Naskah Publikasi Skripsi Aplikasi Audiometer (Gde Bagus Yatna Wibawa - 10210006 - FST - TE - UNRIYO)
Naskah Publikasi Skripsi Aplikasi Audiometer (Gde Bagus Yatna Wibawa - 10210006 - FST - TE - UNRIYO)
Naskah Publikasi Skripsi Aplikasi Audiometer (Gde Bagus Yatna Wibawa - 10210006 - FST - TE - UNRIYO)
Oleh:
ABSTRAK
Aplikasi audiometer menggunakan smartphone Android dirancang sebagai pengembangan
audiometer konvensional dengan variabel frekuensi dan intensitas suara dengan melihat minat
masyarakat yang cenderung masih kurang memperhatikan pentingnya menjaga kemampuan
pendengaran tetap dalam jangkauan normal serta dengan semakin banyaknya smartphone
Android dengan berbagai aplikasi yang tersedia telah dimiliki dan dipergunakan oleh berbagai
lapisan masyarakat. Aplikasi audiometer bertujuan sebagai salah satu opsi pilihan untuk
melakukan pengujian pendengaran manusia secara sederhana sebelum melakukan pemeriksaan
khusus Telinga Hidung Tenggorokan (THT).
Menggunakan aplikasi pengembang Android Eclipse, dilakukan perancangan Aplikasi
audiometer yang dapat memanfaatkan perangkat pembangkit suara pada smartphone Android
untuk membangkitkan bentuk gelombang sinus dengan frekuensi standar pemeriksaan audiometri
yakni 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz dan 8000 Hz dengan peningkatan
intensitas suara sebesar 6 dB SPL sebanyak 15 kali sampai mencapai intensitas suara maksimal
90 dB SPL. Pengujian terhadap aplikasi dilakukan dengan alat bantu osiloskop, digital frequency
counter dan sound level meter, membuktikan dapat dihasilkan frekuensi dan bentuk gelombang
sinus dengan persentase kesalahan sebesar 0.001828875 % dan persentase kesalahan intensitas
kekuatan suara sebesar 1.238667 %.
Penelitian menghasilkan aplikasi tes kemampuan pendengaran manusia menggunakan
smartphone android dengan pengujian frekuensi dan intensitas suara yang memenuhi syarat
pengujian frekuensi dengan rentang 125 8000 Hz dan intensitas kekuatan suara maksimal
sebesar 90 dB SPL dengan pemilihan mode penggunaan baik secara mandiri atau berpasangan.
Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Respati Yogyakarta
Dosen Program Studi Manajemen Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Respati Yogyakarta
3
Dosen Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Respati Yogyakarta
2
ii
ABSTRACT
125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz,
4000 Hz and 8000 Hz with increased intensity noise by 6 dB SPL for 15 times to achieve maximum
sound intensity
counters and sound level meter, prove that can be generated frequency and sine waveforms with a
percentage error of 0.001828875% and the percentage error of sound power intensity 1.238667%.
The research resulted in the application of human hearing ability test using android
smartphones qualified testing the frequency range 125 - 8000 Hz and a maximum sound power
intensity of 90 dB SPL with mode selection use either independently or in pairs.
iii
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia dalam hidup tidak dapat berdiri sendiri dan dalam melakukan kegiatan untuk
menjalani hidup perlu saling bahu membahu satu sama lainnya. Untuk tetap dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan baik, maka manusia harus memiliki telinga yang baik sehingga dapat
mendengar suara dari lawan bicaranya. Diperlukan suatu alat bantu untuk menguji kemampuan
pendengaran seseorang. Kemampuan dengar seseorang sebaiknya selalu diperiksa dalam rentang
waktu tertentu sehingga dapat diketahui dan dijaga agar selalu dalam jangkauan taraf pendengaran
normal. Dengan pengecekan pendengaran secara rutin dapat diketahui taraf kemampuan
pendengaran, apakah tetap normal atau memburuk.
Peralatan uji pendengaran disebut audiometer, alat tersebut umumnya hanya dimiliki pada
klinik THT atau rumah sakit baik pemerintah ataupun swasta, sehingga seseorang cenderung malas
melakukan cek pendengaran karena dirasa akan memakan waktu untuk menunggu jadwal
pemeriksaan. Dewasa ini masyarakat luas telah banyak menggunakan smartphone berbasis
android. Dalam pengembangan software, platform android memberi kebebasan pengembang untuk
memaksimalkan fungsi smartphone dengan akses penuh terhadap fungsi hardware perangkatnya.
Maka, dengan memanfaatkan hal tersebut, dirancang aplikasi yang dapat menghasilkan frekuensi
dan intensitas suara seperti audiometer nada murni yang dapat digunakan untuk melakukan
pengujian pendengaran manusia. Perancangan aplikasi tes kemampuan pendengaran manusia
menggunakan smartphone android
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah
b.
1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah yang dapat diambil dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
a.
Membuat
Manusia Menggunakan
smartphone android yang mengatur dan memberikan sinyal frekuensi serta intensitas
suara.
b.
Jika frekuensi dan intensitas suara yang dihasilkan dari smartphone android kurang,
selanjutnya akan dikuatkan dan disesuaikan dengan perangkat penguat agar nilai
frekuensi dan intensitas yang dihasilkan sesuai dengan nilai standar pengujian
audiometri
c.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian Perancangan Aplikasi Tes Kemampuan Pendengaran Manusia
b.
0-100 dB.
1.5
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari penelitian Perancangan Aplikasi Tes Kemampuan
b.
c.
1.6
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan antara lain:
a.
Studi literatur dari buku-buku, jurnal dan skripsi ataupun tugas akhir yang
berhubungan dengan audiometer dan audiometri
b.
Wawancara dengan para ahli yang terbiasa menggunakan peralatan audiometer dan
melakukan analisa hasil audiogram
c.
d.
e.
2.
2.1
Tinjauan Pustaka
Penelitian tugas akhir dengan judul Rancang Bangun Alat Audiometer Berbasis
Microcontroller
frekuensi dengan jangkauan 125-8000 Hz serta menghasilkan intensitas suara 10100 dB.
Penelitian untuk merancang audiometer juga pernah dilakukan dalam penelitian yang berjudul
Perancangan Audiometer Dengan Pengukuran Tingkat Derajat Ketulian oleh Ratrianto (2013),
digunakan Microcontroller ATmega 8535 yang dapat menghasilkan frekuensi 250 - 8000 Hz dan
nilai intensitas yang dihasilkan 0-80 dB. Terdapat juga penelitian tugas akhir dengan judul
Audiometer Berbasis Soundcard Pada Komputer Pribadi oleh Bahtiar (2006), yang dirancang
dapat menghasilkan frekuensi antara 20 20000 Hz dengan intensitas bunyi 0100 dB.
2.2
telinga bagian dalam (Pearce, 2009). Telinga bagian luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga
luar. Telinga bagian tengah, berada antara telinga bagian luar dan telinga bagian dalam dengan
gendang telinga sebagai pembatas dan bekerjasama dengan tulang pendengaran untuk perambatan
getaran suara dari telinga luar dan diteruskan ke telinga dalam. Gendang telinga berwarna putih
seperti mutiara berukuran 1 cm dengan bentuk oval-kerucut. Tulang pendengaran terbagi 3,
terdiri dari tulang pendengaran malleus, incus dan stapes. Rangkaian tulang-tulang pendengaran
berguna melanjutkan getaran suara dari gendang telinga dan diperkuat sebesar 22 kali kemudian
menuju ke telinga bagian dalam. Telinga bagian dalam koklea dengan,bentuk membelit melingkat
seperti rumah siput yang didalamnya terdapat cairan perilimfe dengan fungsi menerima kelanjutan
getaran dari tulang-tulang pendengaran, cairan perilimfe yang bergetar akan merambat dalam
koklea dan ikut menggetarkan cairan endolimfe pada bagian terdalam, cairan endolimfe yang
menerima rambatan getaran suara akan merangsang organ korti sebagai sensor getaran suara untuk
kemudian mengirimkan impuls saraf mengenai getaran yang diterima ke otak dan otak akan
menginterpretaskan getaran tersebut. Pada telinga dalam juga terdapat kanalis semisirkularis.
Yang berfungsi dalam penentuan keseimbangan tubuh.
2.3
Saraf Pendengaran
Saraf pendengaran (Nervus Auditorius), merupakan saraf yang bertanggung jawab dan
berperan penting dalam proses mendengar dan menjaga keseimbangan tubuh. Nervus auditorius
atau Nervus Vestibulokoklearis, berada pada susunan saraf kranial kedelapan dan terbagi atas dua,
yakni saraf vestibular yang berhubungan dengan keseimbangan dan saraf koklearis yang
berhubungan dengan pendengaran yang sebenarnya (Pearce, 2009).
2.4
Fisiologi Pendengaran
Pendengaran diawali dengan masuknya gelombang bunyi yang ditangkap oleh daun
telinga melewati liang telinga. Gelombang suara membuat gendang telinga bergetar. Getaran
merambat dan menggetarkan ketiga tulang pendengaran (maleus, incus, stapes). Pada saat maleus
bergerak, incus ikut bergerak karena maleus terikat kuat dengan inkus oleh ligamen-ligamen.
Artikulasi dari incus dan stapes menyebabkan stapes terdorong ke depan pada cairan cochlear.
Ketiga tulang pendengaran tadi mengubah gaya kecil dari partikel udara pada gendang telinga
menjadi gaya besar yang menggerakkan cairan perilimfe dalam koklea. Perilimfe meneruskan
getaran dalam koklea sampai merambat pada cairan endolimfe. cairan endolimfe selanjutnya
merangsang organ corti yang terletak di permukaan membran basiliar yang terdiri dari sel-sel
rambut, untuk selanjutnya mengubah getaran mekanik menjadi sinyal listrik. Sel rambut
dirangsang oleh getaran membran basiliar. Kemudian sel saraf (aferen) menerima pesan dari sel
rambut dan meneruskannya ke saraf auditori, yang akan membawa informasi tersebut ke otak,
yaitu korteks serebri area pendengaran (area Boadmann 41 dan 42) dan disadari sebagai rangsang
pendengaran (Soraya,2013).
2.5
Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran manusia meliputi gangguan pendengaran konduktif, gangguan
kiri dan kanannya sehingga mengganggu dalam menentukan sumber atau arah suara yang
didapatkan.
2.6
Audiometri memiliki asal kata Audire dan Metrios. Audire berarti mendengar dan Metrios berarti
mengukur (Soraya, 2013). Sehingga audiometri dapat didefinisikan sebagai suatu cara atau teknik
dalam melakukan pengukuran terhadap kemampuan mendengar seseorang. Pada saat melakukan
audiometri, pasien diberikan rangsangan berupa berbagai kombinasi frekuensi dan intensitas suara.
Pada penerapannya, audiometri memerlukan suatu perangkat audiometer dan dilakukan dalam
ruangan kedap suara.
Audiometer merupakan perangkat elektromedik yang mampu menghasilkan kombinasi
frekuensi dan intensitas suara sesuai dengan pengaturan dari operator audiometer. Pada
perkembangannya audiometer sampai saat ini terbagi menjadi 2 macam audiometer, yakni
audiometer nada murni dan audiometer tutur (Soraya,2013).
Menurut ISO 1964 (Acceptable audiometric hearing levels) dan ANSI 1969 (Standard
Reference Threshold Sound-Pressure Levels for Audiometers), derajat ketulian dan nilai ambang
pendengaran pada frekuensi nada murni antara lain (Gatot, 2011):
a.
b.
c.
d.
Peningkatan ambang dengar berada > 90 dB, disebut tuli sangat berat
Pada pengujian menggunakan audiometer nada murni terbagi menjadi pengujian AC (Air
Conducting) yaitu tes menurut hantaran udara dan BC (Bone Conducting) yaitu tes menurut
hantaran tulang. Untuk tes BC memerlukan komponen tambahan yakni Bone Conductor. Untuk
pemeriksaan AC menggunakan frekuensi pengujian antara 125-8000 Hz, sedangkan untuk
pemeriksaan BC menggunakan frekuensi 125-4000 Hz dan intensitas 45-80 dB.
Pemeriksaan BC dilakukan jika terjadi peningkatan ambang dengar AC yang berada
diatas batas ambang dengar normal, sehingga diperlukan pendeteksiaan BC dengan batasan
frekuensi dan itensitas suara sesuai pemeriksaan BC. Bone Conductor dipasang pada mastoid
pasien dengan sedikit penekanan sehingga dapat menangkap respon terhadap frekuensi dan
intensitas suara yang sampai pada tulang-tulang pendengaran pasien.
Audiometer tutur. Berupa alat uji pendengaran dengan kata-kata terpilih yang baku dan
terkalibrasi, guna mengukur beberapa aspek kemampuan pendengaran seseorang. Dalam
penggunaannya, audiometer tutur memiliki prinsip yang tidak terlalu berbeda dengan audiometer
nada murni, jika pada audiometer nada murni dipergunakan susunan nada dengan frekuensi dan
intensitas suara yang dikeluarkan melalui headphone untuk didengarkan oleh pasien.
2.7
benda akan memicu udara sekitar ikut bergetar. Getaran tersebut akan menjadi gelombang suara
dan akan terdistribusi dan ditangkap organ pendengaran manusia. Gelombang suara atau frekuensi
suara memiliki satuan Hz (Hertz) dimana satuan tersebut menyatakan banyaknya getaran yang
terjadi dalam waktu satu detik. Terdapat klasifikasi rentang frekuensi, antara lain, rentang
frekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasonic, rentang frekuensi 20-20.000Hz disebut audiosonic
dan rentang frekuensi di atas 20.000Hz disebut ultrasonic. Pendengaran manusia mampu
menangkap frekuensi pada rentang audiosonic.
Intensitas berasal dari bahasa latin, yakni intention yang artinya kekuatan atau tingkatan,
sehingga intensitas suara dapat diartikan besarnya kekuatan atau tingkatan suara tiap detiknya
yang menembus bidang tiap satuan luas permukaan secara tegak lurus. Suara adalah salah satu
bentuk gelombang, sehingga besarnya energi gelombang suara yang melewati suatu permukaan
disebut intensitas gelombang. Ketika gelombang merambat terjadi pemindahan energi dari satu
titik ke titik lainnya. Energi yang dibawa selama perambatan tersebut akan semakin berkurang jika
jarak pemindahannya semakin jauh.
Intensitas Suara
dB SPL
dB HL
45.0
0
27.0
0
13.5
0
9.0
0
7.5
0
7.5
0
9.0
0
11.5
0
12.0
0
16.0
0
15.5
0
Tabel diatas menjelaskan konversi nilai intensitas suara dari dB SPL menjadi dB HL yang
dapat diterima telinga normal manusia. Sehingga untuk perancangan audiometer nada murni, pada
frekuensi 125 Hz, dari pendeteksian intensitas suara sebesar 45 dB SPL menggunakan alat ukur
akan terhitung menjadi intensitas 0 dB HL dalam pendengaran manusia normal. Begitu juga
berlaku untuk frekuensi lainnya dengan ketentuan sesuai Tabel 1.
2.8
perlengkapan pembantu yang dibutuhkan merupakan instrumen laboratorium yang teliti dan luwes.
Tabung sinar katoda pada osiloskop memberikan bintik cahaya terkendali dengan simpangan x dan
y, yang berbanding lurus dengan tegangan pada plat horizontal dan vertikalnya. Karakteristik
masukannya sangat ideal untuk keperluan pengukuran dan tanggapan frekuensinya dapat
membentang hingga beberapa Mega Hertz (Smith, 1992).
Dalam menghitung frekuensi, dapat juga digunakan digital frekuensi counter. Prinsip
kerja dari digital frekuensi counter adalah dengan mencuplik gelombang dari sinyal yang masuk
selama 1 detik, dari cuplikan tersebut mikrokontroler akan menghitung pulsa yang terjadi dengan
memanfaatkan fungsi counter, hasil dari pengukuran frekuensi akan ditampilkan pada LCD.
2.9
mengukur nilai kekuatan suara atau sering dikenal dengan nama intensitas suara. Semakin besar
intensitas suara maka semakin tinggi kekuatan suara dan kebisingan suara tersebut. Untuk setiap
alat audiometer, dB meter sangat diperlukan untuk melakukan kalibrasi audiometer, sehingga jika
terjadi penyimpangan nilai intensitas suara, dapat segera dilakukan penyesuaian untuk
mendapatkan nilai intensitas suara yang masih masuk dalam rentang yang diinginkan.
2.10
mencangkup sistem operasi, middleware dan aplikasi (Safaat, 2012). Sebagai perangkat lunak
yang dipergunakan untuk produk ponsel/ smartphone, android menyediakan platform terbuka bagi
para pengembang dalam menciptakan aplikasi mereka. Android mendapat pujian sebagai platform
mobile pertama yang lengkap (complete platform), terbuka (open source platform) dan bebas (free
platform) (Safaat, 2012).
Dalam melakukan pemrograman android, dipergunakan aplikasi pengembangan
perangkat lunak yang salah satunya adalah Eclipse. Eclipse adalah sebuah Integrated Development
Environment (IDE) atau program komputer dengan beberapa fasilitas yang diperlukan dalam
pengembangan perangkat lunak (Alfa,2014).
3.
METODE PENELITIAN
3.1
2.
3.
4.
5.
Smartphone Android dengan spesifikasi : Layar touch screen 4,5, Android versi
4.4.4 (Kitkat), RAM 1GB, CPU Quadcore 1,2 GHz Cortex-A7, Chipset Qualcomm
MSM8226 Snapdragon 400, GPU Adreno 305
6.
Notebook dengan spesifikasi, CPU intel core I3 2,53GHz, RAM 4GB, VGA ATi
Mobility Radeon HD 5470, operating system Windows 7 Ultimate (64-bit)
7.
2.
3.
4.
5.
Capit Buaya
6.
3.2
ini, diperlukan aplikasi pengembang android yakni Eclipse yang membantu dalam merancang
antar muka dan memanggil fungsi untuk memunculkan kombinasi frekuensi dan intensitas suara
untuk pengujian kemampuan dengar manusia. Aplikasi dirancang dengan 2 mode antara lain.
kombinasi frekuensi dan intensitas telah diatur dikeluarkan bertahap dari aplikasi. Di layar
smartphone akan disediakan tombol kiri dan kanan sebagai penanda sumber suara headphone yang
dikenakan pasien. Sehingga pasien cukup melakukan penekanan tombol tersebut ketika mendengar
nada sesuai sumbernya pada headphone. hasil akhir mode mandiri masih berupa tabel frekuensi
dan intensitas suara serta penekanan tombol oleh pasien. Selanjutnya data tabel dapat disalin ke
Ms. Excel pada notebook untuk diubah menjadi chart audiogram.
3.3
Flowchart Aplikasi
Karena perbedaan kedua mode tersebut, maka perancangan aplikasi audiometer
menggunakan smartphone android memiliki 2 aliran flowchart aplikasi yang akan bekerja ketika
memilih salah satu mode. flowchart tersebut antara lain sebagai berikut.
Untuk mode berpasangan aplikasi secara default menampilkan nilai frekuensi terendah
dan intensitas suara terendah tertampil mute atau bisu. Pada saat melakukan pengubahan nilai
frekuensi, maka akan digunakan tombol + yang berfungsi untuk melakukan increase sebanyak 1
kali untuk tiap satu penekanan tombol +, juga menggunakan tombol untuk melakukan decrease
sebanyak 1 kali untuk tiap penekanan tombol. Hal tersebut juga berlaku untuk pengubahan
intensitas. Dari pengubahan tersebut akan memanggil nilai yang sesuai dari hasil akhir increment
dan decrement sesuai inisialisasi variabel baik itu untuk nilai frekuensi dan juga nilai intensitas
suara. Kemudian untuk mengeluarkan suara disediakan tombol headphone kiri dan kanan.
Penekanan salah satu akan memberikan perintah mengeluarkan suara pada headphone sesuai
tombol yang ditekan. Secara bersamaan setelah menekan tombol headphone, akan muncul toast
atau pop up note yang menyatakan nada dikeluarkan ke arah headphone yang ditekan.
10
4.
4.1
Hasil Perancangan
Hasil dari perancangan didapatkan aplikasi audiometer menggunakan android yang dapat
menghasilkan gelombang sinus dengan besar frekuensi pengujian 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1000
Hz, 2000 Hz, 4000 Hz dan 8000 Hz serta intensitas kekuatan suara yang dihasilkan maksimal 90
dB SPL dengan peningkatan 6 dB sebanyak 15 kali dari nilai terendah.
11
12
penguji dan kebutuhan data pemeriksaan dengan penggunaan mode berpasangan tidak dibatasi
lama waktu.
13
Gambar 14. Tampilan Hasil Cetak Pengolahan Data Dengan Ms. Excel
Dari pengujian didapatkan data frekuensi dan intensitas kekuatan suara ambang
pendengaran dari masing-masing telinga. Nilai frekuensi selanjutnya diinputkan ke tabel pada Ms.
Excel yang selanjutnya akan mengubah menjadi chart audiogram serta melakukan penghitungan
ambang pendengaran dari masing-masing telinga dan dibandingkan rentang ambang pendengaran
tersebut dengan batasan peningkatan ambang pendengaran untuk mengklasifikasikan peningkatan
ambang dengar.
4.2
gelombang yang dibangkitkan dari pengaturan frekuensi melalui smartphone android, kemudian
digunakan digital frequency counter untuk menghitung ketepatan nilai frekuensi yang mampu
dihasilkan.
Tabel 2. Data Pengujian Frekuensi
Pengaturan
Tertampil Digital
Smartphone
Frequency
(int 90 dB)
Counter
Frek (Hz)
125
125,009 Hz
250
250,013 Hz
500
499,998 Hz
1000
0,99998 KHz
2000
2,00000 KHz
4000
4,00000 KHz
8000
7,99999 KHz
Rata-Rata Kesalahan Frekuensi
Selisih
Frekuensi (Hz)
Persentase
Kesalahan (%)
0,009
0,013
0,002
0,00002
0
0
0,00001
0.0072
0.0052
0.0004
0.000002
0
0
0.000000125
0.001828875
14
4.3
1000 Hz dan diuji dari pengaturan intensitas maksimum menurun 6 dB sampai intensitas 60 dB.
Tabel 3. Data Pengujian Intensitas Kekuatan Suara
Pengaturan Aplikasi
Audiometer pada
Intensitas
Selisih
Smartphone
Terukur
intensitas
(dB SPL)
(dB SPL)
Frekuensi
Intensitas
(Hz)
(dB)
1000
90
90,9
0,9
1000
84
84,3
0,3
1000
78
78,9
0,9
1000
72
72,5
0,5
1000
66
67,8
1,8
1000
60
60,9
0,9
Rata-Rata Kesalahan Intensitas Suara
5.
5.1
Kesimpulan
Persentase
Kesalahan Intensitas
Suara (%)
1
0,357
1,154
0,694
2,727
1,5
1.238667
Dari hasil analisis data, pengujian dan pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan
penelitian sebagai berikut:
1.
1,238667 %.
2.
Aplikasi audiometer dibuat agar mudah dioperasikan, memiliki interface yang mudah
dimengerti dengan dua mode yang disiapkan, yakni mode mandiri dan mode
berpasangan. Mode berpasangan memerlukan asisten dalam melakukan audiometri. Mode
mandiri dilakukan seorang diri dalam melakukan audiometri
3.
Hasil akhir dari pengujian dengan mode mandiri adalah berupa tabel data yang berisikan
tahap pengujian yang dilalui, tombol yang ditekan karena mendengar suara pada
frekuensi dan intensitas suara yang dihasilkan aplikasi.
5.2
Saran
Berikut beberapa saran yang perlu dipertimbangkan untuk penyempurnaan dan
Dilakukan kalibrasi dan pengujian oleh badan kalibrasi standar dengan alat ukur
intensitas suara yang terstandar dan terselusur sehingga aplikasi audiometer terstandar
untuk audiometri dan aman untuk digunakan masyarakan umum.
15
2.
Perlu dilakukan pengujian pengukuran intensitas suara lebih cermat ditempat yang benarbenar sunyi sesuai standar pengujian audiometer.
3.
Aplikasi perlu dikembangkan dengan variasi bentuk gelombang yang lain dan parameter
frekuensi yang lebih banyak serta ditambahkan fungsi penghasil noise dan pengaturan
balancing sehingga mendekati alat audiometer nada murni konvensional.
4.
Perlu dilakukan pengembangan hasil akhir aplikasi sehingga dapat menampilkan chart
audiogram serta kesimpulan pendeteksian ambang pendengaran langsung pada
smartphone android.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, Syaiful. 2006. Audiometer Berbasis Soundcard Pada Komputer Pribadi. Tugas Akhir.
Jurusan Teknik Elektro Konsentrasi Elektronika dan Telekomunikasi, Universitas
Diponegoro Semarang.
Cameron, John R., James G. Skofronick, & Roderick M. Grant. 1992. Physics Of The Body, 2 Ed.
Alih bahasa : dr. Brahm U. Pendit (Fisika Tubuh Manusia, Ed.2). EGC: Jakarta
Errede, Steven. 2002. The Human Ear-Hearing, Sound Intensity and Loudness Levels. UIUC
Physics 406 Acoustical Physics of Music. Department of Physics, University of Illinois at
Urbana-Champaign:Illinois.
Gabriel, J.F.1996. Fisika Kedokteran. EGC: Jakarta.
Gatot, Wempy. 2011. Rancang Bangun Audiometer Dengan Tampilan Audiogram Digital
Berbasis Mikrokontroler AVR Atmega 8535. Program Studi Fisika. Universitas Airlangga
Surabaya.
Pearce, C. Evelyn. 2009. Anatomy and Physiology for Nurse. Alih bahasa: Sri Yuliani Handoyo
(Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis). Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Ratrianto, Anton, Ajub Ajulian Zahra & Darjat. 2013. Perancangan Perangkat Audiometer
Pengukuran Tingkat Derajat Ketulian Menggunakan Mikrokontroler ATmega 8535.
Transient Vol. 2, No. 3 September 2013, 834-841.
Safaat H., Nasruddin. 2012. Android Pemrograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC
Berbasis Android. Informatika: Bandung.
Santoso, Heri Joko. 2011. Rancang Bangun Alat Audiometer Berbasis Mikrokontroler AT89C51.
Skripsi. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercubuana Jakarta.
Satyaputra, Alfa & Eva Maulina Aritonang. 2014. Beginning Android Programming with ADT
Bundle- Panduan Lengkap untuk Pemula Menjadi Android Programmer. PT Elex Media
Komputindo: Jakarta.
Soraya, Sabrina Ifahdini, Adri Supardi & Franky Chandra. 2013. Perancangan Aplikasi
Audiometer Nada Murni Dan Tutur Untuk Diagnosis Pendengaran. Jurnal Fisika dan
Terapannya, No. 1, Vol. 4, Desember 2013, 70-87.
Syarifuddin.2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi ke-3. EGC: Jakarta.
Tortora G.J. 1986. Principles of Human Anatomy Edisi IV. Harper and Row Publisher: New York
Utomo, Eko Priyono. 2012. From Newbie to Advanced-Mudahnya Membuat Aplikasi
Android.ANDI: Yogyakarta.
17