Ekspose Pelepasan Kawasan Hutan Jambi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 31

PELEPASAN KAWASAN HUTAN UNTUK USAHA

DIBIDANG PERKEBUNAN MASALAH DAN


PENYELESAIANNYA

DINAS KEHUTANAN PROPINSI JAMBI

JAMBI, 12 AGUSTUS 2008

I. PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Hutan : adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan
2. Kawasan Hutan : adalah wilayah tertentu yang ditunjuk
dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dapat
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap
3. Hutan Negara: adalah hutan yang berada pada tanah
yang tidak dibebani hak atas tanah
4. Hutan Hak: adalah hutan yang berada pada tanah yang
dibebani hak atas tanah

5. Pengukuhan Kawasan Hutan : adalah rangkaian


kegiatan penunjukan, penataan batas, pemetaan
dan penetapan kawasan hutan dengan tujuan
untuk memberikan kepastian hukum atas
status, letak, batas dan luas kawasan hutan
6. Penataan Batas : adalah kegiatan yang meliputi
proyeksi batas, pemancangan patok batas,
pengumuman , inventarisasi dan penyelesaian
hak-hak pihak ketiga, pemasangan pal batas,
pengukuran, dan pemetaan serta pembuatan
Berita Acara Tata Batas

7. Penetapan Kawasan Hutan : adalah suatu


penegasan tentang kepastian hukum
mengenai status, batas dan luas suatu
kawasan hutan menjadi kawasan hutan
tetap
8. Penatagunaan Kawasan Hutan : adalah
rangkaian kegiatan dalam rangka
menetapkan fungsi dan penggunaan
kawasan hutan

9. Pelepasan Kawasan Hutan : adalah


mengubah sebagian peruntukan kawasan
hutan menjadi bukan kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar sektor
kehutanan

II. SEJARAH PEMETAAN KAWASAN HUTAN


A. Periode Sebelum Tahun 1980
1. Dasar hukum yang dipakai adalah UU Pokok
Kehutanan No 5 Tahun 1967
a. Pasal 5 (1) : Semua hutan dalam wilayah Republik
Indonesia, termasuk kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh Negara.
b. Pasal 7 (2) : Penetapan Kawasan Hutan dilakukan
oleh Menteri dengan memperhatikan Rencana
Penggunaan Tanah yang ditentukan oleh Pemerintah
2. Pada kurun waktu inilah lahir peta Tata Guna Hutan
Kesepakatan (TGHK)
3. Di Propinsi Jambi peta TGHK telah disyahkan pada
tahun 1987

B. Periode Tahun 1980 - 1992


1. Pada kurun waktu ini masuklah usulan-usulan
penyempurnaan TGHK melalui Peta Budidaya
Pertanian
2. Dasar hukum yang diacu adalah UU No 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang
3. Nafas dari Undang-undang ini adalah menampung
aspirasi pemakaian lahan untuk kepentingan Non
Kehutanan

C. Periode 1992 - 1995


1. Terjadi kesepakatan antara Departemen Kehutanan dengan
Departemen Dalam Negeri untuk memadu serasikan antara peta
TGHK dengan peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilaya)
2. Di Propinsi hasil paduserasi tersebut telah ditangkan dalam Perda
Nomor 9 Tahun 1993. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah hasil
paduserasi antara TGHK dengan peta Budidaya Non Kehutanan
0

< 1980

1980

1992

1995

*) Hutan
diregistrasi
*) Jaman
Belanda

TGHK

RTRW Paduserasi
TGHK Dg
RTRW

UU Pokok
UU 24/92 Ttg
Kehutanan No. Penataan
5 / 1967
Ruang

*) Perda
Propinsi

III. KEADAAN KAWASAN HUTAN DI PROPINSI JAMBI


1. Luas kawasan hutan tetap di Propinsi Jambi berdasarkan
SK Menhut Nomor 421 jo SK Gubernur Nomor 108 Tahun
1999 seluas 2.179.440 Ha, dengan rincian :
.Hutan Produksi Terbatas
.Hutan Produksi Tetap
.Hutan Lindung
.Hutan Suaka Alam
.Hutan Pelestarian Alam
.Hutan Produksi Pola Partisipasi
Masyarakat.

:
:
:
:
:
:

340.700 Ha
938.000 Ha
191.130 Ha
30.400 Ha
648.720 Ha
30.490 Ha

0,59 %
18,39 %
3,75 %
0,59 %
12,72 %
0,60 %

LUAS KAWASAN HUTAN BERDASARKAN TGHK TAHUN 1987 2.947.200 HA


I.

SALDO AWAL (dasar SK MENHUTBUN No


421/Kpts-II/ 1999 tanggal 15 Juli 1999) cq. PERDA
RTRWP Provinsi Jambi No 9 tahun 1993 tanggal 27
Desember 1993

II. IN ( APL menjadi Kawasan Hutan)


Saldo ( I + II )

:
:

III. Out (Pelepasan dan Review RTRWP)


a. Pelepasan Kotalu
b. Review RTRWP
Jumlah III (Out)

:
:

IV. Saldo s/d 1 Oktober 2005

( II - III = IV )
Jumlah

2.179.440 Ha

49.936 Ha
______________ (+)
2.229.376 Ha
4.200 Ha
98.577 Ha
_______________ (+)

102.277 Ha
2.229.376 Ha
102.277 Ha
______________ (-)
2.127.099 Ha

Kesimpulan :
1. Kawasan Hutan berkurang (out)
( III II ) x 100 %

52.841 Ha

: 52.841 Ha
___________ x 100 %
2.179.440 Ha

= 2,4 % (Kurun waktu 1993 s/d 2005/ 12 Tahun)


2. Saldo tersebut dengan asumsi, Review RTRWP
disetujui keseluruhan ( 98.577 Ha ) oleh Departemen
Kehutanan.
3. Luas Kawasan Hutan saat ini di Propinsi Jambi
2.127.099 Ha = 41 % dari Luas Daratan.

IV. DASAR HUKUM


1). Sesuai Undang-undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 4
bahwa semua hutan di dalam wilayah RI teramsuk kekayaan yang
terkandung di dalamnya di kuasa oleh Negara untuk sebesar-besar
kemakmuran Penguasaan hutan oleh Negara tersebut memberi
wewenang kepada pemerintah (Menteri Kehutanan) untuk :

Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan


dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan
Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan
atau kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan
Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum
antara orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan perbuatan hukum mengenai hutan

Kawasan hutan sesuai fungsinya :


1. Di dalam Areal Budidaya Kehutanan (HP, HPT, HL, dll)
2. Di luar Areal Budidaya Kehutanan (APL dalam HPH)
Kawasan hutan Secara Hukum kenyataannya :
1. Bisa berupa Hutan
2. Bisa tidak berhutan
Kawasan hutan menurut kewenangannya masih merupakan
kewenangan pemerintah pusat (Menteri Kehutanan ), sehingga
tidak seorangpun berhak menerbitkan ijin dalam kawasan
hutan

2. Pelepasan Kawasan Hutan


SK Menhut Nomor : 146/Kpts-II/2003; Jo
Kehutanan Nomor : P.31/Menhut-II/2005

Peraturan Menteri

a. Luas
Luas Optimum pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan untuk
semua komuditas 10.000 Ha
Luas maksimum pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan
semua komuditas untuk perkebunan besar 1 (satu) provinsi
20.000 Ha
Bagi pemohon yang telah memiliki HGU atau hak lainnya seluas
20.000 Ha atau lebih di provinsi yang bersangkutan tidak
diberikanlagi pelepasan kawasan hutan

b. Batas Waktu :
Pemegang persetujuan pencadangan dalam waktu 6 bulan sejak
keputusan diterbitkan tidak melaksanakan penataan batas dan
persiapan baik fisik maupun adminsitrasif, persetujuan
pencadangan dapat dibatalkan
Kepada pemegang persetujuan pencadangan diberikan peringatan
3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu 30 hari kerja (oleh
Baplan)
Setelah 3 kali berturut-turut tidak dapat menyelesaikan kewajiban
maka pencadangan dibatalkan (oleh Menteri Kehutanan)
Bila dalam masa pemberian peringatan dapat menyelesaikan
kewajiban maka persetujuan pencadangan diproses lebih lanjut
Kawasan hutan yang persetujuan pencadangannya dibatalkan
tetap merupakan kawasan hutan

Pemegang SK Pelepasan dalam jangka waktu 1 (satu)


tahun dapat dibatalkan apabila :
Tidak memanfaatkan kawasan hutan yang dilepaskan
tersebut untuk usaha perkebunan
Tidak melaksanakan kegiatan perkebunan sesuai
dengan Proyek Proposal yang telah disetujui Dinas
Teknis dibidang perkebunan
Tidak menyelesaikan pengurusan Hak Guna Usaha
Sebelum dicabut, Kepada pemegang SK pelepasan diberikan
peringatan 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu 30 hari
kerja (oleh Baplan)
Bila dalam masa pemberian peringatan dapat menyelesaikan
kewajiban maka pemberian peringatan berikutnya dapat
dihentikan untuk dilakukan evaluasi
Kawasan hutan yang sudah dilepas dan belum dibebani HGU
masih menjadi wewenang dan pengawasan Dephut

c. Kewajiban-kewajiban
Membuat surat pernyataan bahwa yang bersangkutan
tidak akan mengalihkan arealnya kepada pihak lain
Melaksanakan penataan batas dalam waktu 6 bulan
Melaksanakan pembangunan kebun
Menyelesaikan HGU
Menyampaikan laporan perkembangan kebunnya
setiap 6 bulan sekali
d. Sanksi
Apabila kewajiban-kewajiban tidak dilaksanakan Surat
Ijin Persetujuan / SK Pelepasan dicabut Oleh Menteri
Kehutanan, kewenangan areal tetap ada pada
Departemen Kehutanan

IV. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI


1.Tantangan yang dihadapi oleh
Kehutanan saat ini adalah :

Masalah Tenurial / Perambahan


Kawasan Hutan

2. MASALAH TENURIAL
1,3 Juta Ha. Pencadangan Lahan untuk

perkebunan besar di Propinsi Jambi


300.000 Ha. Realisasi pembangunan perkebunan
besar
Realitas adanya penguasaan / okupasi lahan oleh
masyarakat (occupant
(occupant))
Landscape / bentang alam Propinsi Jambi kurang
produktif
Sumber Daya Alam Hutan tidak bisa diandalkan lagi
dari aspek ekonomi, perlu dipertahankan untuk
kepentingan aspek ekologi dan aspek sosial.

3. MASALAH PELEPASAN KAWASAN HUTAN


a. Luas Kawasan hutan yang sudah dilepaskan s/d saat
ini 354,627.98 Ha
b. Realisasi pembangunan kebun s/d saat ini baru seluas
122.482,56 Ha
c. Pemilik ijin pelepasan tidak melaporkan realisasi
pembangunan kebunnya
d. Letak/posisi realisasi pembangunan kebun belum
dapat diketahui apakah sesuai dengan posisi ijin
pelepasan

KAWASAN HUTAN YANG TELAH MENDAPAT SK PELEPASAN


DARI MENTERI KEHUTANAN DI PROPINSI JAMBI
NO

NAMA PERUSAHAAN/

IZIN

IZIN PELEPASAN

LUAS

LOKASI (KABUPATEN)/

LOKASI BPN

KAWASAN HUTAN

(HA)

LUAS (Ha)
1

1.

PTP VI. Durian Luncuk I

2.

3.

353/Kpts-II1987

Batanghari

2 Nop 1987

PTP IV. Durian Luncuk II

266/Kpts-II/90

Sarko

18 Mei 1990

PTP. IV Sungai Bahar

247 tahun
1983

No. 268/KPTS/VII/88

Batanghari

30 Juni 1993

21-3-1988
418/Kpts-II/1990
13 Agust 1990

20,172.63

3,601.00

17,157.50

32,842,50

1
4.

PT. Jamika Raya

188.53 263 th 85

720/Kpts-II/1989

Bungo Tebo

1 Juni 1985

24 Nop 1989

602/Kpts-II/1995

5
18,295.00

950.00

2 Nopember 1995

5.

6.

7.

PT. Agrindo Panca Tunggal

133 tahun 1987

No. 82/KPTS-II/89

Sarko

27 April 1987

11-2-1989

PT. Bahari Gembira Ria

188/44/398 th 86

73/Kpts-II/1996

Batanghari

26 Agustus 1986

27 Februari 1996

PT. Dasa Anugrah Sejati

77 tahun 1988

No. 266/Kpts-II/90

Tanjung Jabung

8.

9.

PT. Agrowiyana I

14,394.40

10,200.00

18 Mei 1990

348 tahun 1984

111/Kpts-II/1991

27 Des 1984

21 Pebruari 1991

PT. Agrowiyana II

681/Kpts-II/1995

Tungkal Ulu

26 Desember 1995

Tebing Tinggi

1,934.00

13,694.00

1,050.00

1
10.

PT. Inti Indosawit Subur

242 tahun 1987

494/Kpts-II/1991

Batanghari

19 Juni 1987

4 September 1991

PT. Borneo Karya Cipta

349 tahun 1983

918/Kpts-II/1991

Sungai Gelam

15 Sep 1983

17Desember 1991

PT. Kresna Duta Agrindo

494 tahun 1988

634/Kpts-II/1993

S. Pelakar,

11 Des 1988

4 September 1993

5
26,856.00

Tanjung Jabung

11.

12.

1,000.00

2,900.00

Sarko
13.

PT. Kresna Duta Agrindo II, III

319/Kpts-II/96

S. Pelakar,

26 Juni 1996

Sarko

249/Kpts-II/99

5,017.00

3,448.00

27 April 1999
14.

15.

PT. Bangun Desa Utama

188.4/599 th 85

667/Kpts-II/1992

Batanghari

3 Desember 1985

3 Juli 1992

PT. Sawit Jambi Lestari

58 tahun 1988

666/Kpts-II/1992

Batanghari

3 Maret 1988

3 September 1992

27,675.00

11,700.00

1
16.

17.

18.

19.
20.

PT. Aneka Pura Multi Kerta

351 tahun 1988

174/Kpts-II/1993

Tanjung Jabung

22 Agust 1988

27 Pebruari 1993

PT. Brahma Bina Bakti

101 th 1990

125/Kpts-II/1993

Batanghari

31 Maret 1990

27 Pebruari 1993

PT. Bukit Kausar

No. 347 Th 1989

175/Kpts-II/1993

Tanjung Jabung

27 Juli 1989

27 Pebruari 1993

6,220.00

1,000.00

5,575.00

689/Kpts-II/1997

5,720.25

22,710.00

90 tahun 1989

771/Kpts-II/1993

Bungo Tebo

5 Maret 1989

18 Nopember 1993

PT. Sari Aditya Loka

23 Tahun 1992

312/Kpts-II/1994

Sarko

23 Januari 1992

18 Juli 1994

8 Agustus 1991

500.00

443/Kpts-II/1999

PT. Rigunas Agri Utama

332 Tahun 1991

6,141.00

1
21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

PT. Jambi Agro Wijaya

320 Tahun 1991

474/Kpts-II/1994

Sarko

29 Juli 1991

14 Oktober 1994

PT.Trimitra lestari

449 Tahun 1992

396/Kpts-II/1995

Tanjab

11 Nopem. 1992

01 Agustus 1995

PT. Sawit Desa Makmur

146 tahun 1989

412/Kpts-II/1995

Batanghari

15 April 1988

08 Agustus 1995

PT. Eramitra Agro Lestari

321 Th 1991

308/Kpts-II/96

Sarko

29 Juli 1991

24 JUNI 1996

Tanah Kas Desa Pemda I

344 Tahun 1991

40/Kpts/Kwl-I/1996

Bungo Tebo

15 Agustus 1991

6 maret 1996

Tanah Kas Desa Pemda II

217 Tahun 1991

20.I/Kpts/Kwl-I/96

Bungo Tebo

27 Mei 1991

5 Februari 1996

PT. Rudi Agung Laksana

523 Th 1989

769/Kpts-II/1996

Tanjab, Batanghari

9-12-1989

17 Desember 1996

PT. Gatra Kembang Paseban

73 Th 1994

645/Kpts-II/1996

Batanghari

1-4-1994

13 April 1996

5
11,740.00
-

5,403.00

14,050.00

10,310.00

97.00

99.00

4,240.00

1,044.00

1
29.

30.

31.

32.

33.

PT. Agrotame Sumindo Abadi

236 Th 1992

309/Kpts-II/1996

Batanghari

18-7-1992

24 Juli 1996

PT. Petaling Bunga Gading

360 Th 1988

440/Kpts-II/1996

Batanghari

27 Agustus
1988

16 Agustus 1996

PT. Wirakarya Sakti

311 Tahun
1991

682/Kpts-II/1995

23 Juli 1991

26 Desember 19995

PT. Kumala Jaya Perkasa/

303 Tahun
1990

226/Kpts-II/1997

Tanjung Jabung

5 Maret 1990

1 Mei 1997

PT. Bukit Barisan Indah Prima

72 tahun 1988

505/Kpts-II/1997

Batanghari

17 Maret 1988

8 September 1997

PT. Sad Mitra Wisaya

411 tahun 1988

287/Kpts-II/1997

Bungo Tebo

10 Oktober
1988

26 Mei 1997

5
500.00

370.00

1,200.00

500.00

3,214.00

Tanjung Jabung

34.

4,900.00

1
35.

36

PT. Kaswari Unggul

06 Tahun 1995

448/Kpts-II/1999

Tanjung Jabung

4 Mei 1995

17 Juni 1999

PT. Pedamaran Indah

Bungo Tebo

37

38

PT. Mendahara Agrojaya

PT. Ratna Seruni

590/Kpts-II/1999

12,553.40

7,562.00

2 Agustus 1999

25 Tahun 1994

954/Kpts-II/1999

10 Pebruari 1994

14 Oktober 1999
355/Kpts-II/1999

5,860.00

464.70

14 Oktober 1999
39

PT. Secona Persada

705/Kpts-II/1999

6.430.00

15 September 1999
577/Kpts-II/1999

3.383.00

27 Juli 1999

Jumlah

354,627.98

Keterangan : PT. Pedamaran seluas 7.562 dan PT. Gatra 1.040 Ha telah dicabut oleh
Menhut

VI SANKSI HUKUM
Pelanggaran mengenai Kawasan Hutan telah diatur dalam UU 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan
Pasal 50 ayat 3 : Setiap orang dilarang
a. Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki
kawasan hutan secara tidak sah
b. Merambah kawasan hutan
c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan
radius atau jarak s/d 500 m dari tepi waduk atau danau, 200
m dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa,
100 m dari kiri kanan tepi sungai, 50 m dari kanan kiri anak
sungai, 2 kali kedalaman jurang di tepi jurang, 130 kali selisih
pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai

d. Membakar hutan
e. Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil
hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari
pejabat yang berwenang
f. Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang
tidak dilengkapi brersama-sama dengan surat keterangan
sahnya hasil hutan

Sanksi Hukum :
Pasal 78 :
1. Ayat 2 : melanggar butir a, b, c, e dan f diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda
paling banyak Rp. 5.000.000.000
2. Ayat 3: melanggar butir d, diancam dengan pidana
paling lama 15 Tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000

VII. SARAN TINDAK LANJUT


1. Melakukan Evaluasi (data dan fisik lapangan)
mengenai perkembangan pembangunan kebun
pada kawasan hutan yang sudah dilepaskan
bersama instansi terkait
2. Menghimpun permasalahan riel di lapangan
3. Mencabut perusahaan yang menelantarkan
lahannya
4. Mencari investor baru yang berminat dan
bersungguh-sungguh mau menginvestasikan
modalnya di Provinsi Jambi

Anda mungkin juga menyukai