Materi Pelatihan Olimpiade Astronomi Oleh Tim Astronomi ITB

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Materi pelatihan olimpiade Astronomi oleh

Tim Astronomi ITB


Belakangan ini banyak dibahas di berbagai media tentang penemuan planet di tata surya lain. Dalam
artikel ini, akan dibahas beberapa teknik 'sederhana' yang digunakan astronom untuk menemukan
planet di luar tata surya.
Seperti yang Anda ketahui bahwa bintang akan selalu terlihat sebagai point of light (sumber titik
cahaya) meskipun menggunakan teleskop (kecuali untuk beberapa bintang yang besar dan 'dekat'
dengan kita). Oleh sebab itu, dapat diperkirakan bahwa mengamati planet yang ada di bintang lain
tentunya bukan perkara yang mudah.
Sebelum kita membahas bagaimana menemukan planet extrasolar (planet yang ada di luar tata
surya kita), akan dibahas terlebih dahulu sekilas mengenai proses pembentukan planet.
SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA PLANET
Semuanya berawal dari material awan debu. Tata surya (planetary system/sistem keplanetan)
berasal dari awan berputar yang maha besar. Awan kabut itu (nebulae) mengerut di bawah gaya
berat diri, membentuk piringan dengan protosurya yang sangat padat di pusat. Akibat pengerutan
gravitasi suhu naik di dalam awan (pengerutan Kelvin Helmholtz). Di pusat kian sangat panas, lalu
terpicu reaksi bom nuklir, dan pengerutan piringan akan berhenti.
Planet-planet terbentuk oleh akresi
planetesimal dan akumulasi gas di dalam
kabut surya. Planetesimal di tahap awal
tatasurya, tabrakan dan akresi (saling
menempel) membentuk protoplanet.
Planet dari unsur-unsur berat terbentuk
dan memadat di bagian dalam, suhu jadi
lebih panas (di pusat), unsur-unsur ringan
berdifusi ke tepi luar. Proses itu dikenal
sebagai diferensiasi dari unsur-unsur.

Bintang yang masih muda (yang terbentuk di pusat akresi) tiba-tiba menyemburkan tenaga kuat,
tenaga jet dan sangat singkat, dan membersihkan tata surya dari materi pembentuk planet yang
tersisa. Bintang-bintang muda penyembur tenaga semacam itu dikenal sebagai Bintang-Bintang T
Tauri .

PLANET DI TATA SURYA LAIN (EXTRASOLAR PLANETS)


Para astronom telah menemukan planet-planet mengorbit di bintang-bintang. Planet besar, seperti
Yupiter, menarik bintang pusatnya ke dalam sehingga bintang terputar dalam satu orbit kecil
mengitari titik pusat massa mereka. Planet yang mengorbit bintang lain itu disebutextrasolar
planets.

Setelah itu, tata surya akan 'stabil'. Planet - planet


butuh jutaan tahun untuk menggumpal dan
membersihkan 'orbit'-nya serta mendingin hingga
mencapai kondisi stabil.

Meski Planet sangat besar, tetap tak bisa dilihat, karena bintang sentral sangat terang. Namun,
pergerakan kecil yang ditempuh bintang sentral karena gravitasi oleh planet, kadangkala dapat
terdeteksi. Para astronom mengukur dengan teliti pergerakan bintang dengan memperhatikan
sinarnya. Sinar bintang itu bergantian bergeser ke riak gelombang merah dan ke riak gelombang
biru. Telah terdeteksi dengan cara itu lebih dari 100 extrasolar planet. Cara itu dikenal sebagai
metode Pergeseran Doppler.
Beberapa planet yang sudah ditemukan:

OGLE-2005-BLG-390Lb planet extrasolar terkecil saat ini (2006). 188 extrasolar planet (18 April
2006) berbagai rentang massa dan periode orbit, namun planet sebesar massa Neptunus sangat
sedikit/belum terdeteksi pada jarak > 0,15 SA dari bintang pusat. OGLE-2005-BLG-390Lb bermassa
5,5 (-2,7 to +5,5) massa bumi. Pada jarak pisah 2,6(-0,6 to +1,5) SA dari bintang kerdil-M bermassa
0,22(-0,11 to +0,21) massa matahari (68% rentang kepastian). Teori akresi planet meramalkan
banyak planet bermassa lebih kecil daripada planet Neptunus ditemukan daripada planet raksasa
Jupiter.
Jadi, ada banyak metode yang dapat digunakan oleh astronom untuk mendeteksi keberadaan
planet/sistem keplanetan di bintang -bintang lain. Metode-metode tersebut antara lain:
1. Kecepatan radial (pergeseran Doppler)
2. Astrometri (proper motion, sangat terbatas)
3. Gravitasi Mikrolensa (planet dan bintang induk berada di depan bintang latar
belakang)

4. Metode Transit (planet lewat di depan bintang induk)


5. Piringan Circumbintang (distorsi awan debu oleh planet yang mengorbit)
6. Pengamatan Direct (langsung) oleh teropong Spitzer.

1.

METODE

PERGESERAN

DOPPLER (KECEPATAN

RADIAL/KR)

Jika astrometri langsung mengamati bintang, maka metode KR, mengamati gerak bintang dari
spektrum cahaya. Yakni secara sistematik memperhatikan pergeseran garis spektrum serapan dan
pancaran. Dengan teleskop sekarang, hanya dapat diukur kecepatan sedikitnya 3 m/s. Bumi,
misalnya hanya mempengaruhi gerak matahari sebesar 0.1 m/s. Dengan mengukur T dan
mendapatkan

massa

bintang,

mBINTANG,

bisa

ditemukan

1/2

sumbu

panjang

orbit.

Jika massa bintang dapat diturunkan dari (mis. Diagram H-R) dan inklinasi orbit terhadap bidang
ekliptika, i, diketahui, maka massa planet, m P dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini. Jika i
tidak

i.

dapat

diketahui,

maka

yang

kita

peroleh

hanyalah

m P sin

Jadi sekarang kita sudah dapat menghitung massa planet (bila mengetahui inklinasi atau dengan
mengambil asumsi).
Kecepatan radial untuk beberapa planet:
u/ Jupiter: v = 13 m/detik dan periode T = 12 tahun.
u/ Bumi : v = 0.09 m/detik dan periode T = 1 tahun
Limit deteksi hanya 3 m/detik, jadi planet-planet semacam Bumi sangat sulit teramati.
Penemuan pertama extrasolar planet terjadi di tahun 1995 di bintang 51 Pegasus.
Kini, lebih dari 120 planet seukuran Yupiter telah ditemukan di bintang-bintang lain dengan metode
KR/Doppler. Orbit-orbitnya pendek, eksentrisitas tinggi serta harga massa mencapai setinggi 10
massa Yupiter.

2. METODE ASTROMETRI

Pertanyaannya: Dapatkah keberadaan planet seperti Jupiter diketahui dengan astrometri?


Sayang sekali, belum dapat. Mengapa? Mari kita lakukan perhitungan singkat.
Matahari mengorbit pusat gravitasi Matahari-Yupiter pada jejari orbit hanya 1.2 jejari matahari.
1.2 jejari matahari memetakan sudut sebesar 5.2 x 10 -3 detikbusur pada jarak 1 parsec atau 5.2 x
10-4 detikbusur pada jarak 10 pc. Kecermatan pengukuran hingga sudut sekecil itu masih belum
dapat (sulit) dilakukan.
3. METODE MIKROLENSA (memanfaatkan sifat/fenomena gravitational lensing)

Gravitasi Mikrolensa terjadi jika planet dan bintang induk berada di depan bintang latar belakang.

4. METODE TRANSIT
Saat sebuah planet (benda gelap) melintas di depan bintang induknya, sebagian sinar bintang
induknya akan terhalangi (ter-gerhana-i) oleh planet yang melintas. Peristiwa ini disebut transit
planet (lihat diagram di bawah ini). Astronom akan mencari bintang2 yang kecerlangannya menurun
secara periodik.

Jika sebuah bintang jauh di transit oleh sebuah planet semacam Yupiter, terjadi penurunan flux sinar
sebesar 1% di bintang itu dari semulanya.
Sebuah planet yang telah ditemukan di bintang HD209458 dengan metode KR; pada tahun 1999,
diamati kembali flux bintangnya. Ditemukan transit tepat pada waktu yang telah diramal sebelumnya.
Seperti planet di 51Peg, planet itu besar dan mengorbit dekat sekali dengan bintang planet

semacam ini dikenali sebagai hot Jupiters.


Metode transit inilah yang digunakan oleh Teleskop Keppler.Teleskop ini dikhususkan untuk
'mencari' planet serupa Bumi. (penjelasan lebih detailnya silakan lihat di sini dan sini). Hasil kerja
teleskop ini dapat dibaca pada link yang diberikan.

5. METODE PENGAMATAN LANGSUNG DENGAN TEROPONG SPITZER

KESIMPULAN

Metode KR hanya dapat mendeteksi planet-planet masif (sedikitnya 1/5 massa Yupiter)
dengan periode relatif yang sangat pendek.

Kebanyakan planet-planet yang terdeteksi berada sangat dekat dengan bintang (kurang dari
~0.1SA)

3-4% bintang-bintang serupa matahari memiliki planet-planet jenis itu

Sejumlah kecil planet-planet yang lebih jauh umumnya mempunyai orbit yang lebih eksentrik
(e >~0.2)

Planet-planet yang sudah ditemukan beserta informasi massa bintang induk dan periode orbitnya.

Bintang - bintang di angkasa ini sangat banyak. Bagaimana astronom dapat memilih bintang mana
yang diamati/dicurigai memiliki sistem planet?
Sistem planet tidak bisa terbentuk pada bintang bintang yang luminositasnya besar. Hal ini
disebabkan bintang-bintang seperti ini memiliki massa hidup yang cenderung singkat. Bintangbintang generasi I (yang terbentuk dari material Big Bang) juga tidak mungkin memiliki sistem
keplanetan karena kurangnya unsur-unsur berat. Jadi, bintang-bintang yang mungkin memiliki sistem
keplanetan adalah bintang-bintang yang tidak terlalu panas dan termasuk Generasi ke dua atau lebih
(bintang yang materialnya berasal dari sisa material bintang lain yang meledak lewat
Supernova/hembusan saat pembentukan Planetary Nebulae).
LATIHAN

Sumber:
1. Materi pelatihan olimpiade Astronomi oleh Tim Astronomi ITB

2. Wikipedia
notes: jika ingin melihat gambar yang ada dengan lebih jelas, silakan klik di masing-masing gambar
SELAMAT BELAJAR

Related Posts : animasi fisika, bahan ajar

MIT 16.01 Unified Engineering

Introduction to Astrophysics

Gauge Tekanan

Mole The

Molekul Konstanta

Ideal Gas Hukum

Mobil Hidrolik Angkat

Exploring Black Holes: General Relativity and Astrophysics

Foundation of Scientific Computing

Astronomy,Fall 2011

Cool related post[?]


from Friday, May 06, 2011 - Label: animasi fisika, bahan ajar Newer Post Older Post Home

Statistik
Resent Post

Anda mungkin juga menyukai