Eysenck Skor

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian


Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila
subjeknya <100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi, sedangkan jika jumlah subjeknya 100, maka dapat
diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2002: 112).
Berpijak pada pendapat tersebut, maka pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah 45% dari populasi yang ada (120 remaja tunanetra), karena jumlah
populasi melebihi 100. Penelitian ini dilakukan terhadap 55 remaja tunanetra di
kota Bandung. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster
sampling, di mana teknik ini merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan
kelompok tertentu (Arikunto, 2002: 119). Alasan pemilihan sampel ini
didasarkan pada rasional yaitu tunanetra (totally blind) sejak lahir yang berusia
remaja (12-20 tahun), dan tinggal serta bersekolah di kota Bandung.

B. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi
atau sampel tertentu, di mana pengumpulan datanya dilakukan dengan
menggunakan instrumen penelitian yang telah disesuaikan dengan variabelvariabel yang akan diteliti dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan sebelumnya (Sugiyono, 2008: 17). Dalam pendekatan ini, peneliti
dituntut untuk menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

31
Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

Pendekatan kuantitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan dan


penganalisaan data hasil penelitian dengan menggunakan perhitunganperhitungan statistik, selain itu kesimpulan penelitian yang didapatkan dengan
menggunakan pendekatan ini akan lebih baik jika dilengkapi dengan tabel,
grafik, bagan, gambar, atau tampilan lain agar dapat dipahami dengan baik
(Arikunto, 2002: 10-11).

C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
korelasi sebab-akibat (causal correlation study), dimana teknik korelasi sebabakibat ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel
yang satu terhadap variabel lainnya, dan jika terdapat pengaruh maka seberapa
erat dan seberapa berartinya pengaruh itu (Arikunto, 2002: 32).

D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu: (1) Tipe Kepribadian (X1)
dan (2) Kompetensi Sosial (X2) yang merupakan variabel independent (X). (3)
Resiliensi yang merupakan variabel dependent (Y). Tipe kepribadian dan
kompetensi sosial merupakan variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi
atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent yaitu
resiliensi. Resiliensi merupakan variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas yaitu tipe kepribadian
dan kompetensi sosial.

1. Tipe Kepribadian
a. Definisi konseptual variabel
Menurut Eysenck (1970: 2), kepribadian merupakan gabungan dari
fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang
ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan dari lingkungan.
Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

33

Kepribadian awal akan tumbuh melalui interaksi empat macam


fungsional yaitu sektor kognitif (intelegensi), sektor konatif (karakter),
sektor afektif (temperamen) dan sektor somatik (konstitusi). Terdapat dua
tipe kepribadian yaitu ekstrovert dan introvert, dimana kedua tipe
kepribadian ini mempunyai ciri khas masing-masing.
b. Definisi operasional variabel
Pembagian tipe kepribadian ekstrovert-introvert dipandang sebagai
dua kutub yang membentuk skala sikap kontinum. Definisi operasional
pada variabel tipe kepribadian ekstrovert-introvert menurut Eysenck
bertolak ukur pada tujuh sub dimensi, yaitu: activity, sociability, risk
taking, impulsiveness, expressiveness, reflectiveness dan responsibility.
Dengan mengetahui tujuh sub dimensi dalam tipe kepribadian di atas
yang diklasifikasikan oleh Eysenck, maka dapat diprediksi bagaimana
tipe kepribadian pada remaja tunanetra tersebut (ekstrovert atau
introvert).
Untuk mengetahui tipe kepribadian subjek maka disusun item
berdasarkan trait-trait yang terdapat dalam tipe kepribadian ekstrovert
dan introvert dari Eysenck. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
tipe kepribadian ialah dengan menggunakan Eysenck Personality
Inventory (EPI) dan hanya memfokuskan pada tipe kepribadian
ekstrovert-introvert dengan maksud untuk menyederhanakan dan
membatasi area permasalahan yang akan diteliti.

2. Kompetensi Sosial
a. Definisi konseptual variabel
Menurut Rubin & Krasnor (1992: 111), kompetensi sosial
digambarkan sebagai suatu kemampuan untuk mencapai tujuan personal
dalam interaksi sosial dengan tetap memelihara relasi yang positif dengan
orang lain, dalam setiap waktu dan setiap situasi.

Destalya Anggrainy M.P, 2013


Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

b. Definisi operasional variabel


Definisi operasional pada kompetensi sosial bertolak ukur pada dua
dimensi yaitu: social problem solving (pemecahan masalah interpersonal)
dan social engagement (keterlibatan dalam interaksi sosial).
Tinggi atau rendahnya kompetensi sosial pada remaja tunanetra akan
dilihat dari dua dimensi di atas, baik pada dimensi pemecahan masalah
interpersonal maupun dimensi keterlibatan dalam interaksi sosial. Bila
remaja tunanetra mendapat skor yang tinggi maka dapat dikatakan bahwa
mereka memiliki kompetensi sosial yang tinggi, sedangkan bila mereka
mendapat skor yang rendah maka mereka memiliki kompetensi sosial
yang rendah.
Alat ukur pada variabel ini dibuat oleh Rubin & Krasnor, dimana
kompetensi sosial diukur melalui dua dimensi yang tercakup didalamnya,
yaitu social problem solving (pemecahan masalah interpersonal) dan
social engagement (keterlibatan dalam interaksi sosial), dari masingmasing dimensi kemudian diturunkan beberapa sub dimensi, indikator
dan item pertanyaan, dimana jawaban menggunakan skala likert.
Kuesioner dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang terdiri dari
pernyataan positif dan pernyataan negatif.

3. Resiliensi
a. Definisi konseptual variabel
Resiliensi adalah kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan baik
dan mampu berfungsi secara baik di tengah situasi yang menekan dan
banyak halangan dan rintangan (Benard, 1991: 12).
b. Definisi operasional variabel

Destalya Anggrainy M.P, 2013


Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

Rutter (Connor & Davidson, 2003: 76-82), dalam penelitiannya


mengidentifikasikan lima dimensi dari resiliensi, yaitu : personal
competence, high standar, and tenacity (kompetensi pribadi, standar
yang tinggi dan keuletan); trust in ones instincts, tolerance of negative
affect, and strengthening effects of stress (percaya kepada diri sendiri,
memiliki toleransi terhadap efek negatif dan kuat dalam menghadapi
tekanan); positive acceptance of change and secure realtionships with
others (penerimaan positif terhadap perubahan dan hubungan yang baik
dengan orang lain); self control (pengendalian diri); dan spiritual
influence (pengaruh spiritual).
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi ialah dengan
menggunakan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang telah
dimodifikasi ke dalam bahasa Indonesia. Skala ini terdiri dari 25 item
dengan

menggunakan

jawaban

skala

likert.

Skor

yang

tinggi

menunjukkan tingginya tingkat resiliensi dan skor yang rendah


menunjukkan rendahnya tingkat resiliensi.

E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan tiga instrumen penelitian dimana pada
terdapat modifikasi pada prosedur penelitian untuk memudahkan subjek dalam
mengisi namun tidak merubah isi dari masing-masing instrumen.

1. Tipe Kepribadian
Pada Eysenck Personality Inventory (EPI) terdapat 70 item yang
menentukan

kecenderungan

seseorang

ekstroversion-introversion,

neuroticism-non-neuroticism. Dimana item dalam EPI terbagi dalam tiga


bagian (28 item untuk mengukur neuroticism, 31 mengukur ekstrovertintrovert dan 11 item sebagai lie scale), namun pada penelitian ini
memfokuskan terhadap tipe kepribadian ekstrovert-introvert dengan maksud

Destalya Anggrainy M.P, 2013


Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

untuk menyederhanakan dan membatasi area permasalahan yang akan


diteliti.
a. Prosedur Pengisian
Dalam

mengisi

kuesioner

ini

subjek

diminta

menjawab

pertanyaan-pertanyaan dengan menuliskan huruf Y jika Ya atau T jika


Tidak. Pada instruksi akan dijelaskan bahwa semua jawaban yang
diberikan oleh subjek adalah benar, tidak ada yang salah, karena
pertanyaan yang diberikan bukan bermaksud mengukur kecakapan
atau inteligensi melainkan mengetahui pikiran, perasaan dan perilaku
subjek. Di depan setiap pertanyaan tersebut terdapat indikasi:
ae untuk pertanyaan affiliative ekstraversion
al untuk pertanyaan affiliative lie
ne untuk pertanyaan non affiliative ekstraversion
nl untuk pertanyaan non affiliative lie

Tabel 3.1
Ketentuan Penilaian Eysenck Personality Inventory
Poin
ae, al
ne, nl

Ya
1
0

Tidak
0
1

b. Cara Skoring
Dalam pengolahan akan diperhatikan patokan-patokan yang telah
ditentukan yaitu:
Apabila subjek mendapatkan nilai 6 untuk pertanyaan lie
scale, maka langkah selanjutnya nilai ekstrovert-introvert dapat
dihitung; dan apabila nilai < 6 maka nilai tes ini tidak dapat
dihitung atau digagalkan.
Untuk

pertanyaan

ekstrovert-introvert

subjek

dikatakan

memiliki kecenderungan ekstrovert bila nilai yang dicapai nilai


Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

median. Sebaliknya, dikatakan memiliki kecenderungan introvert


bila nilai dicapai < nilai median.

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Alat Ukur EPI
No.
1.

Dimensi
EkstrovertIntrovert

Sub Dimensi
Activity

Sociability

Risk Taking

Impulsiveness

2.

Expressiveness

Reflectiveness

Responsibility

Lie

Indikator
aktivitas secara fisik
kecepatan
dalam
bergerak
kesukaan mencari
teman dan bertemu
dengan banyak orang
keberanian
mengambil resiko
kecenderungan
bertindak
secara
mendadak
kurang menggunakan
pertimbangan
pernyataan perasaan
kemauan
memperlihatkan emosi
secara terbuka
kedalaman berpikir

No. Item
1, 12, 22, 33

2, 13, 23, 34

3, 14, 25, 35
5, 11, 16, 26,
32, 37

6, 17, 27, 38

7, 18, 20, 29,


39

rasa tanggung jawab 9, 19, 30, 40


terhadap tugasnya
4, 8, 10, 15,
21, 24, 28, 31,
36, 41, 42

2. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial diukur melalui dua dimensi yang tercakup
didalamnya,

yaitu

social

problem

solving

(pemecahan

masalah

Destalya Anggrainy M.P, 2013


Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

interpersonal) dan social engagement (keterlibatan dalam interaksi sosial),


dari masing-masing dimensi kemudian diturunkan beberapa sub dimensi,
indikator dan item pertanyaan. Alat ukur kompetensi sosial ini terdiri atas
49 pernyataan. Kuesioner dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang
terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap pernyataan
meliputi empat kemungkinan jawaban, yaitu Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS),
Kurang Sesuai (KS), dan Tidak Sesuai (TS).

a. Prosedur Pengisian
Alat ukur ini bersifat self-administrating. Item-item harus dijawab
secara keseluruhan dengan memilih salah satu dari pilihan jawaban
pada setiap pernyataan yang dianggap atau dirasakan sesuai dengan
kondisi yang dihadapi oleh subjek. Cara menjawabnya adalah dengan
menulis S jika sesuai, CS jika cukup sesuai, KS jika kurang sesuai, TS
jika tidak sesuai.
b. Cara Skoring
Subjek diberikan empat kemungkinan pilihan jawaban yang
bergerak dari satu titik ekstrim menuju ke satu titik ekstrim yang lain.
Pilihan jawaban tersebut adalah:

S = Sesuai
CS = Cukup Sesuai
KS = Kurang Sesuai
TS = Tidak Sesuai

Setiap item diberi nilai sesuai dengan pilihan jawaban dari subjek, yaitu
sebagai berikut:

Tabel 3.3
Ketentuan Penilaian Kompetensi Sosial
Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

Pilihan Jawaban
Bobot nilai
(item positif)
Bobot nilai
(item negatif)

S
4

CS
3

KS
2

TS
1

Tabel 3.4
Kisi-Kisi Alat Ukur Kompetensi Sosial
No.
I
1.

Dimensi
II
Pemecahan
masalah
Interpersonal
(Social
problem
solving)

Sub Dimensi
Indikator
No. Item
III
IV
V
Menentukan tujuan Adanya tujuan yang 8, 9, 5*
dan strategi adaptif ingin dicapai
yang
digunakan
untuk memecahkan
masalah
Membuat
rencana 3
untuk
mencapai
tujuan tersebut
Membuat
strategi 1, 35, 43, 37, 4*,
untuk menyelesaikan 30*
masalah
Menentukan
cara 2, 7*, 39*, 40*,
yang
digunakan 36, 6*
untuk menyelesaikan
masalah
Keputusan
yang Keputusan
yang 26*
diambil memenuhi diambil memenuhi
kebutuhan pribadi kebutuhan pribadi
dengan
tetap
mempertimbang
Keputusan
yang 48, 12
kan
kepentingan diambil memenuhi
orang lain
kebutuhan orang lain
Memikirkan dampak 23
dari keputusan yang
diambil

Destalya Anggrainy M.P, 2013


Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

2.

Keterlibatan
dalam
interaksi sosial
(Social
Engagement)

II

Kemampuan
Berpartisipasi dalam
berpartisipasi
di kegiatan
bersama
dalam lingkungan
teman-teman sebaya
Berpartisipasi dalam
kegiatan
bersama
masyarakat
Inisiatif
untuk Memulai
interaksi
memulai interaksi
dengan orang lain

18, 16

Kemampuan
mempertahankan
relasi yang telah
terjalin

44, 45, 11*, 46

Menjalin komunikasi
dengan teman-teman
lama
Menjalin komunikasi
dengan kenalan baru
III
IV
Self
monitoring Kepekaan terhadap
terhadap
peristiwa yang terjadi
lingkungan
di lingkungan sekitar
Mengetahui
peristiwa-peristiwa
yang
terjadi
di
lingkungan sekitar
Self control
Mematuhi
normanorma yang berlaku
di lingkungan
Mampu menahan/
mengontrol emosi
Mampu mengontrol
tingkah laku

13*, 28, 14*, 15

19*, 17*, 20,


21*, 22, 33, 34

47, 38*, 41, 42


V
49

24, 25, 27*

29, 31

32*
11

*) item negatif

3. Resiliensi
Connor-davidson Resilience Scale (CD-RISC) merupakan skala yang
dikembangkan Connor dan Davidson untuk mengukur resiliensi seseorang.
Skala ini terdiri dari 25 pernyataan. Masing-masing item mempunyai
rentang skala likert antara 0 hingga 4. Rentang skor dari skala ini antara 0100. Semakin tinggi skor, maka semakin tinggi tingkat resiliensi.
Adapun aspek-aspek yang diukur dai konstruk yang dikembangkan
David dan Connor (2003), meliputi; (1) personal competence, high standar,
and tenacity (kompetensi pribadi, standar yang tinggi dan keuletan); (2)
Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

trust in ones instincts, tolerance of negative affect, and strengthening


effects of stress (percaya kepada diri sendiri, memiliki toleransi terhadap
efek negatif dan kuat dalam menghadapi tekanan); (3) positive acceptance
of change and secure realtionships with others (penerimaan positif terhadap
perubahan dan hubungan yang baik dengan orang lain); (4) self control
(pengendalian diri); dan (5) spiritual influence (keyakinan kepada Tuhan).

a. Prosedur Pengisian
Alat ukur ini bersifat self-administrating. Item-item harus dijawab
secara keseluruhan dengan memilih salah satu dari pilihan jawaban
pada setiap pernyataan yang dianggap atau dirasakan sesuai dengan
kondisi yang dihadapi oleh subjek. Cara menjawabnya adalah dengan
menulis 0 jika tidak setuju, 1 jika kurang setuju, 2 jika agak setuju, 3
jika setuju dan 4 jika sangat setuju.
b. Cara Skoring
Subjek diberikan lima kemungkinan pilihan jawaban yang bergerak
dari satu titik ekstrim menuju ke satu titik ekstrim yang lain. Pilihan
jawaban tersebut adalah:

0 = Tidak Setuju
1 = Kurang Setuju
2 = Agak Setuju
3 = Setuju
4 = Sangat Setuju

Tabel 3.5
Kisi-Kisi Alat Ukur Resiliensi
Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42

No.
I
1.

2.

I
3.

4.

5.

Dimensi
II
Personal
competence,
high
standar,
and tenacity
Trust in ones
instincts,
tolerance
of
negative affect,
and
strengthening
effects of stress

Sub dimensi
Indikator
Nomor Item
III
IV
V
Kemampuan
untuk Menunjukkan
sikap 2, 15, 16, 20, 25
mencapai tujuan dalam tenang, tidak mudah
situasi apapun
putus asa

II
Positive
acceptance of
change
and
secure
realtionships
with others
Self control

III
IV
Kemampuan beradaptasi Mampu menemukan
bila
menghadapai tujuan dan makna dari
perubahan
pengalaman tersebut
serta
mengapresiasi
pengalaman yang telah
didapatkan
Adanya
pengendalian Memiliki harapan dan
diri dalam mencapai menunjukkan
usaha
tujuan dan bagaimana serta kerja keras
meminta
atau
mendapatkan bantuan
dari orang lain
Kepercayaan
Memiliki keyakinan
terhadap Tuhan
yang kuat

Spiritual
influence

Toleransi terhadap afek Mudah


melakukan 3, 6, 9, 14, 22
negatif dan kuat/tegar coping terhadap stress,
dalam
menghadapi berpikir secara hatitekanan
hati dan tetap fokus
sekalipun
sedang
dalam
menghadapi
masalah

V
1, 7, 8, 17, 21

4, 5, 10, 13, 24

11, 12, 18, 19,


23

F. Proses Pengembangan Instrumen


Pada penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian yang digunakan yaitu
skala kepribadian (EPI), kompetensi sosial Rubbin-Krasnor dan ConnorDavidson Resilience Scale (CD-RISC) yang merupakan skala yang sudah
terstandar.
Untuk ketiga skala tersebut tidak perlu dilakukan uji validitas lagi karena tes
tersebut sudah terstandrisasi dan memiliki validitas internal yang baik. Hasil
adaptasi alat ukur EPI memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,903, sedangkan
Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43

pada kompetensi sosial Rubbin-Krasnor diperoleh reliabilitas sebesar 0,962


dan reliabilitas CD-RISC sebesar 0,870.

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang
dipergunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Angket (Kuesioner)
Angket merupakan sejumlah pertanyaan/pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang lainnya (Arikunto, 2002: 128). Angket
dapat disebut juga kuesioner. Bentuk pertanyaan atau pernyataan dalam
penelitian ini adalah skala yang akan diberikan kepada seluruh responden
yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Skala ini digunakan untuk
mengungkapkan konsep atau konstruk psikologis yang menggambarkan
aspek kepribadian individu (Azwar, 2007: 5). Pada penelitian ini digunakan
skala psikologis, Azwar (2007: 7) mengemukakan tiga aspek dari skala
psikologis, yaitu:
a. Skala berisi pertanyaan atau pernyataan yang mencakup stimulus yang
tidak langsung mengungkap indikator perilaku yang

bersangkutan.

Karena itu, subjek tidak tahu persis arah jawaban, sehingga jawaban yang
diberikan bersifat proyektif yaitu berupa proyeksi dari perasaan atau
kepribadiannya.

Destalya Anggrainy M.P, 2013


Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

44

b. Atribut psikologi tidak diungkap secara langsung, maka skala psikologi


selalu berisi banyak item. Kesimpulan akhir sebagai satu diagnosis
dicapai seluruh item direspon.
c. Respon tidak dikategorikan sebagai benar salah, semua jawaban dapat
diterima.

2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan agar data yang diperoleh dapat diberikan
buktinya sehingga mampu menunjukkan bahwa data yang ada adalah benar.
Adapun data-data tersebut meliputi gambaran umum tentang realita remaja
tunanetra, lingkungan sosialnya dan lain sebagainya yang dapat menunjang
penelitian ini. Dokumentasi ini dimaksudkan peneliti untuk mendapatkan
data mengenai jumlah dan data tentang remaja tunantetra tersebut.
Dokumentasi dalam penelitian ini berfungsi sebagai metode pelengkap yaitu
melengkapi informasi atau data yang diperoleh dengan angket (skala
psikologis).

H. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi
berganda. Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, maka
terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Tujuan pengujian ini untuk
mengetahui keberartian hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen sehingga hasil analisis dapat diinterpretasikan dengan lebih akurat,
efisien, dan terbatas dari kelemahan-kelemahan yang terjadi karena masih
adanya gejala-gejala asumsi klasik. Dalam penelitian ini, teknik analisis data
dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 21.00.

1. Uji Asumsi Klasik


Menurut Priyatno (2012: 45) pengujian asumsi klasik untuk mengetahui
apakah hasil variabel-variabel tersebut memiliki distribusi normal atau tidak
Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

45

dan apakah estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya
gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinieritas, dan gejala autokorelasi .
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas
menggunakan Kolmogrov Smirnov, dengan bantuan SPSS.
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah regresi hasil
pengolahan

ditemukan

korelasi

antara

variable

independennya.

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation


factor (VIF). Jika ada tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10%
maka dikatakan tidak ada multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah regresi hasil pengolahan
data mempunyai distribusi kesalahan yang penyebarannya tidak konstan
yaitu apabila kesalahan tidak mempunyai varian konstan terhadap
seluruh selang nilai. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan
menggunakan

uji

Glejser

yaitu

dengan

melihat

probabilitas

signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% maka dalam suatu


persamaan regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual
untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain disusun menurut
runtun wakti. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya
masalah autokorelasi. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW tes).

2. Uji Regresi Linier Berganda


Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

46

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas


terhadap variabel terikat. Adapun model matematis dari korelasi regresi
linier berganda ini adalah sebagai berikut:
Y=a+b X +b X
1

Dimana: Y : variabel tak bebas


a : konstanta
X : variabel bebas ke-1
1

X : variabel bebas ke-2


2

b : kemiringan ke-1
1

b : kemiringan ke-2
2

Dalam regresi tersebut terdapat beberapa analisis yang dilakukan yaitu :


a. Koefisien Regresi
Dari persamaan normal, dijabarkan rumus untuk mencari estimasi
parameter (koefisien regresi) berdasarkan data empiris, koefisien
regresi dapat dicari dengan cara :
n

(i)

yi = n a + b1 x1i + b2 x2i

i= 1

(ii)
i= 1

(iii)
i= 1

i= 1

i= 1

i= 1

i= 1

i= 1

i= 1

x1i yi = a x1i + b1 x1i 2 + b2 x2i x1i


i= 1

x2i xi = a x2i + b1 x2i x1i + b2 x2i 2


i= 1

Dimana: n : banyak pasangan data


Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

47

y : variabel tak bebas Y ke-i


i

x : variabel bebas X1 ke-i


1i

x : variabel bebas X2 ke-i


2i

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi diperlukan untuk melihat berapa persen dari
variasi variabel dependen dapat diterangkan oleh variasi dari variabel
independen, yang dijabarkan dalam rumus :

R2 = a1x1y + a2x2y
y2

c. Pengujian Koefisien Persamaan Regresi


Dalam pembuktian hipotesis terhadap model maka perlu digunakan
uji t (uji parsial) dan uji F (uji simultan) dimana:
1) Uji t (uji parsial)
Digunakan untuk mengetahui pengaruh tiap-tiap variabel bebas
terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan cara
membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Bila t hitung t tabel
atau t hitung -t tabel maka H0 diterima, sedangkan bila t hitung
> t tabel atau t hitung < -t tabel maka H0 ditolak. Artinya secara
parsial variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel
tergantung pada tingkat kesalahan = 0,5. Dalam uji parsial
ditunjukan untuk memastikan apakah variabel bebas yang terdapat

Destalya Anggrainy M.P, 2013


Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48

pada persamaan tersebut secara individu berpengaruh terhadap nilai


variabel terikat dengan menggunakan uji t, dimana :
thit = r n-2
1-r2
Dimana

t = thitung yang selanjutnya akan dikonsultasikan dengan ttabel


r = koefisien regresi
n = jumlah sampel
2) Uji F (uji simultan)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Uji
ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan
Ftabel, bila F hitung F tabel maka H0 diterima namun bila F hitung
> F tabel maka H0 ditolak. Berarti secara simultan atau bersamasama variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel
tergantung pada tingkat kesalahan = 0,5. Rumusnya adalah
sebagai berikut :

Fhitung =

R2 / k
[(1-R2) / (n k 1)]

Ftabel = [ k; (n-k); ]

Dimana:
F = Ftabel akan dibandingkan dengan Fhitung
R2 = koefisien berganda yang telah ditemukan
Destalya Anggrainy M.P, 2013
Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

k = jumlah variabel bebas


n = banyaknya sampel

Destalya Anggrainy M.P, 2013


Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota
Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai