
310.944

= 1 : 2005.634
Jadi ketelitian linier poligon adalah 1 : 2005
E.3 PROSEDUR PERHITUNGAN AZIMUTH MATAHARI
Langkah perhitungan azimuth matahari :
Dengan menggunakan data contoh hasil pengukuran sebagai berikut :
Data Sudut Vertikal (Biasa)
Data Sudut Vertikal (Luarbiasa)
Data Sudut Horizontal
Data Waktu Verikal (Biasa)

: 64 31 30
: 296 20 48
: 21o 32 30
: Jam 07 menit 31 detik 33.41

Tinggi matahari (hu)


Biasa (hu) = 90 0000 - bacaan vertikal
= 90 0000 - 64 31 30
= 25 28 30
Luar biasa (hu) = bacaan vertikal 270 00 00
= 296 20 48-270
= 26 20 48
Koreksi refraksi (r)
= -58 . ctg hu
= -58 . ctg 28 28 30

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

= -00 02 1.7
Koreksi paralaks (p)= 8,8 . Cos hu
= 8,8 . Cos 28 28 30
= 00 00 7.9
Koreksi d
Harga rata-rata = - 00 16 48
Tinggi pusat matahari (h)
h = hu + r + p + d
= 25 28 30+ (-00 02 1.7) + 00 00 7.9-00 16 48
= 25 9 48.2
Lintang pengamatan ( )
Pada peta pengamatan topografi untuk daerah yang bersangkutan, Lintang
pengamatan ( ) = -07553.7 LS
Deklinasi ( )
Dari tabel deklinasi matahari pada pukul 07.00 di peroleh 153357 dan
perubahan yang terjadi setiap jam adalah -00 43.9 dan pengamatan
matahari dilakukan pada pukul 07:31:33.41, maka :
Selisih waktu pengamatan dengan jam 07:00 = 07jam 31 menit 33.41 detik
= 07jam 00 menit 00 detik _
= 00jam 31 menit 33.41 detik
= 00.526 jam
Sehingga perbedaan deklinasi ( )
= 0.526 -000043.9
= -00 00 23.09
Sehingga deklinasi () pada jam 07:31:33 = -000023.09 + 153357
= 15 33 33.9
Azimuth pusat matahari
Sin (sin . sinh)
Cos.Cosh
Cos A =
Sin - 04 51 ' 41.7 ( Sin 0758'00' 'Sin 25 09' 48.2" )
Cos 0758'00' 'Cos 25 09 48.2"
=
A
= 68 37 12.2
Koreksi d . sec h
1
= Koreksi d . cosh
1
= - 00 16 48. cos 25 09 ' 48.2
= 00 18 33.7
Koreksi d sec h yang didapat sebesar 00 18 33.7

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

AP

= Azimuth titik acuan


= A - + Koreksi d . sech
= 68 37 12.2+ 213230+ 00 18 33.7
= 902815.9

Azimuth matahari rata-rata dari 4 pengamatan dikuadran 1 dan III


= Ap / 4
= ( 902815.9+902229.9+902324.1+902226.7)/4
= 90249.15
E.4 PROSEDUR PERHITUNGAN DETAIL
Hasil pengukuran titik-titik detail yang diperoleh di lapangan dibagi
menjadi :
Penghitungan data hasil pengukuran :
Dm = ( ba bb ) . 100 . Sin
= ( 1350-0745 ) . 100 . Sin 89 32 36
= 60.498 m
Dd= Dm . Sin
= 60.498 x Sin 89 32 36
= 60.494 m
h= ( Ti bt ) + Dd . Cotg
1
o
= ( 1190- 1047 ) + 60.494 x tg 89 32'36"
= 0.147m
H = Hawal h1
= 100.000 + 0.147

= 100.147 m

E.5 PROSEDUR PENGGAMBARAN


Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki
ketinggian yang sama. Penggambaran garis kontur ini dilakukan dengan cara
interpolasi linier dengan formasi segi tiga dan dalam pengambaran garis kontur
harus memperhatikan sifat-sifatnya. Adapun sifat-sifat garis kontur adalah sebagai
berikut :
1.

Awal garis kontur akan selalu bertemu kembali dengan akhir garis kontur
tersebut.

2.

Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.

3.

Garis kontur makin rapat menunjukkan wilayah yang makin terjal.

4.

Garis kontur makin renggang menunjukkan wilayah yang semakin


datar. .

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

5.

Sebuah garis kontur tidak pernah digambarkan pada permukaan air,


tetapi garis tersebut harus melawati dasar permukaan air tersebut.

Dalam pengambaran garis-garis kontur hal-hal yang juga harus diperhatikan


adalah interval konturnya dengan tidak mengabaikan segi artistiknya.Tentang
ketinggian suatu tempat, maka dibuat kontur indeks dengan garis yang lebih tebal
dari kontur biasa
Rumus interval garis kontur =

skalapeta
2000

Dengan interval kontur 0,5 dengan rumus :


H (tinggi ) H ( kontur )
x
=
H (tertinggi ) H ( rendah )
dAB

Sifat garis kontur pada suatu medan :


1. Sungai
100

99

2. Bentuk kontur gunung / bukit

98

3. Bentuk kontur danau

4. Bentuk kontur jalan

98,5

99

99,5

105.0
0

101.5
0

104.0 104.5
103.
0
0
50

Kontur
103.00
indeks
102.5
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit
0
102.00
Kontur
indeks
Gbr. Pengambaran Garis

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

Setelah tahap perhitungan selesai, tahap selanjutnya adalah tahap


penggambaran. Penggambaran detail ini dapat dilakukan dengan bantuan
penggaris, jangka dan busur derajat. Untuk penggambaran peta situasi haruslah
ditentukan besaran skala yang akan dipakai.
Adapun tahap penggambaran situasi adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama:
Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
Mempersiapkan data yang telah diolah untuk diplot atas kertas milimeter.
Ukuran kertas gambar adalah A0 dengan ukuran 100 x 100 cm, atau A1
ukuran 80 x 60 cm tergantung skala peta yang akan dibuat
Jarak antara kertas gambar dengan garis batas peta adalah 2 cm dengan rapido
ukuran 0,5
2. Tahap kedua:
Plot titik-titik kerangka dasar horisontal berdasarkan koordinat hasil
perhitungan poligon.
Pengeplotan titik-titik detail dari hasil pengukuran situasi dengan busur 360
dan penggaris skala
Pada titik-titik detail tersebut langsung ditulis elevasinya.dimana titik detail
dilapangan ditepatkan persis posisinya dengan koma pada elevasi.
Penuliasan elevsi adalah 3 angka dibelakang koma
3. Tahap ketiga:
Penarikan garis kontur dengan cara interpolasi menggunakan teknik
triangulasi.
Tarik garis kontur dengan interval 1 m terlebih dahulu, kemudian baru ditarik
0,5m, 0,25 dan seterusnya
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

MODUL PRAKTIKUM SURVEI TOPOGRAFI

Pada setiap garis kontur dicantumkan ketinggiannya.


4. Tahap keempat:
Setelah tahap-tahap diatas selesai kemudian dipindahkan atau diplot diatas
kertas kalkir dengan mamakai rapido.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geodesi Satelit

Anda mungkin juga menyukai