Terapi Psikososial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Terapi Psikososial


Psikososial merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental atau emosionalnya yang
melibatkan aspek psikologis dan sosial1 (Wilis, 2007). Sebagai contoh ketika seseorang
memiliki ketakutan secara psikologis, ia akan sulit berinteraksi dengan orang lain di
lingkungan sosialnya.
Terapi psikososial sendiri merupakan terapi yang digunakan untuk menyembuhkan
pasien dengan gangguan jiwa, dengan menggunakan pendekatan psikologi dan sosial.
Terapi ini merupakan terapi yang menggunakan keunikan manusia seperti aktualisasi diri,
harapan, cinta, kreativitas, hakikat individualitas, dan hubungan persahabatan untuk
membantu perkembangan atau pemulihan kondisi psikologis manusia2 (Nevid, 2003).
Menurut Francis Turner terapi psikososial adalah terapi dalam proses perawatan dan
pemulihan subjek atau korban penderita dari masalah psikososial yang dilakuakan oleh
pekerja sosial atau orang-orang terdekat subjek dengan menggunakan pendekatan
psikologis,afeksi, dukungan moral dan spiritual, serta pembinaan hubungan sosial
(Robert,2008). Pengertian yang sama atas terapi psikososial diungkapkan oleh Robert
Firestone dengan tambahan pendekatan berupa aktivitas yang dialakukan secara bersama
oleh pendamping dan penderita3 ( Firestone, 2007).
Terapi psikososial mencakup berbagai metode untuk meningkatkan kemampuan
sosial, kecukupan diri, ketrampilan praktis dan komunikasi interpersonal pada pasien
dengan gangguan jiwa.

Secara praktis hampir semua pasien membutuhkan terapi

psikososial untuk sembuh dari penyakitnya.


Konsep konsep utama yang dipakai dalam terapi psikososial yaitu kesadaran diri,
kebebasan, tanggung jawab, kecemasan, dan penciptaan makna. Semakin kuat kesadaran
diri pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang
tersebut untuk mengungkapkan diri. Kesadaran ini memiliki arti penting bagi kehidupan
individu sekarang, karena kesadaran yang ada mampu membuat seorang individu
mengaktualkan potensi potensinya4 (Corey,2007)

2.2 Manfaat dan Tujuan Terapi Psikososial


Tujuan dan manfaat terapi psikososial memiliki makna yang luas, biasanya hal ini
tergantung dari diagnosis penyakit atau gangguan jiwa yang diderita pasien. Namun secara
garis besar terapi psikososial bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyadari
keberadaan diri dan makna hidupnya, mengetahui peran dan fungsinya di tengah
lingkungan sosial, serta menyadari potensi potensi diri yang dimilikinya untuk
dikembangkan4 (Corey,2007).
Untuk menjalankan peran dan fungsinya kembali dalam kehidupan bermasyarakat,
pasien harus dalam keadaan stabil mentalnya serta memiliki kesadaran penuh akan
keberadaan dirinya di tengah masyrakat.
Indikator seseorang yang stabil mentalnya, dapat dilihat dari kondisi psikososial yang
baik atau sehat, adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Memiliki perasaan yang baik ( positif ) terhadap diri sendiri


Merasa nyaman berada di sekitar orang lain
Mampu mengendalikan ketegangan dan kecemasan
Mampu menjaga pandangan dan pikiran positif dalam hidupnya
Memiliki rasa syukur dalam hidup
Mampu menghormati dan menghargai alam dan lingkungan sosialnya 5
(Yustinus,2003)

Selain bermanfaat bagi pasien, terapi psikososial juga memiliki manfaat bagi
pendamping, adapun manfaatnya yaitu pendamping mampu menjadikan terapi psikososial
ini sebagai alat untuk memahami pasien sebagai makhluk individu yang memiliki eksistensi
dan memiliki fungsi dan peran dalam masyarakat6 (Makmun, 2003).

2.3 Macam metode Terapi Psikososial


1. Pelatihan Ketrampilan Sosial
Pelatihan ketrampilan sosial kadang juga disebut sebagai terapi ketrampilan perilaku.
Terapi ini dapat secara langsung mendukung dan berguna untuk pasien, bersama terapi
farmakologis. Pada pasien dengan gangguan jiwa/mental dapat ditemukan gejala yang
terlihat jelas saat pasien tersebut melakukan hubungan sosial dengan orang disekitarnya.
Gejala tersebut dapat dilihat dari kontak mata yang buruk, keterlambatan respons yang
tidak lazim,eskpresi wajah yang aneh, kurangnya spontanitas dalam situasi sosial, serta
persepsi yang tidak akurat atau kurangnya persepsi emosi pada orang lain 7 (Kaplan &
Saddock, 2010).
Contoh pelatihan ketrampilan perilaku, pasien diarahkan pada perilaku yang benar
melalui video tape yang berisi orang lain dan pasien, bermain drama dalam terapi, dan
tugas pekerjaan rumah untuk ketrampilan khusus yang dipraktikan. Pelatihan ketrampilan
sosial telah terbukti mengurangi angka terjadinya relaps, dalam hal ini diukur melalui
kebutuhan rawat inap)7 (Kaplan & Saddock, 2010).
.
2. Terapi Berorientasi Keluarga
Keluarga adalah komponen penting bagi pasien gangguan jiwa, banyak manfaat
yang bisa diambil dengan terapi berorientasi keluarga. Terapi sebaiknya dilakukan intensif
( setiap hari ), fokus terhadap situasi saat ini mencakup identifikasi dan penghindaran situasi
yang berpotensi menyusahkan keluarga dan khususnya pasien. Ketika benar benar timbul
masalah dengan pasien pada keluarga tersebut, tujuan terapi semestinya adalah
menyelesaikan masalah tersebut secepatnya. Dalam niatnya membantu, anggota keluarga
kerap kali mendorong pasien untuk kembali ke aktivitas regulernya secara cepat. Tugas kita
sebagai terapis adalah memberikan pengertian dan penjelasan mengenai gangguan jiwa
yang diderita pasien kepada keluarga dan pasien bila memungkinkan7 (Kaplan & Saddock,
2010).

3.Support Group

National Alliance for the Mentally Ill ( NAMI ) dan organisasi serupa merupakan
kelompok pendukung untuk anggota keluargadan teman pasien yang sakit jiwa serta untuk
pasien itu sendiri. Sebagai sumber yang bermanfaat untuk merujuk anggota keluarga,
organisasi semacam ini menawarkan nasihat praktis dan anjuran emosi tentang cara
memperoleh perawatan dari sistem pelayanan kesehatan yang terkadang kompleks 7
(Kaplan & Saddock, 2010).
4. CBT
CBT menganggap bahwa pola pemikiran terbentuk melalui proses Stimulus-KognisiRespon (SKR), yang saling berkaitan membentuk semacam jaringan dalam otak. Proses
kognitif merupakan faktor penentu bagi pikiran, perasaan dan perbuatan (perilaku). Semua
kejadian yang dialami berlaku sebagai stimulus yang dapat dipersepsi secara positif
(rasional) maupun negatif (irrasional)8 (Sudiyanto, 2007).
CBT adalah bentuk psikoterapi yang menekankan pentingnya peran pikiran dalam
bagaimana kita merasa dan apa yang akan kita lakukan. CBT adalah psikoterapi
berdasarkan atas kognisi, asumsi, kepercayaan, dan perilaku, dengan tujuan mempengaruhi
emosi yang terganggu. CBT bertujuan membantu pasien untuk dapat merubah sistem
keyakinan yang negatif, irasional dan mengalami penyimpangan (distorsi) menjadi positif
dan rasional sehingga secara bertahap mempunyai reaksi somatik dan perilaku yang lebih
sehat dan normal (Hepple, 2004) .Dalam CBT, terapis berperan sebagai guru dan pasien
sebagai murid. Dalam hubungan ini diharapkan terapis dapat secara efektif mengajarkan
kepada pasien mekanisme SKR baru yang lebih positif dan rasional, menggantikan struktur
kognitif lama yang negatif, irasional dan mengalami distorsi7,8 (Sudiyanto, 2007)

5. Psikoedukasi
Terapi ini memberikan edukasi kepada pasien dan perhatian mereka terhadap
penyakitnya. Hal ini meningkatkan pengetahuan mereka tentang gejala dan terapi,
pelayanan yang tersedia dan rencana pemulihan. Sehingga mereka dapat memonitor tanda
peringatan relaps secara dini dan membuat rencana bagaimana merespon tanda ini serta
belajar untuk mencegah relaps. Informasi dan edukasi dapat diberikan melalui video,
pamflet, websites, atau diskusi dengan dokter.2,4,5

6. Terapi Kelompok

Terapi kelompok pada pasien gangguan jiwa biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara
perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif
dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes
realitas bagi pasien7(Kaplan & Saddock, 2010). Terapi kelompok ini mencakup dari yang
usaha yang menekankan pada dukungan dan peningkatan terhadap kemampuan sosial,
penyembuhan spesifik yang bersifat simtomatis, hingga pada konflik intrapsikis yang belum
terpecahkan. Jika dibandingkan dengan terapi individual, dua kekuatan utama dari terapi
kelompok ini adalah kesempatan untuk mendapatkan umpan balik dengan segera dari
teman sebaya pasien dan kesempatan bagi masing-masing pasien dan ahli terapi untuk
mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap orang-orang
yang memperoleh transferensi yang bervariasi. Baik persoalan individu dan interpersonal
dapat diselesaikan dengan psikoterapi kelompok (Kaplan & Saddock, 2010)
Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu
ramai dan kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu sedikitpun, terapi akan terasa
sepi interaksi dan tujuanya sulit tercapai.
Kelebihan dari cara ini adalah bisa diterapkan dalam kondisi apa pun. Disamping itu,
juga melatih seseorang untuk sedikit demi sedikit memunculkan pemikiran-pemikiran
kreatifnya sehingga tidak mudah menyerah dengan keadaan. Di sini, berbagai ide sangat
dihargai dan pasti didengarkan terutama ketika perasaan sebagai satu saudara sudah
didapat. Orang yang memiliki tipe introvert akan terpancing untuk mencurahkan dan
mengeluarkan pendapatnya dalam diskusi kelompok.2
7. Kelompok Menolong Diri Sendiri (self-help group)
Kelompok menolong diri sendiri adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau
krisis kehidupan tertentu. Biasanya disusun dengan tugas tertentu, kelompok tersebut tidak
berusaha untuk menggali psikodinamika individu secara sangat mendalam atau untuk
mengubah fungsi kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang.
Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah
homogenitasnya. Anggota staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi
pengalaman mereka, baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil, satu sama lainnya.
Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya, memberikan

dukungan yang saling menguntungkan dan menghilangkan perasaan terasing yang


biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.
Kelompok menolong diri sendiri menekankan keterpaduan yang cukup kuat pada
kelompok tersebut. Karena anggota kelompok memiliki masalah dan gejala yang sama,
ikatan emosional yang kuat dan karakteristik kelompok sendiri adalah berkembang,
sehingga anggotanya dapat menyandang kualitas kesembuhan magis. Contoh dari
Kelompok menolong diri sendiri adalah Alcoholic Anonymous (AA), Gamblers Anonymous
(GA) dan Overtreaters Anonymous (OA).
Pergerakan kelompok menolong diri sendiri adalah semakin naik. Kelompok
memenuhi kebutuhan anggota kelompoknya dengan memberikan penerimaan, dukungan
yang saling menguntungkan dan bantuan dalam menghadapi pola perilaku maladaptasi atau
keadaan perasaan yang biasanya belum berhasil dengan kesehatan mental tradisional dan
profesional medis. Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk
bergabung: kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan
pola perilaku yang tidak diinginkan; kelompok terapi membantu anggotanya mengerti
mengapa dan bagaimana mereka seharusnya atau adanya.
8. Intervensi Krisis (crisis support)
Suatu krisis adalah respon terhadap peristiwa yang berbahaya dan dialami sebagai
keadaan yang menyakitkan. Sebagai akibatnya, krisis cendrung memobilisasi reaksi yang
kuat untuk membantu orang menghilangkan gangguan dan kembali ke keadaan
keseimbangan emosional yang ada sebelum onset krisis. Jika hal tersebut terjadi, krisis
dapat diatasi tetapi disamping itu, orang belajar bagaimana menggunakan reaksi adaptif.
Selain itu, dengan memecahkan krisis pasien mungkin berada dalam keadaan pikiran yang
lebih baik, lebih unggul dibandingkan onset kesulitan psikologis. Tetapi jika pasien
menggunakan reaksi maladaptif, keadaan menyakitkan akan menjadi kuat, krisis akan
mendalam dan perburukan regresif akan terjadi yang menghasilkan gejala psikiatrik. Gejala
tersebut, selanjutnya akan berkristalisasi ke dalam pola perilaku neurotik yang membatasi
kemampuan pasien untuk berfungsi secara bebas. Tetapi, kadang-kadang situasi tidak
dapat distabilkan; reaksi maladaptif baru diperkenalkan; dan akibatnya dapat dalam roporsi
yang membahayakan yang menyebabkan kematian oleh bunuh diri. Dalam hal tersebut,
krisis psikologis adalah menyakitkan dan mungkin dipandang sebagai titik percabangan
untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Situasi krisis adalah berhenti dengan sendirinya dan dapat berlangsung kapan saja
dari beberapajam sampai minggu. Krisis seperti itu ditandai oleh fase awal, dimana

kecemasan dan ketegangan timbul. Fase tersebut diikuti oleh suatu fase dimana
mekanisme memecahkan masalah digerakkan. Mekanisme tersebut mungkin berhasil,
tergantung pada apakah adaptif atau maladaptif.
Pasien selama periode kekacauan adalah reseptif terhadap bantuan minimal dan
mendapatkan hasil yang berarti. Dengan demikian semua jenis bantuan telah dianjurkan
untuk tujuan tersebut. Beberapa adalah terbuka yang lainnya membatasi waktu yang
tersedia atau jumlah sesion.2
Teori krisis membantu kita mengerti orang normal yang sehat yang berada dalam
krisis dan mengembangkan alat terapetik yang ditujukan untuk mencegah kesulitan
psikologis di masa depan.
Intervensi krisis ditawarkan kepada orang yang tidak mampu atau terganggu secara
parah oleh suatu krisis.
mengajari pasien bagaimana menghindari situasi yang membahayakan yang kemungkinn
menimbulkan krisis di masa depan; dan mengakhiri intervensi dengan segera setelah buktibukti menyatakan bahwa krisis telah terpecahkan dan pasien jelas mengerti semua langkah
yang menyebabkan perkembangan dan pemecahan krisis.2
9. Konseling
Berbicara dengan seseorang adalah salah satu penatalaksanaan gangguan jiwa
yang terpenting. Dokter tempat pasien berkonsultasi akan memberi dukungan selama dan
setelah gangguan jiwa muncul
10. Terapi Psikomotor
Terapi psikomotorik ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan gerakan tubuh
sebagai salah satu cara untuk melakukan analisa berbagai gejala yang mendasari suatu
bentuk gangguan jiwa dan sekaligus sebagai terapi. Analisa yang diperoleh dapat dipakai
sebagai bahan diskusi dinamika dari perilaku serta responnya dalam perubahan perilaku
dengan tujuan mendapatkan perilaku yang paling sesuai dengan dirinya.

11. Terapi Rekreasi


Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media reakresi
(bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan sebagainnya) dengan tujuan
mengurangi keterganguan emosional dan memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang

kegiatan reakresi yang telah dilakukan, sehingg perilaku yang baik diulang dan yang buruk
dihilangkan.

12. Terapi Seni (Art therapy)


Terapi seni ialah suatu bentuk yang menggunakan media seni ( tari, lukisan,
musik,pahat, dan lain-lain) untuk mengekspresikan ketegangan-ketegangan pskis, keinginan
yang terhalang sehingga mendapatkan berbagai bentuk hasil seni dan menyalurkan
dorongan-dorongan yang terpendam dalam jiwa seseorang. Hasil seni yang dibuat selain
dapat dinikmati orang lain dan dirinya juga akan meningkatkan harga diri seseorang.
Perawat jiwa yang selalu dekat dengan pasien diharapkan dapat memberikan
berbagai kegiatan yang terarah dan berguna bagi pasien dalam berbagai terapi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai