Hidronefrosis Dan Nefrolitiasis
Hidronefrosis Dan Nefrolitiasis
Hidronefrosis Dan Nefrolitiasis
PENDAHULUAN
Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan
asam-asam dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit, serta
mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya
oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis,
ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat
merugikan karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004).
Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang dikenal sebagai
hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena
menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik
kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2007). Pada umumnya
obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi
sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi
dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami
infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis (Purnomo, 2011).
Proses ini umumnya berlangsung lama sekali. Tapi juga bias mendadak (akut) bila
sumbatan secara total. Kasus hidronefrosis semakin sering didapati. Di Amerika Serikat,
insidensinya mencapai 3,1 %, 2,9 % pada wanita dan 3,3 % pada pria. Penyebabnya dapat
bermacam macam dimana obstruksi merupakan penyebab yang tersering (Rahmani, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah
dibandingkan
ginjal
kiri.
Syntopi ginjal
Ginjal kiri
Anterior
Ginjal kanan
pars descendens
Vasa lienalis
Fleksura hepatica
Usus halus
Usus halus
Fleksura lienalis
Posterior
o Korteks
yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus renalis/Malpighi
(glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus
distalis.
o Medula
terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung Henle dan
tubukus pengumpul (ductus colligent).
o Columna renalis
b)
c)
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d)
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
e)
f)
g)
Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi,
reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang
terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Syntopi ureter
Anterior
Ureter kiri
Ureter kanan
sinistra
Ileum terminal
a/v. testicularis/ovarica
Posterior
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu
menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior
di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.
Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih.
Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalisureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini
Infero-lateral
Superior
Infero-posterior
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu
apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral
dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding
vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum
vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu
bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae,
bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri
atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor,
n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis
melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan
luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki
panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar
prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua
otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat
involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan
pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter). Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior
kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut
dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian
ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini
menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital.
Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah
kendali volunter (somatis).
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
spongiosum di bagian luarnya.
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris
dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah
kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi
reproduktif.
2.2
Hidronefrosis
2.2.1
Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat
adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di
ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi kalau obtruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu
atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak (Brunner & Suddarth, 2002).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih
dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat
mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Price Sylvia A, 2005).
Dari kedua pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hidronefrosis adalah bendungan
dalam ginjal yang di sebabkan oleh obtruksi yang terdapat pada ureter yang di sebabkan karena
adanya batu ureter, sehingga terjadi tekanan balik ke ginjal.
2.2.2
Etiologi
Batu
Neoplasma / tumor
Hipertrofi prostat
Penyempitan uretra
2.2.3
Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di
ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu
atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala
ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang
menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit
saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau
posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia ,
penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat.
Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi
piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang
mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap
(hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu.
2.2.4
Manifestasi klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria,
menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin
juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul,
seperti:
2.2.5
Diagnosis
Diagnosa Penyakit Hidronefrosis bisa merasakan adanya massa di daerah antara tulang
rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar. Pemeriksaan darah bisa
menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu membuang limbah
metabolik ini.
Gambaran radiologi
Gambaran radiologis dari hidronefrosia terbagi berdasarkan gradenya. Ada 4 grade
hidronefrosis, antara lain :
a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk blunting,
alias tumpul.
b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk flattening,
alias mendatar.
c. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.
d. Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya
penipisan korteks Calices berbentuk ballooning alias menggembung.
2.2.6
Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis
Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang
terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang
dimasukkan melalui kulit).
Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter
pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
Pada Hidronefrosis kronis :
Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang
menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan
kembali. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: terapi hormonal untuk kanker
prostat adalah dengan pembedahan dan melebarkan uretra dengan dilator
2.3
2.3.1
Nefrolithiasis
Definisi
Nefrolithiasis adalah keadaan yang ditandai dengan adanya batu ginjal (renal kalkuli). Ne
frolithiasis merupakan penumpukan garam mineral berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat,asam
urat dan lain-lain yang terdapat pada di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di
ureter.
2.3.2
Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin,gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang
berasal daritubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
disekitarnya.
Faktor intrinsik itu antara lain :
1) Herediter (keturunan). Penyakit ini diduga diturunkan dari orangtuanya
2) Umur: Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3) Jenis kelamin Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan.
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya:
1)Geografi: Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
2 ) Iklim dan temperatur tinggi
3) Asupan air. Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi,dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.d)
4 )Faktor Diet. Diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit
batu salurankemih.
5 )Pekerjaan. Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya hanya duduk
atau kurang aktifitas
2.3.3
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu 70-80% dari seluruh batu saluran
kemih,yaitu terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur
itu.
Faktor terjadinya batu kalsium adalah Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin
lebih besar dari 250-300 mg/24 jam.Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara
lain:
3
Hiperkalsiuri absorbtif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui
usus.
Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium
banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani
pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan oksalat ( teh,
kopi instan, soft drink , sayuran berwarna hijau).
Hiperurikosuria adalah kadar asam urat di dalam urine yang melebihi 850 mg/24
jam.Asam urat yang berlebihan dalam urine bertindak sebagai inti batu untukterbentuknya batu
kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal darimakanan yang mengandung
banyak purin maupun berasal dari metabolism endogen.
Hipositraturia. Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsiumsitrat,
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal inidimungkinkan karena
ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut dalam kalsium oksalat.Oleh karena itu sitrat dapat
bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium.
Hipomagnesuria.
Seperti
halnya
pada
sitrat,
magnesium
bertindak
sebagai penghambat timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine, magnesium bereaksidenga
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat.
Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus yang diikuti dengan
gangguan malabsorbsi.
b. Batu Struvit
Terbentuknya
batu
ini
disebabkan
oleh
adanya
infeksi
saluran
kemih.
Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea yang dapat menghasilkanenzi
m urease dan mengubah urin menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat
membentuk batu magnesium ammonium fosfat dan karbonat apatit, yang dikenal sebagai triple
phosphate.
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75-80%
batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat.
Penyakit
batu
asam
urat
banyak
diderita
oleh
pasien
gout, penyakit mieloproloferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang
menggunakan obat urikosurik seperti thiazide, sulfinpirazone, dan salisilat. Kegemukan,alkohol,
dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.
Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan metabolismendogen di
dalam tubuh. Degradasi purin di dalam tubuh melalui asam inosinat dirubahmenjadi hipoxantin.
Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubahmenjadi xanthin yang akhirnya
dirubah menjadi asam urat.
Asam urat tidak larut dalam urine sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali
membentuk Kristal asam urat, danselanjutnya membentuk batu asam urat. Faktor yang
menyebabkan terbentuknya batu asam urat :
(1) urine yang terlalu asam (pH urine <6)
(2) volume urine yang jumlahnya sedikit (<2 liter/hari) atau dehidrasi
(3) hiperurikosuri atau kadar asamurat yang tinggi.
Batu Jenis Lain
Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang dijumpai..
2.3.4
Patofisisologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pevikalises ( stenosis-urethra
pelvis) divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna,striktura,
dan buli-buli neurogenik merupakan
keadaan-keadaan yang
memudahkan terjadinya
pembentukan batu.
Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi 3 tahap :
(a) kejenuhan urin
(b) adanya kondisi yang memungkinkan terjadinya nukleasi
(c) adanya inhibitor.
Dalam pembentukan batu,urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut untuk
pengendapan
kristal.
kejenuhan
di
atas ini
disebut
keadaan
unstable
,dan
dapat
terjadi pembentukan endapan secara spontan. Endapan ini tersusun atas kristal-kristal yangterdiri
dari bahan-bahan organik dan non-organik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut
berada dalam keadaan metastable (tetap larut) dalam urin jika tidak ada keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal ini saling mengadakan
presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan menjadi agregasi, dan menarik
bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.Agregat kristal menempel pada epitel
saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan bersama bahan lain diendapkan pada agregat itu
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks , infundibulum, pelvis
ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yangmengisi pielum dan
labih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu
staghorn
2.3.5
Manifestasi Klinis
Nefrolithiasis jarang menimbulkan
gejala, kalaupun
ada batu
memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu
juga baru pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Batu
yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan dan tidak menimbulkan
nyeri. Nyeri baru timbul ketika ukuran batu ginjal yang lebih besar dari 5mm memasuki ureter
(uretherolithiasis) dan menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis Keluhan
yang
paling
dirasakan
oleh
pasien
adalah
nyeri
pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyerikolik
terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun uretermeningkat dalam usaha
untuk
mengeluarkan
batu
dari
saluran
kemih.
Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi per
egangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri ini disebabkan oleh karena
adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis rendengan ureter
(ureteropelvic junction), dan ureter.
Nyeri bersifat tajam dan episodik didaerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke
perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah
sering menyertai keadaan ini.
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau
infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-
vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal,
retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.
2.3.6
Pemeriksaan Fisik
Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, pada didapatkan nyeri ketok pada daerah
kostovertebra (CVA), dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.
Teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis. Terlihat tanda gagal ginjal dan retensi urin, jika
disertai infeksi didapatkan demam dan menggigil.
Selain itu, dapat pula dilakukan pengkajian :
a) Aktivitas istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajang pada lingkungan bersuhu
tinggi. Keterbatasan aktivitas/ immobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
b) Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal jantung). Kulit hangat dan
kemerahan, pucat.
c) Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus), penurunan volume
urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih
d) Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat, danatau
fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal, penurunan atau tak adanya bising usus, dan muntah.
2.3.7
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada kasus batu ginjal adalah adalah
Dari
pemeriksaan radiologi
dapat menentukan jenis batu, letak batu, ukuran, dan keadaan anatomi traktus urinarius. Secara
radiologi, batu dapat berupa radio-opak dan radio-lusen
o Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak
di saluran kemih.
Batu jenis
kalsium oksalat
dan kalsium
opak dan paling sering dijumpai di antara batu jenis lain. Batu Magnesium Ammoniak Phospat
(MAP) memberikan gambaran semi-opak.Sedangkan batu asam urat, batu matriks dan indinivar
bersifat radio-lusen.
Pemeriksaan
ini
untuk
menilai
anatomi
dan
fungsi
ginjal
, selain
itu IVP juga dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos abdomen.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya
batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan
bayangan tulang,sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu
ditambah
foto
pielografi
intravena
(PIV/IVP).
Pada
batu
radiolusen,
foto
dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu
berada.
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga
kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografiretrograd
USG
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun,dan pada wanita yang
sedang hamil.
Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batudi ginjal atau di buli-buli yang ditunjukkan
dengan echoic shadow, hidronefrosisdengan gambaran dilatasi pelvis dan kaliks ginjal,
pionefrosis, atau pengerutan ginjal. USG dapat mendeteksi adanya batu dan dilatasi sistem
kollektivus.
Pemeriksaan laboratorium
(1) Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, dan
sediment.Bertujuan menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai
kristal-kristal pembentuk batu.
Diagnosis Banding
Infeksi Saluran Kemih (ISK )
Kolelithiasis
Ginjal kanan yang mengecil
2.3.9 Penatalaksanaan
2.3.9.1 Medikamentosa
Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan
batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar
aliran urin dengan pemberian diuretikum, dan minum banyaksupaya dapat mendorong keluar
batu saluran kemih.
e. Bedah terbuka
Di klinik-klinik yang belum memiliki fasilitas endourologi, laparaskopi,maupun ESWL,
pengambilan batu dilakukan dengan bedah terbuka, antara lain: pielolitotomi dan nefrolitotomi
untuk mengambil batu di ginjal dan ureter.
2.3.10 Komplikasi
Batu ginjal yang hanya menimbulkan keluhan nyeri kolik renal mungkin tidakmengalami
masalah setelah nyeri berhasil diatasi. Apabila batu tersebut menyababkan sumbatan atau infeksi.
Sumbatan ini dapat menetap dan batu berisiko menyebabkan gagal ginjal.
2.3.11 Prognosis
Prognosis tergantung pada besar batu, letak batu, adanya infeksi, dan adanya obstruksi.
2.3.12 Pencegahan
Pencegahan berupa: menghindari dehidrasi dengan minum cukup air 2-3 liter perhari, diet
rendah protein, rendah oksalat, rendah garam, rendah purin untuk mengurangikadar zat
komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang cukup, dan pemberian medikamentosa.
LAPORAN KASUS
I.
Identitas Pasien
II.
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
No. Reg CM
Masuk RS
: Tn. JG
: 47 tahun
: Laki laki
: Katolik
: Tembalang
: 331281
: 27 Juli 2015
Anamnesa ( Alloanamnesa )
Tanggal : 30 Juli 2015
Keluhan Utama : Nyeri perut kiri menjalar hingga ke piggang kiri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Semarang dengan keluhan nyeri perut
kiri di mulai dari pusar menjalar sampai ke pinggang sebelah kiri sejak 4 hari
SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus, tidak hilang timbul, tidak membaik
dengan istirahat atau dengan perubahan posisi. Riwayat BAK baik, tidak nyeri,
tidak ada darah, tidak terasa seperti ada pasir saat buang air kecil. Riwayat BAB
terdapat bercak darah, hemoroid (+)
III.
IV.
V.
RIWAYAT KEBIASAAN :
Frekuensi makan 3x sehari. Pasien mengaku jarang makan buah dan sayuran
VI.
RIWAYAT PENGOBATAN :
Tidak ada diberikan penanganan SMRS.
VII.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
BB / TB
IMT
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu Axilla
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Tenggorokan
Leher
Kelenjar Getah Bening
axilla, supraklavikula
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:Batas
atas
ICS
II
Parasternal
Line
Sinistra
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
30 Juli 2015
Kesan
Hb
12.7
Menurun
Hematokrit
39.80
Normal
Trombosit
285.000
Normal
Leukosit
12.200
Meningkat
27 April 2015
Kesan
89
Normal
43,7/1.3
Meningkat
15/18
Normal
Asam Urat
5.7
Normal
Trigliserida
69
Normal
Kolestrol total
180
Normal
LAB DARAH
LAB DARAH KIMIA
Gula Darah Sewaktu
Ureum/Creatinin
SGOT/SGPT
Resume
BNO IVP
Blunting to flattening hidronefrosis sinistra dan hidroureter sinistra dengan bendungan pada
sepertiga tengah ureter setinggi lumbal IV curiga et causa batu lusen.
Tak tampak tanda bendungan pada ginjal dan ureter dextra dan vesica urinaria.
Diagnosis
Hidronefrosis sinistra dan hidroureter sinistra susp e.c nefrolitiasis
BAB III
KESIMPULAN
Hidronefrosis adalah bendungan dalam ginjal yang di sebabkan oleh obstruksi yang
terdapat pada ureter yang di sebabkan karena adanya batu ureter, sehingga terjadi tekanan balik
ke ginjal.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi
piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang
mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap
(hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu.
Tujuan penatalaksanaan hidronefrosis untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab
dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner,L dan Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H.Kuncara, A. Hartono,
M. Ester, Y. Asih, Terjemahan), Edisi 8, Volume 1, Penerbit EGC, Jakarta
Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional republik
Indonesia. 2003. 62-65.
Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2004. 756-763.
Sylvia A.Price dkk, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jilid 2, Penerbit
EGC, Jakarta
Tanagho EA, McAninch JW. Smiths General Urology. Edisi ke-16. New York : Lange Medical
Book. 2004. 256-283.
Coe FL, Evan A, Worcester E. 2005. Kidney stone disease. Journal Clin Invest. 115:
2598-2608.
Effendi, Imam dan Markum, HMS. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Edisi
IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hall PM. 2009. Kidney stones: formation, treatment, and prevention. Journal Cleveland
Clinic. 76:583591.
Matlaga, BR. 2013. How Do We Manage Infected, Obstructed Hydronephrosis. Journal
European Urology. 64:9396.
Purnomo, Basuki. 2009. Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta: CV.Sagung Seto. hlm 5768.
Samplaski MK, Irwin BH, Desai M. 2009. Less-invasive ways to remove stones from the
kidneys and ureters. Journal Cleveland Clinic. 76:592-598.