Ijarah Dan Ijarah Muntahia Bit Tamlik Dalam Instrumen Keuangan Syariah-Libre
Ijarah Dan Ijarah Muntahia Bit Tamlik Dalam Instrumen Keuangan Syariah-Libre
Ijarah Dan Ijarah Muntahia Bit Tamlik Dalam Instrumen Keuangan Syariah-Libre
jenis
pembiayaan
lainnya
seperti
mudharabah
dan
Objek Sewa
A.Milik
2.Beli Obyek
Sewa
B. Sewa
Nasabah
Bank
Bayar Sewa
Bank Syariah
1.Pesan Obyek Sewa
2 Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), hlm, 117.
3 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 53.
4 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), hlm.
99.
transaksi
jual
dan
kapan
kepemilikan
bila kemampuan
finansial
penyewa untuk
membayar sewa r elatif kecil. Kar ena sewa yang dibayarkan relative
kecil, akumulasi nilai sewa yang sudah dibayarkan sampai akhir
periode sewa belum mencukupi harga beli barang tersebut dan
margin laba yang ditetapkan oleh bank. Karena itu, untuk mengurangi
kekurangan tersebut, bila pihak penyewa ingin memiliki barang
tersebut, ia harus membeli barang itu di akhir periode.
Pilihan untuk menghibahkan barang di akhir periode masa
sewa (alternative 2) biasanya diambil bila kemampuan finansial
penyewa untuk membayar sewa relatif lebih besar. Karena sewa yang
dibayarkan relatif besar, akumulasi sewa di akhir periode sewa sudah
mencukupi untuk menutupi harga barang dan margin laba yang
operasional
ijarah
muntahiya
bittamlik
dapat
Objek Sewa
A.Milik
2.Beli Obyek
Sewa
B. Sewa
Nasabah
Bank
Bayar Sewa
Bank Syariah
1.Pesan Obyek Sewa
Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006),
hlm. 159.
7 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 99. Lihat juga Adiwarman Karim, Bank
Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm, 147.
syariah dengan paradigma syariah, tentu cara pencatatan produk ini berbeda
dengan yang konvensional.
Cicilan pokok nasabah untuk pelunasan dicatat sebagai biaya
penyusutan yang akumulasinya di akhir periode untuk pelunasan. Sifat
risiko berubah ketika biaya penyusutan pembiayaan IMBT ini dianggap
sama dengan biaya penyusutan aktiva tetap. Implikasi pajaknya sangat
berbeda karena biaya penyusutan pembiayaan IMBT tidak dapat dianggap
biaya dalam kaca mata pajak sebagaimana biaya penyusutan aktiva tetap.
Substansinya
adalah
kumulasi
cicilan
nasabah
untuk
melunasi
kewajibannya.9
Selain masalah tingkat kerumitan dalam yang dialami oleh kalangan
perbankan, masalah yang sering muncul dalam IMBT ini adalah Mengenai
aturan loan to value (LTV) pada skema bagi hasil, pembiayaan bersama dan
sewa dalam syariah. Para praktisi mengamati Ada dua akad yang menjadi
kendala dalam penerapan kebijakan uang muka kredit, pertama akad
musyarakah mutanaqishah. Kedua, akad ijarah muntahiya bittamlik.
Musyarakah mutanaqishah merupakan turunan akad musyarakah.
Definisinya, perjanjian antar a dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu
aset. Kerjasama ini mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak, serta
menambah kepemilikan pihak lain. Bentuk kerjasama ini berakhir dengan
pengalihan hak salah satu pihak kepada pihak lain. Dalam konteks
pembiayaan rumah, bank syariah dan nasabah akan bekerjasama dalam
pengadaan rumah, lalu terjadi pengambilalihan porsi kepemilikan bank oleh
nasabah dengan mengangsur.
Sedangkan dalam skim ijarah muntahiya bittamlik, bank akan
meminjamkan dana ke nasabah untuk membeli rumah, lalu rumah menjadi
milik bank. Nasabah baru memiliki rumah itu jika masa ijarahnya selesai dan
9
Adiwarman
Karim,
Manajemen
Risiko
Bank
Syariah,
http:/ / www.adiwarmankarim.com/ index.php?option=com_content&view=article&id=174%
3Amanajemen-risiko-bank-syariah&catid=52%3Anewspaper&Itemid=90&lang=en,
akses
pada tanggal 30 Desember 2012.
ijarah)
adalah obligasi
syariah yang
dalam
kedudukannya
sebagai
penerbit
obligasi
dapat
mengeluarkan OSI baik asset yang telah ada maupun asset yang akan
diadakan untuk disewakan.
e). Pemegang OSI sebagai pemilik asset (ayan) atau manfaat (manafi)
dalam menyewakan (ijarah) asset atau manfaat yang menjadi haknya
kepada pihak lain dilakukan melalui emiten sebagai wakil.
f). Emiten yang bertindak sebagai wakil dari pemegang OSI dapat menyewa
untuk dirinya sendiri atau menyewakan kepada pihak lain.
g). Dalam hal emiten bertindak sebagai penyewa untuk dirinya sendiri,
maka emiten wajib membayar sewa dalam jumlah dan waktu yang
12
10
diperbolehkan
atau
karena
kelalaian penyewa
Menyatakan
secara
tertulis Menyatakan secara tertulis bahwa
bahwa mujir
menyerahkan mustajir
menerima
hak
penggunaan atau pemanfaatn penggunaan atau pemanfaatan
barang atau jasa yang disewakan atas suatu barang dan atau
memberikan jasa yang dimiliki
mujir (penyataan qabul)
Penerbitan sukuk diterbitkan dengan suatu underlying asset (jaminan
E. Kesimpulan
Implementasi akad ijarah (sewa-menyewa) dalam lembaga perbankan
syariah yang terbagi menjadi ijarah murni dan ijarah muntahiya bittamlik
(IMBT). Dalam kenyataannya akad ijarah ini jarang digunakan oleh bank
syariah, padahal dalam rangka diver sifikasi produk penyaluran dana dari
bank syariah kepada nasabah, akad ini perlu untuk diterapkan. Pada
13 Frank E. Vogel dan Samuel L. Hayes, Islamic Law and Finance: Religion, Risk and
Return, (Kluwer Law International, 1998), hlm. 85. Lihat dalam Kamal Zubair, Instrumen
Investasi Pasar Modal (Analisis Perbandingan Obligasi dan Sukuk), call for paper dalam
International Seminar and Symposium on Implementation of Islamic Economics To Positive
Economics in The World as Alternative of Conventional Economics System: Toward
Development in The New Era of The Holistic Economics, UNAIR, Surabaya, 1-2 Agustus 2008,
hlm. 13.
11
prinsipnya akad ini banyak memberikan keuntungan baik pada bank syariah
atau pun nasabah. Keuntungan yang diperoleh nasabah ialah dalam
meningkatkan investasi, nasabah membutuhkan barang modal dengan nilai
ekonomis yang besar, maka akan lebih mudah menggunakan sistem ijarah
atau ijarah muntahiya bittamlik. Sedangkan bagi bank syariah, sistem ini
mempercepat perputaran uang dan memajukan sistem investasi yang
dinamis.
12
Daftar Pustaka
Antonio, Syafii, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.
Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah Juni 2012, Jakarta: Direktorat
Perbankan Syariah, 2012.
Dewi, Gemala, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana,
2006.
Franedya, Roy, BI Identifikasi Masalah Loan to Value di Syariah,
http:/ / keuangan.kontan.co.id/ news/ bi-identifikasi-masalah-loan-tovalue-di-syariah, akses pada tanggal 30 Desember 2012.
Karim,
Adiwarman,
Manajemen
Risiko
Bank
Syariah,
http:/ / www.adiwarmankarim.com/ index.php?option=com_content
&view=article&id=174%3Amanajemen-risiko-banksyariah&catid=52%3Anewspaper&Itemid=90&lang=en, akses pada
tanggal 30 Desember 2012.
Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.
Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Tim Penulis Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional, Jakarta: PT Intermasa, 2003.
Wahid, Nazaruddin Abdul, Sukuk: Memahami dan Membedah Obligasi Pada
Perbankan Syariah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Zubair, Kamal Instrumen Investasi Pasar Modal (Analisis Perbandingan
Obligasi dan Sukuk), makalah dalam International Seminar and
Symposium on Implementation of Islamic Economics To Positive
Economics in The World as Alternative of Conventional Economics
System: Toward Development in The New Era of The Holistic
Economics, UNAIR, Surabaya, Agustus 2008.
13