Buku Elektronika Dasar

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 70

1.1 Teori atom dan molekul.

Operasi komponen elektronika benda padat seperti dioda, LED, Transistor


Bipolar dan FET serta Op-Amp atau rangkaian terpadu lainnya didasarkan atas
sifat-sifat

semikonduktor. Semikonduktor

kelistrikannya terletak

antara

sifat-sifat

adalah

bahan

konduktor

dan

yang

sifat-sifat

isolator. Sifat-sifat

kelistrikan konduktor maupun isolator tidak mudah berubah oleh pengaruh


temperatur, cahaya atau medan magnit, tetapi pada semikonduktor sifat-sifat tersebut
sangat sensitive.
Elemen terkecil dari suatu bahan yang masih memiliki sifat-sifat kimia dan fisika
yang sama adalah atom. Suatu atom terdiri atas tiga partikel dasar, yaitu: neutron,
proton, dan elektron. Dalam struktur atom, proton dan neutron membentuk inti atom
yang bermuatan positip, sedangkan elektron-elektron yang bermuatan negatip
mengelilingi

inti. Elektron-elektron

ini tersusun berlapis-lapis.

Struktur atom

dengan model Bohr dari bahan semikonduktor yang paling banyak digunakan
adalah silikon dan germanium.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1 atom silikon mempunyai elektron yang
mengorbit (mengelilingi inti) sebanyak 14

dan atom germanium mempunyai 32

elektron. Pada atom yang seimbang (netral) jumlah elektron dalam orbit sama
dengan jumlah proton dalam inti. Muatan listrik sebuah elektron adalah: -1.602 -19 C
dan muatan sebuah proton adalah: +1.602-19 C.

Elektron yang menempati lapisan terluar disebut sebagai elektron valensi.


Atom silikon dan germanium masing mempunyai empat elektron valensi.

Oleh

karena itu baik atom silikon maupun atom germanium disebut juga dengan atom
tetra-valent (bervalensi empat). Empat

elektron

valensi tersebut

terikat

dalam

struktur kisi-kisi, sehingga setiap elektron valensi akan membentuk ikatan


6

kovalen dengan elektron valensi dari atom-atom yang bersebelahan. Struktur kisi-kisi
kristal silikon murni dapat digambarkan secara dua dimensi pada Gambar 2 guna
memudahkan pembahasan.

Meskipun terikat dengan kuat dalam struktur kristal, namun bisa saja elektron
valensi tersebut keluar dari ikatan kovalen menuju daerah konduksi apabila diberikan
energi panas. Bila energi panas tersebut cukup kuat untuk memisahkan elektron dari
ikatan kovalen maka elektron tersebut menjadi bebas atau disebut dengan elektron
bebas. Pada suhu ruang terdapat kurang lebih 1.5 x 10 10 elektron bebas dalam 1
cm3 bahan silikon murni (intrinsik) dan 2.5 x 1013 elektron bebas pada germanium.
Semakin besar energi panas yang diberikan
semakin banyak jumlah elektron bebas yang keluar dari ikatan kovalen, dengan kata
lain konduktivitas bahan meningkat.

Semi Konduktor Tipe-N


Apabila bahan semikonduktor intrinsik (murni) diberi (didoping) dengan bahan
bervalensi

lain

maka

diperoleh

semikonduktor ekstrinsik. Pada

bahan

semikonduktor intrinsik, jumlah elektron bebas dan holenya adalah sama.


Konduktivitas semikonduktor intrinsik sangat rendah, karena terbatasnya jumlah
pembawa muatan yakni hole maupun elektron bebas tersebut.
7

Jika bahan silikon didoping dengan bahan ketidak murnian (impuritas)


bervalensi lima (penta-valens), maka diperoleh semikonduktor tipe n.

Bahan dopan

yang bervalensi lima ini misalnya antimoni, arsenik, dan pospor. Struktur kisi-kisi
kristal bahan silikon type n dapat dilihat pada Gambar 3.

Karena atom antimoni

(Sb) bervalensi lima, maka empat elektron valensi

mendapatkan pasangan ikatan kovalen dengan atom silikon sedangkan elektron


valensi yang kelima tidak mendapatkan pasangan. Oleh karena itu ikatan elektron
kelima ini dengan inti menjadi lemah dan mudah menjadi elektron bebas. Karena
setiap atom depan ini menyumbang sebuah elektron, maka atom yang bervalensi
lima disebut dengan atom donor. Dan electron bebas sumbangan dari atom dopan
inipun dapat dikontrol jumlahnya atau konsentrasinya.
Meskipun bahan silikon type n ini mengandung elektron bebas (pembawa
mayoritas) cukup banyak, namun secara keseluruhan kristal ini tetap netral karena
jumlah muatan positip pada inti atom masih sama dengan jumlah keseluruhan
elektronnya. Pada bahan type n disamping jumlah elektron bebasnya (pembawa
mayoritas) meningkat, ternyata jumlah holenya (pembawa minoritas) menurun.
Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya jumlah elektron bebas, maka
kecepatan hole dan elektron ber-rekombinasi (bergabungnya

kembali elektron

dengan hole) semakin meningkat. Sehingga jumlah holenya menurun.


Bahan semikonduktor tipe n dapat dilukiskan seperti pada Gambar 5. Karena
atom-atom donor telah ditinggalkan oleh elektron valensinya (yakni menjadi
elektron bebas), maka menjadi ion yang bermuatan positip. Sehingga digambarkan
8

dengan tanda positip. Sedangkan elektron bebasnya menjadi pembawa mayoritas.


Dan pembawa minoritasnya berupa hole.

Semi Konduktor Tipe-P


Apabila

bahan

semikonduktor

murni (intrinsik)

didoping

dengan bahan

impuritas (ketidak-murnian) bervalensi tiga, maka akan diperoleh semikonduktor


type p.

Bahan dopan yang bervalensi tiga tersebut misalnya boron, galium, dan

indium.

Struktur kisi-kisi kristal semikonduktor (silikon) type p adalah seperti

Gambar 6.
Karena atom dopan mempunyai tiga elektron valensi, dalam Gambar 6
adalah atom Boron (B) , maka hanya tiga ikatan kovalen yang bisa
Sedangkan

dipenuhi.

tempat yang seharusnya membentuk ikatan kovalen keempat menjadi

kosong (membentuk hole) dan bisa ditempati oleh elektron valensi lain. Dengan
demikian sebuah atom bervalensi tiga akan menyumbangkan sebuah hole. Atom
bervalensi tiga (trivalent) disebut juga atom akseptor, karena atom ini siap untuk
menerima elektron.
Seperti halnya pada semikonduktor type n, secara keseluruhan kristal
semikonduktor type n ini adalah netral. Karena jumlah hole dan elektronnya sama.
Pada bahan type p, hole merupakan pembawa muatan mayoritas.

Karena dengan

penambahan atom dopan akan meningkatkan jumlah hole sebagai pembawa muatan.
Sedangkan pembawa minoritasnya adalah elektron.

Bahan semikonduktor type p dapat dilukiskan seperti pada Gambar 8. Karena


atom-atom akseptor telah menerima elektron, maka menjadi ion yang bermuatan
negatip.

Sehingga digambarkan dengan tanda negatip. Pembawa mayoritas

berupa hole dan pembawa minoritasnya berupa elektron.

1.2 Teori Dasar Listrik


Pada umumnya, listrik listrik memiliki muatan listrik. Muatan listrik tersebut
bersifat tolak menolak untuk listrik yang tak sejenis dan bersifta tarik menarik untuk
listrik yang sejenis. Media yang dapat dialiliri muatan lisstrik terbagi atas dua bentuk,
diantaranya konduktor yakni media yang dapat dialiri aliran listrik dan isolator yakni
media yang tidak dapat dialiri muatan listrik. Muatan listrik memiliki dua jenis muatan,
diantaranya muatan positif (+) yakni muatan yang kekurangan electron dan muatan
negative yakni muatan yang kelebihan electron. Sedangkan muatan yang memiliki
muatan positif dan negative sama banyak dinamakan muatan yang bersifat netral.
10

Menurut Chaeles Coulomb (1785) dengan menggunakan neraca punter


disimpulkan bahwa gaya tarik ataupun gaya tolak antara 2 benda yang bermuatan
sebanding dengan muatan-muatannya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara kedua muatan tersebut. Pernyataan tersebut dikenal dengan Hukum Coulomb,
Dimana secara matematis dapat dinyatakan sbb:
F = k . q 1 . q2

atau

F=1

r2
Dimana :

40

q1 . q2
r2

F = gaya Coulomb dengan satuan Newton (N)


q = muatan listrik masing-masing partikel (C)
k = tetapan Coulomb (9.109 Nm2c-2)
0 = permitivitas ruang hampa (8,85 . 10-12 C2N-1m-2)
r = jarak antara kedua muatan (m)

Apabila dalam sebuah tempat atau bidang terdapat beberapa muatan listrik, maka
akan terdapat banyak gaya Coulomb F1 dan F2. Maka dapat diturunkan persamaan sbb:
FB = F1 + F2
FB = F12+F22+F1F2 Cos
Dimana = sudut antara F1 dan F2.
Didalam jalannya muatan listrik juga terdapat adanya medan listrik, yakni ruang
atau daerah disekitar muatan listrik yang dapat mempengaruhi muatan listrik yang
berada di daerah itu. Arah medan di suatu titik dalam medan listrik selalu menjauhi
pusat medan listrik yang bermuatan positif dan selalu mendekati pusat medan listrik
yang bermuatan negative. Kuat medan listrik dapat dinyatakan dengan persamaan sbb:
E=k.q

atau

E= 1

r2

40 r2

Dimana E: Kuat medan listrik (N/C)


Apabila dalam medan listrik terdapat beberapa muatan, maka:
Untuk medan listrik yang segaris, maka besarnya medan listrik dapat dinyatakan
dalam persamaan sbb:
E = k . q1 + q2
r12

r22

Untuk medan listrik yang tak segaris, maka besarnya medan listrik dapat
dinyatakan dalam persamaan sbb:
11

E B = E 1 + E2
EB = E12+E22+E1E2 Cos
Garis medan listrik adalah garis-garis khayal didalam medan listrik yang menjadi
tempat kedudukan titik-titik yang arah kuat medannya sama dengan arah garis itu.
Apabila garis medan listrik menembus suatu permukaan teidak secara tegak lurus,
maka fluks (garis medan listrik) yang menembus bidang dapat dinyatakan sbb:
= E.An

atau

= E.A cos

1.3 Sumber Tegangan


Kita tentu masih ingat hokum Ohm, bahwa besarnya arus listrik (I) selalu
berbanding dengan tegangan (V) dan berbanding terbalik dengan hambatan (R).
Arus listrik merupakan partikel-partikel listrik yang bermuatan positif di dalam
suatu penghantar. Kuat arus listrik dapat didfinisikan sebagai banyaknya muatan listrik
yang mengalir dalam suatu penghantar per satuan waktu. Sehingga dapat dirumuskan
sbb:
I=Q/t
Dimana:

I = kuat arus (I)

t = waktu muatan mengalir (s)

Q = banyak muatan yang mengalir (C)


Besarnya tegangan listrik yang keluar selalu berbanding lurus dengan kuat arus
yang mengalir dan berbanding terbalik dengan besarnya hambatan yang ada. Sehingga
dapat dirumuskan sbb:
V = I.R
Dimana:

V = tegangan listrik (V)


I = kuat arus litrik (A)

R = hambatan listrik ()

Dalam rangkaian bercabang, jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik
percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan tersebut,
sesuai bunyi dari hukum I Kirchoff yang dirumuskan sbb:
Imasuk = Ikeluar
Jika muatan positif listrik bergerak searah jarum jam pada titik a dan kembali ke
titik a maka usaha yang dilakukan muatan itu adala nol, sebab muatan tidak berpindah
tempat. Jika penurunan tegangan dalam rangkaian terjadi akibat arus listrik dari suatu
tegangan yang mendapat hambatan, maka berlaku persamaan hokum II Kirchoff sbb:
12

V=0
E + I.R = 0
Apabila muatan listrik yang memiliki lebih dari satu loop (putaran) dinamakan
rangkaian majemuk. Langkah penyelesaian untuk menentukan rangkaian majemuk
adalah sbb:
1.

Gambarlah rangkaian listrik dari rangkaian majemuk tersebut.

2.

Tentukan kuat arus (symbol dan arah) pada setiap percabangan.

3.

Sederhanakan susunan seri parallel resistor jika memungkinkan.

4.

Tetapkan loop berikut arahnya. Usahakan loop dalam rangkaian


seminimal mungkin.

5.

Tulislah persamaan setiap loop dengan menggunakan hokum II Kirchoff.

6.

Tulislah persamaan listrik setiap percabangan dengan menggunakan


hokum I Kirchoff.

7.

Selesaikan besaran-besaran yang ditanyakan dengan menggunakan


persamaan-persamaan pada butir 5 dan 6.

Pada tegangan listrik yang mengalir deiperlukan adanya energi (W) dan daya
listrik (P). Energi listrik dapat berubah menjadi energi bentuk lain. Besarnya energi
listrik muncul akibat arus yang mengalir dari sebuah tegangan melalui penghantar yang
akan menimbilkan panas pada elemen pemanas (R) selama waktu tertentu (t). Sehingga
dapat dirumuskan sbb:
W = I2 R.T

atau

W=V2t/ R

W = 0,24 I2 R.T W (kalori),jika menghitung besar energi panas.


Dimana:

W= energi listrik (joule)

Daya listrik merupakan energi listrik yang diserap oleh alat tiap satuan waktu.
Daya listrik dapat dirumuskan sbb:
P = V.I

dimana P= Daya listrik (watt)

Sebuah lampu akan menyala lebih redup jika dipasang tegangan yang lebih
rendah. Hal ini karena arus yang mengalir dalam lampu lebih kecil sehingga daya
lampu juga menurun sedangkan hambatan lampu tetap. Sehingga dapat diturunkan
persamaan sbb:
V22
P2

V12
P1
13

Alat Ukur Elektronik

ultimeter yang diuraikan pada modul ini adalah Multimeter


Analog
yang
menggunakan
kumparan
putar
untuk
menggerakkan jarum penunjuk papan skala. Multimeter ini yang
banyak dipakai karena harganya relatif
terjangkau. Jika pada Multimeter Digital hasil pengukuran langsung
dapat dibaca dalam bentuk angka yang tampil pada layar display, pada
Multimeter analog hasil pengukuran dibaca lewat penunjukan jarum
pada papan skala. Lihat gambar 1 dan gambar 2.

Gambar 1. Multimeter Analog

Gambar 2. Multimeter Digital

A. Konfigurasi Multimeter
Konfigurasi Multimeter dan kontrol indikator yang terdapat pada
sebuah Multimeter diperlihatkan pada gambar 3.

14

PAPAN SKALA
JARUM PENUNJUK

SEKRUP PENGATUR
POSISI JARUM

TOMBOL

(PRESET)
BATAS UKUR (RANGE)

PENGATUR POSISI
JARUM

SAKLAR JANGKAUAN
UKUR

OUT (+)
COMMON (-)

KABEL

www.sanwa-meter.co.jp

PENYID
IK
(PROBE
S)
JEPITAN
MONCONG BUAYA
(ALIGATOR CLIP)

GAMBAR 3. KONFIGURASI MULTIMETER

1. Papan Skala : digunakan untuk membaca hasil pengukuran. Pada


papan skala terdapat skala-skala; tahanan/resistan (resistance)
dalam satuan Ohm (), tegangan (ACV dan DCV), kuat arus
(DCmA), dan skala-skala lainnya. Lihat gambar 4.

15

SKALA OHM
SKALA VOLT
(ACV-DCV)
SKALA LAINNYA

www.directindustry.com

GAMBAR 4. PAPAN SKALA

2. Saklar Jangkauan Ukur : digunakan untuk menentukan posisi


kerja Multimeter, dan batas ukur (range). Jika digunakan untuk
mengukur nilai satuan tahanan (dalam ), saklar ditempatkan
pada posisi , demikian juga jika digunakan untuk mengukur
tegangan (ACV-DCV), dan kuat arus (mA-A). Satu hal yang perlu
diingat, dalam mengukur tegangan listrik, posisi saklar harus
berada pada batas ukur yang lebih tinggi dari tegangan yang
akan diukur. Misal, tegangan yang akan diukur 220 ACV, saklar
16

harus berada pada posisi batas ukur 250 ACV. Demikian juga jika
hendak mengukur DCV.
3. Sekrup Pengatur Posisi Jarum (preset) : digunakan untuk menera
jarum penunjuk pada angka nol (sebelah kiri papan skala).
4. Tombol Pengatur Jarum Pada Posisi Nol (Zero Adjustment) :
digunakan untuk menera jarum penunjuk pada angka nol
sebelum Multimeter digunakan untuk mengukur nilai
tahanan/resistan. Dalam praktek, kedua ujung kabel penyidik
(probes) dipertemukan, tombol diputar untuk memosisikan jarum
pada angka nol.
5. Lubang Kabel Penyidik : tempat untuk menghubungkan kabel
penyidik dengan Multimeter. Ditandai dengan tanda (+) atau out
dan (-) atau common. Pada Multimeter yang lebih lengkap
terdapat juga lubang untuk mengukur hfe transistor (penguatan
arus searah/DCmA oleh transistor berdasarkan fungsi dan
jenisnya), dan lubang untuk mengukur kapasitas kapasitor.
A. Batas Ukur (Range)
1. Batas Ukur (Range) Kuat Arus : biasanya terdiri dari angka-angka;
0,25 25 500 mA. Untuk batas ukur (range) 0,25, kuat arus yang
dapat diukur berkisar dari 0 0,25 mA. Untuk batas ukur (range)
25, kuat arus yang dapat diukur berkisar dari 0 25 mA. Untuk
batas ukur (range) 500, kuat arus yang dapat diukur berkisar dari
0 500 mA.
2. Batas Ukur (Range) Tegangan (ACV-DCV) : terdiri dari angka; 10
50 250 500 1000 ACV/DCV. Batas ukur (range) 10, berarti
tegangan maksimal yang dapat diukur adalah 10 Volt. Batas ukur
(range) 50, berarti tegangan maksimal yang dapat diukur adalah
50 Volt, demikian seterusnya.

3. Batas Ukur (Range) Ohm : terdiri dari angka; x1, x10 dan kilo Ohm
(k). Untuk batas ukur (range) x1, semua hasil pengukuran dapat
langsung dibaca pada papan skala (pada satuan ). Untuk batas
ukur (range) x10, semua hasil pengukuran dibaca pada papan
skala dan dikali dengan 10 (pada satuan ). Untuk batas ukur
(range) kilo Ohm (k), semua hasil pengukuran dapat langsung
17

dibaca pada papan skala (pada satuan k), Untuk batas ukur
(range) x10k (10k), semua hasil pengukuran dibaca pada papan
skala dan dikali dengan 10k.
C. Baterai
Baterai : pada Multimeter dipakai baterai kering (dry cell) tipe UM3, digunakan untuk mencatu/mengalirkan arus ke kumparan putar
pada saat Multimeter digunakan untuk mengukur komponen
(minus komponen terintegrasi/Integrated Circuit/IC). Baterai
dihubungkan secara seri dengan lubang kabel penyidik/probes
(+/out) dimana kutub negatip baterai dihubungkan dengan
terminal positip dari lubang kabel penyidik. Lihat gambar 5.

0 ADJ

+
COMMON

OUT

(-)

(+)

GAMBAR 5

D. Kriteria Multimeter
Kriteria sebuah Multimeter tergantung pada :

18

1.

Kekhususan kepekaan, ditentukan oleh tahanan/resistan


(resistance) dibagi dengan tegangan, misalnya 20 k/v untuk DCV
dan 8 k/v untuk ACV. (20 k/v I = E/R = 1/20.000 = x 10-4A
= 0,05mA = 50 A). Multimeter menggunakan arus sebesar 50
mikro-Ampere (50 A) untuk alat pengukur (meter) dan akan
menarik arus maksimal 50 A dari rangkaian yang diukur.

2.

Fungsi tambahannya sebagai penguji (tester) transistor


untuk menentukan hfe transistor (kemampuan transistor
menguatkan arus listrik searah sampai beberapa kali), penguji
dioda, dan kapasitas kapasitor dalam hubungannya dengan
pekerjaan perbaikan (repair) alat-alat elektronik.

E. Simbol-simbol
1.
Secara teoritis, untuk mempermudah pembelajaran, pengukur
tegangan (Volt-meter), pengukur kuat arus (Ampere-meter), dan
pengukur nilai tahanan /resistance (Ohm-meter) ditampilkan dengan
simbol-simbol seperti yang terdapat pada gambar 6.

Volt-meter

Ampere-meter

Ohm-meter

Gambar 6. Simbol Alat Ukur

F. Persiapan Awal
Persiapan awal yang perlu Anda lakukan sebelum menggunakan
Multimeter adalah :

19

1. Baca dengan teliti buku petunjuk penggunaan (manual


instruction) Multimeter yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.
2. Multimeter adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur tegangan (Multimeter sebagai Volt-meter), mengukur
Arus (Multimeter sebagai Ampere-meter), mengukur
Resistans/Tahanan (Multimeter sebagai Ohm-meter).
3. Sebelum dan sesudah Multimeter digunakan, posisi saklar
jangkauan ukur harus selalu berada pada posisi ACV dengan batas
ukur (range) 250ACV atau lebih.
4. Kabel penyidik (probes) Multimeter selalu berwarna merah dan
hitam. Masukkanlah kabel yang berwarna merah ke lubang
penyidik yang bertanda (+) atau out, dan kabel yang berwarna
hitam ke lubang penyidik yang bertanda (-) atau common.
5. Pada saat akan melakukan pengukuran dengan Perhatikan apakah
jarum penunjuk sudah berada pada posisi angka nol. Jika belum
lakukanlah peneraan dengan cara memutar sekrup pengatur
posisi jarum (preset) dengan obeng minus (-).
6. Posisi saklar jangkauan ukur harus pada posisi yang sesuai
dengan besaran yang akan diukur. Jika akan mengukur tegangan
listrik bolak balik (ACV) letakkan saklar pada posisi batas ukur
(range) yang lebih tinggi dari tegangan yang akan diukur. Jika
mengukur tegangan bolak balik 220V/220 ACV, letakkan saklar
pada posisi batas ukur (range) 250 ACV. Hal yang sama juga
berlaku untuk pengukuran tegangan listrik searah (DCV), kuat
arus (DCmA-DCA), dan tahanan/resistan (resistance).
7. Pada pengukuran DCV, kabel penyidik (probes) warna merah (+)
diletakkan pada kutub positip, kabel penyidik (probes) warna
hitam (-) diletakkan pada kutub negatip dari tegangan yang akan
diukur.
8. Jangan sekali-kali mengukur kuat arus listrik, kecuali kita sudah
dapat memperkirakan besarnya kuat arus yang mengalir.
9. Untuk mengukur tahanan/resistan (resistance) , letakkan saklar
jangkauan ukur pada batas ukur (range) atau k (kilo Ohm),
pertemukan ujung kedua kabel penyidik (probes), tera jarum
penunjuk agar berada pada posisi angka nol dengan cara
memutar-mutar tombol pengatur jarum pada posisi angka nol
(zero adjustment).

20

10. Berhati-hatilah jika akan mengukur tegangan listrik setinggi 220


ACV.

c. Rangkuman 1
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)

Multimeter adalah piranti ukur yang dapat digunakan


untuk mengukur besaran listrik, yaitu ; (1) tegangan, (2) arus, dan
(3) tahanan (resistance).
Tegangan listrik dinyatakan dalam satuan Volt (V).
Arus listrik dinyatakan dalam satuan Ampere (A).
Tahanan/resistan (resistance) listrik dinyatakan
dalam satuan Ohm ().
Saklar jangkauan Multimeter harus berada pada
posisi yang sesuai dengan besaran listrik yang akan diukur.
Batas ukur (range) Multimeter harus berada pada
posisi angka yang lebih besar dari nilai besaran listrik yang akan
diukur.
Sebelum melakukan pengukuran, posisi jarum harus
berada tepat pada sisi kiri papan skala.
Sekrup pengatur posisi jarum (preset) digunakan
untuk mengatur posisi jarum pada angka nol.
Tombol pengatur jarum pada posisi angka nol (zero
adjustment) digunakan untuk meletakkan jarum pada posisi angka
nol sebelum Multimeter digunakan untuk pengukuran nilai
tahanan/resistans (resistance). Untuk keperluan ini, ujung dari
kedua kabel penyidik disatukan, tombol diputar-putar untuk
memperoleh posisi jarum pada angka nol.
Kabel penyidik (probes) berwarna merah selalu
dimasukkan ke lubang kabel penyidik yang bertanda (+) atau out.
Kabel penyidik (probes) berwarna hitam selalu
dimasukkan ke lubang kabel penyidik yang bertanda (-) atau
common.
Baterai pada Multimeter dihubungkan secara seri
dengan lubang kabel penyidik (probes).
Pada Multimeter Analog, hasil pengukuran dibaca
pada papan skala.
Pada Multimeter Digital, hasil pengukuran
ditunjukkan langsung oleh angka yang muncul pada layar display.
Hasil pengukuran tegangan listrik (ACV-DCV) dibaca
pada bagian papan skala yang bertuliskan ACV-DCV.
Hasil pengukuran arus listrik (DCmA) dibaca pada
bagian papan skala yang bertuliskan DCV, A.
21

17)

Hasil pengukuran tahanan/resistan (resistance)


dibaca pada bagian papan skala yang bertuliskan - k.
18)
Kriteria Multimeter ditentukan oleh seberapa besar
arus yang digunakan untuk menggerakkan alat pengukur (meter).
Besarnya kuat arus yang digunakan dapat dihitung dari k/Volt
yang tertera pada sisi kiri bawah papan skala.
19)
Pada Multimeter yang didesain khusus, terdapat
perangkat untuk mengukur hfe transistor, dioda dan kapasitas
kapasitor.
20)
Melalui kegiatan diskusi yang rutin, secara perlahan
seseorang akan memperoleh 7 (tujuh) kecakapan hidup (life skill).

d. Tugas 1
2.
Untuk lebih mendalami dan lebih menguasai uraian materi 1
pada modul ini, sudi kiranya Anda melakukan tugas berikut :
3.
1)
Buatlah kelompok belajar, masing-masing
kelompok maksimum 4 orang.
2)
Kunjungilah bengkel elektronika/toko penjual
alat-alat ukur elektronik yang ada di kota Anda (minimal 5).
3)
Menggunakan contoh format berikut, catatlah
tipe dan jenis Multimeter yang ada di bengkel/toko tersebut
berikut perangkat yang terdapat pada konfigurasi Multimeter.
4)
Untuk validasi penilaian, lembar format harus
berisi tanda tangan petugas dan stempel bengkel/toko.
5)
Menggunakan mesin pencari www.google.co.id
di internet, carilah gambar Multimeter merk lain berikut petunjuk
penggunaan (manual instruction) nya.

Hukum Ohm, Hambatan Listrik


Dan Hukum Kirchhoff
A. Hukum Ohm

Hambatan atau disebut juga tahanan atau resistansi adalah sesuatu

yang sering dibicarakan dalam bidang fisika elektronika. Apa sebenarnya fungsi dari
hambatan tersebut? Dari data pengamatan kalian menunjukkan ada hubungan yang
menarik antara kuat arus dan hambatan. Jika nilai hambatan diperbesar maka kuat

22

arus akan menurun untuk beda potensial yang tetap, sehingga bisa ditulis,

Persaman di atas menunjukkan bahwa hambatan berbanding terbalik dengan

kuat arus. Dari Tabel 9.1 ditunjukkan bahwa jika nilai hambatan konstan maka
hubungan antara kuat arus dan beda potesial adalah berbanding lurus, dengan kata
lain semakin besar beda potensial makin besar kuat arusnya, lihat Gambar 9.1. Secara
matematika dapat ditulis,

Penggabungan ke dua persamaan dapat ditulis,

Persamaan di atas disebut hukum Ohm, dengan R adalah hambatan yang

dinyatakan dalam satuan ohm ditulis dalam simbol (omega). Berdasarkan hukum
Ohm, 1 ohm didefinisikan sebagai hambatan yang digunakan dalam suatu rangkaian
yang dilewati
kuat arus sebesar 1 ampere dengan beda potensial 1 volt. Oleh karena itu, kita dapat
mendefinisikan pengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda potensial dan
kuat arus.

Ampere

Definisi satu ampere adalah satu coulomb muatan yang bergerak melalui

sebuah titik dalam satu sekon. Arus listrik dapat terjadi apabila di dalam sebuah
rangkaian terdapat beda potensial. Hubungan antara kuat arus listrik dan beda
potensial listrik secara grafik dapat dilihat pada Gambar 9.1. Hubungan linier antara
kuat arus dan beda potensial menunjukkan makin besar beda potensial makin besar
kuat arusnya. Hubungan kesebandingan antara beda potensial dan kuat arus perlu
adanya faktor pembanding yang disebut hambatan.
Contoh soal 9.1: Pada sebuah percobaan hukum Ohm, diperoleh grafik seperti pada
gambar di bawah ini!

23

Dari grafik tersebut, tentukan besar hambatan yang digunakan!

2. Perhatikan tabel di bawah ini!

Berdasarkan tabel di atas, berapa besar hambatan

yang digunakan untuk percobaan!

B. Hambatan, Konduktor,
Semikonduktor, dan Isolator
Hambatan

Aliran listrik di dalam sebuah penghantar ternyata tidak sama besarnya, hal

ini ditunjukkan oleh nyala lampu pijar maupun angka yang ditunjukkan oleh
amperemeter. Ketidaksamaan ini disebabkan oleh penghantar yang selalu memiliki
hambatan. Hambatan dari suatu penghantar mempengaruhi besar kecilnya arus listrik
yang melewatinya. Berdasarkan Kegiatan 9.3, besar hambatan suatu bahan atau

24

penghantar nilainya berbeda-beda tergantung pada hambatan jenis, , panjang, ,dan


luas penampang, A. Sebuah alat yang dapat digunakan secara langsung untuk
mengukur besar kecilnya nilai hambatan sebuah penghantar disebut ohmmeter.
Sedang multimeter
adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kuat arus, beda potensial, dan
hambatan pada suatu penghantar atau rangkaian listrik. Apabila multimeter akan
digunakan untuk mengukur besar hambatan atau digunakan sebagai ohmmeter, maka
sakelar harus
diputar sehingga menunjuk ke arah yang bertanda R. Penghantar yang hendak diukur
hambatannya dipasang di antara ujung kabel penghubung alat itu. Jarum akan
bergerak ke suatu kedudukan tertentu sehingga besar hambatan dapat dibaca pada
skala yang bertandakan OHM atau .

Hambatan suatu penghantar juga dapat diukur secara tidak langsung, yaitu

dengan cara mengukur besar arus yang lewat pada penghantar dan mengukur beda
potensial ujung-ujung penghantar itu. Oleh karena itu, kita menggunakan dua alat
yang berfungsi sebagai amperemeter dan satu alat lagi yang berfungsi sebagai
voltmeter. Cara menyusun alat tersebut adalah sebagaimana terdapat pada Gambar
9.2. Pada Gambar 9.2 adalah sebuah rangkaian untuk mengukur besar hambatan dari
lampu pijar.

Dengan menggunakan rangkaian pada Gambar 9.3, maka besar arus listrik

yang mengalir melalui lampu pijar dan beda potensial antara ujung-ujung lampu pijar
dapat diketahui sehingga besarnya hambatan dari lampu tersebut dapat dihitung.
Satuan hambatan dapat diturunkan sesuai persamaan berikut, yaitu:

Hambatan sering digambarkan seperti pada Gambar 9.3.

25

Dari hasil Kegiatan 9.4, hubungan antara hambatan, jenis bahan, panjang,

luas penampang dan suhu dari suatu penghantar dapat dirumuskan secara
matematika,

Persamaan 9.5, menunjukkan bahwa hambatan tergantung pada suhu dari

penghantar, semakin besar suhu, semakin besar nilai hambatannya. Ro adalah


hambatan awal atau hambatan mula-mula, R adalah hambatan akhir dikarenakan
faktor suhu, T = T1 T2 adalah perubahan suhu dinyatakan dalam derajat Celsius
(C) dengan T1 adalah suhu awal penghantar dan T2 adalah suhu akhir penghantar,
dan adalah koefisien suhu penghantar dinyatakan dalam satuan per C . Koefisien
suhu ( dibaca alpha) untuk beberapa bahan memiliki harga yang berbeda
tergantung dari jenis bahan masing-masing. Hampir semua konduktor (termasuk
nikrom) memiliki nilai koefisien suhu positif. Oleh karena itu hambatan sebuah
konduktor akan bertambah jika suhu bahan tersebut bertambah. Nilai koefisien suhu

26

dari beberapa bahan konduktor dapat kalian lihat pada Tabel 9.4.

Konduktivitas

Sifat dari bahan konduktor adalah tidak adanya medan listrik di dalam

konduktor. Pernyataan ini benar jika konduktor dalam keadaan keseimbangan statis.
Tujuan dari pembicaraan ini adalah ingin menggambarkan apa yang terjadi jika
muatan bergerak dalam konduktor.
Muatan yang bergerak dalam sebuah konduktor, akan menghasilkan arus di bawah
pengaruh medan listrik. Medan listrik ini muncul karena adanya pergerakan muatan
sehingga situasinya non-elektrostatis. Keadaan ini sedikit berlawanan dengan situasi
untuk
keseimbangan elektrostatis di mana muatan dalam keadaan diam sehingga tidak ada

27

medan listrik di dalam.

Muatan listrik yang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain adalah

muatan elektron. Elektron-elektron yang mudah berpindah disebut elektron bebas.


Elektron-elektron bebas dalam logam merupakan gas elektron yang pada suhu sangat
tinggi 70.000C bersifat
sebagai gas sempurna. Elektron-elektron bebas ini bergerak bebas di dalam sebuah
bahan konduktor. Sehingga pada saat tertentu elektron-elektron ini akan berbenturan
dengan elektron bebas yang lain. Dengan jumlah elektron bebas yang besar maka
bahan konduktor mudah mengalirkan muatan listrik. Bahan konduktor yang baik dan
sempurna jika mempunyai nilai konduktivitas yang besar
yaitu (mendekati tak terhingga besarnya). Sebaliknya untuk hambatan
atau hambatan jenisnya mempunyai nilai mendekati nol atau sangat kecil.

Bagaimana untuk isolator? Untuk isolator konduktivitas, hambatan, hambatan

jenis, dan sifat elektron adalah berharga sebaliknya dengan konduktor. Konduktor dan
isolator adalah suatu bahan yang mempunyai sifat kebalikan misalnya III untuk bahan
konduktor mempunyai konduktivitas sangat besar sedang isolator sangat kecil.
Konduktor mempunyai hambatan atau hambatan jenisnya kecil sedang untuk isolator
hambatan atau hambatan jenisnya besar. Bagaimana untuk material atau bahan
semikonduktor? Semikonduktor adalah suatu bahan atau benda yang mempunyai sifat
sebagai konduktor dan isolator. Dengan kata lain bahan semikonduktor mempunyai
kemampuan mengalirkan muatan di bawah sifat konduktor dan di atas sifat isolator.
Untuk mendapatkan sifat konduktor dari bahan semikonduktor biasanya dilakukan
penambahan jenis atom lain dengan konsentrasi tertentu atau disebut pendopingan.
Contoh bahan ini adalah germanium, Ge dan silikon, Si. Bahan semikonduktor dapat
dijumpai dalam penggunaan bahan-bahan elektronika.

28

Tabel 9.5 menunjukkan bahwa nilai konduktivitas untuk bahan isolator dan

konduktor mempunyai rentang yang sangat besar. Misalkan, berapa rentang nilai
antara karet dan perak? Contoh soal 9.2
1. Sebuah kawat tembaga memiliki luas penampang
2 mm2. Jika panjang penghantar 2000 dan hambatan jenisnya 0,02 meter. Berapa
nilai hambatan kawatnya?

C. Hukum I Kirchhof
29

1. Rangkaian Listrik

Rangkaian listrik ada dua macam yaitu rangkaian listrik terbuka dan

rangkaian listrik tertutup. Rangkaian listrik terbuka adalah rangkaian listrik yang
memiliki ujung-ujung rangkaian. Contoh rangkaian terbuka dapat kalian lihat pada
Gambar 9.5.

Sedangkan rangkaian listrik tertutup adalah rangkaian listrik yang tidak

memiliki ujung-ujung rangkaian. Di dalam rangkaian listrik tertutup ini arus listrik
dapat mengalir mengikuti jenis suatu rangkaian. Contoh rangkaian listrik tertutup
secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 9.6.

Rangkaian listrik juga dibedakan menjadi dua macam lagi yaitu rangkaian tidak
bercabang dan rangkaian bercabang. Rangkaian tidak bercabang disebut rangkaian
seri. Sedangkan rangkaian bercabang disebut rangkaian paralel.

2. Rangkaian Seri

Misal tiga buah hambatan yang masing-masing R1, R2, dan R3 dirangkai seri.

Susunan seri ketiga hambatan itu kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan,
lihat pada Gambar 9.7!

Dari Kegiatan 9.5, kalian telah mengetahui bahwa pada rangkaian seri

besarnya arus listrik yang mengalir di setiap titik besarnya sama. Apabila kuat arus
yang lewat hambatan R1 adalah I1, kuat arus yang lewat hambatan R2 adalah I2, dan
kuat arus yang lewat hambatan R3 adalah I3. Sedangkan kuat arus yang keluar dari
sumber I, maka berlaku:

30

Jika beda potensial di titik A dan B adalah V1, beda potensial di titik B dan C

adalah V2 dan beda potensial di titik C dan D adalah V3, maka berlaku,

Kedua persamaan di atas menunjukkan suatu persamaan yang berlaku untuk

susunan seri. Dengan mengetahui definisi dari arus listrik adalah muatan yang
bergerak per satuan waktu, sehingga arus listrik sebanding dengan muatan listrik.
Oleh karena itu dapat ditulis,

Dengan memperhatikan persamaan tersebut, selama tidak ada penambahan atau


pengurangan muatan dalam suatu rangkaian maka berlaku hukum kekekalan muatan
listrik. Bagaimanakah bunyi hukum kekekalan muatan listrik?

3. Rangkaian Paralel

Misal tiga buah hambatan yang masing-masing R1, R2, dan R3 dirangkai secara
paralel. Susunan paralel ketiga hambatan itu kemudian dihubungkan dengan sumber
tegangan, lihat Gambar 9.8! Pada rangkaian paralel terdapat dua titik, yaitu A dan titik
B. Titik A dan titik B disebut titik percabangan. Kalian telah mengetahui dari hasil
Kegiatan 9.5, bahwa jumlah kuat arus listrik yang masuk titik percabangan, titik A,
sama besar dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik percabangan, titik B.
Oleh karena itu,

a. Pada titik percabangan A

Dengan I adalah jumlah kuat arus yang masuk ke percabangan. Berkaitan

dengan muatan dan arus listrik, maka persamaan di atas dapat ditulis bahwa,

b. Pada titik percabangan B

31

Dengan Iadalah jumlah kuat arus yang keluar dari percabangan, dan Q

adalah muatan yang keluar dari percabangan.

c. I = I

Dari a b dapat disimpulkan bahwa dalam satuan waktu yang sama, jumlah

kuat arus atau muatan yang masuk percabangan sama dengan jumlah kuat arus atau
muatan yang keluar dari percabangan. Pernyataan ini disebut hukum I Kirchhof.
Selama tidak ada penambahan muatan atau arus dari luar maka besarnya muatan
total dan arus total adalah tetap, disebut hukum kekekalan muatan listrik. Satu hal
yang penting adalah, bahwa pada rangkaian paralel beda potensial tiap-tiap cabang
besarnya sama.

32

D. Rangkaian Hambatan

Rangkaian hambatan Kalian sudah mengetahui bahwa ada dua rangkaian

dasar pada suatu hambatan yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel.

1. Rangkaian Seri

Misal tiga buah hambatan yang masing-masing R1, R2, dan R3 dirangkai seri,

lihat Gambar 9.9!

33

Ketiga hambatan tersebut dapat diganti dengan satu hambatan dan disebut hambatan
pengganti. Karena rangkaian hambatan tersebut seri maka hambatan pengganti ini
sering disebut hambatan seri, RS. Besar RS merupakan jumlah dari masingmasing
hambatan.

Dari persamaan di atas tampak bahwa hambatan pengganti untuk susunan

seri merupakan jumlah dari masing-masing hambatan. Sedang besarnya nilai beda
potensial antara ujung-ujung hambatan tidak sama, karena untuk seri yang
mempunyai nilai konstan adalah arus dan muatan listrik yang melalui hambatan.
Sehingga jika besar dari masing-masing hambatan berbeda, maka nilai beda
potensialnya dari masing-masing hambatan juga berbeda.

2. Rangkaian Paralel (Rangkaian Bercabang)

Misal tiga buah hambatan yang masingmasingnya R1, R2, dan R3 dirangkai

paralel, lihat Gambar 9.10!

Ketiga hambatan tersebut dapat diganti dengan satu hambatan yang disebut

hambatan pengganti. Karena rangkaian hambatan tersebut paralel maka hambatan


penggantinya disebut hambatan paralel (RP). Besar hambatan paralel (RP) dapat
ditentukan menggunakan persamaan,

Pada rangkaian paralel, beda potensial masingmasing cabang besarnya sama.


Contoh soal 9.4:

34

Perhatikan gambar di bawah ini.

E. Penerapan Hukum Ohm dan


Hukum I Kirchhof

Sumber tegangan adalah alat yang dapat menimbulkan beda potensial listrik.

Sebuah sumber tegangan memiliki energi yang dapat digunakan untuk mengalirkan
arus listrik disebut GGL, E. Sumbersumber tegangan pada umumnya memiliki
hambatan yang disebut hambatan dalam r. Secara umum, sebuah rangkaian listrik
selalu berlaku hukum Ohm dan hukum I Kirchhoff. Misal, sebuah rangkaian listrik
sederhana yang terdiri atas sebuah hambatan luar, R, sumber tegangan, E, dan
hambatan dalam r, lihat pada Gambar 9.11!

Apabila hambatannya lebih dari satu, maka R ini merupakan hambatan

pengganti dari beberapa hambatan tersebut. Kuat arus yang mengalir dalam
rangkaian adalah sebagai berikut:

Jika dalam suatu rangkaian terdiri atas beberapa baterai baik tersusun secara

seri maupun paralel, maka Persamaan di atas dapat ditulis kembali, untuk seri,

35

Dengan Es = nE, rs = nR, dan n adalah banyaknya baterai yang digunakan untuk
rangkaian seri, sedang untuk rangkaian paralel:

Karena EP= E dan rp=(r/n) maka persamaan di atas, dapat ditulis kembali,

36

37

38

39

Kegiatan Belajar 1 :
1. Resistor
Resistor

disebut

juga

dengan

tahanan

atau

hambatan,

berfungsi untuk menghambat arus listrik yang melewatinya.


40

Semakin besar nilai resistansi sebuah Resistor yang dipasang,


semakin kecil arus yang mengalir.
Satuan nilai resistansi suatu Resistor adalah Ohm () diberi
lambang huruf R.
Ada dua macam Resistor yang dipakai pada teknik listrik dan
elektronika, yaitu Resistor tetap dan Resistor variable.
Resistor tetap adalah Resistor yang mempunyai nilai hambatan
yang tetap. Biasanya terbuat dari karbon, kawat atau paduan
logam. Sebuah hambatan karbon dibentuk oleh pipa keramik
dengan karbonnya diuapkan. Biasanya pada kedua ujungnya
dipasang

tutup,

dimana

kawat-kawat

penghubungnya

dipasang. Nilai hambatannya ditentukan oleh tebalnya dan


panjangnya lintasan karbon. Panjang lintasan karbon tegantung
dari kisarnya alur yang berbentuk spiral. Bentuk Resistor
karbon yang diuapkan aksial dan radial dapat dilihat pada
gambar 1-1 dibawah ini.

Gambar 1-1. Hambatan karbon yang diuapkan aksial dan


radial

Gambar dibawah ini memperlihatkan simbol Resistor tetap

Gambar 1-2. Simbol Resistor tetap

Kode warna pada Resistor menyatakan harga resistansi dan


toleransinya. Semakin kecil nilai toleransi suatu Resistor adalah
41

semakin baik, karena harga sebenarnya adalah harga yang


tertera harga toleransinya. Misalnya suatu Resistor harga
yang tertera= 100 Ohm mempunyai toleransi 5%, maka harga
yang sebenarnya adalah 100- (5%x100) s/d 100 + (5%x100)=
95 Ohm s/d 105 Ohm.
Terdapat Resistor yang mempunyai 4 gelang warna dan 5
gelang warna seperti yang terlihat pada gambar 1-3.

Gambar 1-3. Resistor dengan 4 gelang warna dan 5 gelang warna

Tabel kode warna pada Resistor 4 gelang

Warna
Hitam

Gelang 1

Gelang 2

Gelang 3

(Angka

(Angka

(Faktor

pertama)

kedua)

pengali)

Gelang 4
(Toleransi)
-

Coklat

10

Merah

102

10

Oranye

Kuning

10

Hijau

105

Biru

10

Ungu

107

Abu-abu

108

9
5

Putih

10

Emas

10-1

10

-2

10

10

-3

20

Perak
Tanpa

warna

Arti kode warna pada Resistor 5 gelang adalah:


Gelang 1 = Angka pertama
42

Gelang 2 = Angka kedua


Gelang 3 = Angka ketiga
Gelang 4 = Faktor pengali
Gelang 5 = Toleransi
Resistor yang mempunyai kode angka dan huruf biasanya
adalah

Resistor

lilitan

kawat

yang

diselubungi

dengan

keramik/porselin, seperti gambar 1-4.

Gambar 1-4. Resistor dengan kode angka dan huruf

Arti kode angka dan huruf pada Resistor ini adalah sebagai
berikut:
- 82 K 5% 9132 W
82 K berarti besarnya resistansi 82 K (kilo ohm)
5% berarti besarnya toleransi 5%
9132 W adalah nomor serinya
- 5 W 0,22 J
5 W berarti kemampuan daya Resistor besarnya 5 watt
0,22 berarti besarnya resistansi 0,22
J berarti besarnya toleransi 5%
- 5 W 22 R J
5 W berarti kemampuan daya Resistor besarnya 5 watt
22 R berarti besarnya resistansi 22
J berarti besarnya toleransi 5%
- 5 W 1 K J
5 W berarti kemampuan daya Resistor besarnya 5 watt
1 K berarti besarnya resistansi 1 K
J berarti besarnya toleransi 5%
-5WR1K
43

5 W berarti kemampuan daya Resistor besarnya 5 watt


R 1 K berarti besarnya resistansi 1 K
- RSN 2 P 22 KK
RSN 2 P sebagai nomor seri resistor
22 K berarti besarnya resistansi 22 K
K berarti besarnya toleransi 5%
- 1 k 5 berarti besarnya resistansi 1.5 K

2. Kondensator
Kondensator ialah suatu komponen listrik/elektronika yang
dapat menyimpan muatan listrik. Kapasitas kondensator diukur
dalam satuan Farad. 1 Farad = 10 3 mF (mili farad) = 10 6 F
(mikro farad) = 109 nF (nano farad) = 1012 pF (piko farad).
Kondensator eletrolit mempunyai dua kutub yaitu positip dan
negatip (bipolar), sedangkan kondensator kering misalnya
kondensator mika, kondensator kertas tidak membedakan
kutub positip dan kutub negatip (non polar).
Kode angka dan huruf yang terdapat pada sebuah kondensator
menentukan nilai kapasitansi dan tegangan kerjanya. Tabel
kode angka dan huruf pada kondensator.

Kode
Angka
0

Gelang 1

Gelang 2

Gelang 3

(Angka

(Angka

(Faktor

pertama)

kedua)

pengali)

Kode huruf
(Toleransi %)
F=1

G=2

10

102

H=3

103

I=4

104

J=5

105

K = 10

106

M = 20

44

107

108

109

Contohnya:
- Kode kapasitor 562 J 100 V, artinya besarnya kapasitansi 56
x 102

pF, J: besarnya toleransi 5%, 100 V, kemampuan

tegangan kerja 100 Volt.


- 100 nJ, artinya besarnya kapasitansi 100 nF, J: besarnya
toleransi 5%
- Kode kapasitor 100 uF 50 V, artinya besarnya kapasitansi
100 uF, besarnya tegangan kerja 50 Volt.
Kondensator yang mempunyai gelang warna nilai
kapasitansinya dapat ditentukan dengan cara membaca
gelang-gelang warna tersebut dari kiri kekanan, sedangkan
nilai dari gelang warna itu adalah seperti table dibawah ini
(kondensator polikarbonat Metal).

Gelang 1

Gelang 2

Gelang 3

Gelang 4

(Angka

(Angka

(Faktor

(Toleransi

pertama)

kedua)

pengali)

Hitam

20%

Coklat

101

Merah

102

Oranye

103

Kuning

104

Hijau

105

Biru

106

Ungu

107

Abu-abu

108

Putih

109

Warna

Teganga
n Kerja

250 V
400 V
650 V

10%

45

Gambar 1-5. Urutan kode warna pada kondensator


Kapasitas sebuah kondensator adalah sebanding dengan luas
pelat-pelat yang membentuk kondensator tersebut. Semakin
luas pelat-pelatnya semakin besar nilai kapasitansinya. Nilai
kapasitansi berbanding terbalik dengan jarak dari pelatpelatnya. Semakin kecil jarak kedua plat itu, semakin besar
nilai kapasitansinya. Sebaliknya semakin jauh jarak kedua
plat itu, semakin kecil nilai kapasitansinya. Nilai kapasitansi
sebuah

kondensator

juga

sebanding

dengan

konstanta

dielektrikum dari bahan isolator yang dipasang antara kedua


plat itu. Jika nilai konstanta dielektrikumnya mempunyai nilai
yang besar, maka nilai kapasitansinya besar.
Sebuah

kondensator

pelat

besarnya

nilai

kapasitansi

ditentukan dengan rumus: C = o x r x A/S


Dimana: C = kapasitas dalam Farad
o = 8,885 x 10-12
r =

konstanta dielektrik relatif dari isolasi yang

dipakai
A = luas pelat dalam m2 tiap pelatnya
S = jarak pelat dalam m
Contoh:
Sebuah kondensator pelat mempunyai data-data sebagai
berikut: Luas pelat 10 cm2. Jarak kedua pelat

1 mm.
46

Dielektrikumnya adalah udara (r = 1). Hitunglah nilai


kapasitansinya.
Jawab: C = o x r x A/S

C = 8,885 x 10-12 x 1 x 10.10-4/10-3

C = 8,885 pF
Muatan

sebuah

kondensator

dapat

dihitung

jika

nilai

kapasitansi dan perbedaan tegangan antara dua pelat itu


diketahui dengan menggunakan rumus: Q = C x U
Dimana: Q = muatan dalam satua qoulomb
C = kapasitas dalam satuan Farad
U = tegangan dalam satuan Volt

Contoh:
Sebuah kondensator dengan nilai kapasitansi 10 uF dipasang
pada tegangan 1 volt, maka besarnya muatan Q = C x U =
10uF x 1 V
Q = 10 uC (mikro coulomb) = 10-6 C
3. Induktor
Induktor adalah komponen listrik/elektronika yang digunakan sebagai
beban induktif. Simbol induktor dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.

Gambar 1-6. Simbol induktor

Nilai induktansi sebuah induktor dinyatakan dalam satuan


Henry. 1 Henry= 1000 mH (mili Henry). Induktor yang ideal
terdiri dari kawat yang dililit, tanpa adanya nilai resistansi.
Sifat-sifat elektrik dari sebuah induktor ditentukan oleh
47

panjangnya induktor, diameter induktor, jumlah lilitan dan


bahan yang mengelilinginya.
Induktor dapat disamakan dengan kondensator, karena
induktor dapat dipakai sebagai penampung energi listrik.
Didalam induktor disimpan energi, bila ada arus yang
mengalir melalui induktor itu. Energi itu disimpan dalam
bentuk medan magnit. Bila arusnya bertambah, banyaknya
energi

yang

disimpan

meningkat

pula.

Bila

arusnya

berkurang, maka induktor itu mengeluarkan energi.


Rumus untuk menetukan induksi sendiri dari sebuah induktor
gulungan tunggal ialah:
L = 4 x x r x (2xr/d + 0,33) 10-9 x n
Dimana: L = Induksi sendiri dalam satuan Henry (H)
r = jari-jari koker lilitan
d = diameter tebal kawat dalam cm
n = jumlah lilitan

Gambar 1-7. Induktor gulungan tunggal

Contoh:
Berapakah besarnya induksi diri sebuah induktor tunggal
dengan jari-jari koker 0,5 cm sebanyak 100 lilitan dengan
diameter kawat 1 mm?
Jawab: L = 4 x x r x (2r/d + 0,33) x 10-9 x n
L = 4 x 3,14 x 0,5 x (2x0,5/0,1 + 0,33) x 10-9 x 100
L = 6,48 uH

48

Induktor dengan gulungan belapis nilai induksi diri dapat


dicari dengan rumus: L = n2 x d x x 10-9
Dimana: L = Induksi sendiri dalam satuan Henry (H)
n = jumlah lilitan
d = diameter koker dalam cm
l = panjang gulungan dalam cm
= nilai perbandingan
h = tinggi (tebal) lapisan dalam cm
1 (2xh/(d+h))
Nilai perbandingan: = 20 x ---------------------1 + (2xl/(d+h))

Gambar 1-8. Gulungan berlapis

Contoh:
Sebuah spull trafo IF radio listrik mempunyai data-data
sebagai berikut,

n = 100, d = 2 cm, h = 1 cm, l = 2 cm.

Hitunglah besarnya nilai induksi diri.


Jawab:
1 (2xh/(d+h))
Nilai perbandingan: = 20 x ---------------------1 + (2xl/(d+h))
1 (2x1/(2+1))
Nilai perbandingan: = 20 x ---------------------1 + (2x2/(2+1))
1 0,66
49

Nilai perbandingan: = 20 x -------------

= 20 x 0,14

2,8
1 + 1,33
L = 1002 x 2 x 2,8 x 10-9
Komponen

L = 56 uH

elektronik

yang

termasuk

induktor

karena

memakai lilitan kawat antara lain:


- Trafo daya yang dikenal dengan trafo stepup dan trafo
stepdown
- Trafo frekuensi rendah dikenal dengan trafo input dan output
- Trafo frekuensi tinggi misalnya spull antena dan spull osilator
- Trafo frekuensi menengah antara dikenal dengan trafo IF
- Gulungan bicara pada mikropon atau gulungan yang
terdapat pada spiker dikenal dengan moving coil
- Gulungan pada relay
- Gulungan pada filter frekuensi tinggi dikenal dengan nama
Rfc (Radio frekuensi choke) dan frekuensi rendah (choke)
- Gulungan pada motor listrik atau dinamo listrik
- Gulungan pada head playback, head rekam dan head hapus
(erase head)
4. Transformator
Transformator

(trafo)

ialah

alat

listrik/elektronika

yang

berfungsi memindahkan tenaga (daya) listrik dari input ke


output atau dari sisi primer ke sisi sekunder. Pemindahan daya
listrik dari primer ke sekunder disertai dengan perubahan
tegangan baik naik maupun turun.
Ada dua jenis trafo yaitu trafo penaik tegangan (stepup
transformer)

dan

trafo

penurun

tegangan

(stepdown

transformer). Jika tegangan primer lebih kecil dari tegangan


sekunder, maka dinamakan trafo stepup. Tetapi jika tegangan
50

primer lebih besar dari tegangan sekunder, maka dinamakan


trafo stepdown.

Gambar 1-9. Simbol trafo

Pada setiap trafo mempunyai input yang dinamai gulungan


primer dan output yang dinamai gulungan sekunder. Trafo
mempunyai inti besi untuk frekuensi rendah dan inti ferrit
untuk frekuensi tinggi atau ada juga yang tidak mempunyai inti
(intinya udara).
Primer

Sekunder

Gambar 1-10. Bagan trafo yang dilalui arus listrik

Bila pada lilitan primer diberi arus bolak-balik (AC), maka


gulungan primer akan menjadi magnit yang arah medan
magnitnya

juga

bolak-balik.

Medan

magnit

ini

akan

menginduksi gulungan sekunder dan mengakibatkan pada


gulungan sekunder mengalir arus bolak-balik (AC). Dimisalkan
pada gulungan primer mengalir arus berfasa positip (+), maka
pada gulungan sekundernya mengalir arus berfasa negatip (-).
Karena arus yang mengalir digulungan primer bolak-balik,
maka pada gulungan sekunderpun mengalir arus bolak-balik.
51

Besarnya daya pada lilitan primer sama dengan daya yang


diberikan pada lilitan sekunder. Jadi Pp = Ps atau Up.Ip = Us.Is
Dimana:
Pp = Daya primer dalam watt
Ps = Daya sekunder dalam watt
Up = Tegangan primer dalam volt
Us = Tegangan sekunder dalam volt
Ip = Arus primer dalam amper
Is = Arus sekunder dalam amper
Contoh:
Sebuah trafo daya dihubungkan dengan tegangan jala-jala 220
V, arus yang mengalir pada lilitan primer 0,2 amper. Jika
tegangan sekundernya 12 V. Hitunglah besarnya arus sekunder.
Penyelesaian:
Up.Ip = Us.Is

220.0,2 = 12. Is Is = 44/12 Is = 3,66 amper

Perbandingan transformasi:
Pada umumnya jumlah lilitan primer tidak sama dengan jumlah
lilitan sekunder. Untuk trafo stepup jumlah lilitan primer lebih
sedikit dari jumlah lilitan sekunder, sebaliknya untuk trafo
stepdown jumlah lilitan primer lebih banyak dari jumlah lilitan
sekunder. Banyaknya lilitan primer dan banyaknya lilitan
sekunder

menunjukkan

besarnya

tegangan

primer

dan

besarnya tgangan sekunder. Semakin besar tegangannya


semakin

banyak

pula

lilitannya.

Jadi

banyaknya

lilitan

berbanding lurus dengan besarnya tegangan dimasing-masing


sisi. Jika lilitan sekunder= Ns dan lilitan primer= Np, maka
perbandingan jumlah lilitan primer dan lilitan sekunder disebut
perbandingan transformasi dan dinyatakan dengan T= Np/Ns.
Pada transformator berlaku persamaan: Up/Us = Np/Ns atau
T= Up/Us
52

Contoh:
Sebuah trafo daya tegangan primernya 220 V, tegangan
sekundernya 30 V. Jumlah lilitan primernya 1100 lilit. Hitunglah
banyaknya lilitan sekundernya.
Penyelesaian:
Up/Us = Np/Ns

220/30 = 1100/Ns

Ns = 1100/7,33

7,33 = 1100/Ns

Ns = 150.06 lilit

Pada teknik elektronika dikenal bermacam-macam trafo, baik


untuk frekuensi tinggi maupun frekuensi rendah. Contoh trafo
untuk frekuensi tinggi yaitu trafo osilator, trafo frekuensi
menengah (IF), trafo spull antena (tuner). Sedangkan trafo
yang dipakai untuk frekuensi rendah yaitu trafo input, trafo
output, trafo filter (choke).

c. Rangkuman
1. Fungsi Resistor ialah untuk

menghambat arus listrik yang

melewatinya
2. Nilai

resistansi

suatu

Resistor

dapat

ditentukan

dengan

membaca kode warna atau kode angka yang tertera pada


badan resistor
3. Fungsi kondensator ialah untuk menyimpan muatan listrik
4. Nilai kapasitansi suatu kondensator dapat ditentukan dengan
membaca kode warna atau kode angka yang tertera pada
badan kondensator
5. Fungsi induktor ialah sebagai beban induktif
6. Fungsi transformator ialah memindahkan tenaga (daya) listrik
53

dari input ke output atau dari sisi primer ke sisi sekunder

d. Tugas
1. Ukurlah nilai resistansi Resistor dengan kode warna coklat,
hitam, merah, emas. Bandingkan dengan nilai resistansi hasil
pembacaan kode warna!
2. Ukurlah nilai kapasitansi kondensator milar dengan kode angka
100 nJ, bandingkan dengan hasil pembacaan kode angka
tersebut!
3. Ukurlah nilai induktansi Rfc 100 mH/250 mA, bandingkan hasil
pengukuran itu dengan hasil pembacaan!
4. Ukurlah tegangan sekunder trafo 220 V/12 V, bandingkan
hasilnya dengan angka yang tertera pada labelnya!

54

Lembar Kerja 1. Menentukan Nilai Resistansi Resistor


Alat dan Bahan:
5. Resistor dengan kode warna (empat gelang) = 3 buah
6. Resistor dengan kode warna (lima gelang)
7. Resistor dengan kode angka
8. Ohm meter

= 3 buah

= 3 buah
= 1 buah

Keselamatan Kerja:
1. Jangan meletakkan Ohm meter ditepi meja agar tidak jatuh
2. Dalam menggunakan meter kumparan putar (volt meter,
amper meter dan ohm meter) mulailah dari batas ukur terbesar
Bacalah dan pahami petunjuk praktikum pada setiap lembar
kegiatan belajar
Langkah kerja:
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Amatilah kode warna pada masing-masing Resistor 4 gelang
dan 5 gelang
3. Ukurlah resistansi Resistor satu persatu dengan ohm meter
4. Catatlah nilai resistansi Resistor pada tabel dibawah ini
Warna gelang no.

Resisto
r

Nilai

Nilai

Penga

Pengu

matan

kuran

1.
2.
3.
4.
5.
6.
5. Ulangi langkah kerja no. 2 dan no. 3 untuk huruf masingmasing Resistor yang mempunyai kode angka dan huruf
55

6. Catatlah nilai resistansi Resistor pada tabel dibawah ini

Resistor

Kode

Resistansi
terbaca

Resistansi
terukur

1.
2.
3.
7. Bandingkan hasil pengamatan dengan hasil pengukuran
8. Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatan anda
9. Kembalikan semua alat dan bahan

56

Lembar

Kerja

2.

Menentukan

Nilai

Kapasitansi

Kondensator
Alat dan Bahan:
1. Alat tulis, kertas dan alat gambar

= secukupnya

2. Kondensator dengan kode angka dan huruf = 5 buah


3. Kondensator dengan kode warna

= 5 buah

4. Multimeter (Ohm meter)

= 1 buah

Keselamatan Kerja:
1. Jangan meletakkan Multimeter (Ohm meter) ditepi meja agar
tidak jatuh
2. Dalam menggunakan meter kumparan putar (volt meter,
amper meter dan ohm meter) mulailah dari batas ukur terbesar
3. Bacalah dan pahami petunjuk praktikum pada setiap lembar
kegiatan belajar
Langkah kerja:
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Amatilah kode angka dan huruf pada kondensator satu persatu
Konden
sator

Kode

Kapasitan
si
(pF)

Toleransi
(%)

Tegangan
kerja

1
2
3
4
5
3. Amatilah kode warna pada kondensator satu persatu
4. Catatlah dalam tabel dibawah ini
Konde

Warna gelang no.

Kapas

Toleran

Teg.ke

57

i
nsator

tas

si (%)

(pF)

rja
(volt)

1.
2.
3.
4.
5.

5. Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatan anda


6. Kembalikan semua alat dan bahan

58

Kegiatan Belajar 2

1. Diode
Dioda semi konduktor yang dipakai pada teknik elektronika
pada umumnya digunakan untuk menyearahkan arus listrik AC
menjadi DC.
Dioda dibentuk oleh atom P dan atom N yang digabungkan
menjadi satu, sehingga akan membentuk susunan seperti
gambar dibawah ini.

Gambar 2-1. Susunan dan simbol dioda semikonduktor

Dari gambar diatas atom P disebut sebagai anoda dan atom N


sebagai katoda. Bila anoda diberi muatan positip dan katoda
diberi muatan negatip, maka arus akan mengalir (lampu
menyala), sebaliknya jika anoda diberi muatan negatip dan
katoda diberi muatan positip, maka arus tidak mengalir.
Arah gerakan arus yang mengalir ini dinamai arah gerak maju
atau forward direction. Arah gerakan tanpa aliran arus ini
dinamai arah gerak tentang atau revers direction.

Gambar 2-2. Arus DC melalui dioda


Dioda dapat digunakan untuk menyearahkan arus AC menjadi
arus DC. Ada dua macam penyearah dioda yaitu penyearah
setengah

gelombang

dan

penyearah

gelombang

penuh.
59

Gambar 2-3 memperlihatkan rangkaian penyearah setengah


gelombang.

Gambar 2-3. Rangkaian penyearah setengah gelombang

Bila saklar S ditutup pada belitan sekunder akan diinduksikan


tegangan bolak-balik. Pada saat t1 sampai t2 tegangan ujung A
sedang positip sehingga pada setengah perioda ini dioda akan
dilewati arus I. Arus ini akan melewati tahanan R L, sehingga
antara ujung-ujung C dan D terjadi tegangan

sebanding

dengan besarnya arus. Pada saat t2t3 ujung A negatip, dioda


menerima tegangan revers, pada tahanan RL akan mengalir
arus revers, arus ini besarnya hanya beberapa mikroamper,
oleh karena itu diabaikan, sehingga pada ujung-ujung R L tidak
ada tegangan.
Rangkaian penyearah gelombang penuh diperlihatkan pada
gambar 2-4 dibawah ini.

Gambar 2-4. Rangakaian penyearah gelombang penuh

Rangkaian

penyearah

gelombang

penuh

dengan

sistim

jembatan ini paling banyak digunakan sebagai sumber tenaga


dari pesawat-pesawat elektronika. Penyearah sistim jembatan
ini

memerlukan

empat

buah

dioda.

Transformator

yang
60

digunakan tidak perlu mempunyai senter tap.


2. Transistor
Nama Transistor diambil dari kata transfer dan resistor. Bahan
semi konduktor ini berasal dari bahan atom germanium, Indium
dan Arsenikum atau Silikon. Atom-atom ini sendiri termasuk
bahan yang tidak mengalirkan arus listrik, jadi termasuk jenis
bahan

isolator

atau

resistor.

Setelah

mengalami

proses

peleburan, maka terbentuklah hasil campuran yang dinamai PN junction. Bahan campuran ini mempunyai sifat setengah
menghantarkan

arus

listrik

atau

semikonduktor.

Itulah

sebabnya hasil campuran ini sering dinamai semikonduktor.


Jadi semikonduktor atau Transistor ini hasil pencampuran lagi
dari jenis P-N junction dan N-P junction.
Bila dua jenis atom P dan N junction digabungkan, maka
terbentuklah

bahan

baru

yang

dinamai

Transistor.

Jadi

Transistor terbentuk dari bahan-bahan:


PN + NP menjadi PNP
Np + PN menjadi NPN
PN + PN menjadi PNPN
Gambar dibawah ini memperlihatkan simbol dari Transistor PNP
dan Transistor NPN

Gambar 2-6. Simbol Transistor PNP dan Transistor NPN

Macam-macam bentuk dan tipe Transistor terlihat seperti


gambar dibawah ini.

61

Gambar 2-7. Bermacam-macam bentuk Transistor dari bermacam


tipe

Dari gambar diatas terlihat bahwa

Transistor ada yang

mempunyai 2 kaki dan ada yang 4 kaki. Khusus untuk


Transistor daya besar biasanya mempunyai 2 kaki, kaki
kolektor sama dengan badannya. Untuk Transistor yang berkaki
4 biasanya untuk frekuensi tinggi, disitu terdapat kaki yang
dinamai shield (tameng) yang dihubungkan ke ground.
Agar Transistor dapat mengalirkan arus, maka Transistor harus
diberi sumber arus dari dua buah batery. Sumber arus ini
biasanya diberi kode Vcc. Untuk Transistor jenis PNP negatip
dan

untuk

NPN

positip.

Transistor

dipasang

sedemikian

sehingga harus memenuhi beberapa syarat yaitu dalam arah


maju (forward) dan arah balik (revers).

62

Gambar

2-8.

Cara

pemberian

tegangan

bias

pada

Transistor

Pemberian tegangan bias pada Transistor yang dipakai dalam


rangkaian sebenarnya ialah dengan menerapkan resistorresistor, dengan demikian sumber tegangan baterinya cukup
satu saja.

Gambar 2-9. Cara pemberian tegangan bias pada Transistor


dengan memakai satu sumber tegangan Vcc

Pada dasarnya fungsi Transistor ialah memperkuat arus. Dari


gambar skema dasar rangkaian Transistor dibawah ini, jika
tegangan VBE = 0, maka tidak ada arus basis IB yang mengalir,
demikian juga arus kolektor I C = 0, Transistor dalam keadaan
mati (cut of).

63

Gambar 2-10. Transistor sebagai penguat arus

Kalau tegangan basis VBE ada, maka mengalirlah arus basis IB,
emikian juga

aru kolektor IC. Transistor dalam keadaan

menghantar. Semakin besar tegangan V BE, maka aru basis IB


semakin besar dan juga arus kolektor I C semakin besar. Antara
arus kolektor IC dan arus basis IB ada perbandingan yang
konstan. Penguatan arus DC pada Transistor merupakan
perbandingan antara IC dan IB yang dinyatakan sebagai hFE =
IC/IB. Jadi besarnya IC = hFE.IB
Contoh: Suatu Transistor oleh pabrik pembuatnya dinyatakan
mempunyai hFE = 100, ini berarti bahwa kalau arus basis I B
yang mengalir = 100 A, maka arus kolektor IC yang mengalir =
10 mA.
3. FET dan MOSFET
FET singkatan dari Field Efect Transistor (Transistor Efek
Mean). Kelebihan FET dibanding dengan Transistor ialah:
1. FET tidak tergantung dari sedikitnya sinyal input namun
mempunyai faktor radiasi tahanan yang baik sekali
2. FET tidak mengalami gangguan yang diakibatkan dari
sumber. Jadi jelasnya FET low noise
3. FET dapat bekerja pada sumber tegangan yang sangat
rendah
Susunan, simbol dan bentuk dari FET adalah seperti gambar
64

2-10 dibawah ini

Gambar 2-11. Susunan FET


MOSFET singkatan dari Metal Oxyde Semiconductor Field

Efect Transistor. Antara FET dan MOSFET sebenarnya tidak


ada perbedaan, hanya pada MOSFET ditambah lapisan tipis
SiO2 yang membatasi Gate dan Chennel dan arus yang
masuk kecil sekali.

Gambar 2-12. Simbol MOSFET

4. SCR (Silicon Controlled Rectifier)


SCR disebut juga Thyristor dan dipakai sebagai pengatur daya
dan saklar. Penggunaan SCR sebagai pengatur daya dan
65

sebagai saklar sangat menguntungkan dibandingkan dengan


saklar mekanik sebab tak ada kontak-kontak yang aus karena
terbakar, tidak menjangkitkan busur api dan memerlukan
sedikit komponen-komponen tambahan. SCR dapat dipakai
untuk mengatur daya yang besar-besar sepertin mesin-mesin
listrik, sedangkan SCR itu sendiri memerlukan daya yang kecil
saja. Gambar 2-12 memperlihatkan bentuk dan simbol ari SCR.

Gambar 2-13. Bentuk dan simbol SCR

5. Zener Dioda
Zener dioda atau juga dikenal sebagai voltage regulation dioda
adalah silikon PN junction yang bekerja pada revers bias
didaerah breakdown. Gambar 2-14 memperlihatkan simbol
zener dioda serta karakteristik revers bias nya.

Gambar 2-14. Simbol dan karakteristik zener dioda

Tegangan zener Vz benar-benar konstan meskipun arus yang


mengalir berubah-ubah besarnya. Tetapi dalam kenyataannya
tegangan zener akan berubah sedikit apabila arus dioda I z
berubah. Hambatan arus bolak-balik dalam daerah zener
66

disebut hambatan zener (rz) = Vz/Iz. Jadi perubahan tegangan


Vz akan dapat ditentukan dari Vz = Iz.rz
Skema dasar rangkaian stabilisasi tegangan dengan dioda
zener adalah seperti terlihat pada gambar 2-15 dibawah ini.

Gambar 2-15. Stabilisasi tegangan dengan zener dioda

Apabila arus beban semakin besar, maka arus zener akan


berkurang. Agar tegangan output (pada beban) tetap stabil,
maka pengurangan arus zener Iz tiak boleh sampai pada
daerah lengkung yang kurang curam, karena pada daerah itu
tegangan zener dioda sudah tidak stabil lagi. Untuk supaya
arus beban mampu besar dengan arus zener I z tetap pada
daerah lengkung yang curam, sehingga tegangan output tetap
stabil, maka dipasanglah Transistor seperti gambar skema
dibawah ini.

Gambar

2-16.

Stabilisasi

tegangan

dengan

zener

dioda

ditambah
satu Transistor untuk menambah besar arus
outputnya

67

Dari gambar skema diatas rangkaian stabilisasi tegangan sebe


narnya berupa rangkaian commond emitor. Resistor beban
merupakan hambatan emitor. Tegangan basis distabilkan oleh
zener dioda dan arus beban sama dengan arus kolektor, maka
berlakulah IBasis= IBeban/hFE.
Contoh:
Jika arus beban = 1 amper dan Transistor mempunyai hFE=100.
Hitunglah arus basisnya.
Penyelesaian:
IBasis= IBeban/hFE. IBasis= 1/100.

IBasis= 0,01 amper

Dari gambar 2-16 terlihat bahwa tegangan basis = tegangan


zener dioda, sedangkan tegangan beban = V DZ VBE. Karena
tegangan VBE cukup kecil (= 0,6 V), maka tegangan beban =
tegangan zener dioda dan konstan.
c. Rangkuman
1. Fungsi dioda ialah untuk menyearahkan arus AC menjadi arus
DC dengan dua macam bentuk penyearahan yaitu penyearah
setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh.
2. Ada dua jenis Transistor yaitu PNP dan NPN. Agar Transistor
dapat berfungsi sebagai penguat, maka harus diberi tegangan
bias dari dua buah battery. Tegangan bias pada Transistor ada
dua yaitu bias forward dan bias revers.
3. FET (Field Efect Transistor) mempunyai keunggulan disbanding
dengan Transistor bipolar, yaitu:
a. FET tidak tergantung dari sedikitnya sinyal input namun
mempunyai faktor radiasi tahanan yang baik sekali
b. FET tidak mengalami gangguan yang diakibatkan dari
sumber. Jadi jelasnya FET low noise
68

c. FET apat bekerja pada sumber tegangan yang sangat


rendah
4. SCR disebut juga Thyristor dan dipakai sebagai pengatur daya
dan

saklar

5. Fungsi Zener dioda ialah untuk menstabilkan tegangan ouput


catu daya DC walaupun tegangan input berubah-ubah atau
arus output berubah-ubah besarnya.
d. Tugas

1. Tulislah cara mengetes dioda apakah masih baik atau tidak


dengan memakai Ohm meter
2. Tulislah cara mengetes Transistor PNP dan NPN apakah masih
baik atau tidak dengan memakai Ohm meter
e. Tes Formatif
1. Sebutkan fungsi dioda dan gambarkan simbolnya
2. Sebutkan dua jenis

Transistor dan gambakan simbolnya

masing-masing
3. Gambarkan simbol FET untuk kanal P dan kanal N
4. Gambarkan simbol MOSFET untuk kanal P dan kanal N
5. Gambarkan simbol SCR
6. Gambarkan simbol Zener dioda

69

f. Lembar Kerja 1. Mengetes Dioda


Alat dan bahan:
1. Multimeter

= 1 buah

2. Dioda 1 Amper

= 1 buah

Keselamatan Kerja:
1. Jangan meletakkan Multimeter (Ohm meter) ditepi meja agar
tidak jatuh
2. Dalam menggunakan meter kumparan putar (volt meter,
amper meter dan ohm meter) mulailah dari batas ukur terbesar
3. Bacalah dan pahami petunjuk praktikum pada setiap lembar
kegiatan belajar
Langkah kerja:
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Setellah multimeter pada posisi Ohm meter x1, kalibrasilah.
3. Tempelkan penyidik hitam pada kaki anoda dioda dan penyidik
merah pada kaki katoda dioda. Amati penunjukkan jarum
meter, menunjuk ke berapa ohm.
4. Tempelkan penyidik merah pada kaki anoda dioda dan penyidik
hitam pada kaki katoda dioda. Amati penunjukkan jarum meter,
menunjuk ke berapa ohm.
5. Buat kesimpulan dari pengamatan saudara
6. Kembalikan semua alat dan bahan

70

Kegiatan Belajar 3
1. Foto Transistor
Pencampuran

antara

atom

P-Germanium

dan

atom

N-

Germanium dapat menghasilkan suatu komponen elektronika


yang dinamai foto Transistor atau foto sel. Komponen ini bila
terkena sinar akan menghasilkan arus yang sangat kecil.
Gambar 3-1 memperlihatkan bentuk dan simbol dari foto
Transistor.

Gambar 3-1. Bentuk dan simbol dari foto Transistor

Contoh skema rangkaian yang menggunakan foto Transistor


sebagai alat Light Control Switch seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3-2. Skema rangkaian Light Control Switch

71

2. Dioda Foto
Dioda Foto merupakan komponen elektronik yang termasuk
jenis optik. Fungsi dioda foto digunakan pada alat remote
Control dan sebagai detektor. Bentuk dan simbol dari dioda
foto seperti terlihat pada gambar 3-3 dibawah ini.

Gambar 3-3. Bentuk dan simbol dari dioda foto

3. Dioda LED
Dioda LED akan menyala jika diberi arus DC arah forward atau
arus AC yang sesuai dengan tegangan kerjanya (misal 3 volt).
Dioda LED digunakan sebagai lampu indikator dan sebagai
display. Bentuk dan simbol dari dioda LED seperti gambar 3-4
dibawah ini.

Gambar 3-4. Bentuk dan simbol dari dioda LED

LED dibuat dari berbagai bahan semikonduktor campuran


seperti galium arsenida fosfida (GaAsP), galium fosfida (GaP)
dan galium aluminium arsenida (GaAlAs).
Kalau LED diberi tegangan panjar (bias) arah maju, junctionnya
akan mengeluarkan cahaya. Warna cahaya bergantung kepada
jenis

dan

kadar

bahan

junctionnya.

Kecerahan

cahaya

berbanding lurus dengan arus forward (arah maju) yang


mengalirinya. Arus forward berkisar antara 10 mA20 mA untuk
kecerahan maksimum. Pada kondisi menghantar tegangan
maju pada LED merah adalah 1,6 V2,2 V, pada LED kuning 2,4
V dan pada LED hijau 2,7 V. Tegangan revers (terbalik)
72

maksimum yang dibolehkan pada LED merah adalah 3 V, LED


kuning 5 V dan LED hijau 5 V.
Keunggulan LED diantaranya adalah konsumsi arus yang
sangat kecil, awet (dapat bertahan sampai 50 tahun) dan kecil
bentuknya (tidak makan tempat).
Kegunaan LED adalah untuk penampil digit, indikator pandang
(sebagai pengganti lampu pijar) dan sebagai acuan tegangan
(1,5 V tiap LED).
Keistimewaan lain dari LED ialah memancarkan cahaya ingin,
umur tidak dipendekkan oleh peng-on-of-an yang terus
menerus, tidak memancarkan sinar infra merah (kecuali yang
sengaja dibuat untuk itu).
Cara memasang LED pada sumber arus DC adalah seperti
gambar dibawah ini.

Gambar 3-5. Cara merangkai LED

Dalam merangkai LED selalu diperlukan Resistor deretan guna


membatasi kuat arus.
a. Rangkuman
1. Komponen elektronik yang termasuk piranti optik adalah foto
Transistor. Foto Transistor akan menghasilkan arus DC yang
kecil jika pada basisnya dikenai sinar.
2. Dioda Foto akan mengalirkan arus jika permukaannya dikenai
sinar, besarnya arus yang mengalir semakin besar jika sinar
73

yang mengenainya semakin kuat.


3. Dioda LED akan menyala jika diberi arus DC forward atau arus
AC yang sesuai dengan tegangan kerjanya.
b. Tugas

1. Ujilah sebuah dioda LED apakah masih baik atau tidak dengan
memberikan tegangan DC atau AC yang sesuai dengan
tegangan kerjanya!

e. Tes Formatif
1. Gambarkan simbol foto Transistor!
2. Gambarkan simbol foto dioda!
3. Gambarkan simbol dioda LED!

f. Lembar Kerja 1. Menguji Dioda LED


Alat dan Bahan:
1. Catu daya DC 012 volt

= 1 buah

2. Dioda LED

= 3 buah

Keselamatan Kerja:
1. Bacalah dan pahami petunjuk praktikum pada setiap lembar
kegiatan belajar
2. Dalam menggunakan meter kumparan putar (volt meter,
amper meter dan ohm meter), mulailah dari batas ukur yang
74

besar
3. Hati-hati

dalam

menggunakan

catu

daya

DC,

tepatkan

tegangannya sesuai dengan tegangan kerja LED


4. Jangan meletakkan Multimeter (Ohm meter) dan catu daya
ditepi meja agar tidak jatuh
Langkah kerja:
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Nyalakan catu daya DC, tepatkan tegangannya pada 3 volt
3. Hubungkan kaki anoda LED pada kutub positip catu daya dan
hubungkan kaki katoda LED pada kutub negatip catu daya.
Amatilah LED apakah menyala. Jika tidak menyala berarti rusak
4. Ulangi langkah kerja no. 3 untuk semua LED yang ada
5. Buat kesimpulan dari hasil praktek saudara
6. Kembalikan semua alat dan bahan

75

Anda mungkin juga menyukai