LP Post Partum
LP Post Partum
LP Post Partum
Di susun oleh:
Cornelya Bukada
113063J113058
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN PEB
A. KONSEP TEORI POST PARTUM
1. DEFINISI
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa
nifas ini yaitu 6 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Farrer Helen, 1999).
Nifas Dibagi dalam 3 Periode:
a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu boleh berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 68 minggu.
c. Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan.
2.
Perubahan Fisiologi
1. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
TFU dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi
TFU
Berat uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri lahir
750 gram
1 minggu
500 gram
2 minggu
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Sebesar normal
30 gram
9. Rasa sakit
Yang disebut after pains (merica atau mules) disebabkan kontraksi rahim,
biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Bila terlalu mengganggu
dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti mules.
10. Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari lovum uteri dan vagina dalam masa
nifas
a. Lochea Rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
vernik, caseosa lanugo dan meconium selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan
c. Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan
d. Lochea alba
Cairan putih, setelah 2 minggu
e. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f. Lochiostosis
Lochea tidak lancar keluarnya
11. Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak mengaga. Konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan kecil, setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui untuk 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
12. Ligamen-ligamen
Ligament-ligamen dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum ratundum menjadi kendor.
(Sinopsis Obstetri,1998:116)
b.
Perubahan Psikologi
1. Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 2 hari selama masa ini ibu
cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung
sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri
setelah melahirkan.
2. Taking Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan
sendiri, telah suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai
mempunyai ketertarikan yang kuat pada bayinya pada hari 47 hari post partum.
3. Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini
perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.
3.
ETIOLOGI
a. faktor hormonal
b. pengaruh prostaglandin
c. struktur uterus dan sirkulasi uterus
d. pengaruh saraf dan nutrisi
e. perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormone estrogen
dan progesteron
f. Teori Oxytocin, jika oxytocin bertambah maka akan timbul kontraksi
otot-otot rahim, keregangan otot-otot dan pengaruh janin.
g. Teori prostalglandin: prostalglandin dalam sperma akan merangsang
kontraksi uterus.
4.
MANIFESTASI KLINIS
ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi preeklamsi belum diketahui dengan pasti.
3.
7. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya
dari tiga gejala, yaitu :
Edema
Hipertensi
Proteinuria
mmHg.
6. KOMPLIKASI
Tergantung derajat preeklamsia atau eklamsianya, yang termasuk komplikasi
antara lain: atonia uteri (Uterus Couvelaire), sindrom HELLP (hemolysis,
Elevated Liver enzymes, Low platelet count), ablasi retina, KID (Koagulasi
Intravaskular Diseminata), gagal ginjal, pendarahan otak, edema paru, gagal
jantung hingga syok dan kematian.
Disamping komplikasi diatas, ada beberapa komplikasi lain yang dapat
ditimbulkan akibat penyakit ini antara lain:
a. Iskemia Uteroplasenta.
1) Pertumbuhan janin terlambat.
2) Kematian janin.
3) Persalinan premature.
4) Solusio plasenta.
b. Spasme Arteriolar.
1) Perdarahan serebral.
2) Gagal jantung, ginjal dan hati.
3) Ablasio retina.
4) Tromboembolisme.
5) Gangguan pembekuan darah.
c. Kejang dan Demam.
1) Trauma karena kejang.
2) Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan.
d. Penanganan tidak tepat.
1) Pneumonia.
2) Infeksi saluran kemih.
3) Kelebihan cairan.
4) Komplikasi anastesi atau tindakan obstetric.
7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a. Segera masuk rumah sakit
b. Tirah baring miring ke satu sisi kiri. Tanda vital perlu
diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap jam
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan
infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4)
f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda
edema
paru,
payah
jantung
kongestif
atau
edema
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a.
b.
c.
2) Urinalisis
b.
c.
d.
e.
f.
b) Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
B.
4.
5.
6.
D.
Riwayat perkawinan.
Biasanya terjadi pada wanita di atas 35 tahun
b.
: Lemah
Kepala
kulit
Mata
Leher
Kardiovaskuler
Pencernaan/abdomen
Ekstremitas
Sistem persyarafan
sistem pernapasan
Genito urinaria
: Oliguria, Proteinuria
Pemeriksaan janin
c.
Pemeriksaan Penunjang
A.
Pemeriksaan laboraturium
1.
a)
Urinalisi
Ditemukan protein dalam urin + 5 g/24 jam
3.
f)
4.
B.
Radiologi
1)
Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan intra uterin, Pernafasan
janin lambat, aktifitas janin lambat, volume cairan ketuban sedikit,
Terlihat kehamilan kembar
2)
Kardiotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah
C.
Data Psikologis
Biasanya klien preiklampsia ini berada dalm kondisi yang labil
dan mudah marah, klien merasa khawatir akan keadaan dirinya
ANALISA DATA
Data
Problem
Etiologi
Hiperrefleksi, klonus
TD = > 160/110
organ (vasospasme
dan peningkatan
(somnolen-koma)
GCS < 12
Penurunan fungsi
tekanan darah)
pada kaki
mmHg
DS:
klien
sesak napas
DO:
- RR = > 30 x/menit
- menggunakan otot
peningkatan
kebutuhan O2
bantu pernapasan
DS:
klien
mengeluh Gangguan
sakit kepala
DO:
- CRT > 3 detik
- kulit pucat
- konjungtiva anemis
DS:
klien
nyeri
DO:
nyeri
jaringan
Peningkatan
vaskuler otak
daerah
epigastrium
DS:
klien
lemah
DO:
- ADL dibantu
- adanya dispnea
- tirah baring lama
ketidakseimbangan
suplai
kelemahan fisik
O2,
DS:
klien
bengkak
pada
sebagian
Peningkatan
reapsorbsi Na
seluruh
anggota badan
DO:
- Oedema pada kaki dan
g/24
jam
(+3
sampai +4)
- oliguria
3.
PRIORITAS MASALAH
Intervensi
Rasional
hasil
Setelah dilakukan
tindakan perawatan
selama....... tidak
terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
1. Monitor
tingkat
110
mmHg
dan
kesadaran pasien.
merupkan
dari PIH.
indikasi
-Kesadaran : compos
tanda
mentis, GCS : 15 ( 4-
( hiperaktif, reflek
sebagai
5-6 )
patella
penurunan
dalam,
indikasi
aliran
-Tanda-tanda vital :
penurunan nadi,dan
TD:100-120/70-80
respirasi,
mmHg
epigastrium
Suhu: 36-37 C
oliguria)
nyeri 3. Gejala
4. Monitor
dan
dan
kontraksi uterus.
tim
dari
perubahan
pada
dan
adanya
5. Kolaborasi
manifestasi
persalinan
atau
tersebut
merupakan
adanya
tanda-tanda
gejala
darah otak.
paru
yang
mendahului
status
kejang.
dengan 4. Kejang
medis
dalam
pemberian
akan
meningkatkan
anti
kepekaan
hipertensi dan SM
uterus
yang
akan
memungkinkan
terjadinya persalinan.
5. Anti hipertensi untuk
menurunkan tekanan
darah dan SM untuk
mencegah terjadinya
kejang.
Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2
Tujuan dan kriteria
Intervensi
Rasional
hasil
Setelah dilakukan
1. Evaluasi frekuensi
tindakan keperawatan
pernafasan dan
kedalaman.
kembali normal
Kriteria hasil : bebas
dari sianosis, pala nafas
normal RR : 24 x/mnt
1.
2. Auskultasi bunyi
semi fowler.
4. Kolaborasi
Mengetahui ada
tidaknya nafas
nafas.
3. Atur posisi pasien
Untuk mengetahui
tambahan.
3.
Merangsang fungsi
pernafasan atau
ekspansi paru.
pemberian oksigen
4.
sesuai indikasi
Meningkatkan
pengiriman oksigen
ke paru.
Intervensi
Rasional
hasil
Setelah dilakukan
1.
Untuk
mengetahui
tindakan keperawatan
kedalaman
kelemahan
selama............
pernapasan,
pernapasan.
diharapkan kebutuhan
penggunaan otot
O2 terpenuhi.
bantu.
2.
vital.
untuk
mengetahui
tingkat
kegawatan
klien.
3.
3. Pantau BGA.
dapat
4. Kolaborasi
masuknya
pemberian IV
larutan elektrolit
otot
menghambat
oksigen
meminimalkan
fluktuasi
dalam
aliran vaskuler
Nyeri akut b.d peningkatan vaskuler otak
Tujuan dan kriteria
Intervensi
Rasional
hasil
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
2. Pertahankan tirah
selama.......... nyeri
berkurang /menghilang
baring.
3. Minimalkan aktivitas
1. Mengetahui
intensitas nyeri.
2. Meminimalkan
stimulasi /
vasokontriksi yang
meningkatkan
tidak
dapat meningkatkan
relaksasi.
tidak
menyeringai,
pusing,
nyeri 0-1
skala
sakit kepala
misalnya, mengejan,
3. Aktivitas yang
meningkatkan
batuk panjang.
vasokontriksi
4. Ajarkan taknik
menambah beratkan
relaksasi dan
penyakit.
4. Membantu
distraksi
5. Kolaborasi
menghilangkan rasa
pemberian analgetik
nyeri.
5. Menurunkan nyeri
sesuai indikasi
misalnya lorazepam,
dan menurunkan
diazepam.
rengsang system
saraf simpatis.
Intervensi
Rasional
hasil
Setelah di lakukan
1. Periksa
tindakan keperawatan
sebelum
selama............ aktivitas
aktivitas.
dan
TTV 1.
sesudah
Mengetahui
tingkat
kelemahan.
2.
2. Instruksikan
Membantu
keseimbangan antara
berpartisipasi dalam
penghematan energi.
O2.
3. Berikan
aktivitas yang di
inginkan / di perlukan.
bantuan 3.
sesuai kebutuhan.
Memberikan bantuan
hanya
sebatas
kebutuhan
akan
mendorong
kemandirian
dalam
melakukan aktivitas.
Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na
Tujuan dan kriteria
Intervensi
Rasional
hasil
Setelah
tindakan
di
keperawatan
selama.........., BB stabil.
output.
2. Jelaskan tujuan
1.
Mengetahui
pengeluaran dan
pemasukan cairan.
Kriteria hasil :
pembatasan cairan /
Na pada pasien.
2.
Na dapat mengikat
air sehingga
3. Kolaborasi
meningkatkan
pemberian deuretik ,
volume cairan
stabil
contoh : furosemid
bertambah.
(lazix),asam
3.
Menghambat
etakrinik (edecrin)
reabsorpsi natrium
sesuai dengan
dan menurunkan
indikasi.
kelebihan cairan.
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi.
4.
Diet pembatasan Na
sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4), Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall , 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, editor edisi
bahasa Indonesia Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E, 2001, Rencana Perawatan Maternal / Bayi Pedoman
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan (Edisi 4), Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Salleha, Siti, 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba
Medika.