KMK No. 1087 Tahun 2010 TTG Pedoman Manajerial K3 Di Rumah Sakit B164Fd01
KMK No. 1087 Tahun 2010 TTG Pedoman Manajerial K3 Di Rumah Sakit B164Fd01
KMK No. 1087 Tahun 2010 TTG Pedoman Manajerial K3 Di Rumah Sakit B164Fd01
Kepmenaker No. 432 tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit
: a.
b.
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu
: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN
MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI
RUMAH SAKIT.
Kedua
: Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit sebagaimana terlampir dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga
: Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua merupakan
acuan bagi pengelola maupun karyawan Rumah Sakit dalam
melakukan upaya kesehatan dan keselamatan kerja;
Keempat
: Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Pedoman sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Kedua dilaksanakan oleh Menteri
Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota,
dengan melibatkan organisasi profesi dan masyarakat.
Kelima
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 10 April 2007
MENTERI KESEHATAN,
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor :432/Menkes/SK/IV/2007
Tanggal : 10 April 2007
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal
di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria
tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di
RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah
seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia
yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi.
Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan
bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di
lingkungan RS.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus
yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah
kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains,
strains : 52%; contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures:
10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches,
abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US
Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi
pada perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia,
diantara 813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS,
insiden cedera musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung
menghabiskan biaya kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS
II.
A. Pengertian
Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di
semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja
yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas
merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
kepada pekerjaan atau jabatannya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Manajemen K3 RS
Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk
membudayakan K3 di RS .
B. Upaya K3 di RS
Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan
dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen K3 yaitu
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.
Yang dimaksud dengan :
1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja
dalam waktu tertentu.
2. Beban Kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara
fisik maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi
tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung
secara fisik atau non fisik.
3. Lingkungan Kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi
faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi
pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
C. Bahaya Potensial di RS
Bahaya Potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja. Yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur);
faktor kimia (antiseptik, gas anestasi) ; faktor ergonomi (cara kerja yang
salah); faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor
psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama karyawan/atasan).
Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya adalah
mikrobiologik, desain/fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen,
radiasi dan risiko hukum/keamanan.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS, umumnya berkaitan dengan faktor
biologik (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia
(pemaparan dalam dosis kecil namun gterus menerus seperti antiseptik
pada kulit, gas anestasi pada hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara
mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada
sistem pemroduksi darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah,
penerimaan pasien, gawat darurat dan bangsal penyakit jiwa).
D. Respon Kegawatdaruratan di RS
Kegawatdaruratan dapat terjadi di RS. Kegawatdaruratan merupakan suatu
kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka serius bagi pekerja,
pengunjung ataupun masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha,
mengganggu operasi, menyebabkan kerusakan fisik lingkungan ataupun
mengancam finansial dan citra RS.
RS mutlak memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai bagian dari
Manajemen K3 RS.
III.
B. Perencanaan
RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur. Perencanaan K3 di RS dapat mengacu pada standar Sistem
Manajemen K3RS diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan SMK3.
Perencanaan meliputi:
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko. RS
harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta
pengendalian faktor risiko.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
Sumber bahaya yang ada di RS harus diidentifikasi dan dinilai untuk
menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan PAK.
Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di RS meliputi :
No
1
Bahaya
Potensial
FISIK :
Bising
Getaran
Debu
Lokasi
IPS-RS, laundri, dapur,
CSSD, gedung gensetboiler, IPAL
ruang mesin-mesin dan
perlatan yang
menghasilkan getaran
(ruang gigi dll)
genset, bengkel kerja,
laboratorium gigi, gudang
rekam medis, incinerator
Panas
Radiasi
X-Ray, OK yang
menggunakan c-arm, ruang
fisioterapi, unit gigi
KIMIA :
disinfektan
Semua area
Petugas kebersihan,
perawat
No
Bahaya
Potensial
Cytotoxics
Ethylene oxide
Farmasi, tempat
pembuangan limbah,
bangsal
Kamar operasi
Formaldehyde
Laboratorium, kamar
mayat, gudang farmasi
Methyl :
Methacrylate,
Hg (amalgam)
Solvents
Laboratorium, bengkel
kerja, semua area di RS
Gas-gas
anaestesi
BIOLOGIK :
Dokter , dokter gigi,
perawat, petugas
laboratorium, petugas
sanitasi dan laundry
Perawat, dokter yang
bekerja di bagian Ibu dan
anak
AIDS, Hepatitis
B dan Non ANon B
Cytomegalovirus
Rubella
Tuberculosis
Bangsal, laboratorium,
ruang isolasi
Perawat, petugas
laboratorium, fisioterapis
Semua area
Semua karyawan
Semua area
ERGONOMIK
Pekerjaan yang
dilakukan
secara manual
Postur yang
salah dalam
melakukan
pekerjaan
Pekerjaan yang
berulang
Lokasi
PSIKOSOSIAL
No
2.
3.
4.
5.
Bahaya
Lokasi
Potensial
Sering kontak
dengan pasien,
kerja bergilir,
Semua area
kerja berlebih,
ancaman secara
fisik
10
Semua karyawan
C. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing
serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus
ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung
jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta
penegakkan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana K3 RS secara
spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua
tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab
timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan
[email protected]
11
12
3. Mekanisme kerja
Ketua
organisasi/unit
pelaksana
K3
RS
memimpin
dan
mengkoordinasikan kegiatan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 RS memimpin dan
mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan
keputusan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
Anggota organisasi/unit pelaksana K3 RS mengikuti rapat organisasi/unit
pelaksana K3 RS dan melakukan pembahasan atas persoalan yang
diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
organisasi/unit pelaksana K3 RS.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi/unit
pelaksana K3 RS mengumpulkan data dan informasi mengenai
pelaksanaan K3 di RS. Sumber data antara lain dari bagian personalia
meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan,
catatan lama sakit dan perawatan RS, khususnya yang berkaitan dengan
akibat kecelakaan. Dan sumber yang lain bisa dari tempat pengobatan
RS sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tindakan medik karena
kecelakaan, rujukan ke RS bila perlu pengobatan lanjutan dan lama
perawatan dan lama berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data
kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.
Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan
lingkungan kerja RS, terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya
potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya maupun tindakan
berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3
dan analisisnya.
Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3 RS,
untuk menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan
korektif maupun tindakan preventif. Hasil rumusan disampaikan dalam
bentuk rekomendasi kepada direktur RS. Rekomendasi berisi saran
tindak lanjut dari organisasi/satuan pelaksana K3 RS serta alternatifalternatif pilihan serta perkiraan hasil/konsekuensi setiap pilihan.
Organisasi/unit pelaksana K3 RS membantu melakukan upaya promosi
di lingkungan RS baik pada petugas, pasien maupun pengunjung, yaitu
mengenai segala upaya pencegahan KAK dan PAK di RS. Juga bisa
diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau unit kerja yang ada di
lingkungan kerja RS, dan yang terbaik atau terbagus pelaksanaan dan
penerapan K3 nya mendapat reward dari direktur RS.
13
D. Langkah-Langkah Penyelenggaraan
Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di RS, maka perlu langkahlangkah penerapannya yaitu :
Kebijakan K3
Peningkatan
Berkelanjutan
Tinjauan Ulang
Perencanaan
Pengendalian
Pelaksanaan
1. Tahap persiapan
a. Menyatakan komitmen.
Komitmen harus dimulai dari direktur utama/direktur RS (manajemen
puncak). Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya
dalam kata-kata, tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat
diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan
petugas RS.
b. Menetapkan cara penerapan K3 di RS.
Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa meggunakan jasa
konsultan jika RS memiliki personil yang cukup mampu untuk
mengorganisasikan dan mengarahkan orang.
c. Pembentukan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
d. Membentuk kelompok kerja penerapan K3.
Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari
setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab
dan tugas anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan
mengenai kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan
dengan kebutuhan RS.
e. Menetapkan sumber daya yang diperlukan.
Sumber daya disini mencakup orang (mempunyai tenaga K3),
sarana, waktu dan dana.
14
2. Tahap Pelaksanaan
Penyuluhan K3 ke semua petugas RS
a. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan
kelompok di dalam organisasi RS. Fungsinya memproses individu
dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah
ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan.
b. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku
diantaranya :
- Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus)
- Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja
- Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan
darurat
- Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi
kesehatan
- Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
- Menciptakan lingkungan kerja yang hIgienis secara teratur,
melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
- Melaksanakan biological monitoring
- Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja
3. Tahap pemantauan dan Evaluasi
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di RS adalah salah satu
fungsi manajemen K3 RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk
mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 RS itu
berjalan, dan mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari
suatu kegiatan K3 RS dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi meliputi :
a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan
RS (SPRS);
- Pencatatan dan pelaporan K3
- Pencatatan semua kegiatan K3
- Pencatatan dan pelaporan KAK
- Pencatatan dan pelaporan PAK
b. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3
secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di RS
dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas K3 RS sehingga
kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain
adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan
terhadap pekerja berisiko seperti biological monitoring (Pemantauan
secara Biologis).
c. Melaksanakan audit K3
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan
pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan,
kebijakan dan prosedur, pengembangan karyawan dan program
pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan Audit K3 :
15
MENTERI KESEHATAN,
16
Lampiran
Daftar Buku Penunjang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit
No.
Judul Buku
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pemeliharaan Cardiotocograph
9.
10.
11.
Manajemen Linen di RS
12.
13.
Katalog
601.28 Ind p; Direktorat Instalasi
Medik Ditjen Yanmed Depkes RI,
1999
Dit Instalasi Medik Ditjen Yanmed
Depkes RI, 1992
725.23 Ind p; Dit Instalasi Medik
Ditjen Yanmed Depkes RI, 1995
617.2 Ind p; Ditjen Yanmedik
Depkes RI, 2002
362.177 Ind p; Direktorat Instalasi
Medik Ditjen Yanmed Depkes RI,
1997
362.177 Ind p; Direktorat Instalasi
Medik Ditjen Yanmed Depkes RI,
1995
615.842 2 Ind P; Direktorat Instalasi
Medik Ditjen Yanmed Depkes RI,
2002
618.4 Ind p; Direktorat Instalasi
Medik Ditjen Yanmed Depkes RI,
2000
617.1 Ind p; Direktorat Sarana dan
Peralatan Medik Dit Yanmed
Depkes RI, 2002
616.075 43 Ind P; Dit. Sarana dan
Peralatan Medik Ditjen Yanmed,
2002
Ditjen Yanmed Depkes RI, 2004
350.841 Ind S; Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Depkes RI, 2004
619.980 21 Ind p; Ditjen Yanmed
Depkes RI, 2006