LP Post Partum

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM DENGAN PEB

Di susun oleh:
Cornelya Bukada
113063J113058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2014

LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN PEB
A. KONSEP TEORI POST PARTUM

1. DEFINISI
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa
nifas ini yaitu 6 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Farrer Helen, 1999).
Nifas Dibagi dalam 3 Periode:
a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu boleh berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 68 minggu.

c. Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan.

2.

PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI POST PARTUM


a.

Perubahan Fisiologi

1. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
TFU dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi

TFU

Berat uterus

Bayi lahir

Setinggi pusat

1000 gram

Uri lahir

2 jari bawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat symphisis

500 gram

2 minggu

Tidak beruba diatas symphisis

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50 gram

8 minggu

Sebesar normal

30 gram

2. Bekas Implantasi Uri


Placenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kovum uteri
dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu
keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3. Perubahan pembuluh darah
Pembuluh darah yang besar menjadi mengecil dalam nifas karena setelah
persalinan sudah tidak dibutuhkan lagi peredaran darah yang banyak.
4. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari
pinggir tidak rata tapi retak-retak karena robekan dalam persalinan.
Vagina yang sangat di regang waktu persalinan lambat laun mencapai
ukuran yang normal. Pada minggu ke-3 post partum rugae mulai nampak
kembali.
5. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu
6. Saluran kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia.
kadang-kadang oedema dari trgonum, menimbulkan obstruksi dari urethra
sehingga terjadi retensia urine kandung kencing dalam puerperium kurang
sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing penuh
atau sesudah masih tinggal urine residual. Sisa urine ini memudahkan
terjadinya infeksi. Dilatasi akan normal kembali dalam waktu 2 mingu.
7. Laktasi
Keadaan buah dada pada 2 hari sama dengan keadaan dalam kehamilan.
Pada waktu ini buah dada belum mengandung suatu. Melainkan colos
trum, yaitu cara yang berwarna kuning.
8. Luka-luka
Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari

9. Rasa sakit
Yang disebut after pains (merica atau mules) disebabkan kontraksi rahim,
biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Bila terlalu mengganggu
dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti mules.
10. Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari lovum uteri dan vagina dalam masa
nifas
a. Lochea Rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
vernik, caseosa lanugo dan meconium selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan
c. Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan
d. Lochea alba
Cairan putih, setelah 2 minggu
e. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f. Lochiostosis
Lochea tidak lancar keluarnya
11. Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak mengaga. Konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan kecil, setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui untuk 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
12. Ligamen-ligamen
Ligament-ligamen dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum ratundum menjadi kendor.

(Sinopsis Obstetri,1998:116)
b.

Perubahan Psikologi
1. Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 2 hari selama masa ini ibu
cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung
sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri
setelah melahirkan.
2. Taking Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan
sendiri, telah suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai
mempunyai ketertarikan yang kuat pada bayinya pada hari 47 hari post partum.
3. Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini
perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.

3.

ETIOLOGI
a. faktor hormonal
b. pengaruh prostaglandin
c. struktur uterus dan sirkulasi uterus
d. pengaruh saraf dan nutrisi
e. perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormone estrogen
dan progesteron
f. Teori Oxytocin, jika oxytocin bertambah maka akan timbul kontraksi
otot-otot rahim, keregangan otot-otot dan pengaruh janin.
g. Teori prostalglandin: prostalglandin dalam sperma akan merangsang
kontraksi uterus.

4.

MANIFESTASI KLINIS

1. Droping / kepala mulai turun memasuki pintu atas panggul


2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering / susah kencing karena kandung kemih tertekan
4. Perasaan sakit perut / di pinggang oleh adanya kontraksi lemah dari
uterus
5. Serviks menjadi lembek, melebar dan sekresinya bertambah.
5. DIAGNOSIS DAN PENANGANAN PERSALINAN
Kala IV
1) Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi
ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar
biasasi ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan
diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.
2) Penanganan
a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30
menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai
menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit
pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
b) Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15
menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
c) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
d) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering
e) Biarkan ibu beristirahat
f) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi
g) Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
h) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
i) Ajari ibu atau keluarga tentang :

(1) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi


(2) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
B. KONSEP TEORI PEB
1. DEFINISI

Pre eklamsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan


proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya
pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2002).
Preeklamsia berat adalah suatu keadaan pada kehamilan dimana
tekanan darah lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari 110 mmHg pada
dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu posisi tirah
baring. (Bobak,2004)
2.

ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi preeklamsi belum diketahui dengan pasti.

3.

FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


Menurut Manuaba (2007), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat
mempengaruhi terjadinya PEB adalah sebagai berikut:
a. Hidramnion
b. Gemelli
c. Diabetik gestase
d. Usia lebih 35 tahun
e. Obesitas
f. Penyakit trophoblastic
g. Terjadi pada 70 % dari wanita dengan mola hidatidosa terutama pada usia
kehamilan 24 minggu.
h. Walaupun kejadian preeklampsi lebih besar pada primigravida, insidennya
meningkat juga pada multipara kejadiannya hampir mendekati 30 %.
i. Penyakit hipertensi kronik.
j. Penyakit ginjal kronik.
k. Cenderung genetik.
l. Memiliki riwayat preeklampsi.

7. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya
dari tiga gejala, yaitu :

Edema
Hipertensi
Proteinuria

Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala :

mmHg.

Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolik 110


Proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup.
Oliguria (<400 ml dalam 24 jam)
Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
Nyeri epigastrum dan ikterus
Trombositopenia
Pertumbuhan janin terhambat
Mual muntah
Pusing
Penurunan visus

6. KOMPLIKASI
Tergantung derajat preeklamsia atau eklamsianya, yang termasuk komplikasi
antara lain: atonia uteri (Uterus Couvelaire), sindrom HELLP (hemolysis,
Elevated Liver enzymes, Low platelet count), ablasi retina, KID (Koagulasi
Intravaskular Diseminata), gagal ginjal, pendarahan otak, edema paru, gagal
jantung hingga syok dan kematian.
Disamping komplikasi diatas, ada beberapa komplikasi lain yang dapat
ditimbulkan akibat penyakit ini antara lain:
a. Iskemia Uteroplasenta.
1) Pertumbuhan janin terlambat.
2) Kematian janin.
3) Persalinan premature.
4) Solusio plasenta.
b. Spasme Arteriolar.

1) Perdarahan serebral.
2) Gagal jantung, ginjal dan hati.
3) Ablasio retina.
4) Tromboembolisme.
5) Gangguan pembekuan darah.
c. Kejang dan Demam.
1) Trauma karena kejang.
2) Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan.
d. Penanganan tidak tepat.
1) Pneumonia.
2) Infeksi saluran kemih.
3) Kelebihan cairan.
4) Komplikasi anastesi atau tindakan obstetric.
7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a. Segera masuk rumah sakit
b. Tirah baring miring ke satu sisi kiri. Tanda vital perlu
diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap jam
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan
infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4)
f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda
edema

paru,

payah

jantung

kongestif

atau

edema

anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM


g. Anti hipertensi

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a.

Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal


hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

b.

Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol% )

c.

Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 )

2) Urinalisis

a. Ditemukan protein dalam urine + 5 g/24 jam.


3) Pemeriksaan Fungsi hati
a.

Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

b.

LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

c.

Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul

d.

Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat


( N= 15-45 u/ml )

e.

Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat


( N= <31 u/l )

f.

Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

4) Tes kimia darah


a.

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

b) Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
B.

KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN

Identitas umum klien.


a.

Data riwayat kesehatan


A.

Riwayat kesehatan dahulu

1.

Kemungkinan klien menderita penyakit hipertensi sebelum


hamil.

2.

Kemungkinan klien mempunyai riwayat pre-eklamsia pada


kehamilan terdahulu.

3.

Biasanya mudah terjadi pada klien yang obsitas

4.

Klien mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis

5.

tekanan darah klien sebelum hamil normotensif

B.

Riwayat kesehatan sekarang


1.

Klien merasa sakit kepala didaerah frontal.

2. Terasa sakit diulu hari/nyeri epigastrium.


3.

Gangguan virus : Penglihatan kabur, skotoma, diplopia.

4.

Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.

5.

Gangguan serebral lainnya: oyong, reflek tinggi, tidak tenang.

6.

Oedema pada ekstremitas.

7. Tengkuk terasa berat.


8.
C.

Kenaikan berat badan 1 kg seminggu.

Riwayat kesehatan keluarga


Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia
dalam keluarga.

D.

Riwayat perkawinan.
Biasanya terjadi pada wanita di atas 35 tahun

b.

Pemeriksaan fisik / biologis


Keadaan Umum

: Lemah

Kepala

: Sakit kepala, wajah oedema

kulit

: pucat, CRT > 3 detik

Mata

: Konjungiva anemis, oedema pada retina

Leher

: Kuduk terasa berat

Kardiovaskuler

: Hipertensi, mudah terkejut

Pencernaan/abdomen

:Nyeri daerah epigastrium,anoreksia, mual dan


muntah

Ekstremitas

: Oedema pada kaki dan tangan serta jari-jari

Sistem persyarafan

: Hiperrefleksi, klonus pada kaki

sistem pernapasan

: sesak napas, RR>30 x/menit

Genito urinaria

: Oliguria, Proteinuria

Pemeriksaan janin

:Bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin


melemah

c.

Pemeriksaan Penunjang
A.

Pemeriksaan laboraturium
1.

Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

a)

Penurunan haemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal


haemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)

b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol %)


c)
2.

Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)

Urinalisi
Ditemukan protein dalam urin + 5 g/24 jam

3.

Pemeriksaan fungsi hati


a)

Bilirubin meningkat ( N =<1 mg/dl)

b) LDH ( lactic dehydrogenase) meningkat


c)

Aspartate Aminotransferase (AST)> 60 u/l

d) Serum Glutamic Pyruvic Transaminate ( SGPT ) meningkat


( N= 15-45 u/ml)
e)

Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase ( SGOT )


meningkat (N = <31 u/l)

f)
4.

Total protein serum menurun ( N = 6,7 8,7 g/dl


Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4 2,7 mg/dl)

B.

Radiologi
1)

Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan intra uterin, Pernafasan
janin lambat, aktifitas janin lambat, volume cairan ketuban sedikit,
Terlihat kehamilan kembar

2)

Kardiotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah

C.

Data Sosial Ekonomi


Pre-eklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dari

golongan ekonomi rendah dimana mereka kurang mengkonsumsi


makanan yang mengandung protein dan juga kurang melakukan
perawatan antenatal yang teratur
D.

Data Psikologis
Biasanya klien preiklampsia ini berada dalm kondisi yang labil
dan mudah marah, klien merasa khawatir akan keadaan dirinya

dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti


lahir cacat atau meninggal dunia, sehingga ia takut untuk
melahirkan.
2.

ANALISA DATA

Data

Problem

Etiologi

DS: Resiko tinggi kejang


DO:
- kesadaran menurun

Hiperrefleksi, klonus

TD = > 160/110

organ (vasospasme
dan peningkatan

(somnolen-koma)
GCS < 12

Penurunan fungsi

tekanan darah)

pada kaki
mmHg

DS:

klien

mengeluh Pola napas inefektif

sesak napas
DO:
- RR = > 30 x/menit
- menggunakan otot

peningkatan
kebutuhan O2

bantu pernapasan
DS:

klien

mengeluh Gangguan

sakit kepala
DO:
- CRT > 3 detik
- kulit pucat
- konjungtiva anemis
DS:

klien

nyeri
DO:
nyeri

perfusi penurunan COP

jaringan

mengeluh Nyeri akut

Peningkatan
vaskuler otak

daerah

epigastrium
DS:

klien

mengeluh Intoleransi aktivitas

lemah
DO:
- ADL dibantu
- adanya dispnea
- tirah baring lama

ketidakseimbangan
suplai
kelemahan fisik

O2,

DS:

klien

mengeluh Kelebihan volume cairan

bengkak

pada

sebagian

Peningkatan
reapsorbsi Na

seluruh

anggota badan
DO:
- Oedema pada kaki dan

tangan serta jari-jari


- hasil lab : proteinuria +
5

g/24

jam

(+3

sampai +4)
- oliguria

3.

PRIORITAS MASALAH

1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan


fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
2. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP
4. Nyeri akut b.d peningkatan vaskuler otak
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik
6. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na.
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan
penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
Tujuan dan kriteria

Intervensi

Rasional

hasil

Setelah dilakukan
tindakan perawatan
selama....... tidak
terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :

1. Monitor

tekanan 1. Tekanan diastole >

darah tiap 1 jam.


2. Catat

tingkat

110

mmHg

dan

sistole 160 atau lebih

kesadaran pasien.

merupkan

3. Kaji adanya tanda-

dari PIH.

indikasi

eklampsia 2. Penurunan kesadaran

-Kesadaran : compos

tanda

mentis, GCS : 15 ( 4-

( hiperaktif, reflek

sebagai

5-6 )

patella

penurunan

dalam,

indikasi
aliran

-Tanda-tanda vital :

penurunan nadi,dan

TD:100-120/70-80

respirasi,

mmHg

epigastrium

Suhu: 36-37 C

oliguria)

Nadi : 60-80 x/mnt


RR :16-20 x/mnt

nyeri 3. Gejala

4. Monitor

dan

dan

kontraksi uterus.
tim

dari

perubahan

pada

dan

adanya

5. Kolaborasi

manifestasi

otak, ginjal, jantung

persalinan

atau

tersebut

merupakan

adanya

tanda-tanda
gejala

darah otak.

paru

yang

mendahului

status

kejang.

dengan 4. Kejang

medis

dalam

pemberian

akan

meningkatkan

anti

kepekaan

hipertensi dan SM

uterus

yang

akan

memungkinkan
terjadinya persalinan.
5. Anti hipertensi untuk
menurunkan tekanan
darah dan SM untuk
mencegah terjadinya
kejang.
Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2
Tujuan dan kriteria

Intervensi

Rasional

hasil

Setelah dilakukan

1. Evaluasi frekuensi

tindakan keperawatan

pernafasan dan

selama.......... pola nafas

kedalaman.

kembali normal
Kriteria hasil : bebas
dari sianosis, pala nafas
normal RR : 24 x/mnt

1.

pola nafas pasien.


2.

2. Auskultasi bunyi

semi fowler.
4. Kolaborasi

Mengetahui ada
tidaknya nafas

nafas.
3. Atur posisi pasien

Untuk mengetahui

tambahan.
3.

Merangsang fungsi
pernafasan atau
ekspansi paru.

pemberian oksigen

4.

sesuai indikasi

Meningkatkan
pengiriman oksigen
ke paru.

Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP


Tujuan dan kriteria

Intervensi

Rasional

hasil

1. Catat frekuensi dan

Setelah dilakukan

1.

Untuk

mengetahui

tindakan keperawatan

kedalaman

kelemahan

selama............

pernapasan,

pernapasan.

diharapkan kebutuhan

penggunaan otot

O2 terpenuhi.

bantu.

2.

Kriteria hasil : CRT 2. Awasi tanda-tanda


< 2 detik, tidak terjadi
sianosis

vital.

untuk

mengetahui

tingkat

kegawatan

klien.
3.

asidosis yang terjadi

3. Pantau BGA.

dapat

4. Kolaborasi

masuknya

pemberian IV
larutan elektrolit

otot

menghambat
oksigen

pada tingkat sel.


4.

meminimalkan
fluktuasi

dalam

aliran vaskuler
Nyeri akut b.d peningkatan vaskuler otak
Tujuan dan kriteria

Intervensi

Rasional

hasil

setelah dilakukan

1. Kaji skala nyeri.

tindakan keperawatan

2. Pertahankan tirah

selama.......... nyeri
berkurang /menghilang

baring.
3. Minimalkan aktivitas

1. Mengetahui
intensitas nyeri.
2. Meminimalkan
stimulasi /

Kriteria hasil : wajah

vasokontriksi yang

meningkatkan

tidak

dapat meningkatkan

relaksasi.

tidak

menyeringai,
pusing,

nyeri 0-1

skala

sakit kepala
misalnya, mengejan,

3. Aktivitas yang
meningkatkan

batuk panjang.

vasokontriksi

4. Ajarkan taknik

menambah beratkan

relaksasi dan

penyakit.
4. Membantu

distraksi
5. Kolaborasi

menghilangkan rasa

pemberian analgetik

nyeri.
5. Menurunkan nyeri

sesuai indikasi
misalnya lorazepam,

dan menurunkan

diazepam.

rengsang system
saraf simpatis.

Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik


Tujuan dan kriteria

Intervensi

Rasional

hasil

Setelah di lakukan

1. Periksa

tindakan keperawatan

sebelum

selama............ aktivitas

aktivitas.

pasien dapat terpenuhi.

dan

TTV 1.
sesudah

Mengetahui

tingkat

kelemahan.
2.

2. Instruksikan

Membantu
keseimbangan antara

Kriteria hasil : Pasien

pasien tentang tekhnik

suplai dan kebutuhan

berpartisipasi dalam

penghematan energi.

O2.

3. Berikan

aktivitas yang di
inginkan / di perlukan.

bantuan 3.

sesuai kebutuhan.

Memberikan bantuan
hanya

sebatas

kebutuhan

akan

mendorong
kemandirian

dalam

melakukan aktivitas.
Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na
Tujuan dan kriteria

Intervensi

Rasional

hasil

Setelah
tindakan

di

lakukan 1. Obervasi input dan

keperawatan

selama.........., BB stabil.

output.
2. Jelaskan tujuan

1.

Mengetahui
pengeluaran dan
pemasukan cairan.

Kriteria hasil :

pembatasan cairan /

- Tidak ada destensi vena

Na pada pasien.

perifer dan edema

2.

Na dapat mengikat
air sehingga

3. Kolaborasi

meningkatkan

-Paru bersih dan BB

pemberian deuretik ,

volume cairan

stabil

contoh : furosemid

bertambah.

(lazix),asam

3.

Menghambat

etakrinik (edecrin)

reabsorpsi natrium

sesuai dengan

dan menurunkan

indikasi.

kelebihan cairan.

4. Kolaborasi dengan
ahli gizi.

4.

Diet pembatasan Na
sesuai indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4), Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall , 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, editor edisi
bahasa Indonesia Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E, 2001, Rencana Perawatan Maternal / Bayi Pedoman
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan (Edisi 4), Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Salleha, Siti, 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai