Laporan Praktikum 3 SPT

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

PERCOBAAN III
PERKEMBANGAN KECAMBAH DALAM GELAP DAN TERANG

NAMA

: MARDINA

NIM

: H41112251

HARI/TGL PERCOBAAN : JUMAT/ 4 APRIL 2014


KELOMPOK

: II (DUA) B

ASISTEN

: WIWIT RETNO CITRA DEWI

LABORATORIUM BOTANI JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitifitas terhadap
lingkungan dan koordinasi respon sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat
mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini
dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih
menyukai mekanisme respon tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan
reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang
disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Perwitasari, dkk., 2012).
Perkembangan memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang
memadai dan persediaan oksigen yang cukup. Periode dormansi juga merupakan
persyaratan bagi perkecambahan banyak biji sebagai contoh, biji buah apel hanya
dapat berkecambah setelah masa dingin yang lama. Ada bukti bahwa
perkecambahan kimia terbentuk di dalam bijinya ketika terbentuk. Pencegahan ini
lambat laun akan dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk
menghalangi

perkecambahan

ketika

kondisi

lainnya

membaik

(Perwitasari, dkk., 2012).


Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan. Air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang
teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji
menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara
(dalam bentuk uap air ataupun embun). Efek yang terjadi membesarnya ukuran

biji

karena

sel-sel

embrio

membesar

dan

biji

yang

melunak

(Campbell, dkk., 2002).


Berdasarkan pernyataan di atas, maka dilakukan percobaan mengenai
perkembangan kecambah dalam gelap dan terang.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan diadakannya percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh
cahaya terhadap perkembangan kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus dalam
gelap dan terang.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai Perkembangan Kecambah dalam Gelap dan Terang
ini dilaksanakan pada hari Jumat, 4 April 2014, pukul 14.30-17.00 WITA,
bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar dan pengamatan
dilakukan selama 5 hari pada tempat gelap dan terang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak


dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel; dapat pula
disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara
kuantitatif (Campbell, dkk., 2002).
Tumbuhan bertambah tinggi dan besar disebabkan oleh dua hal. Pertama,
pertambahan jumlah sel sebagai hasil pembelahan mitosis pada meristem (titik
tumbuh) dititik tumbuh primer dan sekunder. Kedua, pertambahan komponenkomponen seluler dan adanya diferensiasi sel. Misalnya penyerapan air ke dalam
vakuola yang menyebabkan sel membesar serta terbentuknya jaringan, organ, dan
individu

melalui

proses

diferensiasi

sel

dan

atau

spesialisasi

(Latunra, 2014).
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dimulai dengan
perkecambahan biji. Kemudian kecambah berkembang menjadi tumbuhan kecil
yang sempurna, yang kemudian tumbuh membesar (Latunra, 2014).
Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka
pertumbuhannya akan lambat karena jika auksin dihambat oleh matahari tetapi
sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat
cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan
ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang

disebut dengan fototropisme. Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon


yang banyak atau sedikit kita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada
tanaman sehingga kita lebih mudah untuk mengetahuinya. Sedangkan untuk
tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan gelap diantaranya
(Latunra, 2014).

Gambar 1. Pertumbuhan Kacang Hijau


Sumber: : http://keluargahamdan.blogspot.com

Tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya


sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung
warnanya pucat kekuningan. Hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak
dihambat oleh sinar matahari. Sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat
yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan
tanaman yang diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan
juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin
dihambat oleh sinar matahari (Latunra, 2014).
Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor
genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu,

air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor
cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut
literatur, perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auksin, jika melakukan
perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun
bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auksin sangat peka terhadap cahaya,
jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan
akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auksin
yang aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan
yang normal atau lurus menjulur ke atas (Sitompul, 1995).

Gambar 2. Kecambah Gelap Terang


Sumber: http://keluargahamdan.blogspot.com

Istilah auksin berasal dari bahasa Yunani yaitu auksin yang berarti
meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa
pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu
senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan
koleoptil oat kerah cahaya. Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah
fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas
auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya

pemanjangan

pada

sisi

yang

tidak

terkena

cahaya

matahari

(Salisbury dan Ross, 1995).


Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole Asetat
(IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin. Namun,
tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya mirip dengan IAA dan
menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut
dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam 4kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA)
(Dwidjoseputro, 1992).
Para ahli fisiologi telah meneliti pengaruh auksin dalam proses
pembentukan akar lazim, yang membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem
akar dan sistem tajuk. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari
batang sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan
kuncup, yang mengandung banyak auksin, dipangkas maka jumlah pembentukan
akar sampling akan berkurang. Bila hilangnya organ tersebut diganti dengan
auksin,

maka

kemampan

membentuk

akar

sering

terjadi

kembali

(Salisbury dan Ross, 1995).


Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies
berkayu, misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar
liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa
waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini
sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah
tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia

akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan akar
liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross, 1995).
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan
intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan
fotoperiodisitas

(panjang

hari).

Cahaya

dengan

intensitas

tinggi

dapat

meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic


(perkecambahannya dipercepat oleh cahaya), jika penyinaran intensitas tinggi ini
diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang
bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya)
(Jumadi, 2008).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam
gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap
cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively
photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini
dapat dipatahkan dengan temperatur rendah (Sitompul, 1995).
Penyebab terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum
(red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat
perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually
antagonistic (sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka efek
yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan.
Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada
dalam 2 kondisi alternatif) antara lain (Sitompul, 1995):
a. P650 : mengabsorbir di daerah merah
b. P730 : mengabsorbir di daerah infra merah

Jika biji dikenai sinar merah (red, 650 nm), maka pigmen P650 diubah
menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang
menyebabkan terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra
merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan
terhambatlah

proses

perkecambahan.

Kebutuhan

akan

cahaya

untuk

perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah. Kebutuhan akan


cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat digantikan oleh zat kimia seperti
KNO3, thiourea dan asam giberelin (Sitompul, 1995).
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan
dalam beberapa hal antara lain (Jumadi, 2008):
a. Faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air.
b. Faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan
rendahnya zat perangsang tumbuh.
c. Faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor, dan sintesis
zat perangsang tumbuh.
Dormansi pada biji dapat dipatahkan dengan perlakuan mekanis, cahaya,
temperatur, dan bahan kimia. Proses perkecambahan dalam biji dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu proses perkecambahan fisiologis dan proses
perkecambahan morfologis. Sedangkan dormansi yang terjadi pada tunas-tunas
lateral merupakan pengaruh korelatif dimana ujung batang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bagian tumbuhan lainnya yang dikenal dengan
dominansi apikal. Derajat dominansi apikal ditentukan oleh umur fisiologis
tumbuhan tersebut (Latunra, 2014).

Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks prosesproses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap
substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya
seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji
yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lakton tidak jenuh, namun lokasi
penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan
tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio,
endosperm, kulit biji maupun daging buah (Campbell, dkk., 2002).
Biji-bijian dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan
gelap, biji-biji itu memerlukan rangsangan cahaya. Karena itu kelihatannya
perkecambahan yang dikendalikan cahaya merupakan satu adaptasi tanaman yang
tidak toleran terhadap penaungan. Cahaya sendiri memiliki suatu intensitas,
kerapatan pengaliran atau intensitas menunjukkan pengaruh primernya terhadap
fotosintesis dan pengaruh sekundernya pada morfogenetika pada intensitas
rendah,

tetapi

sebagian

memerlukan

energi

yang

lebih

besar

(Campbell, dkk., 2002).


Ekologi tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya diatur oleh dua
hal yaitu penempatan daun dalam posisi dimana akan diterima intersepsi cahaya
maksimum. Berarti diatas kanopi dan didalam komunitas yang kompleks sebagian
besar daun tesebut tidak dapat mencapainya. Karena itu sebagian besar dari daun
akan berada pada intensitas cahaya yang kurang dari yang dibutuhkan.
Fotosintesis dimaksimumkan untuk energi yang diterima, dengan anggapan
keadaan ini menjadi dibawah titik jenuh cahaya untuk fotosintesis normal,
sehingga tetap dalam kesinambungan neto karbon yang positif (pengikatan CO2

untuk fotosintesis lebih besar daripada jumlah yang dikeluarkan pada respirasi dan
hasil karbohidrat). Sehelai daun yang berada pada keseimbangan C yang negatif
akan memerlukan gula yang diambil dari sisa tanaman dan akan mengurangi
ketegaran secara menyeluruh (Latunra, 2014).
Adanya penyinaran sinar matahari akan menimbulkan cahaya. Sedang
cahaya sangat dibutuhkan untuk pembentukan zat warna hijau (chlorophyll).
Pertumbuhan tanaman dan kualitas dari pada produksi. Tanaman yang kurang
cahaya matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang. Setiap jenis
sayuran menghendaki syarat-syarat yang sangat berlawanan, ada suatu jenis yang
menghendaki penyinaran panjang, ada pula yang pendek. Yang dimaksud
penyinaran panjang ialah lebih dari 12 jam, sedang penyinaran pendek kurang dari
12 jam (Latunra, 2014).

BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu nampan, alat tulis
menulis dan penggaris.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu 30 biji Kacang
Hijau Phaseolus radiatus, air, tissu dan label.
III.3 Cara Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini yaitu:
a. 30 biji kacang hijau di rendam dalam air selama 5 menit.
b. Dipilih kacang hijau yang tidak mengapung di air yang menandakan
kualitasnya baik dan cocok.
c. Disiapkan 2 buah nampan yang telah diisi dengan tissue yang telah dibasahi.
d. Ditaruh 15 biji kacang hijau diatas nampan dengan diberi jarak yang sama.
e. Ditempatkan satu buah nampan di tempat terang dan satu buah nampan di
tempat gelap.
f. Dilakukan pengamatan selama 5 hari untuk melihat perkembangan tanaman
dan mencatat hasilnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Pengamatan Tempat Terang
a. Tabel Panjang Batang Kacang hijau Phaseolus radiatus
Hari/tgl
Sabtu/5
April 2014
Ahad/6
April 2014
Senin/7
April 2014
Selasa/8
April 2014
Rabu/9
April 2014
Rata-rata

Panjang batang kecambah ke- (cm)


5
6
7
8
9
10 11

13

13

14

19

18

8,8

12

13

14

10

10

10

13

14

12

13

13

14

13

14

13

12

14

19

20

19

18

19

19

18

20

18

17

19

20

9,2

9,4

9,2

8,2

8,8

9,6

9,4

8,6

8,6

9,6

10

12

13

14

15

b. Tabel Panjang Daun Kacang hijau Phaseolus radiatus


Hari/tgl
Sabtu/5 April
2014
Ahad/6 April
2014
Senin/7 April
2014
Selasa/8 April
2014
Rabu/9 April
2014
Rata-rata

Panjang daun kecambah ke- (cm)


5
6
7
8
9
10 11

0,3

0,3

0,2

0,3

0,3

0,2

0,3

0,2

0,2

0,3

0,3

0,2

0,2

0,2

0,3

0,5

0,5

0,4

0,4

0,4

0,4

0,5

0,4

0,4

0,5

0,5

0,4

0,4

0,4

0,5

1,1

1,1

0,9

1,1

1,1

0,7

1,5

1,4

1,5

1,5

1,5

1,4

1,5

1,5

1,4

1,5

1,4

1,2

1,5

1,5

1,4

0,66

0,64

0,64

0,64

0,66

0,58

0,66

0,62

0,62

0,66

0,66

0,56

0,56

0,62

0,64

IV.1.2 Tabel Pengamatan Tempat Gelap Kacang hijau Phaseolus radiatus


a. Tabel Panjang Batang
Hari/tgl

Panjang batang kecambah ke- (cm)


5
6
7
8
9
10 11

12

13

14

15

Sabtu/5
April 2014
Ahad/6
April 2014
Senin/7
April 2014
Selasa/8
April 2014
Rabu/9
April 2014

10

10

10

11

10

12

10

11

12

10

11

12

10

11

18

18

20

22

22

20

19

20

22

20

22

21

22

20

21

30

30

29

31

28

30

31

32

31

29

29

30

31

32

36

Rata-rata

13

13

12,8

14,2

13,8

13,4

14

14

14,2

13,6

14

13,8

14,4

13,8

15

12

13

14

15

b. Tabel Panjang Daun Kacang hijau Phaseolus radiatus


Hari/tgl
Sabtu/5
April 2014
Ahad/6
April 2014
Senin/7
April 2014
Selasa/8
April 2014
Rabu/9
April 2014
Rata-rata

Panjang daun kecambah ke- (cm)


5
6
7
8
9
10 11

0,3

0,3

0,3

0,5

0,5

0,3

0,5

0,5

0,3

0,5

0,5

0,3

0,5

0,3

0,3

0,5

0,5

0,4

0,6

0,6

0,5

0,7

0,6

0,6

0,7

0,6

0,6

0,7

0,5

0,6

1,3

1,3

1,5

1,7

1,7

1,7

1,5

1,6

1,7

1,6

1,7

1,6

1,7

1,5

1,6

1,8

2,3

0,82

0,82

0,8

0,96

0,96

0,9

0,94

0,94

0,92

0,96

0,96

0,9

0,98

0,86

0,96

IV.2 Grafik
IV.2.1 Pengamatan Tempat Terang Kacang hijau Phaseolus radiatus
a. Panjang Batang

Chart Title
12
10
8
6
4
2
0
1

10

11

12

13

14

b. Panjang Daun
0.68
0.66
0.64
0.62
0.6
0.58
0.56
0.54
0.52
0.5
1

10 11 12 13 14 15

IV.2.2 Pengamatan Tempat Gelap Kacang hijau Phaseolus radiatus


a. Panjang Batang
15.5
15
14.5
14
13.5
13
12.5
12
11.5
1

10 11 12 13 14 15

10

b. Panjang daun
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1

11

12

13

14

15

IV. 3 Pembahasan
Pertumbuhan adalah suatu pertambahan ukuran yang bersifat irreversible
karena bersifat multi sel maka pertumbuhan bukan saja dalam voume tetapi juga
pertambahan dalam hal bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tinggkat
kerumitan. Sedangkan perkembangan merupakan merupakan suatu perubahan
yang teratur dan berkembang umumnya menuju keadaan yang lebih tinggi, lebih
teratur dan lebih kompleks atau proses menuju kedewasaan.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap
perkembangan kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus dalam gelap dan terang
Percobaan ini menggunakan bahan biji kacang hijau Phaseolus radiatus sebanyak
30 biji. Dalam mengamati pertumbuhanya, proses pertama yaitu melakukan
perendaman biji dalam nampan selama beberapa menit. Perendaman ini bertujuan
untuk mengetahui kualitas biji yang baik yang ditandai dengan adanya biji yang
tenggelam dan juga untuk menonaktifkan masa dormansi biji. Setelah
perendaman, kemudian menyiapkan media tumbuh yaitu 2 nampan yang berisi
kertas koran pada dasarnya yang telah dibasahi. Masing-masing nampan ditanam
15 biji dan ditandai menggunakan kertas label. Nampan I diletakkan pada tempat
yang gelap dan nampan II ditempatkan pada terang. Pengamatan ini berlangsung
selama 1 minggu.
Hasil pengamatan pada kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus yaitu
pada daerah terang, pertumbuhan biji sangat baik memiliki kondisi daun yang
hijau, batang kokoh, dan tumbuh subur. Walaupun, pertumbuhanya lambat yaitu
pada hari 1 semua biji tidak mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan mulai ada
pada hari ke-2. Rata-rata panjang batang yaitu pada kecambah pertama 9 cm,

kecambah kedua 8,8 cm, kecambah ketiga 9,2 cm, kecambah keempat 9,4 cm,
kecambah kelima 9,2 cm, kecambah keenam 8,2 cm, kecambah ketujuh 9 cm,
kecambah kedelepan 8,8 cm, kecambah kesembilan 9 cm, kecambah kesepuluh
9,6 cm, kecambah kesebelas 9,4 cm, kecambah kedua belas 8,6 cm, kecambah
ketiga belas 8,6 cm, kecambah keempat belas 9,6 cm, dan kecambah kelima belas
yaitu 10,4 cm. Rata-rata panjang daun pada tempat terang secara berurutan yaitu
0,66 cm, 0,64 cm, 0,64 cm, 0,64 cm, 0,66 cm, 0,58 cm, 0,66 cm, 0,62 cm, 0,62
cm, 0,66 cm, 0,66 cm, 0,56 cm, 0,56 cm,0,62 cm, dan 0,64 cm.
Pada nampan yang diletakkan pada daerah gelap, pertumbuhan kacang
hijau Phaseolus radiatus mengalami pertumbuhan yang cepat. Rata-rata panjang
batang yaitu pada kecambah pertama 13 cm, kecambah kedua 13 cm, kecambah
ketiga 12,8 cm, kecambah keempat 14,2 cm, kecambah kelima 13,8 cm,
kecambah keenam 13,4 cm, kecambah ketujuh 14 cm, kecambah kedelepan 14
cm, kecambah kesembilan 14,2 cm, kecambah kesepuluh 13,6 cm, kecambah
kesebelas 14 cm, kecambah kedua belas 13,8 cm, kecambah ketiga belas 14,4 cm,
kecambah keempat belas 13,8 cm, dan kecambah kelima belas yaitu 15 cm. Ratarata panjang daun pada tempat secara berurutan yaitu 0,82 cm, 0,82 cm, 0,8 cm,
0,96 cm, 0,96 cm, 0,9 cm, 0,94 cm, 0,94 cm, 0,92 cm, 0,96 cm, 0,96 cm, 0,9 cm,
0,98 cm,0,86 cm, dan 0,96 cm.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan adalah faktor
internal seperti hormon dan eksternal misalnya air dan cahaya matahari. Dari hasil
pengamatan, pada tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan
tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan
cenderung warnanya pucat kekuningan, penyebabnya yaitu karena daun tidak

dapat memproduksi klorofil sehingga tidak terjadi proses fotosintesis. Hal ini
disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.
Sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat
pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang
diletakkan ditempat gelap, tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya
segar kehijauan. Hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh
sinar matahari dan cahaya matahari meningkatkan proses asimilasi yang terjadi
pada daun kacang hijau Phaseolus radiatus.
Pada percobaan ini, perbedaan panjang batang pada kecambah tempat
gelap dan terang yaitu kecambah tempat terang rata-rata pertambahan panjang
batang cukup rendah karena hormon auksin yang berperan dalam proses
pemanjangan sel dihambat oleh cahaya matahari langsung, dibandingkan
kecambah tempat gelap yang memiliki rata-rata pertambahan panjang yang cukup
tinggi, hal disebabkan oleh hormon auksin yang bekerja efektif pada tempat gelap
karena tidak dihambat oleh cahaya matahari. Sedangkan pada pertambahan
panjang daun, kecambah di tempat terang memiliki rata-rata pertambahan panjang
daun yang cukup tinggi dibandingkan dengan pada tempat gelap, hal ini
disebabkan daun pada tempat terang cenderung menerima cahaya matahari
maksimal untuk proses asimilasinya sehingga memicu jumlah klorofil yang tinggi
dan akan mempengaruhi luas bidang daun, sedangkan pada daun di tempat gelap
tidak terjadi proses asimilasi karena daunya tidak mengandung klorofil (etiolasi)
disebabkan tidak mendapatkan cahaya matahari yang cukup.

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu kacang hijau Phaseolus radiatus yang
terkena cahaya matahari cenderung memiliki warna daun yang hijau dan batang
kokoh karena tumbuhan secara otomatis akan memanfaatkan cahaya matahari
untuk fotosinttesis sehingga daun memproduksi klorofil. Sedangkan di tempat
gelap pertumbuhan sangat cepat karena tidak terhambat oleh auksin, dapat dilihat
dari batang yang memiliki ukuran yang sangat panjang namun lemah dan daun
yang kuning (etiolasi).
V.2 Saran
Sebaiknya kecambah disimpan pada tempat yang terhindar dari gangguan
binatang.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Jane B. R. dan Lawrence G. M. 2002. Biologi Jilid 2. Erlangga.


Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Jumadi. 2008. Pengkajian Teknologi Pengolahan Tortila Jagung. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Vol
(2):73-74. (Diakses pada tanggal 7 April 2014, pukul 20.00 WITA).
Latunra, A.I. 2014. Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan II.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Perwitasari, B., Mustika T., dan Catur W. 2012. Pengaruh Media Tanam dan
Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan hasil Tanaman Pakchoi (Brassica
Juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. Vol (1):14-25. (Diakses pada
tanggal 7 April 2014, pukul 20.00 WITA).
Salisbury, F.B. dan Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Press.
Bandung.
Sitompul, S.M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai