Perencanaan Dan Evaluasi Kesehatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Kata Pengantar

Puji Tuhan kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatdan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul daripada makalah ini adalah
Perencanaan Dan Evaluasi Terhadap Penyakit Diare Di Kecamatan Medan Deli.
Dalam makalah ini dibahas tentang prevalensi kejadian penyakit Diare di kec. Medan
Deli, program penanggulangan, dan alternatif penanggulangan penyakit Diare. Melalui
makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui bagaimana prevalensi kejadian penyakit
Diare di kec. Medan Deli dan cara perencenaan penganggulangannya
Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada Dr. Heldy atas
bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini tentunya masih memiliki kekurangan baik dalam penulisan maupun isi.
Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Medan, 03 Mei 2015

A. Pengertian Diare
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara
klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare
persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga
kali atau lebih dalam sehari .
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan,
atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif
terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu
minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan
diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada
balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan.
Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita
yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran
oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau
sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering
menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kumankuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut
beresiko terinfeksi diare
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan
berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja
tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Diare?


2. Bagaimana angka kejadian Diare di Kec. Medan Deli ?
3. Rencana Operasional untuk menangani Diare?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Diare
2. Untuk mengetahui bedarnya angka kejadian penyakit Diare di Kecamatan Medan
Deli.
3. Untuk mengetahui rencana operasional yang dilakukan dalam menangani Diare.

BAB II
PEMBAHASAN
C. Diare Kecamatan Medan Deli
Penyakit Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan
menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga

kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu
24 jam (Kemenkes RI, 2011).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, Secara
global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5
juta pertahun. Di negara berkembang, rata-rata anak usia di bawah 3 tahun
mengalami episode diare 3 kali dalam setahun. Setiap episodenya diare akan
menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga
diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak. Hingga saat ini penyakit
diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat
dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Hasil
survei Subdit Diare, angka kesakitan diare semua umur tahun 2000 adalah
301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah
423/1000 penduduk dan tahun 2010 adalah 411/1000 penduduk.
Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur
dalam 3 kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian
nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Kemenkes
RI, 2011). Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di
rumah tangga maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena
diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2011). Pada tahun
2010 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 provinsi dengan jumlah
penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan CFR
sebesar 1,74%. Nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009. Kecenderungan
CFR Diare pada periode tahun 2006-2010.
Adanya peningkatan CFR yang cukup signifikan pada tahun 2007-2008, dari
1,79% menjadi 2,94%. Angka ini turun menjadi 1,74% pada tahun 2009 dan 2010.
Di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012, jumlah kasus diare yang ditemukan
dan ditangani adalah sebanyak 38,67%, dengan Incidence Rate (IR) diare per
1.000

penduduk

mencapai

16,36%.

Angka

ini

mengalami

penurunan

dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini
jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR
dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada
masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata
(underreporting cases) (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2012).
Kota Medan merupakan daerah endemis penyakit diare, jumlah kunjungan kasus

diare tertinggi terdapat di Puskesmas Medan Deli yaitu sebanyak 1729 kunjungan
kasus. Di Puskesmas Medan Deli jumlah kunjungan kasus diare pada tahun 20112012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 1561 kunjungan kasus
pada tahun 2011 menjadi 2415 kunjungan kasus pada tahun 2012 dan mengalami
penurunan menjadi 1729 kunjungan kasus pada tahun 2013.
Di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, diare tersebar di 5 kelurahan. IR
diare tertinggi terdapat di Kelurahan Kota Bangun sebanyak 434 kunjungan kasus
dengan IR 4,00 per 100 penduduk. Data mengenai distribusi kunjungan kasus diare
tiap kelurahan dapat dilihat secara rinci pada tabel 1.1. berikut ini.
Tabel 1.1 Distribusi Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli
Per Kelurahan Tahun 2013
N

Kelurahan

Kunjungan Kasus

Jumlah

Diare

Penduduk

434
406
274
310

10.841
33.225
26.811
34.664

4,00
1,22
1,02
0,90

305

34.321

0,89

1729

139.842

o
1
2
3
4
5

Kota Bangun
Mabar
Mabar Hilir
Tanjung Mulia
Tanjung Mulia
Hilir
Jumlah Kasus

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013.


D. Rencana Operasional Pengendalian Penyakit Diare di Kecamatan Medan
Deli
a. Tujuan Umum : Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare
bersama lintas program dan sektor terkait.
b. Tujuan Khusus :
1. Tercapainya penurunan angka kesakitan
2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar
3. Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit diare di
masyarakat,

sehingga

dapat

dibuat

perencanaan

dalam

pencegahan,

penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang pelayanan.


4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan
hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga
kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.
5. Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit diare di suatu wilayah
kerja yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaanya (Kemenkes
RI, 2011)
c. Kebijakan :

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana


kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga
2. Melaksanakan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Diare
3. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan
program yang meliputi aspek manajerial dan teknis medis
5. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor di pusat, propinsi dan
kabupaten/kota
6. Meningkatkan pembinaan teknis dan monitoring untuk mencapai kualitas
pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maksimal
7. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan program dan sebagai
dasar perencanaan selanjutnya (Kemenkes RI, 2011).
d. Strategi :
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan
melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE)
2. Meningkatkan tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan
benar
3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB Diare
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011).
e. Kegiatan Program :
1. Tatalaksana penderita diare
2. Surveilans epidemiologi
3. Promosi kesehatan
4. Pencegahan diare
5. Pengelolaan logistik
6. Pemantauan dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011).
f. Tata Laksana Penderita Diare :

Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah


Tuntaskan Diare), yang terdiri atas (Kemenkes RI, 2011) :
1. Berikan Oralit Oralit merupakan campuran garam elektrolszit seperti
natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan
glukosa anhidrat. Oralit diberikan segera bila menderita diare, sampai
diare berhenti.
Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh
yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan
baik oleh usus penderita diare.
Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara
pemberian oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas
air matang.
a. Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar
b. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar Oralit dapat diperoleh di Posyandu, Polindes, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas, rumah sakit atau ditempat-tempat pelayanan
kesehatan lainnya. Oralit saat ini tersedia dalam formula baru dengan
tingkat osmolaritas yang berbeda dibandingkan oralit lama, yaitu :

Anda mungkin juga menyukai