Pertemuan Lanjutan
Pertemuan Lanjutan
Pertemuan Lanjutan
Sesuai standar hotel bintang tiga pada umumnya, ruang kamar mandi yang
cukup besar itu tertata sangat rapi, bersih dan wangi, dilengkapi dengan
BathTub dan air hangat.
Kusumbat lubang pembuangan air, kemudian kubuka besar-besar kran air
panas dan dingin, untuk mengisi BathTub dengan air.
Otakku bekerja mencari-cari apa yang akan kulakukan terhadap Euis selama
mandi berendam nanti.
Kulihat Euis sudah membuka Jeans dan celana dalamnya, menampilkan
tubuh mungil dan seksi dalam keadaan telanjang bulat.
Dengan takjub kuperhatikan payudaranya yang baru tumbuh dengan putting
yang coklat kehitaman. Belum terlalu besar tetapi terlihat kencang dan
kenyal. Kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang belum terlalu banyak,
sungguh membuat kepalaku berdenyut-denyut menahan nafsu.
Ia menghampiriku, kemudian membuka kancing kemejaku satu persatu.
Dengan perlahan, dibukanya pengait ikat pinggangku, kancing celana
jeansku, lalu diturunkannya retsluiting perlahan-lahan.
Aku melepas kemeja dan baju dalamku, sementara Euis menurunkan celana
jeansku, sekalian dengan celana dalamnya.
Kemaluanku langsung mengacung keras, mempertontonkan kepalanya yang
merah muda mengkilat beserta tonjolan otot-ototnya yang kehitaman.
Dalam keadaan masih berjongkok, kulihat Euis menatap kebanggaanku itu
dengan ekspresi muka yang tidak kumengerti.
Sebenarnya aku ingin segera memasukkannya ke dalam mulut gadisku itu,
dan membiarkannya melahap dan menjilatinya.
Tapi kutahan karena belum bersih dan mungkin berbau kurang sedap.
Kutarik Euis untuk berdiri, lalu kembali kuciumi bibirnya dan kutelusuri
rongga mulutnya dengan lidahku.
Euis kembali menikmatinya sambil menutup mata dan merintih perlahan,
eegghh .
Sambil tetap berciuman, kubimbing dia mendekati BathTub lalu masuk ke
dalamnya. Air yang agak terlalu hangat membuat kemaluanku terasa ngilu,
membuatnya sedikit melemas dan mengkerut.
Kami saling menyabuni, sambil sesekali berciuman.
Aku belum ingin melakukan apapun terhadapnya, selain memeluk dan
menciumnya dalam-dalam.
Aku hampir lupa bahwa Euis baru tiga kali bersetubuh, sehingga
kemaluannya belum terbiasa.
Jemari Euis semakin liar mencakar punggungku, sementara kepalanya
kembali terhempas ke kiri dan ke kanan.
Bola matanya mendelik ke atas, hingga warna hitamnya hampir tidak
kelihatan.
Dengan teriakan yang cukup keras :
AAACCCHHH!!! ,
Tubuhnya melengkung ke atas, sebelum akhirnya terhempas lemas.
Rongga hangat dan lembut itu berdenyut kuat, sebelum akhirnya berhenti.
Ach, gadisku sudah menyerah lagi.
Kuteruskan gerakanku menyodok dan menguak rongga kewanitaannya.
Kadang kuputar pinggulku, membuat Euis merintih.
Tubuhnya telentang pasrah, membuat payudaranya membusung menantang.
Kukulum dan kuhisap keras putting payudaranya, sambil kupercepat irama
gerakan pinggulku, maju mundur.
Tekanan yang sangat hebat kurasakan di ujung kemaluanku, semakin kuat,
semakin kuat, dan tanpa mampu kutahan, kuhunjamkan batang itu dalamdalam lalu kumuntahkan lahar sperma sebanyak-banyaknya memenuhi
rongga kewanitaannya.
Aku sudah kehilangan pikiran sehat untuk tidak melepaskannya di dalam.
Kenikmatan birahi yang amat sangat membuatku tidak peduli lagi.
Tubuhku terasa lemas seakan tanpa tulang.
Kuhempaskan tubuhku menindih tubuhnya yang basah, sementara batang
kemaluanku yang masih tertancap di rongga kewanitaannya, belum berhenti
berdenyut.
Kucium bibirnya, sambil kuucapkan :
Terima Kasih sayang .
Sama-sama Kang, nikmat sekali. Ampun Kang, Euis capek sekali. Euis
sudah tidak kuat lagi .
Ucapan selanjutnya langsung membuatku tersengat :
Gimana kalau Euis sampai hamil Kang ? Euis takut katanya.
Aku belum dapat menjawabnya.
Kucium bibirnya, lalu kutarik keluar kemaluanku yang mulai lemas.
Kulihat seprei putih tempat tidur bernoda darah, bercampur sperma dan
cairan lain. Mungkin masih ada sisa-sisa selaput dara yang belum terkoyak
pada saat pertama dulu.
Aku bangkit berdiri menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.