Etiologi Penyakit Periodontal
Etiologi Penyakit Periodontal
Etiologi Penyakit Periodontal
menghasilkan sel T4
2.IL-1 membentuk beberapa gen sel T4, termasuk untuk faktor
pertumbuhan interleukin 2 ( IL-2 ) dan reseptornya pada
permukaan sel
3.Peningkatan IL-2 terhadap reseptor merangsang proses
proliferasi yang akan membentuk klonus memori yang terdiri dari
1000 sel dimana masing-masing beraksi dengan antigen
4.Produksi helper factor mengaktifkan limfosit B dan sel efektor T8
5.Sel T8 juga membentuk faktor supressor yang dapat
menghancurkan limfosit. Sel ini memodulasi sistem dan mencegah
timbulnya autoimunitas.
3. FAKTOR LINGKUNGAN ( ENVIRONT )
Jaringan periodonsium terpapar dua tipe faktor lingkungan : 3
1.Sistem mekanis dimana berbagai stress mastikasi menyebabkan
modulasi terus menerus jaringan ligamentum periodonsium, tulang
alveolar dan sementum
2.Faktor oral, terutama ekosistem bakteri dan gingiva.
>> Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Arizona, Amerika
Serikat, ditemukan bahwa periodontitis atau infeksi gusi yang
menghancurkan jaringan dan tulang gigi ternyata berkaitan dengan
terjadinya gangguan ginjal. Dalam sebuah analisa, orang yang
mengalami gangguan gusi sedang mengalami peningkatan risiko
gangguan ginjal 2 kali lebih besar dan mereka yang mengalami
gangguan gusi berat mengalami peningkatan risiko 2,1 kali. Hal ini
berkaitan dengan adanya disfungsi endotel yang berperan dalam
patogenesis penyakit ginjal
9. Groove perkembangan
Groove pada permukaan akar atau daerah servikal mahkota dapat
merangsang akumulasi bakteri,menyebabkan gingivitis lokal dan
poket periodontal.
2. FAKTOR PEJAMU ( HOST )
Faktor tersebut, terkait dengan mekanisme perlindungan tubuh
dalam menghadapi benda asing dan toksin. Mekanisme tersebut
adalah : 3
1. Mekanisme perlindungan non-spesifik
a. Keseimbangan bakteri
b. Integritas permukaan ( Kekonstanan ketebalan epitelium )
c. Enzim dan cairan permukaan ( saliva dan eksudat cairan
gingiva )
d. Fagositosis ( yang terpenting : Leukosit, polimorfonuklear dan
makrofag )
2. Mekanisme perlindungan spesifik, dengan proses sebagai berikut
:
1.Antigen dipresentasikan ke sel T4 oleh makrofag yang juga
mensekresi sitokin yang disebut sebagai interleukin-1 ( IL-1 ) yang
Faktor sistemik.
Fakto faktor sistemik adalah faktor yan gmempengaruhi tubuh secara keseluruhan;
misalnya faktor genetik, nutrisional, hormonal dan hematologi.
a.
Faktor genetik :
Kerentanan individual terhadap periodontitis kronis umumnya bervariasi dan ada
beberapa individu yang mencapai usia tua tanpa menunjukkan tanda tanda
kerusakan periodontal, sedangkan individu lainnya sudah terkena serangan
periodontitis yang progresif pada usia yang lebih muda. Variasi pada respons hospes
ini diperantarai oleh berbagai faktor genetik dan tidak berhubungan dengan standar
kebersihan mulut.
Ada sejumlah penyakit genetik, beberapa diantaranya sangat langka, yang
meningkatkan kerentanan terhadap kerusakan periodontal :
Sindroma Down (trisomi 21), kerentanan disini berhubungan dengan terganggunya
fungsi neutrofil atau perubahaan jaringan ikat.
Faktor Nutrisi.
Secara teoritis defisiensi dari nutrien utama dapat mempengaruhi keadaan gingva
dan daya tahannya terhadap iritasi plak, tetapi karena kesalingtergantungan antara
berbagai elemen diet yang seimbang, sangatlah sulit untuk mendefinisikan akibat
defisiensi spesifik pada manusia. Anak anak yang mendapatkan gizi cukup
umumnya mempunyai gingiva yang lebihsehat dari pada anak anak yang
gizinya buruk, tanpa ada hubungannya dengan standar kebersihan mulut.
Waerhaug (1967) menemukan hubungan antara keparahan kerusakan
periodontal dan defisiensi vitamin B.
Pada defisiensi nutrisi yang parah, umumnya disertai dengan kebersihan
mulut yang sangat buruk, terlihat adanya kerusakan jaringan periodontal
yang berkembang dengan cepat dan tanggalnya gigi yang cukup dini.
Prevalensi gingivitis ulceratif akut juga meningkat dan keadaan dapat berkembang
mengadi cancrum oris yang merusak dan fatal.
Kerusakan periodontal yang hebat sudah sejak lama terbukti berhubungan
dengan scurvy. Vitamin C diperlukan untuk produksi kolagen, oleh karena itulah
vitamin C juga dibutuhkan untuk pertukaran sel dan perbaikan sel normal, namun
penelitian tentang defisiensi vitamin C tidak menunjukkan adanya perubahan gingiva
yang jelas. Kelihatannya scurvy juga dibutuhkan faktor inflamasi yang disebabkan
oleh plak, agar dapat terjadi perubahan kondisi gingiva. Efek penambahan diet yang
seimbang dan adekuat dan permberian vitamin ekstra sebagai salah satu bentuk
perawatan penyakit periodontal, sampai sekarang ini masih belum terbukti dengan
jelas.
Faktor hormonal.
Perubahan hormon seksual berlangsung semasa pubertas dan kehamilan, keadaan ini
dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang merubah respons terhadap
produk produk plak.
Pubertas :
Pada masa pubertas insidens gingivitis mencapai puncaknya dan seperti dikatakan
oleh Sutcliffe (1972) perubahan ini tetap terjadi walaupun kontrol plak tetap tidak
berubah. Bila masa pubertas sudah lewat, inflamasi cenderung reda sendiri tetapi
tidak dapat hilang sama sekali bila dilakukan pengontrolan plak yang adekuat.
Kehamilan :
Dahulu kehamilan selalu dihubungkan dengan gingivitis dan tanggalnya gigi, tetapi
bila rongga mulut dapat dipertahankan tetap dalam keadaan bersih, gingivitis
biasanya tidak akan timbul pada masa kehamilan. Seperti pada pubertas,
inflamasi ringan akibat plak akan menjadi jauh lebih parah pada masa kehamilan.
Perubahan ini dimulai sejak bulan kedua kehamilan. Setelah partus biasanya
keparahan simtom ini akan berkurang. Disini dianggap bahwa peningkatan jumlah
progesteron akan meningkatkan vaskularisasi dan perubahan dinding pembuluh
darah yang membuat pembuluh menjadi lebih permiabel, perubahan serupa juga
dapat ditemukan pada wanita yang menggunakan pil kontrasepsi yang
mengandungprogesteron dan estrogen sintesis.
Diabetes.
Bukti bukti ilmiah belum terlalu jelas, diabetes yang tidak terkontrol kelihatannya
dapat merubah respons jaringan periodontal terhadap plak,khususnya pada kasus
yang parah dan sudah berlangsung lama. Anak anak yang menderita diabetes
umumnya terserang gingivitis yang lebih parah dari pada anak anak yang sehat
dengan skore plak yang sama (Bernick, dkk, 1975). Penderita diabetes dewasa
terutama pada kasus jangka panjang dengan perubahan retina mengalami kerusakan
periodontal yang lebih besar dari pada yang tidak menderita diabetes.
Penyakit psikologis :
Gangguan psikologis dapat meningkatkan laju kerusakan periodontal melalui
berkurangnya aliran saliva, baik karena akibat dari kondisi itu sendiri atau karena
terapi obat yang diterima pasien. Gangguan ini juga mengurangi perhatian pasien.
Hiperplasia epanutin :
Obat anticonvulsan seringkali diberikan pada penderita epilepsi dan mumnya pada
sebagian besar penderita ini terutama yang berusia dibawah 40 tahun terlihat adanya
pembesaran gingiva yang cukup luas.
Gingiva pada permukaan labial gigi g eligi anterior terserang lebih parah dari pada
gingiva di sekitar gigi geligi posterior. Pembengkakan tersebut terbentuk terutama
dari jaringan fibrosa, kecuali bila perubahan inflamasi dapat diredakan, daerah
pembengkakan biasanya keras, berwarna merah muda dan belobus. Pembengkakan
tidak terlalu parah bila kebersihan mulut pasien baik, tetapi bila sudah terjadi
perubahan inflamasi kronis akibat dari plak, pemberian epanutin akan makin
meningkatkan aktifitas fibroblas sehingga akan terlihat lebih banyak serabut kolagen.
Meskipun demikian besar daerah pembengkakan tidak berhubungan langsung
dengan dosis obat. Bila inflamasi berlanjut, terutama selama masa remaja,
pembengkakan gingiva akan menjadi lunak dan berwarna merah serta mudah
berdarah secara spontan.
jatingan ikat fibrosa. Bila pasien cukup kooperatif, tindakan gingivektomi dapat
memberikan manfaat besar.
Fibromatosis gingiva:
Merupakan gangguan gen tunggal herediter yang sangat langka, dimana gingiva
membesar dan hampir menutupi gigi geligi. Keadaan ini dapat timbul sendriri atau
diikuti dengan hipertrikosis, gangguan mental danepilepsi. Jaringan yang
membesar umumnya keras, dan berwarna merah muda, terdiri dari pembesaran
Dermatosis :
Beberapa penyakit kulit mempunyai manifestasi rongga mulut yang dapat timbul
pada gingiva. Beberapa penyakit ini sangat langka. Beberapa diantaranya adalah
liken planus, pemfigoid membaran mukosa yang jinak dan pemfigus vulgaris.
Diambil dari beberapa sumber, diantaranya : Manson & Eley, 1993; terj. Buku Ajar
Periodonti
Gejala
Periodontitis pada awalnya tidak menyakitkan penderitanya, namun pada
tahap lanjut bisa membuat gigi-gigi mudah lepas. Infeksi bakteri menggerus
tulang tempat berpijak gigi dan melemahkan perlekatannya. Selain karies
gigi, periodontitis adalah penyebab umum kehilangan gigi pada orang
dewasa. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang
sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan
masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak
terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit
periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah.
Periodontitis memiliki gejala yang sangat sedikit sehingga banyak pasien
yang baru berobat setelah penyakit itu berkembang secara signifikan. Gejala
yang dapat timbul antara lain:
Halitosis atau bau mulut, dan rasa getir terus-menerus dalam mulut
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Periodontitis adalah peradangan dari jaringam penyangga gigi
yang meliputi ginggiva, serabut-serabut jaringan periodontal,
sementum dan tulang alveolar sebagai akibat lanjut dari ginggivitis
yang tidak dirawat.
1.
b.
B. Penyebab
Faktor primer :
Jumlah bakteri yang ada pada leher gingiva yang inflamasi atau
poket periodontal lebih besar dari pada leher gingiva yang sehat
Teori Spesifik :
Bakteri
patogen spesifik
tunggal
merupakan
penyebab
penyakit inflamasi periodontal, seperti pada kasus infeksi bakteri
eksogen pada manusia yang sangat terkenal, yaitu pneumonia
pneumokonal, tifoid, tuberculosis, dan sifilis. Pada keadaan ini
perawatan harus diarahkan untuk menghilangkan bakteri patogen
spesifik dari dalam mulut. Selanjutnya kontrol plak tidak perlu lagi
dilakukan karena plak tanpa bakteri patogen spesifik akan
menjadi non-patogenik.
2.
Faktor lokal
Melalui karies yang bila dibiarkan terus menerus maka akan
terjadi pulpitis, kemudian ganggren pulpa (gigi mati). Gigi yang
2.
Periodontitis apikalis
Peradangan jaringan periodontal sekitar apeks gigi sebagai
lanjutan dari peradangan pulpa yang menyeluruh atau karena
trauma
Gejala :
Sakit berdenyut
Traumatik oklusi
3.
Faktor sistemik
4.
C. Macam Periodontitis
1. Periodontitis marginalis
Peradangan pada jaringan penyangga gigi yang mengenai
ginggiva sampai periodontal ligamen
Gejala :
Tanda klinis :
Genus dari Streptococcus terdiri dari banyak dan bermacammacam grup biologis dari kuman gram positif. Berbentuk bulat atau
lonjong dan terdapat berpasangan atau berbentuk rantai, panjang
rantai tergantung kondisi lingkungan dimana dia hidup. Rantai yang
panjang dijumpai pada cocci yang hidup dalam cairan atau
semifluid media. Spesies dari genus streptococcus adalah anaerob
fakultatif oleh karenanya calase-negative
Streptococcus merupakan 30 % sampai 60 % dari populasi
kuman didalam mulut. Spesies yang paling sering ditemukan
adalah streptococcus
salivarius,
streptococcus
sanguis,streptococcus mutans dan streptococcus mitis.
4.
Peptostreptococcus bersifat
anaerob,
gram-positif,
bulat
sampai oval dengan ukuran 0,7 1 m. Pada pewarnaan ditemukan
berpasangan dan rantai pendek atau panjang, tidak bergerak dan
tidak membentuk spora. Reaksi katalis negatif. Kebanyakan spesies
menyebabkan fermentasi karbohidrat sehingga terbentuk berbagai
asam organik dan gas.
Staphylococcus
Berukuran 0,8 m, berbentuk bulat, tidak membentuk spora dan
memproduksi enzymekatalase, fakultatif anaerob serta membentuk
asam
dari
glukosa
dalam
suasana
aerobik
dan
anaerobik.Staphylococcus dapat hidup dan tumbuh dalam air
garam
dengan
kepekatan
7,5
%
sampai
15
%.
Jenis Staphylococcus yang
trdapat
dalam
mulut
yaitu Staphylococcus
candidus,
Staphylococcus
citreus,
Staphylococcus
epidermidis,
Staphylococcus
salivarius dan Staphylococcus aureus. Pada spesimen-spesimen
yang positive diatas didapatkan 77,9% mempunyai 10 sampai 1000
koloni per mililiter saliva dan 4,5% mempunyai lebih dari 10.000
koloni per milliter saliva.
Infeksi bakteri ini sebagai komplikasi dari ekstraksi gigi, lokal
anastesi, fraktur atau penyebaran dari infeksi facial, periapical atau
periodontal abses, didapatkan lebih banyak pada mandibula dari
maxilla. (Nolte, 1973).
2. Peptococcus
Genus peptococcus berbentuk bulat, bersifat gram positif,
berdiameter 0,5 1 m, pada pewarnaan dijumpai tunggal,
berpasangan, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Semua
spesiesnya adalah anaerob dan memanfaatkan peptone dan asam
amino
sebagai
sumber
energi.
Mempunyai
kemampuan
Peptostreptococcus
4.
Veillonella
Porphyromonas gingivalis
Porphyromonas gingivalis,
gram-negatif,
berbentuk
batang, anaerobik bakteri patogen.Porphyromonas gingivalis ditem
ukan dalam rongga mulut, di mana ia terlibat dalam bentuk-bentuk
tertentu dari penyakit
periodontal, serta saluran
pencernaan
bagian
atas, saluran
pernapasan, dan usus
besar. Degradasi kolagen yang
diamati dalam
hasil penyakit
periodontalkronis pada bagian dari enzim kolagenase spesies ini.
dalam uji
in
vitro bahwa Porphyromonasgingivalis dapat
menyerang fibroblast gingiva manusia dan dapat bertahan hidup di
dalamnyadengan
adanya konsentrasi yang
cukup antibiotik Porphyromonas gingivalis juga menyerang sel-sel
epitel gingiva dalam jumlah tinggi
6.
Fusobacterium nucleatum
Fusobacterium nucleatum adalah bakteri oral, terdapat
dalam rongga mulut manusia, yang berperan peran dalam penyakit
periodontal. Organisme ini merupakan komponen plak jika berlebih
dapat mengakibatkan penyakit periodontal.
7.
Prevotella intermedia
Prevotella intermedia (sebelumnya Bacteroides intermedius) ad
alah Gram-negatif, bakteripatogen obligat anaerob terlibat
dalam
infeksi periodontal, termasuk gingivitis dan periodontitis,dan sering
ditemukan
pada akut necrotizing ulcerative gingivitis. Hal
ini
umumnya terisolasi
dariabses dentoalveolar, di
mana anaerob obligat
mendominasi. Prevotella intermedia menggunakan steroid sebagai
mereka lebih
tinggi pada
Bacteroides forsythus
Tannerella forsythia adalah anaerob, spesies gram
negatif bakteri dari family Cytophaga-Bacteroidetes terlibat dalam
penyakit periodontal dengan induksi aktivasi sel atau apoptosis.
9.
Campylobacter rectus
Campylobacter rectus adalah
spesies Campylobacter. Campylobacter rectus sebelumnya dikenal
sebagai Wolinella recta, adalah basil gram-negatif anaerob, umumn
ya diakui sebagaipatogen pada periodontitis kronis yang dapat
menyebabkan keropos tulang.
10.
Treponema denticola
Treponema
denticola adalah gram
negatif, obligat anaerob, motil dan
sangat proteolitikbakteri.
Spesies
ini dianggap
sebagai
salah
satu agen
penyebab utama periodontitis
jika
jumlahTreponema
denticola dalam mulut meningkat. Treponema denticola tinggal
dalam komunitas mikroba kompleks dan beragam di rongga mulut
11.
Actinomycetaceae
Bacteriodes
Spirochetes
Hasil
penelitian
tersebut
menemukan Entamoeba
gingivalis dan Trichomonas tenax yang terdapat dalam mulut
bersih dan sehat, dimana jumlahnya bertambah dengan
bertambahnya umur. Pada pasien dengan periodontitis lanjut
ditemukan Entamoeba gingivalis 100 % dan Trichomonas tenax 80
% dari subject, 80 % ditemukan pada kedua subject. Koloninya
akan bertambah apabila calculus banyak, ada coating tongue dan
penyakit periodontal yang berat. Kedua bakteri ini tidak pathogen,
keberadaannya berhubungan dengan keadaan Oh dan periodontitis
kronis terdapat dalam crevicular epithelium atau didalam plaque
disekitar epithel dan jaringan ikat dari ginival crevice
--------.
2013. Penyebab
Peradangan
Periodontitis,
(Online),
Mempunyai
spesies
tunggal
yaitu Leptotrichia
buccalis,
(http://susanblogs18.blogspot.com, diakses 08 juni 2013)
berbentuk lurus(straight) atau sedikit bengkok(slight curved) rods,
1,5 m lebar dan 5 15 m panjang dimana ujungnya bisa --------. 2012. Arti Periodontitis, (Online), (http://kamuskesehatan.com, diakses 08 juni
bulat(rounded) atau runcing(pointed), tidak ada yang berkelompok
2013)
atau bercabang, selnya adalah gram-positive granules. Leptotrichia
buccalis adalah anaerob dan lingkungan dengan 5 % carbon
4.
Faktor primer
Plak
2.
Faktor lokal
Melalui karies
Traumatik oklusi
3.
Faktor sistemik
dari
peradangan
pulpa
yang