Penyakit Periodontal
Penyakit Periodontal
Penyakit Periodontal
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat danhidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Infeksi Jaringan Periodontal
dengan baik serta tepat waktu.
Laporan tutorial ini disusun untuk melengkapi tugas tutorial dengan didukung oleh referensireferensi yang bisa dipertanggung jawabkan. Laporan ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang lebih jelas dari materi tutorial.
Penulis
menyusun
laporan
tutorial
ini
melalui
berbagai
tahap
baik
terwujud tanpa adanya kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.drg.Pujiana Endah Lestari,M.Kes selaku tutor yang telah banyak membantu
dalam proses tutorial.
2.Teman-teman anggota tutorial IV
Semoga laporan tutorial ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan mohonmaaf apabila ada
kesalahan. Apabila ada yang kurang sempurna dalam laporanini, penulis mengharapkan kritik
dan saran pembaca guna perbaikan lebih lanjut pada masa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
periodontal
berupa
inflamasi seperti periodontitis kronis. Beberapa faktor lain turut berperan secara tidak langsung
dengan
cara
memfasilitsasi
penumpukandan
perkembangbiakan
bakteri
plak
seperti
ligament periodontal dan tulang alveolar. Lesi kronis pada periodontitis dapat berkembang
menjadi suatu
lesi inflamatori yang bersifat akut dandekstruktif pada jaringan periodontal yang menimbulkan
akumulasi pus di dinding gingiva pada poket periodontal (Topazian,et al., 2002)
Gingivitis merupakan proses peradangan didalam jaringan periodonsiumyang terbatas
pada gingiva, yang disebabkan oleh mikroorganisme yaangmembentuk suatu koloni serta
membentuk plak gigi yang melekat pada tepigingival.
Gingivitis adalah peradangan gingiva. Pada kondisi ini tidak terjadikehilangan
perlekatan. Pada pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan dimargin gingiva,
pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan ringan
dan perubahan bentuk gingival
Peradangan gingiva disebabkan oleh faktor plak maupun non-plak. Namun peradangan
gingiva
dan peradangan
gingiva yang tidak disebabkan oleh plak seringmemperlihatkan gambaran klinis yang khas.
Keadaan ini dapat disebabkan beberapa penyebab, seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi
virus atau jamur yang tidak berhubungan dengan peradangan gingiva yang berhubungan dengan
plak dan peradangan gingiva karena faktor genetik.
Peradangan gingival yang berasal dari faktor genetik terlihat pada Hereditary gingival
fibromatosis, dan beberapa kelainan mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai peradangan
gingiva. Contoh lesi adalah lichen planus, pemphigoid,
pemphigus vulgaris
dan erythema
multiforme. Alergi dan traumamerupakan contoh lain dari peradangan gingiva yang tidak
disebabkan oleh faktor non-plak
1.2 Skenario
Seorang perempuan berusia 34 tahun datang pertama kali ke RSGM UNEJ atas saran
saudaranya untuk merawatkan gusinya.Pasien mengeluh gusi sering bengkak,terjadi perdarahan
dari gusi ketika menggosok gigi,dan ada celah pada gigi depan rahang atas dan rahang bawah.
Gigi depan kanan bawahnya copot sendiri 2 bulan yang lalu.Pemeriksaan klinis menunjukkan
oral hygine buruk dan deposit plaque banyak terakumulasi terakumulasi di kedua rahang.
Kalkulus sangat banyak ditemukan pada permukaan lingual insisif mandibula dan sublingual di
semua kuadran.Resesi gingival dan attachment loss ditemukan pada semua gigi insisiv maksila
dan mndibula.Bleedingor probing pada sulkus gingival semua gigi.Pus keluar dari sulkus gingiva
gigi.Margin dan attached gingival kemerahan,membesar,konsistensi lunak dan permukaan halus
mengkilat.Probing depth lebih dari 5mm pada semua gigi.Semua gigi anterior,kecuali gigi 13
dan 23, menunjukkan goyang derajat 2 sampai derajat 3. Pasien juga mengalami halitosis.
Kondisi umum pasien menunjukkan gejala diabetes mellitus. Pemreriksaan radiograf
menunjukkan furcation involvement pada gigi molar maksila dan mandibula,serta bone loss yang
sangat ekstensif di sekitar insisiv maksila dan mandibula.Hasil pemeriksaan mikrobiologi
ditemukan bakteri cocco bacillus Gram-negatif fakultif anaerob.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa saja bakteri pathogen penyebab infeksi jaringan periodontal ?
2. Bagaimana proses terbentuknya plak dan kalkulus?
3. Bagaimana interaksi bakteri plak dan pertahanan host?
BAB II
SEVEN JUMPS
STEP 1
1.Halitosis = bau mulut yang disebabkan bakteri rongga mulut
2.Bleeding on probing = pendarahan terjadi saat probing(pemeriksaan),bisa juga karena
inflamasi pada gingival
3.Pus= Nanah yang berisi sel darah putih hasil reaksi inflamasi
4.Furcation involvement = infeksi pada jaringan periodontal yang melibatkan daerah furkasi
pada akar
5.Probing depth = kedalaman saat pemeriksaan pada sulkus gingival dilakukan dengan alat
yaitu prob
6.Attachtment loss = hilangnya lanjutan tepi gingival yang berbentuk seperti lingkaran atau
hilangnya perlekatan gigi pada gingiva
7.Gigi goyang derajat 2 = kegoyangan gigi sekitar 1mm
STEP 2
1.Apa penyebab Diabetes Melitus terhadap infeksi jaringan periodontal?
2.Apa peran bakteri coccobacillus terhadap infeksi jaringan periodontal?
3.Bagaimana pasien dapat mengalami halitosis?
4.Mengapa bisa terjadi pus?
5.Mengapa terjadi resesi gingival dan attachment loss?
6.Mengapa terjadi bleeding on probing pada sulkus gingival?
7.Mengapa gigi depan kanan pasien dapat copot sendiri?
8.Mengapa pasien sering mengalami gusi bengkak?
9.Apa saja bentuk dan gejala dari infeksi periodontal?
STEP 3
1.Pada pasien Diabetes Melitus terjadi perubahan vascular,peningkatan aktivitas kolagen,peru
bahan respon perantara sel dan antigen plak, kandungan glukosa dalam darah banyak sehingga
bakteri mendapat asupan energy, dan penderita diabetes mellitus rentan terinfeksi salah satunya
pada jaringan periodontal
2. salah satu bakteri yang menghasilkan toksin dan menginfeki jaringan periodontal
- Oral hygiene buruk juga salah satu penyebab infeksi
3.Disebabkan dari pus,berasal dari hasil metabolism bakteri yang terakumulasi di rongga mulut,
dan juga berasal dari amoniak hasil metabolism
4.Timbulnya pus dikarenakan adanya inflamasi pada sulkus gingival dan yang dikeluarkan bukan
hanya leukosit melainkan bakteri yang mati
5.Resesi gingival :
Oral hygiene buruk dan penumpukan plak+bakteri menimbulkan kalkulus dan bakteri kalkulus
mengeluarkan toksin dan akhirnya menyebabkan resesi gingival
Attachment loss :
-Faktor usia,anatomi rongga mulut dan trauma
-kebiasaan menggosok gigi terlalu keras dan juga mengakibatkan resesi gingival
6.Osteoblas berproliferasi menjadi osteoklas kemudian tulang alveolar menurun dan timbul
resesi gingival
-Ephitelium junctional rusak oleh aktivitas bakteri kemudian terjadi attachment loss karena
lapisan pelikel terlalu tipis
7.Penyebabnya :
-karena terjadi gingivitis,atau perlekatan terhadap gigi menurun sehingga timbul goyang
-Infeksi kronis menyebabkan perlekatan berkurang
8.Karena gingival menunjukkan terjadinya proses inflamasi,OH buruk menyebabkan kalkulus
dan dapat menimbulkan infeksi terus menerus terhadap jaringan periodontal.
9.Bentuk infeksi :
a.Gingivitis
b.Periodontitis = biasanya diawali dengan gingivitis yang tidak mendapat perawatan
STEP 4
Paparan bakteri
Lipopolisakari
Respon Inflamasi
da
PMN
Antibodi
Stimulasi
prostaglandin
sitokin,
Metabolisme tulang &
jaringan ikat
Kerusakan
jaringan
periodontal
Gingivit
OH
baik
Periodontal
sehat
is
Persisten
Gingiviti
s
Attachtment
low
Periodontit
is
Toksin
Enzim
STEP 5
Learning Object :
1.Mahasiswa Mampu Memahami Bakteri pathogen penyebab infeksi jaringan periodontal
2.Mahasiswa Mampu Memahami Proses terbentuknya Plak dan Kalkulus
3.Mahasiswa Mampu Memahami Interaksi Bakteri Plak dan Pertahanan Host
4.Mahasiswa Mampu Memahami Patogenesis Periodontal(Gingivitis dan Periodontitis)
5.Mahasiswa Mampu Memahami Histologis gingivitis dan Periodontitis dan menghubungkan
dengan gejala klinis
6.Mahasiswa Mampu Memahami Proses terbentuknya Resesi Gingiva dan Attachment Loss
7.Mahasiswa Mampu Memahami Proses terbentuknya Pocket Gingiva dan Periodontitis
8.Mahasiswa Mampu Memahami Kerusakan Tulang Alveolar dan Furcation Involvement
STEP 7
1.
Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif,
anaerob dan mikroaerofilik yang berkolonisasi di area subgingiva. Jaringan periodontal yang
terinflamasi memproduksi sejumlah besar sitokin pro-inflamasi, terutama interleukin 1 beta (IL1), IL-6, prostaglandin E2, dan tumor nekrosis faktor alpha (TNF-), yang dapat menyebabkan
gangguan sistemik pada tubuh manusia
Etiologi utama terjadinya gingivitis adalah plak dental. Plak dental adalah deposit lunak
yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Bakteri yang paling awal dijumpai dalam proses perkembangan gingivitis adalah bakteri
batang gram positif, kokus gram positif dan kokus gram negatif. Spesies gram positif terutama
Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Actinomyces viscosus, Actinomyces naeslundii, dan
Peptostreptococcus micros. Mikroorganisme gram negatifnya didominasi Fusobacterium
1.
Staphylococcus
Berukuran 0,8 m, berbentuk bulat, tidak membentuk spora dan memproduksi
enzymekatalase, fakultatif anaerob serta membentuk asam dari glukosa dalam suasana aerobik
dan anaerobik.Staphylococcus dapat hidup dan tumbuh dalam air garam dengan kepekatan 7,5 %
sampai 15 %. Jenis Staphylococcus yang trdapat dalam mulut yaitu Staphylococcus candidus,
Staphylococcus
citreus,
Staphylococcus
epidermidis,
Staphylococcus
salivarius dan Staphylococcus aureus. Pada spesimen-spesimen yang positive diatas didapatkan
77,9% mempunyai 10 sampai 1000 koloni per mililiter saliva dan 4,5% mempunyai lebih dari
10.000 koloni per milliter saliva.
Infeksi bakteri ini sebagai komplikasi dari ekstraksi gigi, lokal anastesi, fraktur atau
penyebaran dari infeksi facial, periapical atau periodontal abses, didapatkan lebih banyak pada
mandibula dari maxilla. (Nolte, 1973).
2. Peptococcus
Genus peptococcus berbentuk bulat, bersifat gram positif, berdiameter 0,5 1 m, pada
pewarnaan dijumpai tunggal, berpasangan, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Semua
spesiesnya adalah anaerob dan memanfaatkan peptone dan asam amino sebagai sumber energi.
Mempunyai kemampuan mepermentasi karbohidrat dengan cepat. Patogenitas dari kuman ini
baru timbul bila ada faktor perangsang untuk menjadi pathogen.
3. Streptococcus
Genus dari Streptococcus terdiri dari banyak dan bermacam-macam grup biologis dari
kuman gram positif. Berbentuk bulat atau lonjong dan terdapat berpasangan atau berbentuk
rantai, panjang rantai tergantung kondisi lingkungan dimana dia hidup. Rantai yang panjang
dijumpai pada cocci yang hidup dalam cairan atau semifluid media. Spesies dari
genus streptococcus adalah anaerob fakultatif oleh karenanya calase-negative
Streptococcus merupakan 30 % sampai 60 % dari populasi kuman didalam mulut. Spesies
yang
paling
sering
ditemukan
adalah streptococcus
salivarius,
streptococcus
4.
Peptostreptococcus
Peptostreptococcus bersifat anaerob, gram-positif, bulat sampai oval dengan ukuran 0,7
1 m. Pada pewarnaan ditemukan berpasangan dan rantai pendek atau panjang, tidak bergerak
dan tidak membentuk spora. Reaksi katalis negatif. Kebanyakan spesies menyebabkan
fermentasi karbohidrat sehingga terbentuk berbagai asam organik dan gas.
Beberapa spesies juga memproduksi asam laktat, produksi akhir dari fermantasi
menghasilkan
acetic,
formic,
isovaleric,
succinic
dan
berbagai
asam
organik
spesiesRothia bersifat pleomorfik aerob dan berbentuk batang Gram positif. Keduanya mungkin
berperan dalam kompleks flora mikrobia dari penyakit periodontal dengan destruksi tulang
dominanCapnocytophaga berbentuk fusiform, gram negatif, anaerob.
4.
Veillonella
Genus Veillonella dibagi atas dua spesies yakni Veillonella alcalescens dan Veillonella
5.
Porphyromonas gingivalis
Porphyromonas gingivalis,
gram-negatif,
berbentuk
batang, anaerobik
pencernaan
bagian
atas, saluran pernapasan, dan usus besar. Degradasi kolagen yang diamati dalam hasil penyakit
periodontalkronis
ini.
dalam uji
in
vitro bahwa Porphyromonasgingivalis dapat menyerang fibroblast gingiva manusia dan dapat
bertahan
hidup di
dalamnyadengan
cukup
antibiotic
Porphyromonas gingivalis juga menyerang sel-sel epitel gingiva dalam jumlah tinggi
6.
Fusobacterium nucleatum
Fusobacterium nucleatum adalah bakteri oral, terdapat
dalam rongga
mulut manusia, yang berperan peran dalam penyakit periodontal. Organisme ini merupakan
komponen plak jika berlebih dapat mengakibatkan penyakit periodontal.
7.
Prevotella intermedia
Prevotella intermedia (sebelumnya Bacteroides intermedius) adalah Gram-negatif,
bakteri patogen obligat anaerob terlibat dalam infeksi periodontal, termasuk gingivitis dan
periodontitis,dan
umumnya terisolasi
sering
ditemukan
dariabses dentoalveolar, di
steroid sebagai
ini
mendominasi.
Bacteroides forsythus
Tannerella forsythia adalah anaerob, spesies gram negatif bakteri dari family Cytophaga-
Bacteroidetes terlibat dalam penyakit periodontal dengan induksi aktivasi sel atau apoptosis.
9.
Campylobacter rectus
Campylobacter rectus adalah spesies Campylobacter. Campylobacter rectus sebelumnya
dikenal
diakui sebagaipatogen pada periodontitis kronis yang dapat menyebabkan keropos tulang.
10.
Treponema denticola
Treponema
sangat proteolitikbakteri.
Spesies
ini dianggap
jika
denticola tinggal
sebagai
salah
jumlahTreponema
dalam komunitas
satu agen
denticola dalam
mikroba kompleks
dan
Actinomycetaceae
Actinomycetaceae adalah gram-positif, umumnya diphtheroid atau club-shaped rods
dimana cenderung membentuk cabang-cabang filament dijaringan infeksi atau pada kultur
invitro. Bersifat tidak bergerak, tidak membentuk endospora, dan not acid-fast. Pada umumnya
fakultatif anaerob, tapi ada satu spesies hidup dengan baik pada kondisi aerobic. Dapat
membentuk atau tidak membentuk ezyme catalase. Beberapa spesiesnya menimbulkan
periodontal pathosis, kelainan permukaan akar atau caries yang dalam.
Spesies Actinomyces terdapat pada gingival plaque dengan penyakit periodontal. Kuman
ini memproduksi extracellular polysaccharides tanpa sukrosa, dimana mempunyai kemampuan
untuk membentuk plaque gigi.
12.
rods, dapat atau tidak dapat bergerak, seluruh spesies adalah anaerob, selalu mebentuk campuran
asam organik seperti butiryc, acetic atau formic acid dari karbo hidrat atau peptone. Kuman ini
juga ditemukan pada berbagai type infeksi seperti purulent pleurisy, jugal cellulitis, luka
postoperatif dan abscess dari otak, tractus intestinal, paru-paru dan rongga mulut
Propionibacterium adalah gram-positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora, biasanya
diphtheroid atau club-shape dan pleomorphism. Sel coccoid, elongated, bifid atau bercabang
dapat dijumpai pada beberapa kultur dan sel kuman dapat tunggal, berpasangan atau dalam
bentuk Y dan V atau bergerombol miripchinese characters.
Propionibacterium avidum dijumpai di otak, darah, luka yang terinfeksidan abscess jaringan
seperti
submandibular
abscess
(Moore
dan
Holdelman,
1974).
Propionibacterium acnes hidup normal pada kulit dan usus, bias ditemukan di darah, luka dan
abscess jaringan lunak dan di pulpa yang non-vital.
13.
Bacteriodes
Bacteriodes ada yang bergerak dan tidak bergerak, sel berbetuk sambungan (terminal)
dan melembung ditengah-tengah (center swilling) dan vacuoles, bentuk filamen sering dijumpai,
biasanya variasi morphologi sedikit. Kebanyakan didapat dari pembiakan spesimen yang berasal
dari rongga mulut khususnya gingival crevice.
Spesies ini menguraikan enzyms collagenase, berperan pada periodontitis kronis, telah
terdapat didalam rongga mulut sebelum gigi-geligi tumbuh. Tapi secara umum hidup dalam
sulcus gingiva setelah gigi erupsi. Koloni dari Bacteriodes dapat merusak atau melukai (injured),
organisme masuk kedalam saluran kelenjer limfa dan peredaran darah sehingga masuk kedalam
paru-paru, hati, tulang dan sendi.
14.
Leptotrichia
Mempunyai spesies tunggal yaitu Leptotrichia buccalis, berbentuk lurus(straight) atau
sedikit bengkok(slight curved) rods, 1,5 m lebar dan 5 15 m panjang dimana ujungnya bisa
bulat(rounded) atau runcing(pointed), tidak ada yang berkelompok atau bercabang, selnya adalah
gram-positive granules. Leptotrichia buccalis adalah anaerob dan lingkungan dengan 5 % carbon
dioxide merupakan tempat pembiakan dan tubuh yang disukai. Leptotrichia buccalis tidak
menimbulkan
infeksi
rongga
mulut
yang
spesifik.
Hadi
dan
Russell
(1969)
menemukanLeptotrichia buccalis dalam konsentrasi yang rendah pada ulcerative gingivitis dan
advance chronic periodontal diaseas.
15.
Spirochetes
Spirochete adalah genus Treponema yang biasanya terdapat didalam rongga mulut,
terutama di gingival crevice. Genus ini adalah unicellular, berbentuk spiral batang, sel
bergerak(motile cells) memiliki axial fibrils dimana masuk kedalam setiap ujung dari
protoplasmic cylinder.
Bentuk coccal dan filamentous yang terdapat dalam plaque, ini menimbulkan spekulasi
bahwaSpirochetes berperan dalam terjadinya gingivitis sampai endotoxin ditemukan dari oral
treponems. Persentase Spirochetes pada debris dari gingival crevise dari subject dengan penyakit
periodontal tiga kali lebih banyak dari subject normal.
16.
terdapat dalam mulut bersih dan sehat, dimana jumlahnya bertambah dengan bertambahnya
umur. Koloninya akan bertambah apabila calculus banyak, ada coating tongue dan penyakit
periodontal yang berat. Kedua bakteri ini tidak pathogen, keberadaannya berhubungan dengan
keadaan Oh dan periodontitis kronis terdapat dalam crevicular epithelium atau didalam plaque
disekitar epithel dan jaringan ikat dari ginival crevice
2.
Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan inflamasi jaringan
lunak sekitar gigi. Plak gigi merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat
pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Plak pertama kali terbentuk melalui proses pembentukan pelikel hingga terjadi proses
pematangan plak. Adapun komposisi utama penyususn plak tersebut yaitu mikroorganisme,
matriks interseluler, yang terdiri dari komponen organik dan anorganik.Apabila dental palak
tersebut telah mengalami mineralisasi maka terbentuklah kalkulus. Kalkulus yang sudah matang
umumnya terdiri dari 75-85% anorganik dan sisanya (15-25%) terdiri dari komponen organik
dan air. Pada saat plak terbentuk pada permukaan gigi, sisa makanan (sukrosa) dan peran
mikroorganisme berproses dan menempel pada waktu tertentu berubah menjadi asam laktat
yang dapat menurunkan pH mulut. Hal ini yang akan menyebabkan demineralisasi email yang
berlanjut menjadi karies gigi. Adanya plak, kalkulus dan karies menyebabakan timbunan
mikroorganisme khususnya bakteri dalam rongga mulut meningkat. Adanya peran bakteri
tersebut menjadi faktor terbesar penyebab terjadinya penyakit periodontal.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mengenai plak dan potensi patologisnya terhadap jaringan keras dan lunak gigi serta melengkapi
tugas makalah blok Mekanisme Penyakit, Resopon Fisiologi Sel dan Jaringan.
sp,
Fusobakterium
gingivalis.
Bakteri
pengkoloni sekunder akan melekat ke bakteri yang sudah melekat ke pelikel. Interaksi yang
menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan
koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada hari ke-7 ditandai dengan menurunnya jumlah
bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram negatif.
KOMPOSISI PLAK
Ada tiga komposisi plak yaitu mikroorganisme, matriks interseluler, yang terdiri dari
komponen organik dan anorganik. Komposisi plak dental adalah mikroorganisme. Lebih dari 500
spesies bakteri ditemukan dalam plak dental. Awal pembentukan plak, kokus gram positif
merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus
sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius, Actinomyces viscosus, dan beberapa strain
lainnya. Mikroorganisme non bakteri juga ditemukan pada plak antara lain spesies Mycoplasma,
Ragi, Protozoa, dan Virus. Mikroorganisme ini berada pada matriks interseluler yang
mengandung sedikit sel-sel dari jaringan penjamu seperti sel epitel, makrofag, dan leukosit.1
Matriks interseluler plak yang merupakan 20%-30% massa plak terdiri dari komponen
organik dan anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkus, dan produk bakteri. Bahan organik
yang mencakup polisakarida, protein, glikoprotein, dan lemak. Sedangkan komponen anorganik
terdiri dari kalsium, posfor, dan sejumlah mineral lain seperti natrium, kalium, dan flour.1
deposit padat dari kalkulus. Kalkulus terdiri dari lapisan- lapisan yang dipisahkan oleh kutikula
tipis yang akan menyatu selama proses kalsifikasi.
Waktu yang diperlukan untuk pembentukan kalkulus dari tahap plak lunak menjadi
termineralisasi sekitar 10 hari hingga 20 hari, dengan waktu rata-rata 12 hari. Sedangkan waktu
yang diperlukan untuk mencapai jumlah maksimum pembentukan kalkulus adalah 10 minggu
hingga 6 bulan.
KOMPOSISI KALKULUS GIGI
Menurut Wilkins, komposisi dari kalkulus terdiri dari komponen anorganik, komponen
organik dan air. Persentase komponen dalam kalkulus bervariasi, tergantung lama dan kekerasan
deposit, serta darimana lokasi sampel analisis diambil, kalkulus yang sudah matang biasa terdiri
dari 75-85% anorganik dan sisanya (15-25%) terdiri dari komponen organik dan air.5
Komposisi anorganik dari kalkulus terdiri kalsium 39%, fosfor 19%, magnesium 0.8%,
karbondioksida 1.9% dan zat-zat lain seperti : sodium, zink, strontium, bromide, tembaga,
natrium, klor, mangan, tungsten, emas, fluor, ferum, sulfat dan silikat. Komponen anorganik ini
akan membentuk 4 kristal utama : hidroksiapatit Ca10(OH)2(PO4)6, brushite CaHPO4.2H2O,
magnesium whitlockite Ca9(PO4) X PO4 [ X = Mg11.F11], dan octacalciumphosphate
Ca4H(PO3).2H2O. Dan keempat kristal tersebut, yang paling dominan adalah hidroksiapatit, sama
dengan kristal yang ada di email, dentin, sementum, dan tulang.5
Komponen organic dari kalkulus terdiri dari beberapa mikroorganisme nonvital, sel epitel
berdeskuamasi, leukosit, dan mucin dari saliva. Substansi yang teridentifikasi dalam matriks
organic termasuk kolesterol, cholesterol esters,fosfolipid, serta asam lemak pada fragmen lipid,
campuran karbohidrat protein serta gula pada fragmen karbohidrat dan kreatinin, nucleoprotein,
serta asam amino pada fragmen protein.5
Menurut Hinrichs, komposisi kalkulus supragingiva dan subgingiva hampir sama.
Keduanya memiliki kandungan hidroksiapatit yang sama dengan lebih banyak kandungan
magnesium whitelockite serta kandungan brushite dan octacalcium phosphate yang lebih sedikit.
Rasio kalsium dengan phosphate lebih besar pada kalkulus subgingiva, dan kandungan sodium
yang ada meningkat kedalaman poket periodonsium, sedangkan protein saliva hanya ada di
kalkulus supragingiva.5
BAKTERI YANG BERPERAN UNTUK PLAK
Plak gigi adalah suatu lapisan tipis dan padat yang menutupi email gigi, celah gingiva,
restorasi dan kalkulus gigi yang mengandung berbagai macam bakteri dan produk-produknya
serta makromolekul dari pejamu. Jenis bakteri yang dominan pada plak gigi adalah jenis
Streptokokus, sedangkan jenis bakteri yang lain ditemukan bervariasi, begitu juga jumlahnya.6
Sebanyak 20% dari plak gigi terdiri atas bahan padat dan 80% adalah air. Sebanyak 70 %
dari bahan padat ini adalah mikroorganisme dan sisanya 30% terdiri atas bahan organik
(karbohidrat, protein dan lemak) dan bahan anorganik (kalsium, fosfor, fluorida, magnesium,
potasium dan sodium).7
Diperkirakan sebanyak 400 spesies bakteri dapat ditemukan dalam plak. Adapun spesies
bakteri yang ditemukan pada plak gigi, antara lain :7
Dalam waktu beberapa jam, bakteri akan dijumpai pada pelikel. Bakteri yang pertamatama berkoloni pada permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh
mikroorganisme fakultatif gram-positif seperti, Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis.
Pengkoloni awal tersebut melekat ke permukaan gigi dengan bantuan adhesin, yaitu molekul
spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada
pelikel. Sebagai contoh, sel-sel Actinomyces viscosus memiliki struktur protein yang fibrous
dinamakan fimbria, yang menjulur dari permukaan sel bakteri. Adhesin protein pada fimbria
tersebut berikatan dengan protein kaya prolin yang terdapat pada plak gigi sehingga terjadi
perlekatan sel bakteri ke permukaan gigi yang dibalut pelikel.
Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri
yang
telah
lainnya.
Dalam
perkembangannya, terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal
yang aerob dengan spesies bakteri gram-positif menjadi lingkungan yang sangat kurang oksigen
dimana yang dominan adalah bakteri anaerob gram-negatif. Pengkoloni sekunder adalah bakteri
yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella
intermedia, Prevotella loescheii, Capnocytophaga sp, Fusobacterium nucleatum,
dan
Porphyromonas gingivalis, melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak.8
BAKTERI PADA KALKULUS
Kalkulus dental adalah massa terkalsifikasi atau berkalsifikasi yang melekat ke
permukaan gigi asli maupun gigi tiruan. Biasanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah
mengalami mineralisasi.8
Efek primer kalkulus bukanlah sebagaimana yang diduga sebelumnya, berasal dari iritasi
mekanisnya, melainkan berasal dari bakteri yang selalu membalutnya. Deposit terkalsifikasi ini
berperan penting dalam mempertahankan dan memperhebat penyakit periodontal dengan jalan
memegang plak sehingga berkontak rapat ke jaringan gingiva dan menciptakan daerah dimana
penyingkiran plak adalah sukar bahkan tidak mungkin.8
Ada 4 cara perlekatan kalkulus ke permukaan gigi:
1. Perlekatan dengan bantuan pelikel organik
2. Penetrasi bakteri kalkulus ke sementum
menunjukkan adanya hubungan yang positif antara akumulasi plak dan peradangan gingiva.24
Jenis sikat gigi yang digunakan
Sikat gigi merupakan salah satu fisioterapi oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dan
mulut. Dapat ditemukan beberapa macam jenis sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan
berbagai ukuran dan bentuk. Bulu sikat terbuat dari berbagai macam bahan, tekstur, panjang, dan
kepadatan. Walaupun banyak jenis sikat gigi tetapi harus diperhatikan keefektifan sikat gigi
untuk membersihkan gigi dan mulut seperti kenyamanan bagi setiap individu meliputi ukuran,
tekstur, dan bulu sikat, mudah digunakan, mudah dibersihkan dan cepat kering sehingga tidak
lembab, awet dan tidak mahal, bulu sikat lembut tetapi cukup kuat dan tangkainya ringan, dan
pembersihan gigi.24
Teknik menyikat gigi
Teknik menyikat gigi adalah cara yang paling umum dianjurkan untuk membersihkan deposit
lunak pada permukaan gigi dan dan gingiva dan merupakan tindakan preventif dalam
keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang optimal. Oleh karena itu, teknik menyikat gigi
harus dilaksanakan secara aktif dan teratur.12
Kebanyakan teknik menyikat gigi telah ditetapkan sebagai metode yang efisien dan efektif untuk
membersihkan gigi. Teknik menggosok menjadi metode paling mudah dan paling sering dalam
menyikat gigi. Pasien dengan penyakit periodontal diajarkan untuk menggunakan teknik
penyikatan sirkular dengan menggunakan gerakan vibrasi untuk meningkatkan akses pada daerah
gingiva.
Metode yang dianjurkan adalah Teknik Bass karena teknik ini menekankan penempatan bulu
sikat secara sulkular. Ujung bulu sikat pada margin gingiva untuk mencapai plak supragingiva
lateral,sehingga semua daerah puncak tulang alveolar akan teresorbsi.Penjalaran inflamasi dari
gingiva ke struktur periodontal pendukung (atau peralihangingivitis menjadi periodontitis)
diduga sebagai modifikasi oleh potensi patogenik plak, atauoleh daya tahan pejamu. Daya tahan
pejamu yang dimaksud disini mencakup : aktifitasimunologis dam mekanisme yang berkaitan
dengan jaringan lainnya seperti derajat fibrosisgingiva, kemungkinan juga lebar gingiva cekat,
dan reaksi fibrogenesis dan osteogenesis yangberlangsung disekitar lesi inflamasi. Suatu sistem
fibrin-fibrinolitik disebut-sebut sebagaiberperan menghambat perluasan lesi.Jalur penjalaran
inflamasi sangat penting artinya karena dapat mempengaruhi poladestruksi tulang pada penyakit
periodontal. Inflamasi gingiva menjalar sepanjang bundel seratkolagen mengikuti lintasan
pembuluh darah (malalui jaringan yang tersusun longgar disekitar pembuluh darah) sampai
ketulang alveolar.
Pada
sisi
interproksimal
inflamasi
menjalar
melalui
jaringan
ikat
longgar
disekitar pembuluh darah, melewati serabut transeptal, untuk kemudian masuk ketulang alveolar
melaluikanal pembuluh yang menembus krista septum interdental. Tempat dimana inflamasi
menembustulang adalah tergantung lokasi kanal pembuluh. Inflamasi bisa masuk keseptum
interdental padabagian tengah krista, pada sisi krista, atau pada sudut septum. Disamping itu
inflamasi bisamasuk ketulang melalui lebih dari satu kanal. Setelah mencapai ruang sum-sum,
inflamasimenuju keligamen periodontal. Dalam keadaan yang jarang, inflamasi menjalar
langsungkeligamen periodontal baru ketulang alveolar. Pada sisi vestibular dan oral, inflamasi
darigingiva menjalar sepanjang permukaan periosteal sebelah luar dari tulang, dan masuk sumsumtulang melalui kanal pembuluh darah pada korteks sebelah luar.
4.Interaksi Pertahanan Host dan Mikroorganisme Patogen Periodontal
Hospes pada subgingiva membatasi perkembangan plak dengan memelihara keutuhan
lapisan epitel . Pada cairan krevikular gingiva mengandung komponen antibakteri seperti lisosim
, komplemen dan faktor peningkatan permeabilitas pembuluh darah , yaitu :
bradikinin,thrombin,dan fibrinogen. Sel PMN dan monosit keluar dari pembuluh drah
menghancurkan bakteri, sel ini memerlukan signal yaitu khemokin untuk keluar dari pembuluh
darah ke plak gig, kemokin adalah interleukin 8 dan MCP-1 ( monosit cemotaksis protein-1)
Bakteri plak sendiri akan mengeluarkan lipopolisakarida ,lipid dan protein untuk signal
bagi hospes yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar dan macam bakteri plak , hospes
merespon secara langsung maupun tidak langsung, respon secara langsung bila bakteri
menginduksi sel ginggiva untuk mengeluarkan glikoprotein seperti kemokin /interleukin dan
secara tidk langsung adalah bakteri menyebabkan sel terangsang memproduksi glikoprotein yang
merngsang sel lainnya
Bakteri gram positif hanya memproduksi kemokin denga level rendah.Bakteri gram
negatif produksi kemokin banyak akibatnya banyak terjadi inflamasi sel pada jaringan
periodontal yang mengalami inflamasi
5.HUBUNGAN KORELASI GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGIS POKE
PERIODONTAL
Gambaran Klinis
Gambaran Histopatologis
1.
Dinding gingival poket menunjukan
diskolorasi merah kebiruan yang
bervariasi,flasid,permukaan yang licin dan
mengkilat,dan rasa tidak enak terhadap tekanan.
1.
Diskolorasi oleh stagnasi
sirkulasi,kerusakan serat gingival dan jaringan
sekitar;permukaan licin dan mengkilat oleh
atropi epitel dan oedem;rasa tidak enak pada
penekanan oleh oedem dan degenerasi
2.
Frekuensi sedikit,dinding gingival
berwarna pink dan kenyal.
lunak poket
tekanan jari.
Etiologi resesi gingiva adalah multifaktorial, yaitu sebagai berikut : 1) faktor trauma seperti
cara menyikat gigi yang salah, trauma oklusal, piercing bibir, trauma saat berolahraga, faktor
iatrogenic (rekonstruktif, periodontologi, konservatif, ortodontik, atau perawatan prostodontik);
2) faktor anatomi seperti malposisi gigi, kelainan bentuk gigi, erupsi gigi yang menyimpang,
fenestrasi dan dehiscence tulang alveolar, jaringan margin gingiva tipis menutupi permukaan
akar yang tidak memiliki vaskularisasi, tulang alveolar tipis (defisiensi tulang alveolar dapat
karena struktur anatomi atau kelainan yang didapat), karakteristik mukosa berkeratin, perlekatan
frenulum yang terlalu tinggi; 3) faktor fisiologis seperti pergerakan gigi akibat alat ortodonti; 4)
faktor patologis seperti kerusakan akibat penyakit periodontal, resorpsi tulang yang dipicu oleh
mikroba yang menyebabkan penyakit periodontal, plak dan kalkulus; dan 5) faktor umur.
Beberapa upaya dalam mengklasifikasikan resesi gingiva sudah dilaporkan dalam beberapa
literatur. Sulivan dan Atkins (1968) (cited. Roberto) mengusulkan klasifikasi resesi gingiva
berdasarkan lebar dan panjang resesi gingiva dan terbagi menjadi empat kelas yaitu resesi
gingiva yang dangkal dan sempit (shallow-narrow), dangkal dan lebar (shallow-wide), dalam dan
sempit (deep-narrow), dalam dan lebar (deep-wide). Miller (1985) (cited. Roberto)
mengklasifikasikan resesi gingiva berdasarkan evaluasi jaringan gingiva dan periodontal menjadi
empat tipe .
1.
Kelas I
mukogingiva (mucogingival junction). Pada kelas ini belum terjadi kerusakan jaringan
periodontal (jaringan tulang atau jaringan lunak) pada area interdental. Tipe resesi ini dapat
terlihat sempit atau lebar.
2.
Kelas II :
Kelas III : Resesi pada marginal gingiva, dimana melibatkan atau melewati perbatasan
mukogingiva (mucogingival junction / MGJ). Terjadi kerusakan tulang dan jaringan lunak pada
area interdental. Gigi mengalami malposisi.
4.
Kelas IV:
mukogingiva (mucogingival junction). Terjadi kerusakan tulang dan jaringan lunak yang parah
pada area interdental. Gigi mengalami malposisi.
7.PEMBENTUKAN POCKET DAN GINGIVA
Pembentukan sebuah poket antara epitel dan permukaan akar menyebabkan retensi
lanjutan dari bakteri, dan potensi reduksi-oksidasi (redoks) rendah menyebabkan peningkatan
kolonisasi oleh patogen periodontal yang kebanyakan berupa patogen anaerob. Epitel poket yang
diinvasi oleh neutrofil dikarakteristikkan oleh penebalan disertai proliferasi rete peg dan epitel
mengalami ulserasi mikro. Kondisi ini memfasilitasi masuknya bakteri dan produknya ke dalam
jaringan konektif, sehingga mekanisme pertahanan lokal pejamum mengalami gangguan.
Inisitasi sebuah aktivitas destruktif dapat diamati secara jelas. Namun demikian, bahkan tanpa
adanya ulserasi, junctional epithelium tergolong permeabel. Oleh karena itu, junctional
epithelium itu sendiri dapat menawarkan sebuah rute stimulus berbahaya, dan faktor penting
berupa ulserasi sebagai sebuah prasyarat patogenesis sebuah aktivitas penyakit dapat
diperdebatkan.
8.MEKANISME
KERUSAKAN
TULANG
ALVEOAR
DAN
FURCATION
INVOLVEMENT
Penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi bakteri yang menempel pada pemukaan
gigi terutama pada daerah dibawah gusi. Bakteri subgingival berkoloni membentuk poket
periodontal dan menyebabkan inflamasi lanjut pada jaringan gingiva, serta pada penyakit
periodontal lanjut akan terjadi kehilangan tulang alveolar yang progresif dan apabila tidak
dilakukan perawatan akan mengakibatkan kehilangan gigi (John T. Lohr, 2002). Inflamasi
gingiva, infeksi bakteri, kerusakan tulang alveolar, dan selanjutnya akan mengakibatkan
kehilangan gigi merupak:an gambaran khas penyakit periodontal, tetapi mekanisme kehilangan
tulang alveolar masih belum
diketahui secara pasti (Yuval dkk, 1998). Faktor lain yang dapat memperparah penyakit
periodontal adalah respon imun host yang juga dapat menyebabkan resorpsi tulang alveolar
(Zainal & Salmah, 1992).
Mekanisme Kerusakan Tulang
Faktor yang terlibat dalam kerusakan tulang pada penyakit periodontal adalah bakteri dan
host. Produk bakteri plak menyebabkan differensiasi sel progenitor tulang menjadi osteoklas dan
menstimulasi sel gingiva untuk mengeluarkan mediator yang mempunyai efek yang sama. Pada
penyakit dengan perkembangan yang cepat seperti localized juvenile periodontitis, terdapat
mikrokoloni bakteri atau satu sel bakteri yang berada diantara serat kolagen dan diatas
permukaan tulang yang dapat memberikan efek langsung (Carranza, 2002).
Beberapa faktor host yang dikeluarkan oleh sel inflamasi dapat menyebabkan resorpsi
tulang secara in vitro dan berperan dalam penyakit periodontal, termasuk prostaglandin dan
prekursornya, interleukin 1- dan -,dan Tumor Necrosis Factor (TNF)- yang dihasilkan oleh
host (Carranza, 2002). Ketika diinjeksikan secara intradermal, prostaglandin E2 menyebabkan
perubahan vaskular yang terlihat pada inflamasi, apabila diinjeksikan diatas permukaan tulang
akan menyebabkan resorpsi tulang tanpa adanya sel inflamasi dan dengan sedikit multinucleated
osteoklas. Obat anti-inflamasi non steroid (AINS) seperti flurbiprofen atau ibuprofen dapat
menghambat produksi prostaglandin E2, memperlambat kehilangan tulang pada penyakit
periodontal.Efek ini terjadi tanpa perubahan pada inflamasi gingiva dan kambuh kembali 6 bulan
setelah penghentian obat (Carranza, 2002).
Resorpsi tulang alveolar dapat menyebabkan lcehilangan perlekatan periodontal,
walaupun mekanisme biologis yang menyebabkan kerusakan tulang alveolar masih belum
diketahui secara pasti (Klaus dlck, 1989). Ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa
prostaglandin EZ dihasilkan oleh sel host yang bereaksi terhadap bakteri dan produknya yang
menyebabkan kerusakan jaringan pada penyakit periodontal. Dilaporkan bahwa 10 sampai 15
kali lipat peningkatan prostaglandin E2 pada biopsi gingiva dari kasus periodontitis
dibandingkan dengan pasien yang sehat. Pemberian obat anti-inflamasi non steroid juga efektif
dalam mengontrol perkembangan penyakit periodontal (Varma & Nayak, 2002).
Produk plak dan mediator inflamasi juga dapat bertindak secara langsung pada osteoblas
atau progenitornya yang dapat menghambat aksi dan menurunkan jumlahnya (Carranza, 2002).
Lipopolisakarida dan toksin bakteri lainnya berperan pada sel imun dan osteoblas yang terdapat
di dalam jaringan gingiva yang akan mngeluarkan II-1, IL-1, IL-6, prostaglandin E2 dan
Tumor Necrosis Factor (TNF)-. Faktor-faktor ini mengatur pembentukan dan aktivitas
osteoklas (Varma &Nayak, 2002). Lipopolisakarida bekerja di dalam makrofag untuk
menghasilkan prostaglandin E2 dalam jumlah yang banyak. Cytokinin dihasilkan oleh sel
inflarnasi yang bereaksi terhadap endotoksin yang berperan dalam sel mesenkim dan
mengeluarkan prostaglandin E2 (Varma & Nayak, 2002). Limfosit dan makrofag pada
periodontitis dapat mengeluarkan IL-1 dengan kadar yang tinggi. Limfosit dan makrofag juga
mengeluarkan sebagian besar IL-6. IL-1 menyebabkan produksi IL-6 dari fibroblas gingiva
(Varma & Nayak, 2002). Tumor Necrosis Factor (TNF)- dihasilkan dari polimorfonuklear
(PMN)
leukosit, limfosit, dan makrofag yang terdapat di dalam jaringan inflamasi
(Varma & Nayak, 2002).
pola ini terjadi karena adanya aktivitas yang sama besar pada semua bagian tulang. Sehingga
kerusakan sama rata, dan cacat yang terbentuk adalah puncak alveolar yang datar.
Furcation Involvement
Eksposur-pembelahan yang merupakan daerah di mana banyak menyimpang dari akar
gigi. Pencabangan atau keterlibatan eksposur terjadi sekunder untuk penyakit periodontal. Sudut
pencabangan penyakit dapat direkam dalam berbagai grade:
Grade I
furkasi awal, berhubungan dengan poket suprabony, terjadi bone loss awal tetapi tidak
terlihat jelas secara radiographically. depresi pembelahan di area yang lebih luas kurang dari
setengah jalan di bawah mahkota dalam multirooted gigi
Grade II
Terdapat pasti komponen horisontal ke tulang, dapat mengenai furkasi gigi yang sama,
tetapi tulang tetap melekat pada gigi sehingga banyak bidang furcal kehilangan tulang. jika ada,
tidak berhubungan. bila ada depresi pembelahan di wilayah meluas lebih dari setengah jalan di
bawah mahkota tetapi tidak terus-menerus.
pada bagian bukal.
Grade III
Bone tidak lagi melekat pada furkasi gigi. Pada awal kelas III luka, jaringan lunak yang
masih menutup jalan pencabangan, sehingga sulit untuk dideteksi. bila ada periodontal probe
meluas "terus-menerus" dari satu sisi pencabangan dari yang lain..
Grade IV
Menjelaskan melalui luka yang cukup berkelanjutan, kerusakan tulang interdental,
terlihat secara klinis, furkasi terbuka. (Wikipedia, 2009).Untuk Furcation involvement diperlukan
perawatan
antara
lain scaling
dan root
BAB III
KESIMPULAN
planing , furcation
plasty,
root
1. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif,
anaerob dan mikroaerofilik yang berkolonisasi di area subgingiva.
2. Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan inflamasi jaringan
lunak sekitar gigi. Plak gigi merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat
erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan
3. Hospes pada subgingiva membatasi perkembangan plak dengan memelihara keutuhan
lapisan epitel .
4. Peradangan gingiva kronis dapat menyebabkan pembesaran gingival
5. Resesi gingiva dapat mengalami peradangan tetapi dapat dalam keadaan normal kecuali
posisi gingival
DAFTAR PUSTAKA
2012. Antibiotika
Sistemik
dalam
Perawatan
Penyakit
Periodontitis,
(Online),
Dental
Plaque.
http://www.dent.ucla.edu/pic/members/
http://
Dentistry
molar.wordpress.com/2010/04/06/proses-gigi-berlubang-karies/
LoeH, Theilade E, Jensen SB. Experimental Gingivitis in Man. J. Periodontal. 1965; 36: 177: 87
Lindhe J, Hamp SE, Loe H. Experimental Periodontitis in Beagle Dog. J.Period. Res. 1973; 8:
1:10.