Penatalaksanaan Secara Farmakologis Dan Non Farmakologis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksanaan secara farmakologis dan non farmakologis

Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penalaksanaan secara non


farmakologis dan secara farmakologis, keduanya dibutuhkan karena akan saling melengkapi
untuk penatalaksaan paripurna penderita gagal jantung. Penatalaksanaan gagal jantung baik
itu akut dan kronik ditujukan untuk memperbaiki gejala dan progosis, meskipun
penatalaksanaan secara individual tergantung dari etiologi serta beratnya kondisi. Sehingga
semakin cepat kita mengetahui penyebab gagal jantung akan semakin baik prognosisnya.
Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dikerjakan antara lain adalah dengan
menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan serta pertolongan yang dapat
dilakukan sendiri. Perubahan gaya hidup seperti pengaturan nutrisi. Pembatasan asupan
garam, konsumsi alkohol, serta pembatasan asupan cairan perlu dianjurkan pada penderita
terutama pada kasus gagal jantung kongestif berat. Penderita juga dianjurkan untuk
berolahraga karena mempunyai efek yang positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom,
endotelsertaneurohormonal.
Penderita gagal jantung akut datang dengan gambaran klinis dispneu, takikardia serta cemas,
pada kasus yang lebih berat penderita tampak pucat dan hipotensi. Adanya trias hipotensi
(tekanan darah sistolik < 90 mmHg), oliguria serta cardiac output yang rendah menunjukkan
bahwa penderita dalam kondisi syok kardiogenik. Gagal jantung akut yang berat serta syok
kardiogenik biasanya timbul pada infark miokard luas, aritmia yang menetap (fibrilasi atrium
maupun ventrikel) atau adanya problem mekanis seperti ruptur otot papilari akut maupun
defek septum ventrikel pasca infark. Gagal jantung akut yang berat merupakan kondisi
emergensi dimana memerlukan penatalaksanaan yang tepat termasuk mengetahui penyebab,
perbaikan hemodinamik, menghilangan kongesti paru, dan perbaikan oksigenasi jaringan.
Menempatkan penderita dengan posisi duduk dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi
dengan masker sebagai tindakan pertama yang dapat dilakukan.
Base excess menunjukkan perfusi jaringan, semakin rendah menunjukkan adanya asidosis
laktat akibat metabolisme anerob dan merupakan prognosa yang buruk. Koreksi hipoperfusi
memperbaiki asidosis, pemberian bikarbonat hanya diberikan pada kasus yang refrakter.
Pemberian loop diuretik intravena seperti furosemid akan menyebabkan venodilatasi yang
akan memperbaiki gejala walaupun belum ada diuresis. Loop diuretik juga meningkatkan
produksi prostaglandin vasdilator renal. Efek ini dihambat oleh prostaglandin inhibitor seperti
obat antiflamasi nonsteroid, sehingga harus dihindari bila memungkinkan.

Opioid parenteral seperti morfin atau diamorfin penting dalam penatalaksanaan gagal jantung
akut berat karena dapat menurunkan kecemasan, nyeri dan stress, serta menurunkan
kebutuhan oksigen. Opiat juga menurunkan preload dan tekanan pengisian ventrikel serta
odem paru. Dosis pemberian 2 3 mg intravena dan dapat diulang sesuai kebutuhan.
Pemberian nitrat (sublingual, buccal dan intravenus) mengurangi preload serta tekanan
pengisian ventrikel dan berguna untuk pasien dengan angina serta gagal jantung. Pada dosis
rendah bertindak sebagai vasodilator vena dan pada dosis yang lebih tinggi menyebabkan
vasodilatasi arteri termasuk arteri koroner. Sehingga dosis pemberian harus adekuat sehingga
terjadi keseimbangan antara dilatasi vena dan arteri tanpa mengganggu perfusi jaringan.
Kekurangannya adalah teleransi terutama pada pemberian intravena dosis tinggi, sehingga
pemberiannyahanya1624jam.

Penataaksanaan dalam KG
Penatalaksanaan dalam bidang kedokteran gigi dapat diperhatikan dalam bidang perawatan
yang akan dilakukan. Pada bidang konservasi gigi maupun pedodonsia perlu diperhatikan
obat anastesi yang akan digunakan tidak mengandung vasokontriktor dan perlu diperhatikan
juga faktor pemicu asma. Pada bidang ortodonsia dan prostodonsia perlu juga di kontrol
faktor pemicu asma karena dapat menyebabkan tertelannya bahan cetak. Kemudian pada
bidang bedah mulut perlu diperhatikan obat anastesi yang dapat memicu perparahan asma.
Sedangkan dibidang oral medicine karena pada pasien terjadi kelainan jatung yang biasanya
diberikan obat steroid yang menyebabkan terjadinya candidiasis yang perlu diberikan
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai