BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ketepeng Cina (Cassia alata L.)
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi
: Spermatopytha
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub kelas
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Cassia
Spesies
b. Nama daerah
Bulinggang, ketepeng badak, ketepeng kebo, acon-aconan,
sajamara, kupang-kupang (Maluku) dan tabonkun (Santosa, 2005).
c. Morfologi tumbuhan daun ketepeng cina
ketepeng cina merupakan tanaman perdu yang besar dan
tumbuhnya tegak dengan tinggi mencapai 5 meter. Bagian tanaman
ketepeng cina terdiri dari yaitu :
1) Daun, daun ketepeng tidak berbau dan rasanya kelat. Daun
tersususn sebagai daun majemuk berganda dan anak daun yang
berbentuk bulat telur terbalik dan tumpul dengan jumlah 8-24
pasang. Helai daun hampir tidak berambut dengan tepi daun
berwarna merah kecoklatan. Ukuran daun dengan panjang 3,5 cm
sampai 15 cm, lebar 2,5 cm sampai 9 cm.
2)
e. Kegunaan
Secara tradisional daun ketepeng cina digunakan untuk obat kudis
(sebagai obat luar) dan obat malaria (oral). Berdasarkan aktivitas
biologi yang telah diteliti kulit daunnya dapat menghilangkan rasa gatal
di kulit serta anti parasit pada kulit seperti kudis, panu, kurap dan
eksema. Masyarakat menggunakan daun ketepeng cina dengan cara
daun ketepeng cina dihaluskan atau dilumatkan lalu digosokkan kuat
pada kulit yang terinfeksi (Santosa, 2005).
Tanin
Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari
10
11
c. Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia (kosmopolit) terutama di
daerah beriklim panas. Di Indonesia penyakit panu merupakan mikosis
superfisial yang frekuensi tinggi. Penularan panu akan terjadi bila ada
kontak dengan jamur penyebab. Oleh karena itu, faktor kebersihan
pribadi sangat penting tetapi pada kenyataannya ada orang yang mudah
terkena infeksi jamur dan ada yang tidak karena penyakit ini juga dapat
disebabkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen (Gandahusada,
2000). Faktor endogen disebabkan oleh defisiensi imun, sedangkan
eksogen dapat karen fakrot suhu, kelembaban dara, dan keringat
(Djuanda, 2002).
d. Pencegahan penyakit panu
Sebelum diagnosis ditetapkan dipertimbangkan beberapa hal untuk
melakukan tindak lanjut dalam mekanisme pencegahan yaitu :
1) Mencegah faktor endogen yaitu defisiensi imun
2) Mencegah faktor eksogen seperti perubahan cuaca dan kelembaban
3) Menghindari pemakaian pakaian bersamaan
4) Menjaga kebersihan lingkungan
5) Mematuhi penggunaan obat antijamur yang pada umumnya lebih
dari 1 minggu
6) Menentukan penggunaan obat sintetis dengan mempertimbangkan
efektivitas dan keamanan obat tersebut.
12
sehingga
jamur
hidup
sebagai
parasit.
Jamur
13
oleh
golongan
dermatofita
atau
disebut
dermatifitosis
(Gandahusada,2000).
Jamur dapat menimbulkan suatu penyakit jika dapat melawan
pertahanan tubuh manusia atau hospes. Pada waktu menginvasi penderita,
jamur harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan mukosa serta
menembus jaringan penjamu. Jamur harus mampu bertahan di dalam
lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan suhu serta keadaan
biokimia penjamu untuk dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi
jaringan atau radang. Dari berbagai kemampuan tersebut, kemampuan
jamur untuk menyesuaikan diri di dalam lingkungan hospes dan
kemampuan mengatasi pertahanan seluler, merupakan dua mekanisme
terpenting dalam patogenesis penyakit jamur.
Pada kulit penderita, jamur tampak sebagai kelompok kecil. Sel ragi
berbentuk lonjong uniseluler atau bulat bertunas (4-8m) dan hifa pendek,
berseptum yang kadang bercabang (diameter 2,4-4m dan panjangnya
bervariasi). Sedangkan pada biakan jamur Malassezia furfur membentuk
kolon khamir, kering dan berwarna putih sampai krem.
14
: Fungi
Divisi
: Basidiomycota
Kelas
: Hynenomycetes
Ordo
: Tremellales
Familia
: Filobasidiaceae
Genus
: Malassezia
Spesies
Malassezia
furfur
bersifat
lipofilik
dimorfik
yang
15
sebagai sel ragi (saprofit) dan berubah menjadi patogen setelah ragi
menjadi miselium sehingga menyebabkan timbulnya lesi.
Lesi dimulai dengan bercak kulit tipis yang kemudian menjadi
banyak dan menyebar, disertai adanya sisik. Kelainan kulit pada
penderita panu tampak jelas, pada orang kulit berwarna panu ini
merupakan bercak dengan hipopigmentasi sedangkan pada orang
berkulit putih merupakan hiperpigmentasi. Dengan demikian warna
kelainan kulit ini dapat bermacam-macam (versikolor). Kelainan kulit
tersebut terutama pada bagian tubuh bagian atas (leher, muka, lengan,
dada, perut, dan lain-lain) berupa bercak yang bulat-bulat kecil
(nummular) atau bahkan melebar menjadi plakat pada penderita panu
yang sudah menahun. Penyakit ini menimbulkan keluhan berupa rasa
gatal bila berkeringat. Bila kulit panu disinari dengan sinar ultra violet
maka tampak fluorosensi hijau kebiru-biruan. Reaksi ini disebut Woods
light positive (Danukusumo, 1980).
4. Antimikotika
Antimikotika adalah obat-obat yang berdaya menghentikan
pertumbuhan atau mematikan jamur yang menghinggapi manusia (Tan,
2010).
Beberapa macam penyakit kulit seperti panu, kudis, eksema,
koreng dan sebagainya diobati dengan bahan-bahan yang bersifat
antiseptika, melindungi kulit yang luka, menghaluskan kulit, dan
mengurangi rasa gatal. Obat-obat tersebut dipakai sebagai obat
kompres, pasta, salep, krim, lotio maupun liniment (Widjajanti,1998).
16
griseofulvin
dan
senyawa
polyen
(amfoterisin B, nistatin).
b. Derivat-imidazol :
mikonazol,
ketokonazol,
klotrimazol,
d. Asam organis
asam
salisilat,
asam
benzoat,
asam
17
18
a.
Maserasi
Masukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan
derajat halus yang cocok kedalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian
cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil
sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya
hingga diperoleh 100 bagian.Suling atau uapkan maserat pada tekanan
rendah pada suhu tidak lebih dari 500 C hingga konsistensi yang
dikehendaki (Anonimb, 2010).
Perendaman bahan yang dilakukan pada proses maserasi akan
menaikkan permeabilitas dinding sel melalui tiga tahapan yaitu :
1) masuknya pelarut ke dalam dinding sel dan membengkakannya
2) senyawa yang terdapat pada dinding sel akan lepas dan masuk ke dalam
pelarut
3) difusi senyawa yang terekstraksi oleh pelarut keluar dari dinding sel.
Proses ekstraksi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu lama ekstraksi,
suhu yang digunakan, pengadukan, dan banyaknya pelarut yang digunakan
(Anonimb, 2012).
6. Pengukuran Daya Hambat
Cara pengukuran daya anti mikroba dapat dilakukan dengan berbagai
metode, antara lain :
a. Metode dilusi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi minimal yang bisa
menghambat
pertumbuhan
(Konsentrasi
Hambat
Minimal)
dan
19
20
B. Kerangka Teori
Ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata L.)
C. Kerangka Konsep
Ekstrak daun ketepeng
cina (Cassia alata L.)
dengan konsentrasi
50%, 60%, 70%,
80%,90% dan 100%
Pertumbuhan
Malassezia furfur
21
D. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional
No
Variabel
1.
Variabel
bebas:
Ekstrak daun
ketepeng cina
Variabel
terikat:
Pertumbuhan
jamur
Malassezia
furfur
Definisi
Operasional
Ekstrak daun
ketepeng cina
adalah
simplisia
kering daun
ketepeng cina
yang
diekstraksi
dengan etanol
70%
Pertumbuhan
jamur
Malassezia
furfur
pada
media SDA
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil Ukur
Skala
Ekstrak daun
ketepeng
cina yang
diencerkan
dengan
aquadest
dengan
rumus :
V1 x %1 =
V2 x %2
Metode yang
digunakan
difusi
dengan
mengukur
zona bening
sekitar
sumuran.
a. pipet
ukur
b. labu
ukur
Konsentrasi
pengenceran
dari 100%
menjadi 50%,
60%, 70%,
80%, dan 90%
Ratio
Penggaris
Zona hambat
yang terbentuk
berupa zona
bening disekitar
sumuran yang
diukur dalam
milimeter pada
media untuk
menyimpulkan :
a.Pertumbuhan
jamur dapat
terhambat
b.Pertumbuhan
jamur tidak
terhambat
Ratio
E. Hipotesis
Ekstrak daun ketepeng cina (Cassia Alata L.) mempunyai daya hambat
dan efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur
penyebab Pitiriasis versikolor atau panu.