Laporan Kuliah Lapangan

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

BIOLOGI UMUM I
PITFALL TRAP DAN LIGHT TRAP

OLEH :
Annisa Fatharani Zahrah
Ermawati
Resky Meirsari
Neddy Ferdiansyah
Sri Maya Sari
Resti Amalia
Asisten

: Weni Eriska

LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2010

ABSTRAK
Kuliah Lapangan yang berjudul Light trap dan fitfall trap ini dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 03 Desember 2010 pukul 17.00-18.00 WIB di kawasan kampus
Universitas Sriwijaya, Indralaya. Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui
jenis-jenis serangga tanah dan serangga cahaya. Alat yang digunakan pada kuliah
lapangan ini adalah adalah botol selai, lampu badai, piring plastik, plastik gula, plastik
ukuran besar, kayu pasak, karet gelang, lakban coklat dan tali plastik. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah alkohol 70% dan formalin 4%. Dari kuliah lapangan yang
dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan bahwa serangga yang tertangkap pada fitfall
trap adalah jenis serangga dari ordo hymenoptera, dan jenis serangga yang tertangkap
pada light trap adalah jenis serangga dari ordo dyptera, homiptera, dan lepidoptera.

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa serangga tertentu memiliki sifat tertarik pada cahaya terutama
cahaya kuning. Sifat tersebut dapat kita manfaatkan untuk menarik perhatiannya
dengan cara membuat perangkap yang berasal dari cahaya yang disekitarnya atau
sekelilingnya menggunakan air, minyak tanah, oli dan lain sebagainya yang
diharapkan mampu membunuh serangga tersebut. Adapun cahaya itu sendiri dapat
bersumber dari lilin, lampu tempel/lentera atau minyak tanah, maupun lampu
bohlam. Perangkap cahaya ini cocok untuk hama yang aktif pada malam hari
seperti penggerek batang, ganjur, dan walang sangit (Mutiara 2009 : 1).
Serangga memakan tanaman lebih banyak dari gabungan semua makhluk lain
di bumi! Umumnya, hama serangga menyerang tanaman pada fase ulat atau fase
kupu-kupu. Pengendalian dengan perangkap tidak akan berhasil pada fase ulat,
sehingga akan lebih efektif dilakukan untuk serangga pada fase kupu-kupu atau
kumbang yang dapat terbang. Berdasarkan ketertarikan serangga, maka beberapa
perangkap yang bisa digunakan adalah: perangkap cahaya, perangkap warna dan
perangkap aroma (Anonima 2010 : 1).
Prinsip kerja perangkap cahaya ini cukup sederhana yaitu dengan menarik
serangga-serangga yang beterbangan menuju ke arah sumber cahaya kemudian
disaat serangga tersebut mengerubunginya, mereka akan berputar-putar kemudian
masuk kedalam perangkap yang telah kita pasang. Dengan demikian serangga yang
telah terperangkap tersebut akan mati baik masuk kedalam air maupun menempel
pada perekat. Dengan prinsip kerja seperti itu maka saat ini perangkap cahaya telah
berkembang menjadi beberapa macam tergantung penggunaan sumber cahaya
maupun bentuk perangkapnya (Mutiara 2009: 1).
Serangga nokturnal menjadikan cahaya dominan di suatu tempat sebagai
panduan utama. Mereka akan terbang mendekat begitu melihat cahaya, baik berasal
dari lampu maupun nyala api. Di tempat terang itu mereka bertemu lawan jenis lalu
kawin untuk meneruskan generasinya. Sebelum ada penerangan buatan manusia,
cahaya terang itu hanya berasal dari bulan. Saat terang bulan, serangga keluar dan
beramai-ramai kawin. Hasilnya, populasi serangga meningkat ketika bulan

memasuki

bulan

mati,

yaitu

periode

5-10

hari

sesudah

purnama

(Anonimb 2009: 3).


Light trap merupakan tindakan pemerangkapan UPDKS yang berada pada
stadia imago (kupu-kupu) dengan perangkap cahaya lampu. Alat-alat yang
digunakan dalam light trap berupa lampu petromaks, buah-buahan (seperti pisang,
coklat) yang digantungkan seperti pancing, dan menggunakan ember plastic yang
diisi dengan air diterjen. Maka perlu adanya perhatian terhadap alternative cara
pengendalian UPDKS untuk membantu kelancaran dalam light trap. Oleh karena
itu, perlu adanya suatu inovasi untuk membantu dalam kelancaran light trap dalam
pengendalian UPDKS pada tanaman kelapa sawit dengan menggunakan kotak
perangkap imago pengganti pancing untuk menggantungkan buah-buahan dalam
menangkap imago (Prihantoro 2008: 1).
Peranan ilmu entomologi di dalam hal penanggulangan masalah hama
terhadap produk pertanian menjadi sangat penting. Hal ini berkaiptan dengan usaha
peningkatan sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan populasi manusia yang
semakin meningkat jumlahnya. Oleh karena itu entomologi tidaklah meliputi
sistimatika

serangga

namun

juga

mengenali

bentuk

serangga,

dasar

pengklasifikasian, dan peran dalam ekologi. Untuk itu dalam mempelajari


entomolgi tidak ckup hanya teori semata. Namun praktik lapangan dan mengenal
berbagai jenis serangga mutlah diperlukan (Hidayah 2009: 1).
Banyak kegiatan-kegiatan penelitian tentang entomologi serangga yang
bertujuan untuk mengetahui kebiasaan, cara hidup, berkembang biak dan
pertahanan diri dengan cara melihat struktur atau bagian-bagian tubuh serangga.
Untuk memperoleh sempel serangga maka ada beberapa teknik untuk menangkap
atau mengkoleksi serangga yaitu perangkap sumuran, corong berlese, koleksi
langsung (ditangkap dengan kuas atau penjepit) dan aspirator.Aspirator digunakan
untuk mengkoleksi anthropoda yang berukuran sangat kecil, lembut ,lincah atau
aktif dan sulit ditangkap dengan kuas atau pinset (Citra 2008: 2).
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis serangga tanah dan
serangga cahaya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Mengingat serangga tertarik dengan cahaya, khususnya cahaya kuning, maka
dengan menjeratnya dapat menggunakan perangkap lampu minyak tanah (lampu
templek/lentera) yang diletakkan pada papan yang telah diolesi dengan perekat
kemudia

dipasang pada lahan-lahan pertanian.

Perangkap cahaya

dapat

menggunakan cahaya lampu minyak tanah atau lampu listrik dari aki, solar sel,
dinamo kincir angin, air atau disel. Perangkap cahaya ini cocok untuk hama yang
aktif pad malam hari, seperti penggerek batang, ganjur dan walang sangit
(Anonima 2007: 2)
Teknik pengambilan sampel biasanya berupa penangkapan langsung atau
dengan metode penjebakan. Metode penangkapan langsung biasanya dengan
menggunakan alat jarring serangga, jaring ayun, jaring serangga air, aspirator, piset,
dan pengayakan. Sedangkan untuk metode perangkap biasa digunakan prangkap
sumuran, perangkap umpan, perangkap jendela, perangkap gantung, perangkap
nampan kuning, perangkap malaise, kantong winkler, perangkap lampu,
pengasapan dengan insektisida, penyemprotan dengan isektisida, corong berlese,
dan corong tullgren. Penggunaan teknik pengambilan sampel serangga tergantung
dari jenis kelompok serangga yang akan di ambil dari alam. Berikut akan disajikan
table penjelasan mengenai teknik pengambilan sampel, jenis kelompok serangga
yang diambil dan gambar temnik pengambilan sampel (Hidayah 2009: 5).
Hama dari golongan serangga di kebun pun mempunyai sifat yang sama.
Makanya

pekebun

membuat

perangkap

lampu.

Serangga

bakal

terbang

mengitarinya sampai akhirnya jatuh atau masuk jebakan berupa air atau lem yang
diletakkan di bawah lampu. Perangkap ini bisa mengendalikan hama dari golongan
aphid, kupu, ngengat, atau kumbang. Sebanyak 1020 perangkap/ ha diletakkan
25-40 cm lebih tinggi daripada tanaman (Anonimb 2009: 3).
Ciri-ciri khusus pada phylum Arthropoda yaitu tubuh beruas-ruas, kaki
beruas-ruas, dinding tubuh (eksoskeleton) berchitin dan beruas-ruas, alat mulut
beruas dan dapat beradaptasi untuk cara makan, rongga tubuh merupakan rongga
darah (haemocoele), bernafas dengan permukaan tubuh, insang, trakea atau paruparu, alat pencernaan makanan berbentuk tabung, terletak disepanjang tubuh, dan
alat pembuang melalui pipa panjang di rongga tubuh (Lilies 1991: 3).

Perangkap sumuran merupakan metode yang efektif untuk penelitian


taksonomi maupun ekologi. Metode ini banyak digunakan untuk penelitian
arthropoda gua karena faktor manusia sangat kecil pengaruhnya terutama untuk
data ekologi.Perangkap sumuran efektif untuk arthropoda yang aktif di permukaan
lantai gua. Perangkap yang diganakan bermacam-macam dari botol yang
berdiameter kecil sampai gelas palstik dengan diameter 7 cm. Gelas plastik ditanam
dal tanah sampai permukaan gelas atau botol sejajar dengan permukaan lantai gua.
Gelas palastik diisi dengan campuran Alkohol 96% dan Gliserin. Alkohol berfungsi
sebagai pengawet sedangkan gliserin berfungsi sebagai atractant sekaligus
menurunkan tegangan permukaan (Anonimc 201: 1).
Perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor
dalam dan faktor luar. Tinggi rendahnya populasi suatu jenis serangga pada suatu
waktu merupakan hasil antara pertemuan dua faktor tersebut. Secara ringkas,
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga adalah faktor dalam
yang terdiri dari kemampuan berkembang biak, perbandingan kelamin, sifat
mempertahankan diri, siklus hidup dan umur imago. Sedangkan faktor luar terdiri
dari suhu, cahaya/bau/warna, angin, tofografi, kelembaban, kualitas dan kuantitas
makanan, predator, parasitoid, patogen, dan kompetisi (Jumar 2000: 86-87).
Fly Catcher adalah alat pengendalian yang biasa digunakan dalam industri
pest control untuk mengendalikan hama serangga terbang seperti lalat, nyamuk, dan
serangga terbang lainnya. Alat pengendalian ini berupa perangkap serangga dimana
prinsip pengendaliannya adalah menarik serangga untuk mendatangi perangkap
sehingga kemudia terperangkap dan mati. atractant yang digunakan dapat berupa
lampu/sinar yang menarik serangga atau feromon atau warna (Erinus 2009: 5).
Dalam mempelajari morfologi dan anatomi serangga, beberapa istilah berikut
sering digunakan untuk menunujukkan arah atau bagian tertentu dari tubuh
serangga, yaitu anterior yang berhubungan dengan bagian depan atau kepala
serangga, posterior yang berhubungan dengan bagian belakang atau ujung abdomen
serangga, dorsal yang berhubungan dengan bagian atas tubuh atau punggung
serangga, ventral yang berhubungan dengan bagian bawah tubuh atau perut
serangga, lateral yang berhubungan dengan bagian sisi tubuh serangga, dan mesal
yang berhubungan dengan bagian tengah tubuh serangga (Jumar 2000 : 7).

Komponen kemampuan tanah memerlukan keikutsertaan entomologi dalam


dua peran, yaitu untuk menggarap serangga sebagai indikator dan serangga sebagai
promotor. Dalam perkembangan penggunaan tanah pertanian, perhatian harus mulai
diberikan pula kepada tanah atau lahan pertanian kering dan lahan pekarangan.
Pada masa mendatang, kedua tipe lahan ini akan memainkan peran penting dalam
memenuhi kebutuhan manusia. Sebagai indikator kemampuan tanah, entomologi
diperlukan untuk menentukan interelasi dan interdependensi antara tanah dan fauna
serangga penghuni tanah yang bersangkutan . Hubungan taraf kegunaan masingmasing tipe tanah berdasarkan tipe fauna serangga yang menghuninya dapat
diketahui (Anonimd 2010 : 1).
Serangga memakan hampir segala zat organik yang terdapat di alam.
Serangga memiliki saluran pencernaan yang dimulai dari mulut dengan fungsi
untuk memasukkan makanan, kemudian menguraikannya dengan cara hidrolisa
enzimatik, mengabsorpsi hasil penguraian makanan tersebut ke dalam tubuh,
kemudian dilanjutkan dengan mengeluarkan bahan-bahan sisa ke luar tubuh melalui
alat saluran belakang, yaitu anus. Saluran pencernaan serangga bentuknya seperti
tabung, yang mungkin lurus atau berkelok, memanjang dari mulut sampai anus.
Saluran makanan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu stomodeum, yaitu saluran
pencernaan depan, mesenteron, yaitu saluran pencernaan tengah, dan proktodeum
atau hindgut, yaitu saluran pencernaan belakang (Jumar 2000 : 51).
Serangga atau insecta termasuk dalam phylum Arthropoda. Arthropoda
terbagi menjadi 3 sub phylum ialah Trilobita, Mandibulata dan Chelicerata. Sub
phylum Trilobita telah punah dan tinggal sisa-sisanya. Sub phylum Mandibulata
terbagi menjadi beberapa kelas, salah satu diantaranya adalah kelas insect,
Chelicerata juga terbagi dalam beberapa kelas termasuk Arachnida di dalamnya.
Masa perkembangan serangga di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik
dan setelah serangga ke luar dari telur dinamakan perkembangan pasca-embriomik.
Walaupun serangga berkembag dari telur, namun tidak semua serangga meletakkan
telurnya. Sesungguhnya reproduksi dapat terjadi dari telur yang tidak mengalami
pembuahan (Lilies 1991 : 2).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Jumat, 03 Desember 2010 pukul 17.0018.00 WIB di kawasan kampus Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah botol selai, lampu badai, piring
plastik, plastik gula, plastik ukuran besar, kayu pasak, karet gelang, lakban coklat
dan tali plastik. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70% dan formalin
4%.
3.3. Cara kerja
3.3.1. Light trap
Piring plastik diambil, lalu pada bagian bawahnya lekatkan dengan
menggunakan lakban empat buah tali plastik yang diatur sedemikian rupa,
hingga saat piring diangkat menjadi seimbang. Kemudian tali digantungkan
pada lampu badai, hingga berada tepat dibawahnya. Lampu dihudupkan dan
digantungkan pada batang pohon yang tidak terlalu tinggi. Pada bagian atas
lampu dipasang plastik ukuran besar yang diatur sedemikian rupa hingga
membentuk atap pada atas lampu. Tuangkan formalin 4% ke dalam piring
plastik, lalu biarkan hingga satu hari.
3.3.2. Fitfall trap
Tiga buah botol selai, masing-masing dimasukkan dalam lubang pada
tanah yang lapang, tanah setengah lapang, dan serasa (tanah yang penuh
dedaunan). Tanah tersebut ditimbun sedemikian rupa hingga menutupi botol
sampai ke bagian bibirnya. Dioleskan sedikit gula pada bagian bibirnya, lalu
tuangkan alkohol 70% ke dalam botol tersebut. Kemudian dibuatkan atap
dengan menggunakan plastik gula yang diikatkan pada empat buah pasak
kayu di sisi botol. Diamkan selama satu hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan, maka dapat


diperoleh tabel hasil keanekaragaman serangga pada fitfall trap dan light trap
sebagai berikut:
Fitfall trap / serangga tanah
No.

Lokasi

Ordo

Jumlah

1.

Serasah

Hymenoptera

180 ekor

2.

Setengah Lapang

Hymenoptera

52 ekor

3.

Lapang

Hymenoptera

15 ekor

Light trap / serangga cahaya


No.
1.
2.
3.

Lokasi
Belakang rumah
kaca jurusan
biologi

Ordo
Dyptera

Jumlah
1 ekor

Homoptera

5 ekor

Lepidoptera

1 ekor

4.2. Pembahasan
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh hasil
berupa jenis serangga dari ordo homoptera, menurut Saranga (2008: 1), spesies
serangga tersebut berukuran kecil (2-6 mm), dikenal dengan nama wereng yang

banyak hidup pada rumput-rumputan. Contoh: Nilaparvata lugens Stall. serangga


tersebut dicirikan oleh adanya tiga strip memanjang pada pronotumnya.
penyebarannya yaitu India, Asia Tenggara dan China. Di Indonesia wereng tersebut
menyerang pada tanaman padi. Gejala serangannya dikenal dengan Hopper burn
atau mati terbakar. Selain itu serangga ini bertindak sebagai pembawa/vektor virus
Grassy stunt atau kerdil hampa. Imagonya meletakkan telur pada tulang utama daun
padi. telurnya berbentuk silindris, diletakkan dalam kelompok sebanyak 4-10 butir.
Ciri-ciri dari ordo Hymenoptera menurut Yahya (2004: 1) adalah dalam
kepala semut terdapat organ-organ indra majemuk, besar dan kecil, untuk
menangkap isyarat visual dan kimiawi yang vital bagi koloni, yang mungkin terdiri
atas sejuta lebih pekerja, yang semuanya betina. Otaknya mengandung setengah
juta sel saraf; matanya majemuk, antenanya ber-fungsi sebagai hidung dan ujung
jari. Tonjolan di bawah mulut menjadi indra pengecap; bulu menjadi indra peraba.
Pada kepalanya terdapat sungut yang berfungsi sebagai sensor pergerakkannya.
Semut juga merupakan hewan berkoloni. Semut tidak akan bertahan bila terpisah
dari koloninya. Semut juga memiliki gaya komunikasi yang unik, yaitu bersalaman
bila berpapasan dengan teman lainnya.
Menurut Saranga (2008: 1), Serangga dari ordo Lepidoptera memiliki dua
pasang sayap, sayap belakang biasanya lebih kecil dari sayap depan. Sayap ditutupi
oleh bulu-bulu atau sisik. Imago dari lepidoptera disebut kupu-kupu jika aktif pada
siang hari dan ngengat jjka aktif pada malam hari. Kupu-kupu mempunyai sayap
yang relatif indah dengan warna yang sangat menarik sedang ngengat mempunyai
sayap yang kusam dan kurang menarik. Ngengat biasanya tertarik pada cahaya
lampu, sedangkan kupu-kupu hanya keluar pada waktu siang hari. Tubuhnya
terbungkus dengan sisik atau bulu-bulu yang halus, antenanya panjang, ramping
dan kadang-kadang banyak rambut (plumose) atau membongkol pada ujungnya.
Ciri-ciri ordo Diptera

menurut Irnaningtyas (2005: 26), mempunyai

sepasang sayap depan, dan satu pasang sayap belakang berubah menjadi alat
keseimbangan yang disebut halter, mengalami metamorfosis sempurna, tipe mulut
ada yang menusuk dan mengisap atau menjilat dan mengisap, membentuk alat
mulut seperti belalai disebut probosis. Contohnya lalat, nyamuk biasa, nyamuk

Anopheles, Aedes (inang virus demam berdarah), dan jenis-jenis nyamuk lainnya.
Nyamuk juga merupakan hewan parasit yang dapat merugikan manusia.
Menurut Permana (2010: 14), prinsip kerja perangkap jatuh ini sederhana
yaitu pemasangan dilakukan ditempat dengan titik sampel yang ditentukan.
Paemasangan dilakukan dengan diagonal dengan interval pemantauan tiga hari
sekali dengan waktu pengamatan 5 kali selama dua minggu. Pada tiap titik sampel
ditempatkan baskom plastik atau sejenisnya yang bagian permukaannya sejajar
dengan permukaan tanah dengan jarak yang telah ditentukan. Kemudian baskom
diisi dengan formalin 4% sebanyak 400 ml. Perangkap jebak ini dibiarkan selama
24 jam, yaitu dipasang pada jam 8 pagi dan diambil pada jam 8 pagi esoknya.
Serangga tanah yang tertangkap kemudian dimasukkan dalam botol sampel,
kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
Prinsip kerja perangkap cahaya menurut Mutiara (2009: 1) cukup sederhana
yaitu dengan menarik serangga-serangga yang beterbangan menuju ke arah sumber
cahaya kemudian disaat serangga tersebut mengerubunginya, mereka akan
berputar-putar kemudian masuk kedalam perangkap yang telah kita pasang. Dengan
demikian serangga yang telah terperangkap tersebut akan mati baik masuk kedalam
air maupun menempel pada perekat. Dengan prinsip kerja seperti itu maka saat ini
perangkap cahaya telah berkembang menjadi beberapa macam tergantung
penggunaan sumber cahaya maupun bentuk perangkapnya.
Perbedaan perangkap jebak dan perangkap cahaya menurut Permana
(2010 : 14), adalah pada perangkap cahaya (light trap) menggunakan cahaya lampu
untuk menarik serangga terbang noktunal, sedangkan pada perangkap jebak (fitfall
trap) tidak menggunakan cahaya karena menangkap serangga tanah pada siang
hari, namun menggunakan baskom atau sejenisnya yang ditanam dalam tanah dan
bagian bibirnya sejajar dengan permukaan tanah, sehingga serangga akan jatuh
dengan sendirinya dalam jebakan yang berisi formaln 4%. Persamaannya adalah
sama-sama menggunakan baskom atau botol sebagai tempat jatuh dan formalin 4%
sebagai cairan pengawetnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Entomologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Entomologi. 16-12-2010. 10.30
WIB.

Irnaningtyas. 2005. Modul Biologi Invertebrata. Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan : i + 63 hlm.
Lilies, Chirstina. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta : 221 hlm.
Mutiara. 2009. Perangkap cahaya. http://za0l.multiply.com/journal/item165/perangkap.
7-11-2010. 20.00 WIB.
Saranga, Annie. 2008. Laporan Modul Pembahasan Berbasis SCL. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Makassar :
iii + 30 hlm.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan kuliah lapangan yang dilaksanakan dapat diambil kesimpulan, yaitu
sebagai berikut:

1.

Serangga yang tertangkap pada fitfall trap adalah jenis serangga dari ordo
hymenoptera, dan jenis serangga yang tertangkap pada light trap adalah jenis
serangga dari ordo dyptera, homiptera, dan lepidoptera.

2.

Ordo

hymenoptera

menunjukkan

persentase

yang

paling

banyak

dibandingkan ordo lainnya pada tanah lapang.


3.

Pada light trap, serangga yang banyak didapatkan adalah dari ordo
homoptera.

4.

Prinsip kerja light trap adalah menarik serangga menggunakan cahaya


lampu, sehingga serangga tertarik dan terjebak ke dalam piring yang berisi
formalin.

5.

Prinsip kerja fitfall trap adalah menjebak serangga yang lewat di tanah
menggunakan botol selai yang dimasukkan dalam tanah, sehingga serangga
masuk dan terjebak daalm botol berisi alkohol.

Anda mungkin juga menyukai