Penambahan Gypsum Di Raw Mill
Penambahan Gypsum Di Raw Mill
Penambahan Gypsum Di Raw Mill
A. Pendahuluan
Dalam kegiatan kerja praktek di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di Tuban pada
tanggal 5 Januari-31 Januari 2015 diberikan tugas khusus untuk menghitung secara teoritis
apakah gypsum dapat ditambahkan pada awal proses pembuatan semen yaitu pada unit Raw
Mill.
B. Latar Belakang
Proses pembuatan semen di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk adalah proses kering.
Adapun tahapan proses dalam pembuatan semen adalah:
1. Penyiapan bahan baku
2. Pengolahan bahan baku
3. Pembakaran
4. Penggilingan semen
5. Pengisian dan pengantongan.
Pada proses kering ini bahan baku akan diiling sampai kadar air 1%. Bahan baku yang telah
digiling dan dicampur ini akan diumpankan ke kiln dan selanjutnya didinginkan dan
ditambahkan dengan gypsum sehingga menjadi semen.
Gypsum mempunyai rumus CaSO4.2H2O (gypsum) yang pada umumnya terdapat di
gunung-gunung disekitar gunung gamping (kapur). Tujuan penambahan gipsum pada saat
penggilingan terak ini adalah untuk memperlambat pengerasan pada semen. Gypsum ini
biasanya ditambahkan pada finish mill di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Namun,
Gypsum disini menyebabkan total moisture dari semen yang dihasilkan terlalu tinggi. Oleh
karena itu, diperlukan suatu perhitungan teoritis untuk menambahkan gypsum pada Raw Mill
terlebih dahulu dengan harapan kadar moisture pada semen yang dihasilkan bisa turun.
Sehingga, dengan tugas khusus yang kami susun ini dapat lebih mempelajari karakteristik
dari gypsum dan sebagai salah satu acuan apakah gypsum memungkinkan untuk dimasukkan
ke Raw Mill terlebih dahulu.
C. Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui apakah
gypsum bisa dimasukkan terlebih dahulu ke Raw Mill dengan hasil produk yang sesuai
dengan kriteria yang diinginkan melalui perhitungan neraca massa.
D. Tinjauan Pustaka
Pengertian Semen
Semen berasal dari bahasa latin Caementum yang berarti bahan perekat .
Lebih luasnya semen adalah senyawa yang terdiri dari kalsium silika yang
mempunyai sifat adhesif maupun kohesif yang digunakan sebagai bahan pengikat
(bonding material) bahan-bahan bangunan seperti batu, pasir dan bahan lain menjadi
Gypsum
Gypsum mempunyai rumus CaSO4.2H2O (gypsum) yang pada umumnya
terdapat di gunung-gunung disekitar gunung gamping (kapur). Bahan ini ditambah
setelah campuran bahan mentah dibakar menjadi terak. Tujuan penambahan gips pada
saat penggilingan terak adalah untuk memperlambat pengerasan pada semen. Gips
merupakan bahan galian alam sebagai mineral calsium sulfat berbentuk hydrous yang
disebut gypsum dan berbentuk anhydrous yang disebut anhydrant (CaSO4). Deposit
ini mula-mula terjadi karena endapan kimia dari air laut yang kadar garamnya tinggi.
Deposit ini berasal dari deretan deposit batu kapur, gips, anhydrant dan garam
lainnya. Peristiwa geologi yang terjadi menyebabkan batu kapur berubah menjadi
deposit karena reaksi sulfat air laut. Gips dan anhydrant yang terjadi bersifat lunak,
berbentuk butiran dan terkadang berserat. Jika Gips bercampur dengan tanah liat dan
tanah lainnya disebut gypsite. Gips digunakan unutk mencegah adanya fulse set dan
akan memberi setting time serta memberikan kekuatan tekanan pada semen (Sumber :
Teknologi Semen, Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT. Semen Indonesia.)
Spesifikasi Gypsum
Sifat fisis:
Fase
: padat
Warna
: putih kotor
Kadar air
Bulk density
Ukuran material
: 10% H2O
: 1,40 ton/m3
: 30 mm
Sifat kimia:
Mengalami pelepasan hidrat
CaSO4.2H2O
Gypsum dapat diperoleh dari alam atau secara sintetis. Gypsum di alam terdapat
dalam batuan sedimen kalsium sulfat yang banyak terdapat di danau atau kawah
gunung. Gypsum berwarna putih berbentuk kristal. Fungsi gypsum adalah
memperlambat proses pengerasan semen.
Untuk menghasilkan Ordinary Portland Cement ( OPC ) atau semen abu-abu
dibutuhkan 4% gypsum yang dicampur dengan 96% terak/klinker.
-
Pada temperatur 200C akan terbentuk plaster anhidrous kalsium sulfat, bersifat
kurang plastis, keras dan kuat.
CaSO42H2O -------> CaSO4 + H2O
Pada temp. 500C dihasilkan insoluble anhidrit atau dead burning gypsum. Bila
ditambah accelerator akan dihasilkan plaster (keenes cement)
CaSO4 2 H2O ---------> CaO + SO3 + 2 H2O
Pada temp 900o C dihasilkan masa sangat padat, keras, ketahanan tinggi
(Pabwi.S,2014).
Roller Mill
Gambar 3.12 Raw Mill ( Roller Mill) untuk penggilingan bahan baku
Rotary Klin
Type : Fuller Rearculation Flash Calsiner
Kapasitas untuk kiln feed : 500 ton/jam ; output : 312 ton/jam
Ukuran : d = 5,6 m ; p = 8.4 m ; sudut kemiringan 4-5.
Power : 600 Kw, 1.150 rpm
Rotary Klin disebut sebagai tanur putar yang merupakan suatu silinder baja
yang bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api (fire bricks). Temperatur Kiln
900 1450 C.
Di dalam Rotary Kiln dibagi 4 Zone :
Gerakan antara material dengan gas panas hasil pembakaran batu bara adalah
Counter Current.
Prinsip kerja Rotary Kiln:
Umpan Kiln dari Preheater telah terkalsinasi 91% masuk ke Rotary Klin
dengan suhu material 900 C. material langsung mengalami proses kalsinasi lanjutan
sehingga CaCO3 benar-benar habis terurai. Setelah itu pada zona transisi mulai
terbentuk komponen dasar semen seperti C2S, C3A, C3AF. Perputaran motor
diteruskan oleh gigi reducer untuk menggerakkan Kiln. Bahan bakar yang berupa batu
bara lebih besar dan efisiensi pembakaran lebih baik. Karena adanya perputaran dan
posisi Kiln yang miring maka klinker dapat mengalir keluar. Untuk udara
pembakarnya digunakan udara primer dan udara sekunder dari hasil Cooler. Setelah
melewati zona pembakaran, material didinginkan secara mendadak di Cooler.
E. Metodologi
Metode Perhitungan
Data-data yang diperlukan untuk perhitungan diambil dari sumber-sumber sebagai
berikut :
1. Data actual dari over view central control room I & II pada tanggal 26 Januari 2015
2. Data analisa dari laboran jaminan mutu pada tanggal 26 Januari 2015
Metode Penyelesaian
Dalam perhitungan neraca massa menggunakan asumsi sebagai berikut :
1. Basis operasi yaitu 1 jam
2. Dust dari hot gas yang masuk ke Raw Mill dianggap masuk semua ke dalam Raw
Mill Feed.
3. Total Dust yang masuk Raw Mill dianggap 10% dari Kiln Feed
4. Total Dust yang keluar Raw Mill dianggap 10% dari Raw Mill Feed
F. Langkah-langkah penyelesaian.
Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan yaitu:
1. Perhitungan komposisi umpan dan gypsum di Raw Mill.
2. Perhitungan neraca massa produk dari Raw Mill.
3. Perhitungan LSF, SIM, dan AIM pada produk dari Raw Mill.
4. Trial komposisi gypsum hingga didapatkan produk dengan LSF, AIM dan AIM seperti yang
diinginkan.
5. Menganalisa apakah gypsum bisa dimasukkan ke dalam Raw Mill terlebih dahulu.
G. Hasil Perhitungan dan Pembahasan
Hasil Perhitungan
Basis 1 jam operasi
Neraca massa dihitung dengan asumsi sebagai berikut :
1. Dust dari hot gas yang masuk ke Raw Mill dianggap masuk semua ke dalam
Raw Mill Feed.
2. Total Dust yang masuk Raw Mill dianggap 10% dari Kiln Feed
3. Total Dust yang keluar Raw Mill dianggap 10% dari Raw Mill Feed
Tabel Neraca Massa pada Raw Mill
Komposisi
Raw Mix
Lime Stone
Copper Slag
Silica
Gypsum
Dust
Raw mill
H2O vapor
H2O liquid
Total
Input (ton)
699,9428
42,24148
6,7947
0,781
31,24
43,06431
0
35,03569
62,48
921,58
Output (ton)
0
0
0
0
0
78,1
843,48
0
0
921,58
Raw Mix
Lime stone
Copper
Slag
0,87
6,7947
Silica
0,1
0,781
Gypsum
4
31,24
Total
100
781
Komposisi Bahan Utama masuk di Raw Mill
Komposi
si
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
H2O
K2O
Na2O
Total
Massa
%massa (ton)
89,6213
6
699,9428
5,40864
42,24148
Raw Mix
%mass Massa
a
(ton)
15,037
105,2504
4,426
30,97947
1,934
13,53689
42,239
295,6488
0,655
4,584625
12,500
87,49285
10,000
69,99428
13,209
92,45545
100
699,9428
CaO
H2O
Total
93
7
100
39,28458
2,956904
42,24148
Copper Slag
Komposis %mass
i
a
Massa (ton)
Fe2O3
61
4,144767
CuO
0,75
0,05096
SiO2
31,5
2,140331
Al2O3
6,75
0,458642
Total
100
6,7947
Silica
%mass
Komposisi a
Massa (ton)
SiO2
92,5
0,722425
H2O
7,5
0,058575
Total
100
0,781
Komposisi Dust yang masuk di Raw Mill
Dust in
Komposisi %massa Massa (ton)
SiO2
13,87
5,97302
Al2O3
5,15
2,217812
Fe2O3
2,09
0,900044
CaO
42,29
18,2119
MgO
0,93
0,400498
K2O
0,52
0,223934
Na2O
0,2
0,086129
S
0,16
0,068903
Cl
0,2
0,086129
H2O
34,59
14,89594
Total
100
43,06431
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
H2O
K2O
Na2O
CuO
CaSO4
Total
1
3,72719
1
2,09627
5
39,7085
2
0,54353
7
18,1377
5
8,29827
4
10,9611
9
0,00604
2
3,70370
4
100
31,43811
17,68166
334,9334
4,584625
152,9883
69,99428
92,45545
0,05096
31,24
843,48
Pembahasan
sangat tinggi serta dapat mengganggu kinerja dari raw mill ataupun rotary kiln
sendiri.
Oleh sebab itu, lebih baik penambahan gypsum dilakukan di akhir karena
gypsum tidak boleh kehilangan sifatnya sebagai retarder dalam pembuatan semen.
Penambahan gypsum di akhir tidak akan menghilangakan sifat gypsum sebagai
retarder. Hal ini dikarenakan suhu finish mill yaitu pada 1200C gypsum akan berubah
menjadi gypsum hemi hydrat yang tidak stabil dan akan stabil saat semen
ditambahkan dengan air sehingga akan membentuk kembali gypsum alam yang
bersifat stabil. Sehingga dapat memperlambat proses pengerasan semen hingga
didapatkan proses pengerasan yang sempurna.
H. Kesimpulan
1. Gypsum yang dimasukkan terlebih dahulu kedalam Raw Mill akan bereaksi membentuk
plaster anhidrous kalsium sulfat( CaSO4) dan H2O karena suhu operasi pada raw mill
sekitar 3700C sedangkan gypsum akan berubah menjadi CaSO4 dan H2O pada suhu
2000C-4990C dimana Plaster anhidrous kalsium sulfat (CaSO4) ini bersifat kurang
plastis, keras dan kuat
2. Gypsum yang kehilangan molekul air akan sulit menarik kembali molekul air sehingga
gypsum ini sudah kehilangan sifatnya sebagai retarder dimana gypsum akan mengeras
setelah ditambahkan dengan air.
3. Gypsum disini juga sebaiknya tidak dimasukkan kedalam kiln mill karena gypsum juga
akan kehilangan sifatnya sebagai retarder. Hal ini dikarenakan pada suhu 500C akan
dihasilkan insoluble anhidrit atau dead burning gypsum dan pada suhu 900oC
dihasilkan masa sangat padat, keras, ketahanan tinggi senyawa yang dihasilkan adalah
CaO ,SO3, dan 2 H2O sedangkan suhu operasi pada Kiln Mill berkisar 8000C-15000C.