Defenisi Dan Sejarah Perkembangan Ilmu Psikologi
Defenisi Dan Sejarah Perkembangan Ilmu Psikologi
Defenisi Dan Sejarah Perkembangan Ilmu Psikologi
PSIKOLOGI
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam
hubungan dengan lingkungannya.
Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: ""
(Psychyang berarti jiwa) dan "-" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara
etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang
abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental
tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi
dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan
proses mental. Defenisi ini membuat psikologi bergeser dari yang mempelajari jiwa ke
penelitian tingkah laku. Ini dapat dilihat dari sejarah psikologi dari awal (dari masa
Yunani) sampai masa sekarang.
Defenisi psikologi selalu tergeser, sehingga mempengaruhi metodologi
perkembangannya disetiap waktu dan tempat. Bahkan perbedaan ini yang
memunculkan aliran psikologi yang beragam. Perkembangan psikologi terakhir yang
kontemporer dengan pendekaatan Indegeneous (kearifan local) maupun studi lintas
budaya (Cros CulturPsychology) ataupun karakteristik individual (Positive Psychology).
Defenisi Menurut Beberapa Tokoh:
1. Wilhelm Wundt: Psikologi adalah ilmu yang mempelajari kesaradan Manusi
2. Woodworth dan Marquis: Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia, yang terlihat maupun yang tidak telihat meliputi aktivitas fisik,
emosional, dan berpikir.
3. Fieldman: Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
perilaku dan proses mental.
4. Clifford T. Morgan: Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memeplajari
perilaku manusia dan hewan.
5. Gardner Murpgy: Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang
diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
6. Kamus Psikologi (Chaplin): Psychology as a science (psikologi sebagai suatu
ilmu pengetahuan) adalah ilmu mengenai tingkah laku manusia dan binatang;
studi mengenai organisme dalam segala variasi dan kompleksitasnya, untuk
bereaksi terhadap perubahan yang terus menerus dan aliran dari kejadiankejadian fisik/ragawi dan peristiwa-peristiwa sosial yang menyusun
lingkungannya.
Sejarah Psikologi
Dilihat dari sejarah, psikologi sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu bahkan
sebelum masehi (Zaman Yunani) sampai sekarang. Ini dilihat dari sejarah bahwa
psikologi yang dimaksud adalah pembahasan tentang jiwa manusia. Bahkan di dalam
kitab setiap agama kita akan mendapati istilah psikologi (jiwa). Sehingga sejarah
psikologi bisa dilihat dari sudut ini pula. Tetapi sekarang, kita akan membahas sejarah
psikologi dengan membahas pembabakan sejarahnya sesuai dengan perkembangan
ilmu zaman itu. Sebagai catatan bahwa ilmu psikologi modern tidak bias dipisahkan
dengan sejarahnya di Filsafat. Sebagian ahli berpendapat bahwa psikologi berkembang
dari ilmu filsafat yang memisahkan diri sebagai ilmu mandiri.
A. Masa Yunani
Pendekatan dan orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam,
empirical observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan
matematika, meletakkan dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu objective,
experimentation and observation, the real activity of living organism. Pertanyaan utama
yang selalu berulang:
Why do we behave as we do?
Why are we able to generate reasonable explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we seem to know what we know?
Efforts to find the cause.
Comte: causal explanation adalah indikator untuk perkembangan tahap intelektual
bagi peradaban manusia.
Masa Pra Yunani Kuno : tahap intelektual masih primitive, yaitu theological/animism :
atribusi the cause pada dewa-dewa atau spiritual power. Contoh : Mesir
Manusia adalah pihak yang lemah. Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit, maka
tugas utama manusia adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara
menjunjung tinggi otoritas para spirit.
Sejak zaman filsuf-filsuf besar seperti Socrates (469-399 SM) telah berkembang filsafat
mental yang membahas secara jelas persoalan jiwaraga.
Kejayaan masa Yunani ditandai oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato,
Aristoteles; walau masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa
Yunani Kuno)
B. Masa Abad Pertengahan
Masa abad pertengahan yang dimaksud adalah menurut pembabakan di bawah ini:
a. Akhir Hellenistic
Pendekatan natural science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander the
Great melalui ekspansi militer sampai ke daerah Timur. Bersamaan dengan itu mulai
juga masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia, India, dan Mesir.
Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini semakin kuat,
ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas menggantikan naturalisme.
b. Masa Romawi
Konteks sosial :
Pemikiran tentang manusia dan alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan
spesialis. Bangsa Romawi lebih tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal
dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran
Romawi.
Ide-ide dan pemikiran tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide
ketuhanan
Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik,
serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat
Romawi.
a) dikotomi aktif-pasif, apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah unsur yang
aktif dan mandiri terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan hanya bisa
memberi reaksi.
b) dikotomi passion reason
c) manusia dipandang sebagai makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha untuk
mencari cara menguasai keinginan fisik melalui penolakan dunia materiil dan mencari
kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
c. Pengaruh Kristen
Konteks sosial :
Manusia bukan hanya physical being, tetapi juga spiritual entity. Aspek spiritual
tidak diatur oleh hukum alam. Jiwa manusia (soul) ada pada dunia yang tidak
nyata (intangible), tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya
dapat dibuktikan lewat percaya (iman).
Usaha untuk menjelaskan hubungan antara body and soul sebagai suatu
dualisme, bukan sst yang harus dipertentangkan, body dan soul masing-masing
memiliki fungsi tersendiri.
Tuhan adalah kebenaran yang menciptakan manusia, bumi dan surga. Jiwa
manusia adalah image dari Tuhan.
dapat sedekat mungkin dengan Tuhan dan berarti juga sedekat mungkin dengan
kebenaran.
Dalam psikologi modern teknik ini digunakan oleh beberapa aliran besar seperti
strukturalisme (teknik utama untuk menggali jiwa manusia), gestalt, dan psikoanalisa.
2) Thomas Aquinas
Namun demikian, banyak act dari soul yang membutuhkan tubuh fisik manusia
sebagai kekuatan yang dapat mewujudkannya.
Sepanjang masa ini, perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan yang
luas, hubungan antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah pemahaman
tentang kehidupan secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam
diri manusia itu sendiri. Menunjukkan semakin mendalamnya perhatian dan concern
awal mengenai manusia itu sendiri. Meskipun demikian, pengaruh kuat gereja
menyebabkan pemikiran tentang manusia tidak bebas, dan otoritas ketuhanan tetap
dijunjung sebagai otoritas tertinggi
C. Masa Renaissans
Konteks sosial dan intelektual
Masa ini merupakan merupakan reaksi terhadap masa sebelumnya, dimana
pengetahuan bersifat doktrinal di bawah pengaruh gereja dan lebih didasarkan pada
iman. Reaksi ini sedemikian kuat sehingga dapat dikatakan peran nalar menggantikan
peran iman, ilmu pengetahuan menggantikan tempat agama dan iman di masyarakat.
Semangat pencerahan semakin tampak nyata dalam perkembangan science dan filsafat
melalui menguatnya peran nalar (reason) dalam segala bidang, dikenal sebagai the age
of reason.Akal budi manusia dinilai sangat tinggi dan digunakan untuk membentuk
pengetahuan.
Masa Rennaissance ditandai dengan bergesernya fokus pemahaman dari Godcenteredness menjadi human-centerednes, dikenal dengan istilah sekularisasi atau
humanity. Tulisan-tulisan filsuf terkenal seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain dikaji
untuk melihat bagaimana pola pikir penulisnya dan konteks histories waktu tulisan itu
dibuat. Maka yang dicari adalah human truth dan bukan God truth. Kesimpulan akhirnya
adalah penerimaan bahwa kebenaran memiliki lebih dari satu perspektif.
D. Masa Pasca Renaisans dan Revolusi Ilmiah
Konteks sosial dan intelektual
Ada beberapa pandangan penting tentang manusia pada masa ini:
Pola pikir yang lebih mekanistik dalam memandang alam dan manusia. Itu berarti alam
memiliki sistem, dapat diramalkan, dan tidak tunduk pada hukum-hukum spritual
belaka. Manusia juga memiliki reason, kemampuan untuk berpikir logis dan dengan
demikian tidak tunduk total kepada hukum spiritual dan kesetiaan semata.
Penganjur :
Nature philosophy : alam diatur menurut hukum yang pasti, empirik dan dapat
dibuktikan lewat eksperimen. Memahami alam harus diikuti sikap mental pengujian
fakta obyektif dan eksperimental.
Implikasinya adalah munculnya diskusi tentang. knowledge yang menyebabkan
perkembangan ilmu dan metode ilmiah yang maju dengan pesat. Penekanan pada
fakta-fakta yang nyata daripada pemikiran yang abstrak. Ilmu-ilmu eksakta yang
menggunakan pendekatan empiri menjadi semakin dominan, sesuatu yang sampai
sekarang juga masih dapat dirasakan pengaruhnya. Pada masa ini ilmu fisikalah yang
dikenal sebagai the queen of science, dengan munculnya fisikawan besar seperti
Newton.
Rene Descartes (1596-1650) mengemukakan bahwa manusia memiliki dimensi jiwa dan
raga yang tidak dapat dipisahkan.
Ada 3 aliran yang berkembang (Dibawah Pengaruh Faal):
1. Fisiologis:
Kemajuan-kemajuan di bidang fisiologis, meliputi riset-riset di bidang aktivitas
syaraf , sensasi, dan otak yang memberi dasar empiris bagi fungsi-fungsi yang
sebelumnya dianggap fungsi dari soul (jiwa), yang juga sebelumnya dianggap sangat
abstrak.
Tokoh-tokoh penting :
Marshall Hall : refleks dikomandoi oleh syaraf tulang belakang (spinal cord) dan
bukan syaraf batang otak. Mendiferensiasikan gerakan tubuh ke dalam 4
kelompok : voluntary movement, respiratory movement, involuntary movement,
dan refleks. Pandangannya ini memicu diskusi mengenai kesadaran yang sangat
relevan bagi perkembangan psikologi.
Para ahli yang bersibuk diri dengan studi fisiologis dari sensasi, berusaha
menguraikan anatomi dari reseptor indrawi dan menganalisis pengalaman
psikologis yang dihasilkan berdasarkan proses fisiologisnya. Tokoh : Thomas
Young (1773-1829) : trichromatic theory, Jan Purkinje (1787-1869) : hubungan
sistematis antara struktur mata dan syaraf ke otak untuk menjelaskan perceptual
error.
2. Psikofisiologis
Psychophysics, adalah bagian dari disiplin ilmu fisiologi yang memfokuskan pada
subjective experience dalam mempelajari hubungan antara stimulus fisik dan
sensasinya. Sensasi yang dirasakan oleh pancaindera manusia dipandang sebagai
refleksi hubungan soul-body dan tidak semata-mata dijelaskan dari sudut anatomi atau
fisik saja. Psychophysics merupakan tahap transisi yang krusial antara bidang fisiologis
dengan awal pemunculan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu. Oleh karena itu para
tokoh psychophysics dapat dianggap sebagai tokoh pendiri psikologi.
Tokoh-tokoh penting :
a) Gustav Theodor Fechner : hubungan antara sensasi dan persepsi, menganggap
psikofisik sebagai sebuah ilmu eksak untuk menjelaskan hubungan antara body and
mind. Ia tidak setuju dengan materialism, yaitu bahwa mind harus selalu diwujudkan
dalam bentuk nyata baru bisa diteliti, sebaliknya ia berpegang pada tradisi pemikiran
Jerman dimana mind diangagp sebagai sesuatu yang aktif dan memiliki struktur secara
mandiri. Ia mengajukan ilmu empiris tentang mind dimana meningkatnya bodily and
sensory stimulations dianggap sebagai indicator atau measurement untuk intensitas
pengalaman mental.
Konsep utama : ambang atau threshold. (absolute threshold, just noticeable threshold).
b) Hermann von Helmholtz (1821-1894)Seorang pelopor psikologi eksperimen, banyak
menggunakan waktu reaksi dalam penelitiannya, merupakan sesuatu yang masih
banyak digunakan dalam psi eksperimen sampai sekarang.
Konsepnya : unconscious inference : penyimpulan hasil persepsi manusia diperoleh
berdasarkan proses yang berulang sehingga akhirnya menjadi sesuatu yang tidak
disadari,irresisitible, sekali terbentuk sulit secara sadar untuk dimodifikasi,
dan digeneralisasikepada stimulus yang mirip di lingkungan. Konsep penting
lain : unbewusster schluss
Para tokoh psychophysics menunjukkan area studi yang tidak dengan mudah
diakomodasi dalam ilmu fisika, fisiologis, atau filosofi. Area studi inilah yang
berkembang menjadi obyek studi psikologi.
3. Evolusi
Evolusi, yang dikemukakan oleh Charles Darwin (1809-1882) merupakan titik penting
dalam pemikiran mengenai manusia karena mengajukan ide bahwa keberadaan
manusia merupakan bagian dari proses adaptasi makhluk hidup dengan alam, manusia
bukan secara spesial diciptakan dan dengan demikian perbedaannya dengan makhluk
lain hanya bersifat gradual, bukan kualitas. Pandangan ini penting dan relevan sekali
bagi perkembangan psikologi, terutama memberikan ide mengenai individual
difference, perbedaan antar individu juga sifatnya hanya gradual, bukan kualitas.
Tokoh penting :
Francis Galton (1822 1911) : dikenal sebagai bapak psikologi eksperimental Inggris.
Menampilkan aspek praktikal dan kegunaan dari teori evolusi Darwin, mentransfer teori
Darwin dari konteks biologis ke dalam konteks perbaikan dalam masyarakat.
Perkembangan dalam dunia psikiatri
Sumbangan dari dunia psikiatri terutama pada eksplorasi gejala-gejala patologis
kejiwaan dan pengayaan dalam bidang metodologi. Bidang ini terutama terkait dengan
psikologi klinis.
Tokoh :
1. Kraepelin : penggolongan psikosis, determinan fisiologis dari kelainan jiwa,
penyusunan tes psikologis untuk penderita kelainan jiwa.
2. Kretschmer: hubungan bentuk tubuh dan kelainan kejiwaan, dan tipologi bawaan
E. Psikologi sebagai ilmu yang mandiri (Akhir Abad Ke-19)
Konteks sosial dan intelektual
Pada akhir abad 19, dengan perkembangan natural science dan metode ilmiah
secara mapan sebagaimana diuraikan di bagian sebelumnya, konteks intelektual
Eropa sudah siap untuk menerima psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang
mandiri dan formal.
Konteks ilmiah Jerman pada abad 19 ditandai dengan mulai berdirinya institusi
universitas dengan misinya untuk membentuk manusia berkualitas (berbudaya
dan memiliki integritas) dan penyedia tenaga kerja yang professional.
Wundt sendiri menganggap psikologi sebagai bagian dari filsafat. Namun dengan
berkembangnya karir pribadinya, ia mulai menentukan batas-batas yang dapat
dilakukan psi. sebagai sebuah ilmu alam, khususnya psikologi eksperimen. Dasar
berpikir Wundt tentang psikologi menunjukkan bagaimana posisi psikologi dalam
dua kepentingan itu sendiri. Baginya kesadaran manusia (consciousness) terdiri
dari elemen-elemen. Namun elemen ini tergabung dalam kesatuan yang lebih
besar melalui human will.
besarnya, Voelkerpsychologie, yang baru diakhirinya pada tahun 1920, tahun dimana ia
wafat. Karya ini berisi pemikirannya tentang sisi lain dari psikologi, yaitu mempelajari
individu dalam society, tidak hanya inidvidu dalam laboratorium. Karya ini dapat
dikatakan sebagai jejak pertama Psikologi Sosial.
Pemikiran Wundt terbagi atas beberapa point penting:
Adanya an alliance between two science, yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi
adalah ilmu yang menginformasikan fenomena kehidupan sebagaimana yang
kita persepsikan melalui penginderaan eksternal sedangkan psikologi adlaah
yang memungkinkan manusia melihat ke dalam dirinya dari sisi internal dirinya
sendiri. Terkait dengan ikatan kedua cabang ilmu ini, ada beberapa pemikiran
penting:
1. Secara metodologi aliansi ini berarti apparatus dan teknik pengukuran yang ada
di bidang fisiologi diaplikasikan kepada bidang psikologis, misalnya dengan
waktu reaksi. Berdasarkan hal inilah, Wundt menamakan cabang ilmu baru yang
ditemukannya ini sebagai psikologi eksperimental. Bagi Wundt metode
eksperimen lebih layak digunakan untk eksplorasi mind daripada yang biasa
digunakan, yaitu introspection. Sebenarnya secara tradisional, Wundt
bergantung pada observasi introspektiv dari alam sekitar dan dunia, dimana
dipisahkan antara usaha untuk mengidentifikasi elemen-elemn mental dan
mengidentifikasi proses mental yang mengintegrasikan elemen-elemen tersebut
ke dalam pengalaman atau obyek yang koheren.
2. Dengan aliansi ini psikologi menjadi lebih terbantu untuk menghadapi tantangan
dunia natural science. Ilmu psikologi yang secara tradisional mempelajari soul
(jiwa), kini mendapat justifikasinya selama elemen soul tsb di jabarkan ke dalam
elemen fisiologis terkecil, misalnya susunan system syaraf. Maka dimungkinkan
juga terjadinya reduksionism operasi mental ke dalam operasi neurologis.
3. Melalui aliansi dengan ilmu yang lebih mapan kedudukannya seperti ilmu
fisiologis, psikologi lebih mudah diterima dalam khasanah ilmu pengetahuan
sebagai sebuah ilmu yang mandiri
Pemahaman Wundt tentang psikologi relatif konstan, yaitu ..as the study of the
mind and the search for the laws that govern it.. (Leahey, 2000 : 253). Namun
demikian, pandangannya mengenai metode paling tepat untuk menggali mind
dan ruang lingkup mind itu sendiri berubah sejalan dengan perkembangan
kematangan intelektualitasnya.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind mencakup proses-proses
ketidaksadaran / unconciousness (sebagai karakteristik dari soul). Metode eksperimen
adalah jalan untuk membawa penelitian tentang mind dari level kesadaran
(consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar. Dengan kata lain, metode
eksperimen adalah cara untuk membawa mind ke dalam batas-batas ruang lingkup
natural science yang obyektif dan empiris.Dalam perkembangannya, Wundt mengakui
bahwa metode eksperimental dalam psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali
elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi, emosi, dll). Namun di atas
fenomena-fenomena mendasar ini masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi
(higher mental process) yang mengintegrasikan fenomena dasar tsb. Higher mental
process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah
peradaban dan bersifat abadi, yaitu : bahasa, mitos, custom, budaya. Pada tahap ini
Wundt membatasi fungsi soul hanya pada tahap kesadaran. Proses-proses
ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari study of the mind.
Research Method for Psychology, adalah fokus pemikiran Wundt selanjutnya. Idenya
tentang metode juga berkembang sejalan dengan kematangan proses intelektualnya.
Metode yang pertama kali dianjurkan Wundt sebagai strategi ilmiah untuk eksplorasi
psikologis adalah eksperimental self-observation/introspection, pengembangan
dari metode perenungan (armchair subjective introspection) yang sering dipakai dalam
filsafat. Metode ini dilakukan oleh Wundt dg cara sangat terkontrol sehinga dapat
direplikasi. Metode ini dilakukan di bawah pengawasan ketat dari seorang
eksperimenter yang terlatih. Subyek dimasukkan ke dalam situasi lab yang terkontrol
dan diminta melaporkan secara sistematis pengalaman yang dihasilkan dari situasi
tersebut. Eksperimenter mencatat hasil ini secara mendetil.
Metode eksperimental introspection di atas sangat diutamakan oleh Wundt dalam
penelitian-penelitiannya pada masa ia memahami mind sbagai studi yang mencakup
unconsciousness. Metode ini dianggap lebih unggul daripada introspeksi yang
tradisional (armchair introspection) karena lebih mampu menjangkau tahap
unconsciousness daripada yang terakhir.Selain eksperimental introspection, Wundt
menemukan metode lain, yaitucomparative-psychological dan historicalpsychological. Metode eksperimental introspection hanya bermanfaat pada subyek
dewasa yang normal. Untuk anak-anak, binatang, dan individu dengan gangguan
Dalam eksplorasi sejarah perkembangan ini, Wundt sampai pada kajian yang detil dan
sistematis tentang perkembangan bahasa manusia. Hasil kajian ini dianggap sebagai
prestasi besar dalam dunia psikologi dan meletakkan dasar bagi bidang psikolinguistik.
Wundt memandang bahasa dalam dua seginya, dari aspek linguistik dan aspek kognitif.
Bahasa menggambarkan bagaiamana proses kognitif berjalan dan menggambarkan
juga tingkat abstraksi individu.
Jasa utama Wundt dalam bidang psikologi adalah usahanya untuk memperjuangkan
diterimanya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri. Ide-ide Wundt sendiri
tidak bertahan lama dan bahkan murid-muridnya tidak banyak mempopulerkan
pemikirannya. Dalam konteks perkembangan psikologi sebagai sebuah disiplin
ilmu,Wundt lebih tepat dianggap sebagai seorang figur transisi yang menjembatani
aspek filosofis dari psikologi di masa lalu dengan ciri terapan dan natural science dari
psikologi di masa depan. Para murid Wundt juga lebih tertarik untuk mengembangkan
psikologi ke dua arah tsb : natural science dan applied science.
3. Strukturalisme: E.B. Titchener
E.B. Titchener adalah salah satu murid Wundt yang dianggap paling mendukung
pandangan Wundt, meskipun sebenarnya banyak pandangan Wundt yang ditentangnya,
dan akhirnya dia mengembangkan alirannya sendiri, structural psychology.
Titchener berkebangsaan Inggris. Ia belajar di Oxford dalam bidang filsafat sebelumnya
beralih ke fisiologi. Berdasarkan pengalamannya menterjemahkan buku Wundt ke dalam
bahasa Inggris, Titchener tertarik pada ajaran Wundt dan pindah ke Leipzig untuk
menjadi murid Wundt. Setelah menempuh pendidikan di bawah Wundt dan sempat
mengajar sebentar di Inggris, Wundt pindah ke Amerika, mengajar di Cornell University
hingga akhir hayatnya di tahun 1927. Selama masa tinggalnya di Amerika ini structural
psychology yang dijalaninya menemukan tantangan pada aliran Psikologi lainnya yang
khas Amerika, seperti fungsionalisme dan behaviorisme. Namun Titchener tidak
terpengaruh kepada dua aliran besar tsb dan tetap berpegang pada strukturalisme
hingga akhir hayatnya.
Aliran strukturalisme mendasarkan diri pada konsep utama Titchener,
yaitu sensation.Konsep utama ini membawanya kepada pertentangan dengan Wundt
dan konsep apperceptionnya. Berbeda dengan apperception yang merupakan hasil
kesimpulan, sehingga masih memungkinkan subyektivitas, sensation adalah hasil
pengalaman langsung, sehingga lebih obyektif. Lagipula proses atensi yang menjadi
fungsi apperception selalu dapat dikembalikan kepda sensasi menurut Titchener.
Fungsionalisme
Behaviorisme
Psikoanalisa
Psikologi Gestalt
Psikologi Humanistik
(Penjelasan lengkapnya akan dijelaskan tersendiri mengenai perkembangan aliranaliran dalam psikologi di atas).
Sejarah Perkembangan Psikologi di Indonesia
Di Indonesia perkembangan psikologi dimulai pada tahun 1953 yang dipelopori oleh
Slamet Iman Santoso dengan mendirikan lembaga pendidikan psikologi pertama yang
mandiri dan pada tahun 1960 lembaga tersebut sejajar dengan fakultas-fakultas lain di
Universitas Indonesia dan kemudian dikembangkan di UNPAD dan UGM. Hingga