Faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan
Faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan
Faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan
Abstrak
Sistem pernapasan terdiri dari system pernapasan internal dan eksternal. Udara masuk
dan keluar dari tubuh melalui struktur saluran pernapasan. Di dalam tubuh terjadi pertukaran gas
melalui difusi bergerak dari gradien yang tinggi menuju ke gradien yang rendah, pertukaran ini
terjadi sampai keseimbangan terjadi. Setelah terjadi pertukaran gas maka terjadilah traspor O2
dan CO2 melalui peredaran darah, akan terjadi ikatan antara hemoglobin dengan O2 dan CO2
dengan syarat-syarat tertentu. Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi sistem pernapasan.
Sistem pernapasan ada 2 yaitu konduksi dan respiratorik.
Kata kunci : Sistem pernapasan, difusi gas, transport gas, struktur saluran pernapasan
Pendahuluan
Tubuh manusia merupakan mesin yang luar biasa, berbagai macam aktivitas dapat
dilakukan oleh tubuh. Untuk menggerakan tubuh maka dibutuhkanlah suatu mekanisme yang
dapat mengubah makanan yang kita makan menjadi energi yang kita gunakan untuk beraktivitas.
Dalam proses metabolisme dibutuhkan Oksigen untuk mengubah makanan menjadi energy,
dengan menyisakan beberapa produk sisa metabolism, salah satunya adalah CO2. Setiap hari kita
bernapas menghirup oksigen dan mengeluarkan CO2 ,hampir 0,5 kg CO2 kita keluarkan setiap
harinya. Proses pertukaran gas dalam tubuh terjadi melalui difusi dari gradient yang tinggi ke
gradient yang rendah, lalu dibwa oleh peredaran darah ke seluruh tubuh. Udara keluar dan masuk
melalui saluran pernapasan baik atas maupun bawah.
Pembahasan
Skenario :
Seorang anak perempuan berumur 6 tahun dibawa orangtuanya ke dokter karena demam selama
3 hari dan sejak kemarin mengalami sesak napas. Anak tersebut tidak nafsu makan sehingga
badannya lemah lesu.
Struktur Makro dan Mikro Sistem Pernapasan1-4
Rongga hidung yang dapat dimasuki melalui nares berhubungan dengan nasopharynx
melalui kedua choana. Rogga hidung dilapisi oleh membrane mukosa kecuali vestibulum nasi
yang dilapisi oleh kulit. Membran mukosa hidug melekat sangat erat pada periostenum dan
3
perikondrium tulang dan tulang rawan hidung. Membran mukosa ini berkesinambungan dengan
membrane mukosa yang melapisi nasopharynx dibagian posterior, sinus paranasales di sebelah
superior superior dan lateral dan saccus lacrimalis dan conjunctiva di sebelah superior. Bagian
2/3 inferior membrane mukosa hidung termasuk area respiratoria dan bagian sepertiga superior
adalah area olfactoria. Udara yang melewati area respiratoria dihangatkan dan dilembapkan
sebelum memasuki saluran pernapasan lebih lanjut ke paru-paru. Area respiratoria berisi granum
olfactorium perifer, dengan mendengus udara tersedot ke daerah ini.
Di atap hidung terdapat epitel yang sangat khusus yaitu epitel olfaktorius,berfungsi untuk
mendeteksi dan meneruskan bau-bauan, terdiri dari 3 jenis sel yaitu sel basal, sel penyokong, dan
sel olfaktorius.
Batas-batas :
1. Atap rongga hidung berbentuk lengkung dan sempit, kecuali pada ujung nya disebelah
posterior, disini dapat dibedakan tiga bagian (frontonasal, etmoidal, dan sfenoidal) yang
dinamakan sesuai dengan nama tulang-tulang pembatasnya
2. Dasar rongga hidung yang lebih luas daripada atapnya dibentuk oleh processus palatinus
maxillaris dan lamina horizontalis ossis palatini
3. Dinding medial rongga hidung dibentuk oleh septum nasi
4. Dinding lateral cavitas nasi berwujud tidak rata karena adanya tiga tonjolan yang berbentuk
seperti gulungan, yakni concha nasalis (jamak, conchae nasalis)
Concha nasalis superior, concha nasalis media dan concha nasalis inferior membagi
rongga hidung menjadi empat lorong :meatus nasalis superior, medius, inferior dan hiatus
semilunaris.
Meatus nasalis superior adalah seebuah lorong yang sempit Antara concha nasalis
superior dan medius dan merupakan tempat bermaranya sinus ethmoidalis superior melalui satu
atau lebih lubang.
Meatus nasalis medius berukuran lebih panjang dan lebih luas daripada yang atas. Bagian
anterosuperior meatus nasalis medius ini berhubungan dengan sebuah ubang yang berbentuk
sebagai corong, yakni infundibulum yang merupakann jalan pengantar ke dalam sinus frontalis.
Hubungan dari masig-masing sinus frontalis ke infundibulum terjadi melalui ductus
frontonasalis. Sinus maxillaris juga bermuara ke dalam meatus nasalis medius.
Meatus nasalis inferior adalah sebuah lorong horizontal yang terletak inferolateral
terhadap concha nasalis inferior. Ductus nasolacrimalis bermuara di bagian anterior meatus
nasalis inferior.
Hiatus semilunaris merupakan sbuah alur yang berbentuk setengah lingkaran dan
merupakan muara sinus frontalis. Bulla ethmoidalis adalah sebuah tonjolan yang membulat di
sebelah superior hiatus semilunaris, dan baru terlihat setelah concha nasalis media disingkirkan.
Bulla ethmoidalis ini dibentuk oleh sel-sel ethmoid tengah yang membentuk sinus ethmoidalis.
Di dekat hiatus semilunaris terdapat lubang sinus ethmoidalis anterior.
Pendarahan dinding medial dan lateral cavitas nasi terjadi melalui cabang arteria
sphenopalatina, arteria ethmoidalis anterior dan arteria ethmoidalis posterior, arteria palatine
major, arteria labialis superior dan rami laterals arteriae facialis. Plexus venosus menyalurkan
darah kembali ke dalam veno sphenopalatina, vena facialis, dan vena opthalmica.
Sinus Paranasalis
Sinus paranasales adalah perluasan bagian respiratorik cavitas nasi yang berisi udara, ke
dalam ossa cranii berikut : os frontale, os ethmoidale, os sphenoidale, dan maxilla. Nama sinussinus ini adalah sesuai dengan nama tulang-tulang yang ditempatinya.
Sinus frontalis terletak Antara tubule eksterna dan tubula interna ossis frontalis, di
belakang arcus superciliaris dan akar hidung. Masing-masing sinus berhubungan melalui ductus
frontonasalis dengan infundibulum yang bermuara di meatus nasalis medius. Sinus frontalis
dipersarafi oleh cabang-cabang kedua nervus supra orbitalis.
Sinus ethmoidalis terdiri dari beberapa rongga yang kecil, sel ethmoidal, di dalam masa
lateral os ethmoidale, Antara cavitas nasi dan orbita. Sel ethmoidale anterior dapat berhubungan
secara tidak langsung dengan meatus nasalis medius melalui infundibulum. Sel ethmoidale
tengah berhubungan langsung dengan meatus nasalis superior. Sinus ethmoidalis dipersarafi oleh
nervus ethmoidalis anterior dan ethmoidalis posterior cabang nervus nasociliaris.
Sinus sphenoidalis yang terpisah oleh sebuah sekat tulang, terletak di dalam corpus ossis
sphenoidalis dan dapat meluas ke dalam ala major dan ala minor ossis sphenoidalis. Karena sinus
sphenoidalis ini corpus ossis sphenoidales dan dapat meluas kea la major dan minor os
sphenoidalis. Karena sinus sphenoidalis ini, corpus ossis sphenoidalis mudah retak. Sinus
sphenoidalis terpisah dari beberapa struktur penting hanya oleh lembaran-lembaran tulang yang
tipis : kedua nervus opticum, chiasma opticum, hypophisis, arteria carotis interna, dan sinus
cavernosus sserta sinus intercavernosi. Nervus ethmoidalis posterior dan arteria ethmoidalis
posterior mengurus persarafan dan pendarahan sinus sphenoidalis.
Sinus maxillaris adalah yang terbesar dari semua sinus paranasales. Rongga-rongga ini
yang berbentuk seperti limas, menempati seluruh badan masing-masing maxilla. Puncak sinus
maillaris menjulang kea rah os zygomaticum, bahkan seringkali memasukinya. Alas limas sinus
membentuk bagian inferior dinding lateral cavitas nasi. Atap sinus dibentuk oleh dasar orbita,
5
dan dasarnya yang sempit , dibentuk oleh bagian alveolar maxilla. Akar gigi atas terutama akar
kedua dentes molars pertama, seringkali menimbulkan tonjolan seperti kerucut pada dasar sinus.
Masing-masing sinus terbuka kedalam meatus nasalis medius, Karena letak lubang diatas maka
sinus ini tidak mungkin menyalurkan secret di dalamnya melalui lubang ini sewaktu kepala
berada alam posisi tegak kecuali jika sinus sudah terisi penuh.
Persarafannya melalui nervus alveolaris superior posterior, nervus alveolaris anterior,
nerrvus alveolaris medius dan nervus alveolaris superior. Pendarahan sinus maxillaris terutama
berasal berasal dari arteria alveolaris superior, cabang arteria palatine major mengantar darah
kepada dasar sinus maxillaris.
B. Faring
Faring atau tenggorokan adalah tuba muscular yang terletak di posterior rongga nasal dan
oral dan di anterior vertebra servikalis. Secara deskriptif, faring dapat dibagi menjadi tiga
segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lainnya; nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Bagian paling atas (superior) adalah nasofaring, yang terletak dibelakang rongga
nasal. Nasofaring berhubungan dengan nares internal dan ostium ke kedua tuba auditorius, yang
memanjang ke telinga tengah. Adenoid atau tonsil faringeal tertelak pada dinding posterior
nasofaring, yaitu nodulus limfe yang mengandung makrofag. Nasofaring adalah saluran yang
hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya dapat dilalui oleh udara maupun makanan,
namun tidak untuk keduanya pada saat yang bersamaan
Bagian faring yang dapat anda lihat ketika anda bercermin dengan mulut terbuka lebar
adalah orofaring, terletak di belakang mulut; mukosa orofaring adalah epitel skuamosa
bertingkat, dilanjutkan dengan epitel yang terdapat pada rongga mulut. Pada dinding lateralnya
terdapat tonsil palatin yang juga nodulus limfe. Tonsil adenoid dan lingual pada dasar lidah
membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk menghancurkan pathogen yang
masuk ke dalam mukosa. Laringofaring meruskan bagian paling inferior dari faring.
Laringofaring membuka ke arah anterior ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam
esofagus. Kontraksi dinding muscular orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari refleks
menelan.
C. Laring
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukkan salah satu fungsinya yaitu
berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakhea. Laring
memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini dan mencegah benda padat agar tidak
masuk ke dalam trakhea. Laring menjadi tempat pita suara dengan demikian laring menjadi
sarana pembentukkan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang rawan (kartilago) dan
bagian dalamnya dilapisi oleh membrane mukosa bersilia. Kartilago laring terdiri atas sembilan
buah yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk seperti kotak dan satu sama lainnya
dihubungkan oleh ligament. Kartilago laring yang terbesar adalah kartilago tiroid yang teraba
6
pada permukaan anterior leher. Pada kartilago ini membesar yang disebut Adams apple atau
buah jakun.
Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas bentuknya seperti
lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membrane mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke
atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini mencegah masuknya makan
atau cairan ke dalam laring. Pita suara terletak di kedua sisi glotis. Selama bernapas, pita suara
tertahan di kedua sisi glotis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea.
Selama berbicara otot-otot intrinsik laring menarik pita suara menutupi glotis dan udara yang
dihembuskan akan menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah
menjadi kata-kata. Saraf cranial motorik yang mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus
vagus dan nervus aksesorius
menjalar yang makin lama makin kecil; percabangan yang paling kecil ini disebut bronchiolus).
Pada dinding bronchiolus tidak terdapat kartilago; keadaan ini menjadi penting secara klinis
dalam asma. Bronchiolus yang paling kecil berakhir dalam kumpulan alveoli kantung udara di
dalam paru-paru.
Fungsi percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan
alveoli. Sangat penting artinya untuk menjaga agar jalan udara ini tetap terbuka dan bersih. Unit
fungsi paru atau alveoli berjumlah sekitar 300-500 juta di dalam paru-paru pada rata-rata orang
dewasa. Fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan aliran darah. Jumlah alveoli yang sangat banyak memberikan area permukaan yang
sangat luas sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas ini; setiap paru mempunyai area
permukaan internal sekitar 80 kali lebih besar dari luas permukaan tubuh ekstermal atau sekitar
70 m2. Struktur alveoli sangat efisien untuk mendukung terjadinya difusi gas. Setiap alveolus
terdiri atas ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis yang memisahkan
satu alveolus dengan alveolus lainnya, dan dari kapiler didekatnya. Dinding ini terdiri atas satu
lapis epitel skuamosa. Di antara sel epitel terdapat sel-sel khusus yang menyekresi lapisan
molekul lipid seperti deterjen yang disebut surfaktan. Surfaktan normalnya melapisi permukaan
dalam dinding alveolar, bersamaan dengan selapis tipis cairan encer. Cairan ini dibutuhkan untuk
menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab yang penting untuk terjadinya difusi gas melalui
dinding alveolar. Air dalam cairan ini mengeluarkan tenaga atraktif yang kuat disebut tekanan
permukaan yang menyebabkan dinding alveolar tertarik dan kolaps ketika udara meninggalkan
bilik alveolar selama ekspirasi. Surfaktan melawan tekanan ini dengan memungkinkan alveoli
mengembang kembali dengan cepat setelah ekspirasi. Tanpa surfaktan, tekanan permukaan akan
menjadi demikian besar sehingga membutuhkan upaya muscular yang sangat besar untuk
mengembangkan kembali alveoli.
C. Paru-paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta
dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak di atas diafragma; bagian apeks
paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah dari setiap paru
terdapat identasi yang disebut hillus, tempat bronchus primer dan masuknya arteri serta vena
pulmonary ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang
membentuk pohon bronchial, jutaan alveoli dan jaring-jaring kapilernya, dan jaringan ikat.
Sebagai organ, fungsi paru-paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfer
dan udara dalam aliran darah. Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil.
Pembagian pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas tiga lobus dan lebih besar dari kiri
yang hanya terdiri atas dua lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Setiap
lobus dipasok oleh cabang utama percabangan bronkhial dan diselaputi oleh jaringan ikat. Lobus
kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal sebagai segmen.
Setiap segmen terdiri atas banyak lobules yang masing-masing mempunyai bronkhiole, arteriole,
venula, dan pembuluh limfatik. Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut
8
sebagai pleurae. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan
mediastinum. Lapisan dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi paru dan dengan kuat
melekat pada permukaan luarnya. Rongga pleural ini mengandung cairan yang dihasilkan oleh
sel-sel serosa di dalam pleura. Cairan pleural melicinkan permukaan kedua membrane pleura
untuk mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas.
Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau membrane pleura membengkak akan terjadi suatu
kondisi yang disebut pleurisy dan terasa sangat nyeri karena membran pleural saling bergesekan
satu sama lain ketika bernapas.
D. Toraks
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri bagian tengah yang disebut
mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling mediastinum yang secara sempurna
memisahkannya dari rongga pleura kanan dimana terletak paru kanan dan dari rongga pleura kiri
yang merupakan tempat dari paru kiri. Satu-satunya organ dalam rongga toraks yang tidak
terletak di dalam mediastinum adalah paru-paru. Toraks mempunyai peranan penting dalam
pernapasan karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut perlekatannya ke tulang belakang,
toraks menjadi lebih besar ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih kecil ketika dikempiskan.
Bahkan perubahan yang lebih besar lagi terjadi ketika diafragma berkontraksi dan relaksasi. Saat
diafragma berkontraksi, diafragma akan mendatar keluar dan dengan demikian menarik dasar
rongga toraks kea rah bawah sehingga memperbesar volume toraks. Ketika diafragma rileks,
diafragma kembali ke bentuk awalnya yang seperti kubah sehingga memperkecil volume rongga
toraks. Perubahan dalam ukuran toraks inilah yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi
dan ekspirasi.
Mekanisme Pernafasan2,5-6
Pernafasan menggunakan dua proses yaitu pernafasan luar (eksterna) yang merupakan
penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan serta dalam pernafasan dalam
(interna) yang merupakan penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel. Fungsi utama
sistem respirasi ialah untuk memberikam tubuh dengan oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida. Diperlukan 4 proses untuk proses respirasi itu sendiri, yaitu:
1.Ventilasi pulmonal pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru sehingga tersedia gas
yang terus menerus ditukar. Biasanya disebut bernafas.
2.Respirasi eksternal pergerakan oksigen dari paru ke darah dan CO dari darah ke paru-paru.
3.Transport gas pengangkutan O dari paru ke jaringan tubuh dan pengangkutan CO dari
jaringan tubuh ke paru-paru. Itu dilakukan dengan menggunakan darah sebagai cairan
transportasi.
4.Respirasi internal pergerakan O dari darah ke jaringan tubuh dan CO dari jaringan tubuh ke
darah.
Pernapasan secara normal berada di bawah control tidak sadar. Walaupun tingkat
pernapasan dapat diubah, seseorang tidak menyadari pernafasannya pada sebagian besar waktu
kecuali ia menderita asma atau emphysema. Kontrol psikologis pada pernapasan tergantung pada
banyak factor, tetapi pH pada pusat respirasi dalam otak mengusahakan control mendasar.
Pertukaran Gas
Udara atmosfer, pada tekanan 760 mmHg di hari yang hangat, terdiri dari 21% Oksigen,
79% Nitrogen, 0,04% Karbon Dioksida, dan berbagai gas mulia.
Sifat dan konsep tekanan gas parsial gas
Dalam campuran gas, setiap gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan
presentasinya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hokum Dalton).
Tekanan ini disebut tekanan (tegangan) parsial gas dalam suatu campuran dan
dilambangkan dengan symbol P di depan lambing kimia gas serta dinyatakan dalam millimeter
air raksa (mmHg).
Tekanan parsial Oksigen (PO2) dalam atmosfer :
21/100 x 760 mmHg = 160 mmHg
Tekanan parsial karbon dioksida (PCO2) dalam atmosfer :
0,04/100 x 760mmHg = 0,3 mmHg PCO2
Solubilitas gas dalam air bervariasi sesuai tekanan dan temperaturnya. Solubilitas
meningkat setara dengan peningkatan tekanan parsial dan menurun sesuai dengan peningkatan
temperature (hokum Henry).
Volume gas berbanding terbalik dengan tekannan gas (hokum Boyle). Jika tekanan
meningkat, molekul-molekul gas terkompresi dan volume berkurang.
Membran respirasi merupakan tempat berlangsungnya pertukaran gas, terdiri dari lapisan
surfaktan, epitelium skuamosa sipel pada dinding alveolar, membrane dasar padda dinding
alveolar, ruang interstitial yang mengandung serabut jaringan ikat dan cairan jaringan, membrane
dasar kapilar, dan endothelium kapilar. Molekul gas harus melewati keenam lapisan ini melalui
proses difusi.
10
11
b. 100 ml darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksimum 20 ml O2 per 100
ml darah (15x1,34). Konsentrasi hemoglobin ini biasanya dinyatakan sebagai presentasi volume
dan merupakan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen actual yang terikat pada
hemoglobin dan kapasitas oksigen. Kejenuhan oksigen dibatasi oleh jumlah hemoglobin atau
PO2
4. Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin. Grafik memperlihatkan presentase kejenuhan
hemoglobin pada garis vertical dan tekanan parsial oksigen pada garis horizontal.
a. Kurva berbentuk sigmoid karena kapasitas pengisian pada hemoglobin (afinitas pengikatan
oksigen) bertambah jika kejenuhan bertambah. Demikian pula pelepasan oksigennya akan
meningkat, kejenuhan oksigen darah pun meningkat Hb 97% jenuh pada PO2 100 mmHg,
sepertiyang terjadi pada alveolar.
b. Lereng kurva dissosiasi ini menjadi tajam diantara tekanan 10 sampai 50 mmHg dan
mendatar diantara 0 sampai 100 mmHg. Dengan demikian, pada tingkat PO2 yang tinggi, muatan
yang besar hanya sedikit mempengaruhi kejnuhan hemoglobin, seperti penurunann PO2 sampai
50 mmHg.
c. Jika PO2 turun sampai dibawah 50 mmHg, seperti yang terjadi dalam jaringan tubuh,
perubahan ini walaupun sangat sedikit akan megakibatkan pengaruh besar terhadap kejenuhan
Hb dan volume oksigen yang dilepas.
d. Darah arteri secara normal membawa 97% oksigen dari kapasitasnya untuk melakukan hal
tersebut. Pernapasan dalam atau menghirup oksigen murni tiak dapat memberi peningkatan yang
berarti pada kejenuhan Hb hemoglobin dengan oksigen. Menghirup oksigen murni dapat
meningkatkan penghantaran oksigen ke dalam jaringan karena volume oksigen terlarut dalam
plasma darah meningkat.
e. Dalam darah vena, PO2 mencapai 40 mmHg dan hemoglobin masih 75% jenuh, ini
menunjukan bahwa darah hanya melepas sekitar seperempat muatan oksigennya saat melewati
jaringan. Hal ini memberikan rentang keamanan yang tinggi jika sewaktu waktu pernapasan
terganggu atau kebutuhan oksigen jaringan meningkat.
5. Afinitas hemoglobin terhadap oksigen dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin dipengaruhi
oleh pH, temperature, dan konsentrasi 2,3 difosfogliserat (2,3-DPG).
a. Hemoglobin dan pH. Peningkatan PCO2 darah atau peningkatan asiditas darah melemahkan
ikatan antara oksigen dan hemoglobin, sehingga kurva bergerak ke kanan. Terhadap tingkat PO2
manapun, peningkatan asiditas darah menyebabkan hemoglobin melepaskan lebih banyak
oksigen ke jaringan
12
*Sel-sel yang bermetabolis aktif, seperti saat berolah raga, melepas lebih banyak CO2 dan ion
Hidrogen
* Efek peningkatan CO2 dan penurunan pH darah disebut efek Bohr.Efek ini meniingkatkan
pelepasan oksigen dari hemoglobin.
b. Hemoglobin dan temperatur. Peningkatan temperatur yang terjadi dalam visinitas sel-sel yang
bermetabolisi aktif juga akan menggerakan kurva ke kanan dan meningkatkan penghantaran
oksigen ke otot yang bergerak.
c. Hemoglobin dan DPG. Peningkatan konsentrasi 2,3 DPG, suatu metabolit glikosis yang
ditemukan dalam eritrosit akan menurunkan afinitas Hb terhadap oksigen dan menggerakan
kurva dissosiasi oksi-Hb ke kanan.
* Konsentrasi 2,3 DPG perlahan meningkat saat kadar oksigen secara kronik menurun, seperti
pada anemia atau insufisiensi jantung. Metabolit ini bereaksi dengan hb dan mengurangi
afinitasnya terhadap oksigen sehingga semakin banyak oksigen yang tersedia untuk jaringan.
* Konsentrasi 2,3 DPG juga penting dalam transfer oksigen dari darah maternal ke darah janin.
Hb janin (HbF) memiliki afinitas lebih besar terhadap oksigen dibandingkan Hb dewasa (HbA),
inilah perubahan akibat kerja 2,3 DPG terhadap HbF
6. P50 adalah indeks yang tepat untuk pemindahan kurva disosiasi oksi-Hb. Sebenarnya, PO2-lah
yang menunjukkan Hb 50% jennuh dengan Oksigen. Semakin tinggi P50, semakin rendah
afinitas Hb terhadap oksigen.
B.Transpor Karbon dioksida. Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dan jaringan
dibawa ke paru-paru melalui cara :
1. Sejumlah kecil karbon dioksida (7-8%) tetap terlarut dalam plasma
2. Karbondioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah, di mana 25 %nya bergabung
dalam bentuk reversible yang tidak kuat dengan gugus amino di bagian globin pada hemoglobin
untuk membentuk karbaminohemoglobin.
3. Sebagian besar karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam plasma.
a. Karbon dioksida dalam sel darah merah berikatan dengan air untuk membentuk asam karbonat
dalam reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh anhydrase karbonik.
b.Jika konsentrasi CO2 tinggi dalam jaringan reaksi berlangsung kekanan sehingga lebih banyak
terbentuk ion hydrogen dan bikarbonat. Dalam paru yang konsentrasi CO2 nya lebih rendah,
reaksi berlangsung ke kiri dan melepaskan karbondioksida
13
4. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat bermuatan negative yang terbentuk dalam sel darah merah
berdifusi ke dalam plasma dan hanya menyisakan ion bermuatan positif berlebihan.
a. Untuk mempertahankan netralitas elektrokimia, ion bermuatan negatif lain yang sebagian
besar ion klorida, bergerak ke dalam sel darah merah untuk memulihkan ekuilibrium ion. Inilah
yang disebut sebagai pergeseran klorida.
b. Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang memiliki konsentrasi karbon dioksida
lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dalam darah arteri
5. Ion hydrogen bermuatan positif yang terlepas akibat disosiasi asam karbonat, berikatan dengan
Hb dalam sel darah merah untuk meminimalisasi perubahan pH.
Keseimbangan Asam Basa
Satuan ukuran keseimbangan asam basa adalah pH, yang menyatakan kepekaan terhadap ion-ion
H+ dan keasaman yang ditimbulkannya. Ion-ion H+ dan ion-ion OH- menentukan keasaman atau
kebasaan suatu larutan. Apabila terjadi penambahan atau peningkatan konsentrasi ion H+, maka
keadaan bersifat lebih asam dan pH akan turun. Sebaliknya, bila cairan tubuh bersifat basa atau
alkali, maka pH akan meningkat.
Nilai normal pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45. Kestabilan nilai pH tersebut dipertahankan oleh
system buffer dan mekanisme lain. Buffer adalah bahan yang dapat bekerja sebagai reaksi kimia
yang dapat menarik atau melepaskan ion-ion H+, sehingga pH tetap relative stabil. Buffer
terdapat pada semua cairan tubuh dan bekerja dengan segera (dalam 1 detik) setelah terjadi pH
abnormal. System buffer meliputi system buffer asam karbonat (H2CO3) dan bikarbonat
(HCO3-); system buffer fosfat (H2PO4 dan HPO42 ); serta system buffer protein dan plasma.
Selain system buffer, terdapat mekanisme lain yang dilakukan oleh tubuh sebagai kompensasi
dalam menjaga keseimbangan asam basa. Bagian tubuh tersebut ialah paru-paru dan ginjal. Peran
paru-paru dalam menjaga keseimbangan asam basa adalah mengendalikan konsentrasi asam
karbonat, sedangkan ginjal berperan dalam pengendalian konsentrasi bikarbonat.
Ventilasi Pulmonal
Ventilasi pulmonal ialah suatu proses mekanik yang menggunakan perubahan volume
pada rongga thoraks (rongga dada). Dalam kata lain, ventilasi pulmonal ialah pertukaran udara
antara atmosfer dengan alveoli di paru-paru atau lebih dikenal sebagai bernafas.
14
Ventilasi pulmonal terbagi menjadi 2 yaitu inspirasi dan ekspirasi. Kedua-duanya terjadi hasil
dari perubahan dari volume thoraks yang menyebabkan udara untuk bergerak dari tekanan tinggi
ke tekanan rendah.
Inspirasi
Proses inspirasi merupakan suatu proses aktif di mana otot-otot inspirasi berkontraksi.
Otot utama yang berkontraksi untuk menghasilkan inspirasi sewaktu pernafasan tenang termasuk
diafragma dan M. interkostal eksternus.
1. Pada awal inspirasi, otot-otot inspirasi utama berkontraksi di mana diafragma (dirangsang oleh
N. phrenicus) menurun. Diafragma berkontraksi, ia akan menurun dan menyebabkan volume
thoraks bertambah secara vertikal. Apabila otot interkostal externus berkontraksi ia akan
menyebabkan penambahan volume thoraks.
2.Hal ini menyebabkan volume rongga thoraks diperbesar secara keseluruhannya. Tulang-tulang
iga terangkat dan sternum bergerak ke anterior atas.
3.Paru-paru akan meregang dan menjadi luas untuk mengisi rongga thoraks yang membesar.
Volume intrapulmonal meningkat akibat dari regangan paru.
4.Apabila paru membesar, tekanan intra alveoli menurun dari 760 mmHg menjadi 759 mmHg (-1
mmHg) dan mengakibatkan lebih rendah dari tekanan atmosfer (760 mmHg).
5.Udara (gas) mengalir ke dalam paru-paru menuruni gradien tekanan sehingga tekanan intra
alveol menjadi 0 atau menyamai tekanan atmosfer.
Inspirasi kuat melibatkan kontraksi diafragma dan otot interkostal externus dengan lebih kuat
dengan membawa otot-otot inspirasi tambahan sama-sama berperan dalam membesarkan lagi
rongga thoraks. Otot-otot inspirasi tambahan antaranya termasuklah M. sternocleidomastoideus,
pectolaris major & scalenus. Perluasan yang lebih ini menyebabkan penurunan tekanan intra
alveol yang lebih dan mengakibatkan pengaliran udara ke dalam paru dengan lebih banyak.
Ekspirasi
Proses ekspirasi secara umumnya di mana udara dibawa keluar dari paru. Ekspirasi
tenang merupakan suatu proses pasif dan ia melibatkan relaksasi otot-otot inspirasi yaitu
diafragma dan M. interkostal internus. Peristiwa ini menyebabkan ekspirasi termasuk:
1.Otot-otot inspirasi berelaksasi dimana diafragma menaik. Penaikan diafragma ini
mengakibatkan volume rongga thoraks berkurang. Selain itu, relaksasi otot interkostal externus
menyebabkan pengurangan volume rongga thoraks.
2.Hal ini akan menyebabkan tulang-tulang iga menurun ke bawah.
15
3.Jaringan paru yang elastis kembali ke semula sesudah teregang. Ini merupakan daya recoil
pasif jaringan paru. Recoilnya paru membawa kepada berkurangnya volume intrapulmonal.
4.Volume paru yang berkurang mengakibatkan tekanan intra alveol meningkat dari 760 mmHg
menjadi 761 mmHg (+1 mmHg) dan menjadi lebih tinggi dari tekanan atmosfer.
5.Udara mengalir keluar dari paru menuruni gradien tekanan sehingga tekanan intra alveol
menjadi 0 atau menyamai tekanan atmosfer (760 mmHg).
Ekspirasi kuat membutuhkan kontraksi dari otot-otot ekspirasi yaitu otot dinding perut
dan M. interkostal internus. Kontraksi otot dinding perut (abdominal muscles) meningkatkan
tekanan intra-abdominal menyebabkan diafragma terdorong ke atas dan mengurangkan dimensi
vertikal rongga thoraks. Kontraksi otot interkostal internus pula menurunkan volume rongga
thoraks dengan meratakan sternum dan tulang-tulang iga.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernapasan
1. Usia
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi
cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk
dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang
dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk
oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Suhu
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah
akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan
mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada
lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga
mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada
tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4.Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler
kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit16
penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.
Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi
transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5.Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik
analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6.Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga
makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah
ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
7.Polusi udara
Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu. Bernapas menjadi
lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen yang dihisap
menurun, kita pun menjadi lemas.
17
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
18