Panduan Survei Hidrografis
Panduan Survei Hidrografis
Panduan Survei Hidrografis
2. Teknis
a. Survei pendahuluan, dilakukan pihak Pelaksanauntuk mendapatkan gambaranyang lebih
nyata tentangkondisi daerah survei, dengan tujuan untuk menyempurnakan perencanaan
yang telahdibuat. Kegiatan yangdilakukandalamsurveipendahuluaninisebagaiberikut:
Verifikasi hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan Pusat PKLP di wilayah kerja
yang ditentukan terkait : lokasi titik kontrol (BM) BIG, lokasi stasiun pasut, lokasi
stasiun pengukuran/pengamatan lainnya, lokasi base camp, informasi sarana
transportasi dan logistik, informasi kapal survei yang digunakan dan penyewaannya.
Penentuan Lokasi titik kontrol dan stasiun pasut oleh pihak pelaksana
Hasil pelaksanaan survei pendahuluan ini harus didokumentasikan dan dibuat
laporannya.
b. Sewa kapal survei yang digunakan, untuk pemilihan jenis kapal survei disesuaikan dengan
kondisi perairan yang disurvei, dengan pertimbangan diantaranya adalah diusahakan
menggunakan kapal setempat, dan sudah biasa digunakan untuk berlayar di daerah
survei termasuk awak kapalnya.
Dalam pelaksanaan survei digunakan 2 (dua) jenis kapal, yaitu :
Kapal Survei utama, yaitu kapal yang digunakan untuk pemeruman. Kapal ini
berukuran sedang, jumlah minimal yang dipakai 2 (dua) kapal, jika memungkinkan dan
untuk mempercepat pekerjaan diusahakan lebih dari 2 (dua)kapal.
Kapal Survei kecil, yaitu kapal yang digunakan untuk pengukuran antara nol
kedalaman sampai dengan kedalaman yang mampu dicapai oleh kapal survei utama.
Dalam pemilihan kapal ini ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yaitu :
Kemampuan mesin kapal yang digunakan.
Diutamakan kapal memiliki mesin cadangan.
Kapal yang digunakan dapat mencapai daerah dangkal.
Kecepatan kapal pada saat survei mempunyai kecepatan ratarata 5 7knot.
c. Penyiapan peralatan survei
Pihak Pelaksana memberikan surat keterangan kalibrasi atau kelayakan peralatan dari
vendor/distributor tentang seluruh peralatan survei.
e. Presentasi dan pelaporan hasil survei pendahuluan oleh pihak Pelaksana kepada Pusat
PKLP.
40
Dalam tahap ini pihak Pelaksana harus segera memenuhi persyaratan yang diperlukan
dengan melakukan koordinasi, persetujuan rencana detail pelaksanaan dengan Tim Supervisi
Pusat PKLP.
b. Pembuatan Peta Kerja Pendukung,sesuai skala sebenarnya tiap NLP, dalam bentuk
digital dan cetak untuk visualisasi:
Survei Hidrografi dan Pembuatan Peta LPI Skala 1:50.000 TA.2015
41
42
Item
Metode pengamatan
Lama pengamatan per sesi (minimum)
Data pengamatan utama untukpenentuan posisi
Moda pengamatan
Pengamatan independen di setiap titik
Interval data pengamatan (detik)
Jumlah satelit minimum
Nilai PDOP yang diperlukan
Elevasi satelit minimum
Pengamatan data meteorologist
Keterangan
survei GPS
8 jam
fase satu
frekuensi
radial
15
4 satelit
lebih kecil dari
10
150
tidak
43
44
45
Besaran draught-transducer diukur dari muka air laut sampai ujung transducer.
Besaran ini dikoreksikan pada alat echosounder, sehingga bacaan kedalaman
yang dihasilkan nantinya sudah merupakan bacaan terhadap muka air.
Setiap kali transducer dipasang besaran draught-transducer harus diukur dan
dikoreksikan pada alat echosounder. Koreksi draught-transducer ini bersifat
tetap setiap pengaturan yang dilakukan.
Cepat rambat bunyi di air
Koreksi cepat rambat bunyi di air pada daerah survei harus diatur terlebih dahulu
ke alat echosounder. Koreksi ini didapat dari hasil pengamatan sifat fisik air laut,
dalam hal ini salah satu parameter yang diamati atau hitungan kecepatan rambat
bunyi di air SofS (Speed of Sounds). Harga rataratadari hasil pengukuran
seluruh stasiun pengukuran di daerah survei dikoreksikan pada alat
echosounder untuk memberikan koreksi cepat rambat bunyi.
Wajib dilakukan pengukuran dengan bar-check untuk memastikan bahwa data
kedalaman yang terekam secara digital telah sesuai dengan data kedalaman
bar-check dan data kedalaman sudah sesuai dengan bacaan yang tampil dalam
echogram.
Selain pengaturan dan koreksi pada alat echosounder yang digunakan, dilakukan juga
pengaturan pada perangkat lunak akuisisi data yang digunakan terhadap parameter
sebagai berikut :
Interval posisi fix-perum
Interval posisi fix-perum perlu diatur terlebih dahulu sebelum pekerjaan pemeruman
dilaksanakan, dengan memperhitungkan kecepatan kapal dan interval fix-perum
yang disyaratkan.
Offset transducer terhadap antena GPS.
Besaran offset antara posisi transducer dengan antenna GPS di kapal diukur
komponen (x,y), apabila posisi antenna GPS tidak dipasang tepat vertikal di atas
transducer. Besaran offset ini dimasukkan dalam perangkat lunak yang digunakan
agar koordinat fix-perum yang dihasilkan sudah merupakan koordinat transducer.
Setiap kali antena dipasang besaran offset harus diukur dan disesuaikan dalam
perangkat lunak.
Setelah pengaturan dan koreksi dilakukan maka alat echosounder siap untuk
dioperasikan.
c. Penentuan Posisi Fix-Perum.
Penentuan posisi fix-perum dilakukan sebagai berikut :
Penentuan posisi kapal survei (fix-perum) harus dilaksanakan dengan alat penentuan
posisi (GPS/GNSS) yang ketelitiannya memenuhi kriteria orde 2.
Semua data posisi kapal yang diukur di-download/ menggunakan perangkat lunak
akuisisi data untuk disesuaikan dengan data kedalaman hasil pengukuran
echosounder saat itu.
Akuisisi data titik fix-perum dilaksanakan dengan interval maksimum 5 meter. Selain
itu, perangkat lunak ini harus mempunyai fasilitas Navigation Edit untuk
menkonversi data ke dalam format ASCII.
Data posisi titik perum (x,y) disimpan dalam format txt bersama-sama dengan data
tanggal pengukuran dan kedalaman.
d. Melakukan percobaan pemeruman (sea trial) untuk memastikan peralatan survei siap
digunakan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Hal ini harus dilakukan untuk
memastikan semua pengaturan peralatan dan aplikasi dapat menghasilkan data
pemeruman seperti yang ditentukan.
46
47
48
rata-rata, titik pertemuan air laut dengan darat dan titik dengan kedalaman tertentu
di tepi pantai. Klasifikasi titiktitik tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
Gambar 6. Titik yang diambil dalam metode terestris dan kapal kecil (shallow sounding)
dimana :
a = titik di daratan yang tidak pernah tersentuh air laut.
b = titik pasang tertinggi rata-rata, ditandai dengan jejak air,diukur menyusuri
garis pantai (tracking).
c = titik pertemuan muka air dan darat pada saat pengukuran.
d = titik yang mempunyai kedalaman pada saat tertentu.
e1,e2,e3..en = shallow sounding sejajar garis pantai, dengan interval dan
banyaknya lajur disesuaikan dengan topografi pantai.
Jarak satu titik dengan titik berikutnya adalah sepanjang 250 meter. Penyusuran
yang dilakukan antar stasiun harus disimpan sebagai jalur tracking (line) dalam
GPS, dimana jalur ini adalah antar titik b di tiap stasiun.
Di tiap stasiun dilakukan pengukuran posisi dan nilai ketinggian dengan GPS dengan
marking (untuk titik a, b, dan c), serta nilai kedalaman dengan tongkat penduga,
dimana dilakukan sampai batas kedalaman yang tidak dapat dicapai oleh kapal
survei kecil, untuk titik d.
Menggunakan kapal kecil yang dapat mendekati garis pantai di area survei (shallow
sounding), untuk memperoleh nilai kedalaman di area yang tidak dapat dicapai oleh
kapal survei utama dan tracking. Dalam hal ini dilakukan pemeruman sejajar garis
pantai e1,e2,e3,....,dst dengan jarak maksimal 250m dan disetujui Tim Supervisi.
Catatan:
Ketentuan lain untuk perencanaan jalur, penyimpanan data hasil pemeruman
dangkal (shallow sounding) dapat dilihat dalam point c tentang pemeruman.
Setiap pengambilan data garis pantai (marking), informasi tentang pantai harus
dimasukkan dalam atribut, seperti vegetasi, jenis material pantai, dan sebagainya.
Informasi ini dapat diintegrasikan dengan salah satu titik marking (a atau b). Informasi
titik harus dilengkapi dengan dokumentasi berupa foto yang mempunyai informasi
Survei Hidrografi dan Pembuatan Peta LPI Skala 1:50.000 TA.2015
49
50
Koreksi kecepatan rambat bunyi diperlukan untuk kalibrasi peralatan echosounder sebelum
alat tersebut digunakan. Pengukuran sifat fisik air laut dilakukan sebagai berikut:
Pengukuran dilakukan dengan alat CTD profiler/SVP profiler
Parameter yang diukur adalah salinitas, suhu, konduktifitas, dan pH.
Parameter yang dihitung adalah cepat rambat bunyi.
Perhitungan SofS dilakukan dengan Rumus Coppens, yaitu :
c(D,S,t) = c(0,S,t) + (16.23 + 0.253t)D + (0.213-0.1t)D2 + [0.016 + 0.0002(S-35)](S 35)tD
c(0,S,t) = 1449.05 + 45.7t - 5.21t2 + 0.23t3 + (1.333 - 0.126t + 0.009t2)(S - 35)
dimana:
t = T/10
T = temperatur dalam derajat Celsius
S = salinitas dalam ppt (parts per thousand)
D = kedalaman dalam kilometer
6. Pengamatan Arus
Pengamatan arus dengan alat currentmeter untuk mengetahui karakteristik arus suatu daerah
atau wilayah. Hal-hal yang harus dipenuhi dalam pengamatan arus laut adalah sebagai
berikut:
Pengamatan arus meliputi pengamatan kecepatan dan arah arus di daerah-daerah
seperti gerbang pelabuhan, terusan, daerah-daerah yang sering digunakan untuk
buang sauh (penjangkaran) serta daerah laut dan pantai yang diperkirakan arusnya
dapat membawa pengaruh pada navigasi permukaan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan currentmeter pada kedalamanan 3 - 10
meter atau sesuai dengan kebutuhan, selama minimal 25 jam.
Kecepatan dan arah arus diukur dengan satuan ketelitian bacaan 0.1 knot dan 10
derajat.
Pengamatan dilakukan ketika Spring Tide (Pasang Purnama)
51
52