Mekanisme Refleks
Mekanisme Refleks
Mekanisme Refleks
1. Rangsangan Adekuat
Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat
(presisi). Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut. Suatu
contoh yang jelas adalah refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini timsbul
akibat rangsangan yang adekuat melalui rangsangan raba linier multiple, yang
misalnya karena terdapat serangga yang merayap di kulit. Respons yang timbul adalah
garukan hebat pada daerah yang terangsang (sementara itu, ketepatan gerakan kaki
yang menggaruk ke tempat yang teriritasi itu merupakan contoh sinyal local yang
baik). Bila rangsangan raba multiple itu terpisah jauh atau tidak dalam satu garis,
rangsangan yang adekuat tidak akan timbul dan tidak terjadi garukan. Lalat merayap,
tetapi juga dapat melompat dari satu tempat ke tempat lain. Lompatan ini memisahkan
rangsangan raba tersebut sehingga tidak terbentuk rangsangan adekuat untuk refleks
menggaruk.
2. Jalur Bersama Akhir
Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka
merupakan bagian eferen dari berbagai lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan
yang memengaruhi kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung
refleks ke otot tersebut, dank arena itu dinamakan jalur bersama akhir (final common
path). Sejumlah besar masukan impuls bertemu di tempat tersebut. Memang,
permukaan neuron motorik dan dendritnya rata-rata menampung sekitar 10.000
simpul sinaps. Sedikitnya terdapat lima masukan dari segmen spinal yang sama untuk
neuron motorik spinal tertentu. Di samping yang umumnya dipancarkan melalui
interneuron, dari berbagai bagian medulla spinalis lain dan traktus descendens yang
panjang dan multipel dari otak. Seluruh jaras ini berkumpul dan menentukan aktivitas
jalur bersama akhir.
3. Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral
Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan
untuk menggambarkan keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh
eksitasi mengalahkan pengaruh inhibisi atau sebaliknya. Bila keadaan eksitasi sentral
kuat, impuls eksitasi tidak saja menyebar ke berbagai daerah somatic medulla spinalis
melainkan juga ke daerah otonom. Pada orang yang mengalami paraplegia kronis,
misalnya, rangsangan noksius yang lemah dapat menimbulkan refleks kencing,
defekasi, berkeringat, dan tekanan darah yang fluktuatif.
4. Habituasi dan Sensitisasi Respon Refleks
Kenyataan bahwa respon refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan
kemungkinan bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman.
MEKANISME REFLEKS
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu
melalui reseptor, kesaraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah di otak,
kemudian
hasil
olahan
dari
otak berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motorik sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi
secara otomatis terhadaprangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat
dikatakan gerakan terjadi tanpadipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih
dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.Pada gerak
refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori (aferen) ke pusat
saraf, diterima olehsel saraf penghubung (asosiasi/neuron konektor) tanpa diolah di
dalam otak langsung dikirimtanggapan ke saraf motorik (eferen) untuk disampaikan
ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks.
Lengkung refleks mencakup lima komponen dasar :
1. Reseptor
2. Jalur aferen
3. Pusat integrasi
4. Jalur eferen
5. Efektor
Efektor Gerak refleks dapat dibedakan menjadi 2 menurut saraf penghubungnya:
1. Gerak refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi/neuron konektor) berada di
dalam otak,misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar
2. Gerak refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung
(asosiasi/neuron konektor) berada di dalam sumsum tulang belakang,
misalnya, refleks pada lutut.
Mekanisme
Stimulus reseptor membentuk potensial aksi yang besarnya sama dengan kuat
rangsang jalur aferen (neuron sensorik) pusat integrasi (tanpa diolah oleh saraf p
usat) neuron konektor / antarneuron jalur eferen (neuron motorik) efektor
(otot/kalenjar )
Medulla spinalis dan batang otak untuk refleks
dasar
Pusat integrasi (SSP)
Otak untuk refleks didapat/terkondisi (diolah
untuk mengambil keputusan mengenai respon
yang akan diambil)