Tugas Jaminan Perbedaan Subrogasi Cessie Novasi Factoring

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mata Kuliah Hukum Jaminan Kelas A

Yoanita Hasan Joni


0906498282

Perbedaan Cessie, Subrogasi, Novasi, dan Factoring / Anjak Piutang

A. Cessie

Cessie adalah cara pengalihan piutang atas nama yang diatur dalam Pasal 613 KUHPer.
Pengalihan piutang terjadi atas dasar peristiwa perdata seperti perjanjian jual beli antara kreditur
lama dengan calon kreditur baru.1 Piutang atas nama adalah piutang yang pembayarannya
dilakukan kepada pihak yang namanya tertulis dalam surat piutang tersebut yaitu kreditur lama.
Penyerahan piutang dari kreditur lama kepada kreditur baru mempunyai akibat hukum terhadap
debitur setelah penyerahan tersebut diberitahukan padanya atau secara tertulis disetujui dan
diakuinya. Namun demikian, debitur terikat untuk membayar kepada kreditur baru dan bukan
kreditur lama setelah debitur diberitahukan tentang pengalihan piutang atas nama tersebut atau
debitur secara tertulis menyetujui dan mengakuinya. 2 Jadi, dalam cessie, utang piutang yang
lama tidak hapus tapi beralih kepada pihak ketiga sebagai kreditur baru.3

B. Subrogasi

Menurut Pasal 1400 KUHPer, subrogasi adalah penggantian hakhak si berpiutang oleh
seorang pihak ketiga yang membayar kepada si berpiutang itu dan terjadi baik dengan
persetujuan maupun demi undang-undang. Menurut Pasal 1401 KUHPer, penggantian tersebut
terjadi dengan persetujuan dalam bentuk sebagai berikut:
1 Suharnoko dan Endah Hartati, 2005, Doktrin Subrogasi, Novasi, dan Cessie, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, hlm. 101.
2 Ibid, hlm. 102-103.
3 Ibid, hlm.101.

1. Apabila si berpiutang dengan menerima pembayaran dari pihak ketiga menetapkan

bahwa pihak ketiga tersebut akan menggantikan hak-haknya, gugatan-gugatannya, hakhak istimewanya dan hipotik yang dipunyainya terhadap si berutang.
2. Apabila si berutang meminjam sejumlah uang dari pihak ketiga untuk melunasi utangnya

dan menetapkan bahwa pihak ketiga yang meminjami uang tersebut akan menggantikan
hak-hak si berpiutang. Dengan demikian, baik perjanjian pinjam uang maupun tanda
pelunasan harus dibuat dengan akta otentik agar subrogasi tersebut sah dan dalam
perjanjian tersebut harus dicantumkan bahwa uang tersebut dipinjam untuk melunasi
utang si berutang. Selanjutnya, surat tanda pelunasannya harus menerangkan bahwa
pembayaran dilakukan dengan uang yang dipinjamkan oleh pihak ketiga sebagai kreditur
baru. Dalam hal ini, posisi pihak ketiga sebagai kreditur baru menggantikan posisi
kreditur lama.
Dengan kata lain, dalam subrogasi, perikatan antara kreditur yang lama dan debitur hapus
karena pembayaran lalu perikatan tersebut dihidupkan kembali antara pihak ketiga sebagai
kreditur baru dengan debitur. Posisi kreditur lama digantikan oleh kreditur baru.4

C. Novasi

Sedangkan novasi adalah pembaruan utang. Dalam hal ini, pihak kreditur dan debitur
bersepakat untuk menghapuskan perikatan lama dan mengganti dengan perikatan yang baru.5
Menurut Pasal 1413 KUHPer, ada tiga macam jalan untuk melaksanakan pembaruan utang:

1. Apabila si debitur membuat suatu perikatan utang baru bagi kreditur untuk menggantikan

perikatan yang lama yang dihapuskan karenanya (Novasi Objektif).

4 Ibid, hlm. 57.


5 Ibid.
2

2. Apabila seorang debitur baru ditunjuk untuk menggantikan seorang debitur lama yang

dibebaskan dari perikatannya (Novasi Subjektif Pasif).


3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru maka ditunjuk kreditur baru untuk

menggantikan kreditur lama terhadap siapa debitur dibebaskan dari perikatannya (Novasi
Subjektif Aktif).6

D. Factoring (Anjak Piutang)

Menurut referensi formal isi kamus Bank Indonesia, factoring atau anjak piutang, adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau
tagihan jangka pendek suatu perusahaan atas transaksi perdagangan dalam dan luar negeri. 7
Dalam anjak piutang, objek tagihan adalah piutang dagang yang timbul dan berasal dari transaksi
dagang. Sementara piutang yang timbul dan tidak berasal dari transaksi perdagangan tidak dapat
digolongkan sebagai suatu piutang dagang.8

6 Ibid, hlm. 59.


7 Rinus Pantouw, 2006, Hak Tagih Factor Atas Piutang Dagang: Anjak Piutang (Factoring), Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, hlm. 7.
8 Ibid, hlm. 19.

Anda mungkin juga menyukai