Terapi Spiritual

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MAKALAH

Terapi Spiritual Berdasarkan Perspektif Islam

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Ajar Perspektif Islam
Disusun Oleh:

FADLI
SUMBARA
ERNAWATI
NENI TRIANA
DEWI FITRIANI
TRIO GUSTIN RAHAYU

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Kesehatan dalam Perspektif Islam. Kemudian shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni al-quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kesehatan dalam Perspektif Islam
di program studi pasca sarjana keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhamadiyah Jakarta. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada
1. Ibu Hj. Tri Kurniati, M.Kes selaku Kepala Program Studi Program Studi Magister
KeperawatanUniversitasMuhammadiyah Jakarta
2. Ibu Ns. Yani Sofiani, M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Magister
Keperawatan Universitas Muhaammadiyah Jakarta
3. Ibu Dra.Atih Suryati, M.Kes selaku koordinator mata kuliah Kesehatan dalam
erspektif islam program studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
4. Seluruh mahasiswa/I Program Studi Program Studi Magister Keperawatan Angkatan
III Universitas Muhammadiyah Jakarta
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, September 2014
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pandangan perspektif Islam, setiap penyakit merupakan cobaan yang diberikan oleh
Sang Pencipta Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Sabda Rasulullah
SAW yang artinya Dan sesungguhnya bila Allah SWT mencintai suatu kaum, dicobanya
dengan berbagai cobaan. Siapa yang ridha menerimanya, maka dia akan memperoleh
keridhoan Allah. Dan barang siapa yang murka (tidak ridha) dia akan memperoleh
kemurkaan Allah SWT (H.R. Ibnu Majah dan At Turmudzi). Sakit juga dapat dipandang
sebagai peringatan dari Allah SWT untuk mengingatkan segala dosa-dosa akibat perbuatan
jahat yang dilakukannya selama hidupnya. Pada kondisi sakit, kebanyakan manusia baru
mengingat dosa-dosa dari perbuatan jahatnya dimasa lalu. Dalam kondisi sakit itulah,
kebanyakan manusia baru melakukan taubat dengan cara memohon ampunan kepada Allah
SWT dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan jahatnya di kemudian hari.
Islam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap aspek kehidupan
manusia, termasuk di antaranya masalah kesehatan dan pengobatan.Ilmu pengobatan islam
sebenarnya tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat. Contohnya, Ibnu sina seorang muslim
yang menjadi pionir ilmu kedokteran modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada caracara alami dan metode ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang muslim
dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakitnya.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah SWT, disamping
sebagai instink yang mendorong manusia untuk mencari segala sesuatu yang di butuhkan
untuk melestarikan hidupnya seperti makan, minum dan tempat berlindung. Dalam mencari
hal-hal tersebut, manusia akan mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik
maupun yang membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta
mengembangkan pengalaman tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Karena itu,
manusia selalu dalam proses mencari dan menyempurnakan hingga selalu progresif. Berbeda
dengan binatang yang hanya dibekali dengan instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah
dan dan bersifat statis. Akal lah yang membentuk serta membina kebudayaan manusia dalam
bebragai aspek kehidupannya termasuk dalam bidang pengobatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

TERAPI SPIRITUAL BERDASARKAN PERSPEKTIF ISLAM

2.1.1

Pengertian Sakit Dalam Perspektif Islam


Setiap perjalanan hidup manusia, senantiasa dipertemukan pada tiga kondisi dan

situasi yakni sehat, sakit atau mati. Sebagian manusia memandang sehat dan sakit secara
berbeda. Pada kondisi sehat, terkadang melupakan cara hidup sehat dan mengabaikan
perintah Allah Swt, sebaliknya pada kondisi sakit dianggapnya sebuah beban penderitaan,
malapetaka dan wujud kemurkaan Allah SWT kepadanya. Padahal Allah SWT dalam Q.S.
Shaad : 27 selalu menciptakan sesuatu atau memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti
ada hikmah/pelajaran dibalik itu semua.
Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang senantiasa dialami oleh
setiap manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu penyakit apabila tidak
menurunkan juga obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari
Nabi saw bersabda: -Allah swt tidak menurunkan sakit, kecuali
juga menurunkan obatnya (HR Bukhari).
Bila dalam kondisi sakit, umat Islam dijanjikan oleh Allah Swt berupa
penghapusan dosa apabila ia bersabar dan berikhtiar untuk menyembuhkan
penyakitnya. Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Tidaklah
seorang muslim tertimpa derita dari penyakit atau perkara lain kecuali Allah hapuskan
dengannya (dari sakit tersebut) kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon
menggugurkan daunnya.Sementara bagi Umat Islam lainnya yang berada dalam kondisi
sehat dianjurkan oleh Allah Swt untuk menjenguk saudara seiman yang menderita sakit.
Apabila orang yang sehat minta didoakan dari orang yang sakit, maka Allah Swt berjanji
akan mengabulkannya. Hal ini diriwayatkan Asy-Suyuti, Jika kamu menjenguk orang sakit,
mintalah kepadanya agar berdoa kepada Allah untukmu, karena doa orang yang sakit seperti
doa para malaikat.

Demikianlah kedudukan orang yang menderita sakit bukanlah orang yang hina, malah
memiliki kedudukan yang mulia. Simak hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari Tidak
ada yang yang menimpa seorang muslim kepenatan, sakit yang berkesinambungan (kronis),
kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai pun duri yang ia tertusuk
karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus dosanya.
Menurut Aswadi Syuhadak dalam sebuah tulisannya berjudul Sakit versus
Kesembuhan Dalam Islam, kata maradl (Sakit) dan syifa (Sembuh) dalam QS. Al yang artinya, apabila aku sakit, Dialah Yang
Syu`ara [26/47]: 80
menyembuhkan aku, dikaitkan dengan manusia, sedangkan syifa (kesembuhan) diberikan
pada manusia dengan disandarkan pada Allah swt. Kandungan makna demikian ini juga
mengantarkan pada sebuah pemahaman bahwa setiap ada penyakit pasti ada obatnya, dan
apabila obatnya itu mengenai penyakitnya sehingga memperoleh kesembuhan, maka
kesembuhannya itu adalah atas ijin dari Allah swt. sebagaimana diisyaratkan dalam hadis
Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir dari Nabi saw bersabda:

. -Setiap penyakit pasti ada obatnya, apabila obatnya itu digunakan untuk
mengobatinya, maka dapat memperoleh kesembuhan atas ijin Allah swt (HR. Muslim).
Lebih lanjut merujuk pada catatan Ibnu Faris, maradl merupakan bentuk kata yang
berakar dari huruf-huruf m-r-dl ( - - )yang makna dasarnya berarti sakit atau segala
sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas kewajaran dan mengantar kepada
terganggunya fisik, mental bahkan tidak sempurnanya amal atau karya seseorang atau bila
kebutuhannya telah sampai pada tingkat kesulitan. Terlampauinya batas kewajaran tersebut
dapat berbentuk ke arah berlebihan yang disebut boros, sombong maupun takabbur; dan
dapat pula ke arah kekurangan yang disebut kikir, bodoh, dungu dan kolot. oleh karenanya
maradl juga dapat dikatakan sebagai hilangnya suatu keseimbangan bagi manusia.
Aswadi Syuhadak menemukan sebanyak tiga belas kali dalam Al-Quran kata
maradl, kesemuanya dikaitkan dengan qulub )), hati dalam bentuk jamak, kecuali sekali
disebut kata qalb dalam bentuk tungal. Kata maradl juga biasa diidentikkan dengan kata
saqam. Dalam hal ini, kata saqam hanya difokuskan pada penyakit jasmani, sedangkan
maradl

terkadang

digunakan

untuk

sebutan

penyakit

jasmani,

ruhani

dan

psikologis.Sementara kata syifa itu sendiri adalah berakar dari huruf-huruf - -


dengan pola perubahannya - -( syafa-yasyfi-syifa) yang menurut catatan ibnu
Mandhur berarti obat yang terkenal, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit Ibnu
5

Faris bahkan menegaskan bahwa term ini dikatakan syifa karena ia telah mengalahkan
penyakit dan menyembuhkannya. Sejalan dengan pengertian ini, al-Raghib al-Ashfahani
justru mengidentikkan term syifa min al-maradl (sembuh dari penyakit) dengan syifa alsalamah (obat keselamatan) yang pada perkembangan selanjutnya term ini digunakan sebagai
nama dalam penyembuhan, baik mabarrat, klinik maupun rumah sakit.
Beberapa pengertian syifa tersebut secara sederhana dapat dipahami bahwa syifa itu
sendiri selain menunjuk pada proses dan perangkat tekniknya juga merujuk pada hasil yang
diperolehnya, yaitu sebuah kesembuhan dari suatu penyakit. Sedangkan kata sehat yang
merujuk pada kata salim sebagaimana tercantum dalam QS al-Shaffat [37]:85-86 dan QS asSyuara ayat 87-90. Kandungan ayat ini menunjukkan upaya dan permohonan Nabi Ibrahim
kepada Allah swt untuk memperoleh keselamatan maupun kesehatan sejak dalam kehidupan
di dunianya hingga di hari kebangkitan.
Secara filosofis, makna kesehatan menurut ajaran Islam adalah kebersihan dalam diri
manusia meliputi sehat jasmani dan rohani atau lahir dan batin. Orang yang sehat secara
jasmani dan ruhani adalah orang berperilaku yang lebih mengarah pada tuntunan nilai-nilai
ruhaniyah, uluhiyah (ilahiyah) maupun rububiyyah (insaniyah) sehingga melahirkan amal
saleh. Jasad, raga, dan badan serta unsur-unsur fisik yang mengalami kerusakan hingga
kesakitan dapat disembuhkan melalui ayat-ayat qauliyah sebagaimana tersebut dalam QS alIsra: [17/50]: 82-83, ayat-ayat kauniyah dalam QS al-Nahl [16/70]: 69 dan gabungan antara
ayat-ayat qauliyah dan kauniyah sebagaimana diisyaratkan dalam QS al-Taubah [9/113]: 14
dan 15 yang dapat disebaut sebagai penyembuhan dan kegunaannya secara holistik.Untuk
mencegah datangnya penyakit, manusia dibebaskan untuk berikhtiar. Namun Islam sudah
memberikan kuncinya secara umum dengan cara mencegah kelebihan makan.Al Quran
mengingatkan, Makan dan minumlah tapi jangan berlebih-lebihan. Allah tidak senang
kepada orang yang berlebih-lebihan (QS Al-Araf [7]: 31). Rasulullah juga memberikan tips
dalam sabdanya, Tidak ada bencana yang lebih buruk yang diisi oleh manusia daripada
perutnya sendiri. Cukuplah seseorang itu mengonsumsi beberapa suap makanan yang dapat
menegakkan tulang punggungnya. Kalau terpaksa, maka ia bisa mengisi sepertiga perutnya
dengan makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga sisanya untuk nafasnya (HR. AtTirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim).
Sakit yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sakit fisik. Yaitu suatu keadaan di mana
metabolisme dalam tubuh tidak berjalan sebagaimana mestinya. Namun, walaupun sakit
6

merupakan satu kondisi yang tidak mengenakkan, sebagai seorang muslim kita tidak perlu
banyak mengeluh, karena terlalu banyak mengeluh merupakan bagian dari godaan syaithan.
Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi
penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah subhanahu wa taala melakukan sesuatu tanpa
sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah pasti menyimpan
hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak
mengeluh, menggerutu, apalagi suudzhan kepada Allah subhanahu wa taala. Lebih parah
lagi, kita sampai mengutuk taqdir. Naudzu billah
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam pernah menemui Ummu As-Saaib, beliau bertanya
: Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saaib? Wanita itu menjawab :
Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama sekali. Rasulullah
shallallahu alayhi wasallam bersabda : Jangan engkau mengecam penyakit demam.
Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses pembakaran
menghilangkan noda pada besi. (HR. Muslim)
Sakit adalah Ujian
Allah subhanahu wa taala berfirman dalam al-Quran, Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raajiuun. (QS. Al-Baqarah: 155-156). Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiyaa`: 35)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampuryang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan
melihat. (QS. Al-Insaan:2)
Begitulah Allah subhanahu wa taala menguji manusia, untuk melihat siapa di antara
hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran. Karena
sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tapi juga harus
7

menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan.
Allah subhanahu wa taala menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap orang yang mengaku
beriman, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami
telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)
Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih
baik di hadapanNya. Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Barangsiapa
dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya.
(HR. Bukhari).
Jadi, sudah selayaknya bagi setiap mu`min untuk kemudian bertambah imannya saat
ujian itu datang, termasuk di dalamnya adalah ujian sakit yang merupakan bagian dari ujian
yang menimpa jiwa. Jangan sampai kita menjadi seperti orang-orang munafiq yang tidak mau
bertaubat atau mengambil pelajaran saat mereka diuji oleh Allah subhanahu wa taala, Dan
tidaklah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan
mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? (QS. At-Tawbah:
126)
Sudah selayaknya pula kita merenungi segala amalan yang telah kita lakukan, karena
bisa jadi ada beberapa amalan yang memang dianggap sebagai sebuah kemakshiyatan di
hadapan Allah subhanahu wa taala. Begitu cintanya Allah kepada kita sehingga Dia
mengingatkan kita melalui sakit ini, agar kita dapat segera bertaubat sebelum ajal menjemput
kita.
Dari Anas ibn Malik radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan :
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Sesungguhnya pahala yang besar
didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah mencintai seseorang, pasti Allah
akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang ridha menerima cobaanNya, maka
ia akan menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa menerimanya, niscaya ia
akan menerima kermurkaan Allah. (HR. Tirmidzi)
Sakit adalah Adzab

Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang akan
mendekatkan dirinya kepada Allah subhanahu wa taala. Namun bagi sebagian orang, sakit
bisa menjadi adzab yang akan membinasakan dirinya. Allah subhanahu wa taala berfirman,
Katakanlah: Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu
atau dari bawah kakimuatau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang
saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang
lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih
bergantiagar mereka memahami(nya). (QS. Al-Anaam: 65)
Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang kecil di
dunia sebelum adzab yang lebih besar di akhirat, mudah-mudahan mereka kembali ke jalan
yang benar. (QS. As-Sajdah: 21)
Maka

dari

itu,

pertaubatan

adalah

langkah

nyata

menuju

kesembuhan.

Seseungguhnya, segala macam bencana yang menimpa kita, pada hakikatnya adalah karena
perbuatan kita sendiri. Allah subhanahu wa taala berfirman, artinya, Apa saja musibah
yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura: 30)
Syaikh Abdurrahman As-Sadi ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, Allah
Subhanahu wa Taala memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik)
pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain
sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan.[1]
Dari A`isyah radhiyallahu anha ia berkata , Aku mendengar Rasulallah
shallallahu alayhi wa sallam bersabda : Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah walau
hanya tertusuk duri, kecuali Allah akan mencatat baginya kebaikan dan dihapus baginya
kesalahan dan dosanya. (HR.Muslim)
Ingatlah bahwa adzab yang diturunkan Allah subhanahu wa taala terhadap seseorang
di dunia bisa berbagai macam bentuknya. Kekurangan harta, bencana alam, peperangan,
sakit, atau bahkan kematian. Cukuplah kiranya pelajaran kaum terdahulu yang diadzab oleh
Allah subhanahu wa taala dengan berbagai macam penyakit yang aneh dan sulit
disembuhkan. Hal itu dikarenakan mereka tetap bertahan di dalam kekafiran, padahal buktibukti dan tanda-tanda kebesaran-Nya telah ditampakkan di hadapan mereka. Firman Allah,
9

Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah
menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka
bertakwa atau (agar) Al-Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka (QS. Thaahaa:
113)
Allah swt. juga berfirman,
Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka,
sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun (QS. Ali Imraan: 116)
Lihatlah bahwa azab yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa taala tidak dapat
ditahan, baik oleh harta ataupun sanak saudara kita. Demi Allah, saat azab itu telah sampai
pada kita, tidak ada tangan-tangan yang sanggup menahannya, baik tangan manusia, jin,
ataupun malaikat. Jangan sampai kita menjai seperti Firaun yang baru bertaubat saat ajal di
depan mata, dimana Allah subhanahu wa taala telah menutup pintu ampunan-Nya. Semoga
kita bukan termasuk orang yang diberi adzab di dunia ataupun di akhirat.
Sakit adalah Cinta
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah subhanahu wa taala senantiasa menguji
hamba-hambaNya untuk menilai siapa yang memang benar-benar memiliki ketulusan iman.
Siapa di antara hamba-hambaNya yang sabar, yang sanggup bertahan, baik dalam susah
maupun senang. Inilah golongan yang dirahmati Allah subhanahu wa taala. Para shahabat
berkata saat golongan ini sedang ditimpa sakit, Demam sehari dapat menghapuskan dosa
setahun.
Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam Ath Thibb An Nabawi menafsirkan riwayat
atsar ini dalam dua pengertian. Pertama, bahwa demam itu meresap ke seluruh anggota tubuh
dan sendi-sendinya. Sementara jumlah tiap sendi-sendi tubuh ada 360. Maka, demam itu
dapat menghapus dosa sejumlah sendi-sendi tersebut, dalam satu hari.
Kedua, karena demam itu dapat memberikan pengaruh kepada tubuh yang tidak akan
hilang seratus persen dalam setahun. Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu alayhi wa sallam,
Barangsiapa meminum minuman keras, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat
puluh hari. Karena pengaruh minuman keras tersebut masih tetap ada dalam tubuhnya,

10

pembuluh nadi, dan anggota tubuh lainnya selama empat puluh hari. Wallahu alam. Beliau
mengakhiri perkataannya.
Hal tersebut dapat dipahami dan diterima walaupun beliau (Imam Ibn al-Qayyim)
masih belum mengetahui kedudukan atsar tersebut, karena kita senantiasa mengingat doa
yang seringkali diucapkan oleh Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam saat beliau
menjenguk orang sakit. Beliau shallallahu alayhi wa sallam senantiasa mengucapkan, Laa
basa thahuurun, insya Allahu taala Tidak mengapa, insya Allah menjadi pembersih (atas
dosa-dosamu). Inilah yang dimaksud bahwa Islam memandang sakit bisa bermakna cinta.
Cinta dari Sang Ilahy agar hambaNya tidak mendapatkan azab di akhirat, maka Dia
membersihkan segala noda dan dosanya di dunia. Ma syaa Allah.
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam pernah bersabda : Sesungguhnya besarnya
pahala (balasan) sangat ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jika sekiranya Allah
mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada mereka.
(HR. Tirmidzi dan Baihaqi).
Dari

Abdullah ibn Masud radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia

menceritakan: Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Setiap muslim yang


terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah hapuskan berbagai
kesalahnnya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-daunya. (HR. Muslim)
Dari Abu Hurayrah radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu
alayhi wasallam bersabda : Cobaan itu akan selau menimpa seorang mukmin dan
mukminah, baik pada dirinya, pada diri anaknya ataupun pada hartanya, sehingga ia
bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikit pun. (HR. Tirmidzi)
Begitu pula, Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Tiadalah
kepayahan, penyakit, kesusahan, kepedihan dan kesedihan yang menimpa seorang muslim
sampai duri di jalan yang mengenainya, kecuali Allah menghapus dengan itu kesalahan
kesalahannya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu alayhi wasallam, ia berkata :
Saya mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh, pakaianku tersingkap.
Berdoalah kepada Allah untuk diriku. Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda :

11

Kalau engkau bersabar, engkau mendapatkan jannah. Tapi kalau engkau mau, aku akan
mendoakan agar engkau sembuh. Wanita itu berkata : Aku bersabar saja. (HR. Bukhari
dan Muslim)
Dari Abu Musa Al-Asyari radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan:
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Kalau seorang hamba sakit atau sedang
bepergian, pasti Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia mengamalkan ibadah di
masa masih sehat dan sedang bermukim. (HR. Bukhari)
Syaikh Al Faqih Muhammad ibn Shalih Al-Utsaymin rahimahullah berkata:
Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan
atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa
arti. Bahkan Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan
dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.
Hendaklah kita bersabar dan ridha terhadap sakit yang menimpa kita. Dengan
bersabar, kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang bersabar :
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas. (QS. Az-Zumar: 10)
Selain itu, Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa sakit, khususnya demam,
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Karena, menurutnya, orang yang sedang demam
akan meninggalkan makanan yang buruk dan kemudian beralih kepada makanan yang baikbaik. Ia pun akan mengonsumsi obat-obatan yang bermanfaat bagi tubuh. Hal ini tentu akan
membantu proses pembersihan tubuh dari segala macam kotoran dan kelebihan yang tidak
berguna. Sehingga prosesnya mirip api terhadap besi yang berfungsi menghilangkan karat
dari inti besi. Proses seperti ini sudah dikenal di kalangan medis. Karenanya tidak heran jika
Abu Hurayrah radhiyallahu anhu pernah berkata, Tidak ada penyakit yang menimpaku
yang lebih aku sukai daripada demam. Karena demam merasuki seluruh organ tubuhku.
Sementara Allah akan memberikan pahala pada setiap organ tubuh yang terkena demam.
2.2.2

Pengobatan Atau Terapi Menurut Pandangan Islam


Islam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap aspek kehidupan

manusia, termasuk di antaranya masalah kesehatan dan pengobatan.Ilmu pengobatan islam


sebenarnya tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat. Contohnya, Ibnu sina seorang muslim
12

yang menjadi pionir ilmu kedokteran modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada caracara alami dan metode ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang muslim
dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakitnya.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah SWT, disamping
sebagai instink yang mendorong manusia untuk mencari segala sesuatu yang di butuhkan
untuk melestarikan hidupnya seperti makan, minum dan tempat berlindung. Dalam mencari
hal-hal tersebut, manusia akan mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik
maupun yang membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta
mengembangkan pengalaman tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Karena itu,
manusia selalu dalam proses mencari dan menyempurnakan hingga selalu progresif. Berbeda
dengan binatang yang hanya dibekali dengan instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah
dan dan bersifat statis. Akal lah yang membentuk serta membina kebudayaan manusia dalam
bebragai aspek kehidupannya termasuk dalam bidang pengobatan.
1) Terapi Dengan Zikir
Dzikir dalam arti sempit memiliki makna menyebut asma-asma Allah yang agung
dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas, dzikir mencakup pengertian
mengingat segala keagungan dan kasih saying Allah SWT yang telah diberikan kepada kita,
sambil mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Menurut al-Ashfahani,
dzikir adalah menghadirkan sesuatu baik dalam bentuk perasaan (hati) maupun perbuatan.AlThabathabaI

mengemukakan

dua

makna

yang

terkandung

dalam

lafal

dzikir: pertama, kegiatan psikologis yang memungkinkan seseorang memelihara makna


sesuatu yang diyakini berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir padanya
(istikdhar); kedua,hadirnya sesuatu pada hati dan ucapan seseorang. Dzikir dalam hati disebut
dzikir qalb, sedang dalam ucapan disebut dengan dzikir lisan.Ingatlah kamu kepada-Ku
niscaya Aku ingat (pula) kedamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari

(nikmat)

Ku. (QS.al-Baqarah:125)Dan

barang

siapa

berpaling

dari

peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta (QS.Thaha:124).

13

Menurut al-Thabathaba maksud kehidupan sempit dalam ayat tersebut adalah :


1. Kehidupan dunia, yaitu kehidupan seseorang yang hatinya diliputi rasa keresahan,
kesedihan, kegoncangan, dan ketakukan disebabkan adanya kejadian-kejadian yang
menimpa seperti sakit, irihati dan kematian.
2. Kehidupan setelah mati, yaitu adanya siksa kubur yang mencelakakan di alam
barzah.
3.

Kehidupan di akhirat, yaitu adanya siksa sebelum masuk neraka disebabkan


hatinya buta.

Dzikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas dzikir
mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalam
hatinya. Dzikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan
menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT semata, sehingga dzikir mampu memberi
sugesti penyembuhannya. Karena itulah maka Allah SWT menyerukan kepada hamba-Nya
agar debertanya kepada orang-orang ahl dzikr jika tidak mengetahui penyakit dan cara
penyembuhannya (QS.al-Nahl:43).
Melakukan dzikir sama nilainya dengam terapi rileksasi (relaxation therapy), yaitu satu
bentuk therapy dengan menekankan upaya mengantarkan pasien bagaimana cara ia harus
beristirahat dan bersantai-santai melalui pengurangan ketegangan atau tekanan psikologis.
Banyak dari kalangan psikolog-sufistik memiliki ketenangan dan kedamaian jiwa yang luar
biasa. Hidup bagi mereka terasa tanpa beban, bahkan dengan misibahpun mereka dapat
menikmatinya. Kunci utama kedaan jiwa mereka itu adalah karena melakukan dzikir. Firman
Allah SWT:(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (QS.alRad:28).Cara berdzikir dibagi menjadi dua macam; pertama, dzikir jahar, yaitu dzikir yang
dikeraskan, baik melalui suara maupun gerakan. Dzikir ini dilakukan dalam waktu, jumlah,
dan cara tertentu. Fungsi dzikir ini adalah untuk menormalisasi kembali fungsi system
jaringan syaraf, sel-sel dan semua organ-organ tubuh. Bagi aliran psiko-sufistik tertentu ada
yang memiliki cara berdzikir sendiri, yang menurutnya, cara-cara yang dikembangkan itu
myan miliki rahasia (asrar) tersembunyi. Apabila cara-cara itu dilakukan maka dapat
menyembuhkan jenis penyakit tertentu pula. Misalnya dalam Tarekat Naqsyabandiyah
14

terdapat gerakan ujung lidah yang ditempelkan pada langit-langit mulut sambil membaca
lafal Allah sebanyak 1000 kali secara sirri (dibaca dalam hati). Atau dalam Tarekat
Qadhariyah terdapat gerakan untuk mengucapkan kalimat la ilaha illallah. Ketika
mengucapkan la ilaha (tiada Tuhan) pandangan mata dipusatkan ke qalbu didalam dada, lalu
seakan-akan kalimat la ilaha yang berada didalam qalbu itu dibuang dengan menengok
keatas, kemudian diteruskan dengan mengucapkan illallah (kecuali Allah) dengan kepala
menghadap keatas, lalu seakan-akan kalimah illallah yang berada diluar dimasukkan kedalam
qalbu. Gerakan-gerakan semacam itu dilakukan dengan penuh semangat dan berulang-ulang,
sehingga mampu mengaktifkan optimalisasi fungsi organ tubuh; kedua, dzikir sir yang
diucapkan dalam hati, model dzikir yang kedua ini memiliki banyak macamnya.
Dalam psiko-sufistik, terdapat konsep lataif yang dikembangkan sebagai metode berdzikir
dalam hati. Lataif adalah esensi yang lembut dan halus yang terdapat dalam qalbu manusia.
Agar ia tetap dalam fitrah asalnya (suci dam bersih) maka diperlukan pemeliharaan melalui
dzikir dan perjuangan spiritual (mujahadah).
Pengembangan konsep lataif dalam psiko-sufistik ini sama halnya dengan psikologi
fisiologis (pyisiological psychologi), yaitu cabang psikologi yang meminati interrelasi dari
system syarat, resepton, kelenjar endokrin, proses tingkah laku, dan proses mental.Menurut
psiko-sufistik ini, manusia memeliki jizim halus(aspek psikis).mereka membaginya dalam
tujuh tingkatan, yaitu;
1. Latifah al-qalb, yaitu jizim halus yang berhubungan dengan jantung.letaknya dua jari
dibawah susu kiri. Disinilah letak keimanan, keislaman, danke ihsananserta letak ke
musyrikan,kekafiran,ketakhayulan dan sifat-sifat iblis.untuk mensucikan perlu 5.000
kali membaca lafalAllah;
2. Latifah al-rub, yaitu jizim halus yang berhubungan dengan rabu jasmani. Letaknya di
bawah jari di susu kanan. Disini letak sifat-sifatbinatang jinak (bahimiyah), seperti
nafsu-nafsu impulsive, erotik, dan sebagainya, untuk mensucikannya perlu 1.000 kali
membaca lafalAllah;
3. Latifah al-sir, yaitu jizim halus yang letaknya di atas susu kiri.di sinilah tempat sifat
binatang buas (subuiyah), seperti sifat zalim, aniaya, pendendam dan pemarah. Untuk
mensucikannya perlu 1.000 kali membaca lafalAllah;
15

4. Latifah al-khafiy, yaitu jizim halus yang letaknya di atas susu kanan dan di kendarai
limpah jasmani. Disinilah tempat sifat dengki, khianat dan sifat saithaniah lainnya.
Untuk mensucikannya perlu1.000 kali membaca lafalAllah.
5. Latifah al-akhfa, yaitu jizim halus yang letaknya di tengah dada yang berhubungan
dengan empedu jasmani. Disinilah letak sifat-sifat rabbaniah seperti pamer, sombong,
angkuh, dan sebagainya. Untuk mensucikannya perlu 1.000 kali membaca lafal
Allah
6. Latifah al-nafs al-nathiqah, yaitu jisim halus yang terletak diantara dua kening.
Disinilah letak nafsu amarah yang mendorong perbuatan jahat, banyak khayal, dan
panjang angan-angan. Untuk mensucikannya perlu 1.000 kali membaca lafal Allah
7. Latifah kull al-jasad, yaitu jisim halus yang mengendarai seluruh tubuh jasmani.
Disinilah letak sifat jahil dan lupa. Untuk mensucikannya perlu 1.000 kali membaca
lafal Allah;Sebagai kesimpulan kelima terapi diatas adalah terapi dengan doa dan
munajat. Doa adalah harapan dan permohonan kepada Allah SWT agar segala
gangguan dan penyakit jiwa yang dideritanya hilang.
Allah SWT yang membuat penyakit dan Dia pula yang memberikan kesembuhan (QS.alSyuara:80). Doa dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik dalam shalat, puasa,
haji, maupun dalam beraktifitas sehari-hari.Agar doa diterima diperlukan syarat-syarat
khusus. Diantaranya adalah membaca istighfar terlebih dahulu. Istighfar tidak hanya berarti
memohon ampunan kepada Allah dengan membaca astaghfirullah (aku memohon ampunan
kepada Allah), tetapi lebih esensial lagi, memiliki makna taubat. Taubat adalah kembali dan
menyesali serta berjanji tidak melakukan perbuatan maksiat dan dosa lagi. Berdasarkan
pengertian tersebut, taubat sebenarnya menjadi prinsip dan prasarat bagi penyembuhan
penyakit, baik penyakit fisik maupun psikis. Artinya, untuk menuju kondisi sehat, seseorang
harus kembali (taba) pada fitrah asal dan berusaha tidak mengulangi perbuatan yang
menyebabkan penyakit tersebut, seperti penyakit Aids disebabkan free-sex, kecanduan
narkoba, psikomatik disebabkan iri hati,dengki, sombong, dan riya. Jika pasien yang telah
sehat dengan menggunakan prinsip taubat, maka jangan coba-coba untuk mengulangi lagi,
sebab hal itu akan mengakibatkan penyakit yang sulit disembuhkan. Sabda Nabi
SAW: bukankah aku telah mengajarimu tentang apa yang disebut obat (psikoterapi) dan
penyakit (psikopatologi). Mereka menjawab; tentu ya Rasulullah beliau mengatakan:
16

penyakit itu adalah dosa, sedang obatnya adalah bertaubat.Dosa adalah sesuatu yang
mendebarkan jiwa dan orang lain memandang hina terhadapnya (HR. Muslim dari Siman alanshari). Orang yang melakukan perbuatan maksiat dan dosa maka jiwanya resah dan selalu
dibayangi oleh perbuatan buruknya sendiri. Satu-satunya cara adalah dengan bertaubat, sebab
ia dapat membersihkan dan menjadi terapi bagi jiwa yang sakit. Taubat yang sesungguhnya
disebut dengan taubatnasuha yaitu berteguh hati unutk tidak mengulangi perilaku yang
buruk, walaupun dalam dunia tidak sadar (mimpi). Imam al-Syarani secara khusus mentukan
taubat nasuha dengan kesadaran jiwa yang sesungguhnya dan ia tidak merasakan
kenikmatan lagi jika berfikir melakukan perbuatan dosa, walaupun didalam dunia bawah
sadar (alam mimpi). Jika seseorag dalam mimpinya masih merasakan kenikmatan berbuat
dosa maka hal itu sebagai pertanda taubatnya belum nasuha.Barang kali yang unik dalam
psikoterapi islam adalh bahwa keberadaannya sangat subjektif dan teosentris. Dalam
melakukan terapi, masing-masing individu memiliki tingkat kualitas yang berbeda seiring
pengetahuan, pengalaman, dan pengamalan yang dimiliki. Meskipun masing-masing individu
telah menempuh cara-cara psikoterapi yang sama, boleh jadi memperoleh pengalaman
psikologis yang berbeda. Tentunya ha itu mempengaruhi tingkat kemujaraban terapi yang
diberikan. Perbedaan itu dapat dipahami, sebab dalam islam mempercayai adanya anugrah
dan kekuatan agung diluar kekuatan manusia,yaitu Tuhan.
2) Terapi Penyembuhan 'ala Rasulullah
"ALLAH telah menurunkan penyakit dan penawarnya dan Dia telah menentukan
setiap penawar untuk setiap penyakit. Jadi rawatlah dirimu sendiri dengan menggunakan
obat-obatan sekuatmu, tetapi jangan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas dilarang." (HR.
Abu Dawud dari Abu Al-Darda).
Metoda Pengobatan Nabi Muhammad SAW :
1. Ruqyah.
Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah diajarkan Malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammmad SAW. Ketika Rasullulloh sakit maka datang
Malaikat Jibril mendekati tubuh beliau yang sangat indah kemudian Jibril
membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu Beliau

17

sembuh.inilah doanya BismIlahi arqiika minkulli syai-in yudziika minsyarri


kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismIlahi arqiika
2. Doa Mukjizat
Banyak doa-doa untuk kesembuhan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
kepada umat-Nya seperti yang diriwayatkan dalam berbagai hadis,antara lain ;
"Ya Allah, Tuhan sekalian manusia, hilangkanlah penyakit ini karena hanya
Engkaulah Maha Penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkannya kecuali
ijin Engkau." (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun, doa saja tentu tidak cukup. Tetapi harus ada upaya pengobatan, misalnya
pengobatan tradisional ataupun secara pengobatan medis. Doa dan pengobatan
fisik perlu disinergikan, karena keduanya saling mendukung satu sama lain.
Makanya, alangkah baiknya, banyak rumah sakit dalam prakteknya tidak saja
mengandalkan tentang ilmu kedokteran dan farmasi dalam upaya penyembuhan
penyakit si pasien, tetapi juga dibekali kekuatan keyakinan dan doa. Artinya,
selain selalu menyiapkan juru doa yang memandu si pasien dan keluarga untuk
berdoa bersama, juga menyediakan fasilitas ekstra kepada pasien berupa bukubuku bermuatan soal agama.
Berkaitan dengan hal ini, Aisyah rahimahullah ta'ala meriwayatkan: "Ketika
Rasulullah menderita sakit, dia membaca surat Mu'awwidzatan dalam hatinya dan
meniupkannya ke bagian-bagian yang sakit. Ketika penyakitnya semakin parah,
aku membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya dan memukulkan secara perlahan
pada bagian yang sakit tersebut melalui tangannya sendiri dengan harapan
mendapat hidayat-Nya." (HR. Abu Dawud).
3. Dengan Memakai Madu.
Rasululloh menggunakan madu untuk mengobati salah satu keluarga shahabat
yang sedang sakit .Dalam satu riwayat, ada sahabat datang kepada Nabi SAW
memberitahukan anaknya sedang sakit, kemudian Nabi menyuruh orang itu
meminumkan madu asli pada anaknya sambil membaca doa.

18

4. Bekam
Bekam adalah penyembuhan dengan jalan membuang darah kotor (racun yang
berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Apabila rutin
melakukannya insya Allah akan memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan penyakit dalam rangka menjaga kesehatan.

2.2.
2.2.1

PENGGUNAAN ALKOHOL DAN ZAT-ZAT HARAM DALAM PENGOBATAN


Pengertian Alkohol
Para ulama mendefinisikan bahwa khamr adalah semua minuman yang memabukkan,

baik yang ada di zaman dulu, yang beredar saat ini, dan yang mungkin baru akan ada di masa
mendatang. Baik yang terbuat dari anggur, kurma, biji-bijian, atau yang lainnya.
Ini berdasarkan hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

Semua yang memabukkan adalah khamr dan semua khamr adalah haram. (HR.
Muslim no.2003)
Hadis ini menjadi dasar kaidah bahwa khamr adalah segala bentuk minuman yang
memabukkan, apapun bahannya dan komposisinya.
Imam Al-Khithabi menjelaskan,
Hadis yang menyatakan, Semua yang memabukkan adalah khamr memiliki dua makna:
Khamr adalah istilah untuk menyebut semua minuman yang memabukkan.
Segala sesuatu yang memabukkan hukumnya seperti khamr, dari sisi haramnya, dan
hukuman bagi orang yang mengkonsumsinya, meskipun dia bukan khamr. Hanya saja
hukumnya disamakan dengan khamr, karena statusnya sama dengan khamr. (Maalimu aSSunan, 4:265).
Al-Hafidz Ibn Hajar mengatakan, Adanya hukum tergantung pada adanya illah (latar
belakang munculnya hukum). Illah haramnya khamr adalah unsur memabukkan. Karena itu,
selama benda tersebut memabukkan maka hukumnya haram. (Fathul Bari, 10:56).
19

Berdasarkan keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa khamr tidaklah identik
dengan alkohol. Karena itu, bukan berarti ketika ada bir dengan 0% alkohol maka tidak
disebut khamr. Batasan khamr adalah apakah itu memabukkan ataukah tidak. Selama bir ini
memabukkan ketika dikonsumsi dalam jumlah tertentu maka bir ini layak digolongkan
sebagai khamr, sehingga dihukumi haram. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis,

Setiap yang memabukkan adalah haram. Segala sesuatu yang jika dikonsumsi
dalam jumlah tertentu bisa memabukkan maka mengkonsumsi sedikit hukumnya
haram. (HR. Ibn Majah no. 3392 dan disahihkan Al-Albani)

2.2.2.

Bahaya Alkohol
Alkohol ternyata bisa berakibat buruk pada tubuh, terutama untuk pertumbuhan dan

pembentukan otot. Tak percaya? Coba simak penjelasan berikut:


Alkohol dan Hormon Pertumbuhan
Konsumsi alkohol memiliki efek terhadap pelepasan hormon pertumbuhan. Hormon
pertumbuhan merupakan substansi dalam tubuh yang berperan penting untuk membangun
otot, merangsang pertumbuhan sel, mengembangan dan mempromosikan pertumbuhan tulang
yang optimal.Hormon pertumbuhan lebih banyak diproduksi pada saat Anda tidur (terutama
di jam tidur lebih awal). Konsumsi alkohol akan mengganggu waktu tidur alami Anda yang
berisiko menurunkan jumlah hormon pertumbuhan sekitar 70 persen dari normalnya.
Alkohol dan Testosteron
Testosteron merupakan hormon yang sangat berperan penting dalam proses
pertumbuhan otot. Zat-zat yang terkandung dalam alkohol akan diolah dalam hati dan
menjadi racun bagi substansi pelepas testosteron sehingga mengurangi konsentrasi
testosteron dalam tubuh yang kemudian menyebabkan massa otot sulit bertumbuh.
Alkohol dan Pemulihan
20

Alkohol adalah racun bagi tubuh. Tubuh membutuhkan energi untuk menghapusnya
dari metabolisme dan mencegah efek negatif yang mungkin terjadi. Tubuh akan mengalihkan
energi untuk mendetoksifikasi alkohol sehingga energi untuk pemulihan setelah latihan akan
menurun.
Alkohol dan Dehidrasi
Alkohol bertindak sebagai diuretik yang dapat mengganggu keseimbangan cairan
alami tubuh Anda. Dehidrasi dapat berdampak buruk pada tubuh Anda, menyebabkan
kelelahan, produktifitas menurun, dan mengganggu kemampuan sel otot memproduksi
energi.

Alkohol dan Sintesis Glikogen


Ketika Anda mengkonsumsi minuman beralkohol, sintesis alkohol akan mengambil
alih sintesis glikogen, sehingga menurunkan sintesis glikogen dalam sel otot. Hindari
konsumsi alkohol sebelum dan setelah berlatih agar tubuh Anda tidak cepat merasa lelah dan
dapat pulih dengan optimal.
Alkohol dan Kemampuan Aerobik
Alkohol dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah ke seluruh tubuh sekaligus
meningkatkan denyut jantung. Saat latihan, jantung Anda bekerja dalam konsentrasi tinggi
yang terus meningkat. alkohol akan menambah tekanan yang memperkuat denyut jantung dan
membuat latihan terasa lebih berat.
Alkohol dan Lemak
Alkohol mengandung kalori, yang dapat menambah berat badan secara cepat. Alkohol
mengandung 7 tujuh kalori/gram, minum beberapa gelas saja setara dengan makan berat.
Tinggal tunggu waktu lemak Anda bertambah.Kurangi kebiasaan mengonsumsi alkohol
berlebihan Anda agar otot Anda dapat berkembang dengan optimal. Sayangi tubuh Anda, dan
jadilah pribadi yang lebih sehat.
2.2.3. Hukum Menggunakan Alkohol Dalam Pengobatan
21


Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikitnya dinilai haram.
( Shahih HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Penggunaan obat-obatan yang mengandung alkohol masih anggapan sebagian
kalangan yang menyamakan antara alkohol dengan khomr, padahal dalam kenyataannya ada
beberapa perbedaan antara keduanya. Yang

jelas, alkohol bukanlah satu-banyak

diperbincangkan oleh masyarakat tentang status kehalalannya. Hal ini dipicu oleh salah
satunya zat yang memabukkan, karena ada zat lain yang juga bisa memabukkan.
Pengobatan dengan menggunakan alkohol ini banyak dilakukan umpamanya untuk
antiseptik. Bahkan alkohol merupakan jenis antiseptik yang cukup berpotensi. Cara kerjanya
adalah menggumpalkan protein, struktur penting sel yang ada pada kuman, sehingga kuman
mati. Begitu juga Povidon Iodin ( Betadine ) yang kadang dicampur dengan solusi alkohol,
biasanya digunakan untuk pembersih kulit sebelum tindakan operasi. Selain itu, alkohol
sering digunakan juga sebagai obat kompres penurun panas atau untuk campuran obat batuk.
Pada dasarnya segala bentuk pengobatan dibolehkan, kecuali jika mengandung hal-hal
yang najis atau yang diharamkan syariah. Untuk obat-obatan yang mengandung alkohol,
selama kandungannya tidak banyak serta tidak memabukkan, maka hukumnya boleh.
Adapun dasar dari penetapan hukum ini adalah sebagai berikut :
Pertama : Bahwa yang menjadi

illah (alasan) pengharaman khomr adalah karena

memabukkan. Jika alasan ini hilang, maka pengharamannya pun hilang. Ini sesuai dengan
kaedah ushul fiqh :

Suatu hukum itu akan mengikuti keberadaan illah ( alasannya, kalau illahnya ada, maka
hukum itu ada, jika illah tidak ada maka hukumnyapun tidak ada
Kedua : Alkohol dalam obat tersebut sudah hancur menjadi satu dengan materi lain,
sehingga ciri fisiknya menjadi hilang secara nyata . Para ulama menyebutnya dengan istilah
istihlak, yaitu bercampurnya benda najis atau haram dengan benda lainnya yang suci atau

22

halal yang jumlahnya lebih banyak sehingga menghilangkan sifat najis dan keharaman benda
yang najis tersebut.
Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda :

Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran (najis). (
Hadist Shahih Riwayat Daruquthni, Darimi, Hakim,dan Baihaqi )
Keterangannya sebagai berikut : jika ada setetes air kencing bercampur dengan air
yang sangat banyak, maka air itu tetap suci dan mensucikan selama tidak ada pengaruh dari
kencing tersebut.
Ketiga : Dalam suatu hadist disebutkan bahwa Rasulullah shallahu alaihi wassalam
bersabda :

Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikitnya dinilai haram. (
Hadits Shahih Riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah )
Maksud dari hadits tersebut adalah apabila sesuatu yang jika diminum dalam jumlah
yang banyak bisa memabukkan, maka sesuatu tersebut diharamkan walaupun dikomsumsi
dalam jumlah yang sedikit. Seperti khomr jika diminum dalam jumlah yang banyak akan
memabukkan, maka setetes khomr murni ( tanpa campuran ) diharamkan untuk diminum,
walaupun jumlahnya sedikit dan tidak memabukkan.
Lain halnya dengan air dalam suatu bejana dan diberi setetes khomr yang tidak
mempengaruhi air tersebut, baik dari segi warna, rasa, maupun sifat, dan dia tidak
memabukkan, maka minum air yang ada campuran setetes khomr itu dibolehkan.
Adapun perbedaan antara keduanya : setetes khomr yang pertama haram karena murni
khomr, dan seseorang jika mengkomsumsi setetes khomr tersebut dikatakan dia minum
khomr. Adapun setetes khomr kedua tidak haram, karena sudah dicampur dengan zat lain
yang suci dan halal, serta tidak mempengaruhi zat itu, maka halal. Dan seseorang jika
meminum air dalam bejana yang ada campuran setetes khomr, akan dikatakan dia meminum
23

air dari bejana dan tidak dikatakan dia minum khomr dari bejana. Hukum ini berlaku bagi
obat yang ada campuran dengan alkohol.
Keempat : Bahwa alkohol tidaklah identik dengan khomr. Tidak setiap khomr itu alkohol,
karena disana ada zat-zat lain yang memabukkan selain alkohol. Begitu juga sebaliknya
tidaklah setiap alkohol itu khamr. Menurut sebagian kalangan bahwa jenis alkohol yang bisa
memabukkan adalah jenis etil alkohol atau etanol. Begitu juga khomr yang diharamkan pada
zaman nabi Muhammad saw bukanlah alkohol tapi dari jenis lain.
Kelima : Menurut sebagian ulama bahwa khomr tidaklah najis secara lahir, tetapi najis
secara maknawi, artinya bukanlah termasuk benda najis, seperti benda-benda lainnya secara
umum. Sehingga alkohol boleh dipakai untuk pengobatan luar.
Keenam : Suatu minuman atau makanan dikatakan memabukkan jika memenuhi
dua kriteria :
Kriteria Pertama: Minuman atau makanan tersebut menghilangkan atau menutupi
akal.
Kriteria Kedua : Yang meminum atau yang memakannya merasakan nikmat ketika
mengkomsumsi makanan atau minuman tersebut , bahkan sangat
menikmatinya serta merasakan senang dan gembira yang tiada
taranya. Banyak orang sering menyebutnya fly , seakan-akan
dia sedang terbang jauh diangkasa luar, makanya kegembiraan
akibat mabuk ini tidak terkontrol. Dan sering kita dapatkan orang
yang mabuk, tidak karuan ketika berbicara, dan dia sendiri tidak
menyadari apa yang dia katakan. Hal ini bisa kita saksikan di
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu orang yang sangat gembira,
kadang hilang kontrolnya, sehingga berbicara dengan hal-hal
yang mungkin kalau dia sadar tentu tidak akan mengatakannya.
Adapun obat bius tidaklah demikian, karena yang memakainya tidaklah
menikmatinya dan tidak merasakan senang dengan obat bius tersebut. Demikian juga obat
bius ini menjadikan orang tidak sadar alias pingsan. Kalau khomr yang memabukkan tidaklah
menjadikannya pingsan tapi justru dia menikmatinya, sehingga menjadikannya terus menerus
24

ketagihan terhadap minuman tersebut. ( Syekh Utsaimin, Syarhu Bulughul Maram, Kairo,
Dar Ibnu al Jauzi, 2008, hlm : 300 )
Fenomena ini pernah dijelaskan oleh Rasulullah shallahu alahi wassalam ketika
menceritakan seseorang yang karena terlalu senangnya ketika dia menemukan kembali kuda
dan seluruh bekalnya sehingga dia mengucapkan secara salah :

Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu ( HR Bukhari dan
Muslim )
2.3

PENGGUNAAN ALAT KESEHATAN DALAM BERIBADAH


Shalat selamanya akan menjadi kewajiban manusia selama di jasadnya masih ada ruh

dan akal. Hanya saja, syariat memberikan keringanan, dimana manusia boleh melaksanakan
shalat sesuai kemampuannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam :

Kerjakanlah shalat dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak
mampu juga maka dengan berbaring. (HR. Bukhari).
2.3.1

Beribadah dengan menggunakan Kateter


Jika penggunaan alat ini termasuk kondisi terpaksa, di mana kateter harus tetap

terpasang dan tidak bisa dilepas waktu shalat, atau jika sering dilepas akan membahayakan
orang yang sakit, maka tidak masalah shalat dalam keadaan kateter tetap terpasang.
Sebagaimana firman Allah:

Bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian. (QS. At-Taghabun: 16).


Allah juga berfirman:

25

Allah tidak membebani satu jiwa kecuali sesuai kemampuannya. (QS. Al-Baqarah: 286).
Akan tetapi jika memungkinkan untuk dilepas, meskipun diupayakan hanya dua kali
sehari, maka dia bisa atur agar kateter dilepas ketika mendekati waktu asar dan waktu isya.
Ketika kateter dilepas mendekati waktu asar, kemudian dia bisa shalat dzuhur di akhir waktu,
disambung dengan shalat asar setelah masuk waktunya. Atau dilepas ketika mendekati isya,
kemudian si sakit bisa shalat maghrib, disambung dengan shalat isya setelah masuk waktu.
Setelah membahas bolehnya jamak karena sakit, Ibnu Qudamah mengatakan:

Demikian pula dibolehkan bagi wanita mustahadhah, atau orang yang punya penyakit beser
dan yang sejenis dengannya untuk melakukan jamak, berdasarkan hadis yang kami
bawakan.
Hadis yang dibawakan Ibnu Qudamah adalah hadis dari Hamnah binti Jahsy radhiyallahu
anha, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang hukum
shalat dan puasa, sementara dia terus keluar darah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:

Jika kamu sanggup, lakukan hal berikut: akhirkan shalat dzuhur dan segerakan
shalat asar di awal waktu. Kamu mandi kemudian shalat dzuhur dan asar dijamak.
Kemudian kamu akhirkan shalat maghrib dan segerakan shalat isya di awal waktu,
kemudian kamu jamak dua shalat itudst. (HR. Turmudzi dan yang lainya)
2.3.2. Beribadah Dengan Menggunakan Colostomy Bag
HALAT BAGI PENYANDANG STOMA
(OSTOMATE)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Nomor: 7 Tahun 2009


Tentang

26

SHALAT BAGI PENYANDANG STOMA (OSTOMATE)

Majelis Ulama Indonesia,


Menimbang :
a. Bahwa ostomy merupakan suatu jenis tindakan operasi yang diperlukan dengan
membuat lubang (stoma) pada bagian tubuh tertentu, bagi penderita keganasan pada
saluran cerna (usus besar) atau saluran kemih sehingga kehilangan kemampuan untuk
buang air besar atau buang air kecil secara normal. Hal mana mengakibatkan penderita
harus menggunakan suatu alat buatan melalui stomanya untuk mengumpulkan hasil
pembuangan tubuh, baik berupa urine ataupun tinja.
b. Setiap orang yang mukallaf diwajib-kan mendirikan shalat dalam keadaan
bagaimanapun, sesuai dengan kondisinya.
c. bahwa oleh karena itu, Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menetapkan fatwa
tentang Shalat bagi penyandang Stoma.
Mengingat :
1. Ayat-ayat al-Quran; antara lain:

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan
dengarlah serta taatlah.
2. Hadis-hadis Nabi SAW tentang pengurusan jenazah dan hadis:

Jika aku memerintahkan kepada kalian untuk melaksanakan sesuatu, maka
laksanakanlah semampu kalian..
3. Qawaid fiqhiyah; antara lain:


27

Keadaan darurat membolehkan perkara yang dilarang





Suatu perkara jika membawa kesempitan maka akan menjadi longgar
Memperhatikan :
1. Pendapat Syaikh Sayyid Bakri dalam kitab Ianatut Thalibin:
:( ) ( :
- - .
Haram bagi orang yang hadas mendirikan shalat walaupun shalat sunnah
berdasakan sabda nabi SAW: Allah SWT tidak akan menerima shalat orang
yang hadas hingga berwudhu. Ketentuan ini kecuali bagi orang yang
hadasnya tidak bisa disucikan (daim al-hadas), yang hukumnya telah
disampaikan di bab terdahulu, dan selain orang yang tidak mendapatkan alat
untuk bersuci (air untuk berwudhu,dan debu untuk tayammum)
2. Pendapat An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu Syarh Al-Muhadzab:

Hukum bagi orang yang beser, dan mudah keluar madzidan orang yang tidak
mungkin bersuci (daim al-hadas) dan air luka yang mengalir adalah sama
dengan hukum orang yang istihadhah sebagaimana dijelaskan sebelumnya
3. Rapat Komisi Fatwa dan Pimpinan MUI pada hari Jumat, 21 Agustus 2009 / 29 Sya`ban
1430 H
MEMUTUSKAN

Menetapkan: FATWA TENTANG SHALAT BAGI PENYANDANG STOMA (OSTOMATE)


1. Shalat bagi penyandang stoma (ostomate) selama masih bisa melepaskan atau
membersihkan kantung stoma (stoma bag) sebelum shalat, maka wajib baginya untuk
melepaskan atau membersihkannya.

28

2. Sedangkan apabila tidak dimungkinkan untuk melaksanakan ketentuan pada nomor


satu di atas, maka baginya shalat dengan keadaan apa adanya, karena dalam kondisi
tersebut ia termasuk daim al-hadats(orang yang hadatsnya tidak bisa disucikan), yakni
dengan berwudhu setiap akan melaksanakan shalat fardhu dan dilakukan setelah
masuk waktu shalat.

BAB III
KESIMPULAN
Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang senantiasa dialami oleh
setiap manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu penyakit apabila tidak
menurunkan juga obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari
Nabi saw bersabda: -Allah swt tidak menurunkan sakit, kecuali
juga menurunkan obatnya (HR Bukhari).
Pengobatan disini banyak ragam yang ditawarkan kepada manusia sepanjang manusia
itu mau berusaha.Salah satunya adalah pengobatan dengan menggunakan alkohol.Alkohol
dipakai untuk obat luar, maka hukumnya boleh selama hal itu membawa manfaat bagi yang
berobat, dan menurut sebagian ulama bahwa alkohol tidaklah najis.
Adapun jika dipakai untuk obat dalam dan dikonsumsi ( dimakan atau diminum ),
maka hukumnya dirinci terlebih dahulu : jika obat tersebut diminum dalam jumlah yang
banyak akan memabukkan, maka hukumnya haram mengkomsumsi obat yang mengandung
alkohol tersebut, tetapi jika tidak memabukkan, maka hukumnya boleh.Walaupun demikian
dianjurkan setiap muslim untuk menghindari obat-obat yang beralkohol, karena berpengaruh
buruk untuk kesehatan.

29

Pengobatan atau menggunakan obat-obatan dalam penyembuhan penyakit merupakan


hal yang sangat mendasar,tetapi pengobatan ini perlu juga diiringi dengan doa-doa memohon
kesembuhan kepada Allah SWT,serta perbanyak melakukan zikir.Berdoa dan zikir adalah dua
hal yang tidak bisa dipisahkan dari sholat.Manusia dalam keadaan sakit juga dituntut untuk
melakukan kewajibanya sebagai umat muslim yaitu melakukan ibadah sholat lima waktu
sehari semalam.
Shalat selamanya akan menjadi kewajiban manusia selama di jasadnya masih ada ruh
dan akal. Hanya saja, syariat memberikan keringanan, dimana manusia boleh melaksanakan
shalat sesuai kemampuannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam :

Kerjakanlah shalat dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak
mampu juga maka dengan berbaringa. (HR. Bukhari).
Kaum muslimin boleh shalat sesuai dengan keadaan yang dia mampu, namun jangan
sampai dia meninggalkan cara shalat yang lebih sempurna padahal masih mampu diusahakan.
Seperti orang yang masih bisa duduk, maka dia tidak boleh shalat sambil berbaring. Atau
orang yang masih bisa wudhu, namun memilih untuk melakukan tayamum.

30

Anda mungkin juga menyukai