Laporan Pendahuluan Anemia
Laporan Pendahuluan Anemia
Laporan Pendahuluan Anemia
ANEMIA
I. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fundi tubuh.
Anemia merupakan istilah untuk penurunan jumlah eritrosit atau disfungsi
eritrosit (sel darah merah). Anemia dapat bersifat akut atau kronis. Anemia juga dapat
ditimbulkan oleh penurunan massa sel darah merah sehingga kapasitas sel mengangkut
oksigen menurun untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah untuk membawa
oksigen yang biasanya disebabkan oleh penurunan jumlah sel darah merah yang beredar
dari konsentrasi hemoglobin dan nilai hematokrit yang rendah.
B. Epidemiologi
Insiden terjadinya anemia didapat di Eropa dan Israel adalah dua kasus per 1 juta
populasi setiap tahunnya. Di Thailand dan Cina, angka kejadiannya yaitu lima hingga
tujuh orang per satu juta populasi. Pada umumnya, pria dan wanita memiliki frekuensi
yang sama. Distribusi umur biasanya biphasic, yang berarti puncak kejadiannya pada
remaja dan puncak kedua pada orang lanjut usia.
C. Etiologi & Klasifikasi
Etiologi
Penyebab anemia antara lain :
1. perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12 dan asam folat.
3. Penyakit kronik seperti : gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema dan lain-lain
4. Kelainan darah
5. Ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah.
Klasifikasi Anemia
Anemia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Pendekatan fisiologis akan
menentukkan apakah defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek
produksi sel darah merah atau oleh destruksi sel darah merah.
1.
Anemia Aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan preskusor dalam sumsum tulang dan
penggantian sumsum tulang dengan lemak. Dapat pula disebabkan oleh obat, bahan
kimia, atau kerusakan radiasi.
2.
3.
inflamasi
kronis
berhubungang
dengan
anemia
jenis
normositik
normokromik ( sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini
meliputi atritis rheumatoid,osteomietilits,tuberculosis dan berbagai keganasan.
4.
5.
Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat menunjukkan
perubahan yang sama antara sumsum tulang dan darah tepi, karena kedua vitamin
tersebut esensial bagi sintesis DNA.
6.
Anemia Hemolitika
Pada anemia hemolitika, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsum
tulang biasanya mampu mengkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah
merah baru tiga kali atau lebih dibandingkan kecepatan normal.
D. Manifestasi Klinik
Selain beratnya anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya gejala yaitu
kecepatan kejadian anemia, durasinya, kebutuhan metabolisme pasien bersangkutan,
adanya kelainan lain atau kecacatan dan komplikasi tertentu. Pada oraang normal
penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokrit tanpa gejala yang tampak atau
ketidakmampuan yang jelas secara bertahap. Individu yang telah mengalami anemia selama
waktu yang cukup lama dengan kadar hemoglobin antara 9 dan 11 mg/dl, hanya mengalami
sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali selain takikardi ringan saat latihan. Dispnu
latihan biasanya hanya terjadi dibawah 7,5 g/dl ; kelemahan hanya terjadi dibawah 6 g/dl.
Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami gejala dibandingkan orang yang tenang.
Gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat, lemah,
cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hipotensi, palpitas. Takipnea (saat latihan),
perubahan kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anoreksia, diare, ikterik sering di
jumpai pada anemia pernisiosa
E. Patofisiologi /Penyimpangan KDM
Kelainan sistem hematologi yang sering terjadi adalah adanya penurunan sirkulasi
jumlah sel darah merah. Kondisi ini dinamakan anemia, dapat terjadi akibat produksi sel
darah merah oleh sumsum tulang berkurang atau tingginya penghancuran sel darah merah
dalam sirkulasi. Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor
untuk eritropoesis, seperti asam folat , vitamin B12 dan besi. Produksi sel darah merah juga
dapat turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau rangsangan tidak
memadai karena kekurangan eritropoetin, seperti yang terjadi pada penyakit ginjal kronis.
Peningkatan penghancuran sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem
retikuloendotelial yang berlebihan atau akibat sumsum menghasilkan sel darah merah
abnormal. Karena sel darah merah dan hemoglobin sangat penting untk menyampaikan
oksigen ke jaringan maka anemia mengakibatkan hipoksia jaringan. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) akibat defek sel darah merah yang
tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor di luar
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah
Penyimpangan KDM
Gangguan Fungsi
Ginjal
Gangguan produksi
hormon eritropoetin
Stimulus pembentuk
sel darah merah di
sumsum tulang
menurun
Produksi eritrosit
menurun
Kehilangan komponen
pembentuk eritrosit
Trauma
Perdarahan berlebihan
Eritrosit tidak
sempurna
Tidak terkontrol
Eritrosit mudah pecah
Hemolisis
Kehilangan komponen
darah
Anemia
Transport O2
menurun
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Kebutuhan O2 tidak
terpenuhi
Merangsang sistem
saraf simpatis
Metabolisme anaerob
Pertahanan
sekuder menurun
Penumpukan asam
laktat pada jaringan
Regurgitasi
Kelelahan
Resiko infeksi
Peningkatan isi
lambung
Intoleransi aktivitas
Mual,muntah
anoreksia
Intake menurun
Ketidakseimbangan
kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1.
2.
3.
4.
5.
G. Panatalaksanaan Medis
1.
Anemia aplastik:
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte
globulin ( ATG )yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis
buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan
transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
2.
3.
4.
5.
Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin
B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya
dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
6.
Anemia hemolitik
Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
H. Komplikasi
Komplikasi umum anemia meliputi gagal jantung, parestesia dan kejang. Pada setiap
tingkat anemia, pasien dengan penyakit jantung cenderung lebih besar kemungkinannya
mengalami angina atau gejala gagal jantung kongestif dari pada seseorang yang tidak
mempunyai penyakit jantung.
B. Analisa Data
Data
DS (Data Subjektif) :
Etiologi
Kadar Hb turun
Masalah
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Klien
mengeluh
lemah,
lesu, pusing
Transport O2 menurun
DO (Data Objektif) : klien
tampak pucat,
TD:90/70mmHg kadar Hb
<12-14g/dl
Kebutuhan O2 tidak terpenuhi
DS (Data subjektif) : klien
Mual,muntah
mengeluh lemah,lesu
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Anoreksia
Intake menurun
Intoleransi aktivitas
jaringan
Resiko infeksi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dan
kebutuhan oksigen.
4. Resiko resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
DAFTAR PUSTAKA
Handayani.W,Hariwibowa.A.S.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi.Jakarta:Salemba Medika
Mithcel,Kumar dkk.2009.Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran edisi
7.Jakarta:EGC
Smeltzer.S,Bare.B.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8.Jakarta:EGC