Spek Tros Kopi
Spek Tros Kopi
Spek Tros Kopi
: Marham Sitorus
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2009
Hak Cipta 2009 pada penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun
mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya,
tanpa izin tertulis dari penerbit.
Sitorus, Marham
SPEKTROSKOPI Elusidasi Struktur Molekul Organik/Marham
Sitorus
- Edisi Pertama-Yogyakarta; Graha Ilmu, 2009
viii + 96 hlm, 1 Jil.: 23 cm.
ISBN:
978-979-756-555-8
1. Kimia
I. Judul
Kata Pengantar
vi
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................
1
1
2
5
7
8
15
18
25
27
29
29
33
35
37
45
51
51
56
64
65
69
69
73
76
80
88
89
Daftar Pustaka............................................................................. 93
Tentang Penulis........................................................................... 95
viii
Bab 1
Interaksi Cahaya
dengan Molekul
1.1 Pendahuluan
Spektroskopi adalah alat analisis yang menggunakan radiasi (sinar) sebagai sumber energi. Sinar atau radiasi adalah merupakan gelombang yang mempunyai energi berbanding terbalik dengan panjang
gelombang () yang mengikuti persamaan.
E = hc/ ..............................................................................1.1
Dengan, E = energi (joule)
h = tetapan Plank (6,624 x 10-34 Joule detik
c = kecepatan cahaya (3 x 1010 cm detik-1
= lamda (panjang gelombang), cm
organik karena adanya fenomena isomeri yaitu senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi berbeda strukturnya. Isomeri juga
masih beragam yaitu isomer struktur, fungsional, geometri dan optik.
Spektroskopi adalah analisis yang didasarkan pada sifat fisika (spektroskopik) maka fenomena isomer optik tidak bisa dianalisis perbedaannya
dengan spektroskopi. Isomer optik adalah senyawa yang mempunyai
rumus molekul yang sama hanya pengaturannya dalam ruang yang berbeda (putaran optik) dan mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama,
sehingga tidak dapat dibedakan dengan cara spektroskopi.
Penentuan rumus molekul (RM) sudah dapat dilakukan orang
sebelum teori struktur molekul organik dikembangkan oleh Kekule,
Lewis dan Linus Pauling. Penentuan rumus molekul ditentukan berdasarkan sifat koligatif larutan dengan metode: penurunan tekanan uap
(p), penurunan titik beku (f), kenaikan titik didih (b) dan tekanan
osmosis (). Karena molekul organik tidak mengenal kaedah identitas
(satu RM untuk satu struktur) seperti pada molekul anorganik maka
penentuan (elusidasi) struktur menjadi sangat penting di mana spektroskopi sangat berperan dalam hal ini. Beberapa spektroskopi seperti
FTIR (Furier Transformasi Infra Red) bahkan dapat membendakan bentuk isomer geometri Cis-Trans, Z-E, dan juga antara poliena terkonyugasi dan terisolasi.
= 1/ ..............................................................................1. 2
Bila satuan panjang gelombang adalah cm, maka bilangan gelombang mempunyai satuan cm-1. Satuan lain yang umum digunakan
Fisikawan adalah Hertz (Hz) yang didefinisikan sebagai jumlah gelombang transversal yang melewati suatu titik diam persatuan waktu.
Untuk selanjutnya satuan energi cahaya yang digunakan adalah
bilangan gelombang. Pembagian sinar adalah berdasarkan panjang gelombang maka secara teoritis untuk satu satuan panjang gelombang
terdapat tak terhingga panjang gelombang. Namun untuk menyeder
hanakan maka sinar dikelompokkan (diklasifikasikan) berdasarkan interval panjang gelombang (jenis) yang secara umum pengelompokan
dan pemanfaatannya dalam spektroskopi adalah seperti tabel 1.1.
Bab 1 Interaksi
Cahaya dengan Molekul
Bil. gel. ()
cm-1
3,3x1010- 3,3x108
3,3x108- 3,3x106
Jenis Radiasi
3x10-7-3x 10-5
3x10-5-3x 10-3
3x10-3-3x 10-1
3x10-1-3x 101
3,3x106- 3,3x104
3,3x104- 3,3x102
3,3x102- 3,3x100
3,3x100- 3,3x10-2
3x101-3x 103
3,3x10-2- 3,3x10-4
Gel. radio
Sinar gama
Sinar X
Jenis Spektroskopi
Emisi sinar X
Serapan emisi
sinar x
Serapan UV
Serapan UV-Vis
Serapan IR
Serapan gel.
mikro
Resonansi Magnet Inti (NMR)
Interaksi antara cahaya dan ikatan pada molekul organik menyebabkan berbagai macam fenomena sesuai dengan panjang gelombang
(energi) radiasi tersebut. Interaksi akan lebih kuat (dasyat) bila energi
makin besar atau panjang gelombang makin pendek. Sifat interaksi
inilah sebagai dasar pada analisis secara spektroskopi.
Sinar gamma digunakan untuk spektroskopi sinar gamma dalam
menganalisisi bentuk kristal dan karaktesisasi polimer alam ataupun
sintetik. Sinar X yang energinya cukup besar oleh ahli berkebangsaan
Jerman Ronggent digunakan dalam bidang radiologi untuk diagnosa
penyakit pasien di Rumah Sakit. Sinar UV digunakan pada spektroskopi UV untuk analisis senyawa yang mengandung gugus kromofor
(diena dan ketene /enon terkonyugasi). Sinar UV akan menyebabkan
transisi elektron dari keadaan bonding ke anti bonding (*). Analog de
ngan sinar UV maka sinar Tampak digunakan untuk analisis senyawa
berwarna atau dapat dijadikan kompleks berwarna juga menyebabkan
transisi elektronik. Sinar IR menyebabkan vibrasi ikatan untuk analisis gugus fungsional utama senyawa organik. Sedangkan gelombang
radio dalam spektroskopi NMR yang banyak adalah H- NMR yang
menyebabkan rotasi ikatan adalah untuk mengidentifikasi jumlah dan
jenis proton (lingkungan kimia suatu proton). Spektroskopi Massa ada
lah untuk menetapkan BM atau model pemecahan (fragmentasi) suatu molekul organik. Untuk pelacakan struktur suatu senyawa organik
unknown adalah dengan gabungan dua sampai empat spektroskopi
tersebut di atas sesuai dengan peruntukannya yang satu persatu akan
dibahas berikut ini.
2.
3.
4.
5.
-ooOoo-
Bab 1 Interaksi
Cahaya dengan Molekul
Bab 2
Spektroskopi Ultra
Violet dan Tampak
Warna
Violet /ungu/lembayung
Biru
Biru kehijauan
Hijau kebiruan
Hijau
Hijau kekuningan
Jingga
Merah
Ungu kemerah-merahan
Warna
komplementer
Hijau kekuningan
Kuning
Jingga
Merah
Ungu kebiruan
Ungu
Biru kehijauan
Hijau kebiruan
Hijau
Klasifikasi di atas tidaklah mutlak karena beberapa sumber kemungkinan menggolongkan sinar tampak tidak seperti di atas dan
ada yang pengklasifikasian sinar tampak antara 400-900 nm. Secara
alamiah sinar tampak dapat dilihat dalam bentuk pelangi. Fenomena pelangi dijelaskan oleh Newton pada tahun 1672 yaitu dengan
pemecahan radiasi sinar tampak dari mata hari dengan menggunakan
gelas disamping atmosfer yang berair. Dengan menggunakaan serang
kaian lensa dan prisma maka sinar mata hari dapat terpecah menjadi
beberapa komponen berwarna yang dapat dilihat pada layar. Sumber
sinar tampak pada spektroskopi tampak biasanya adalah filamen tungsten yang dialiri arus listrik.
Untuk menaikkan elektron ke ES yang lebih tinggi maka dibutuhkan cahaya dengan energi tinggi atau energi dengan panjang gelombang lebih pendek.
6,02 x 1020 spesi C mmol
= ----------------------------------- x ------------------- x (db. X . y) ml
mmol ml
= 6,02 x 1020 Cxydb spesies .........................................2.1
10
-dI/I = k C db
I0 0
It b
ln I =-k. C. b , maka diperoleh: ln(It/I0) =-k. C. b
I0
Bila logaritma alam (ln) dirobah menjadi logaritma dengan bilangan pokok 10 (log) maka akan diperoleh:
2,303 log (It/Io) =-k. b. C atau log (It/Io)
=-(k. b. C)/2,303..................................................
2.6
Harga tetapan k disimbolkan sebagai koefisien ekstingsi molar
() bila konsentrasi dalam satuan mol/L (M) atau absorsivitas (a) bila
satuan dalam g/L maka persamaan 2. 6 menjadi.
Log It/I0 = -. b. C atau
Log It/I0 = -a. b. C ................................................................2.7
Perbandingan ( It/I0 ) didefinisikan sebagai transmitansi (T), karena persen transmitansi adalah 100 x T, maka persamaan 2.7 menjadi.
Bab 2 Spektroskopi
Ultra Violet dan Tampak
11
Besaran (-log T) didefinisikan sebagai absorbansi (A), maka didapatkan persamaan matematik Lambert-Beer seperti berikut.
A =. b. C atau A = a. b. C ....................... 2.8
Persamaan Lambert-Beer dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi (C) sampel yang diukur dengan cara spektroskopi dengan
dua cara.
Cara 1: Dengan cara manual
Dengan cara membandingkan absorbansi sampel (Aspl) dengan
absorbansi standar (Astd) maka konsentrasi sampel (Cspl) dapat dihitung
dengan persamaan.
Aspl /Astd = Cspl/Cstd atau
Cspl = (Aspl/Astd) x Cstd...................................2.
9
Karena hanya membandingkan dengan satu data, maka ketelitian perhitungan dengan cara ini mempunyai akurasi yang rendah.
Untuk lebih teliti maka dibandingkan dengan beberapa kali pengukur
an sampel kemudian dihitung rata-ratanya.
Cara 2: Dengan kurva standar (baku) atau persamaan regresi.
Pada prakteknya persamaan Lamber-Beer tidaklah ideal (biasa
nya tidak melalui titik 0,0) tetapi ada koreksinya berupa intersep
sehingga secara umum mengikuti persamaan linier y = aX + b, dalam
hal ini Y adalah A (Absorbasi) dan X adalah C (konsentrasi) serta a
sebagai slope (tg ) adalah b atau ab, sedangkan b adalah intersep.
Dengan membuat kurva baku seperti pada Gambar 2. 3, maka Cspl dan
harga atau b dapat ditentukan.
12
Bab 2 Spektroskopi
Ultra Violet dan Tampak
13
2.
Suatu larutan berwarna pada panjang gelombang 450 nm mempunyai serapan molar () sebesar 2,45 x 103 L mol-1cm-1. Larutan
tersebut akan menyebabkan penurunan intensitas cahaya sebesar 25%. Hitunglah konsentrasi larutan bila panjang sel yang
digunakan adalah 1 cm.
Jawaban:
Penurunan intensitas cahaya 25 % , maka yang dilewatkan
adalah 75 %, sehingga %T = 75 atau T = 0,75.
Persamaan Lambert-Beer:
Log 1/0,75 = (2,45 x 103 L mol-1 mol-1) x 1 cm x C
0,124
14
dan V (alloy) dan absorbansinya diukur pada 410 dan 460 nm dengan
sel setebal 1 cm, maka diperoleh hasil seperti tabel 2.2.
Ti
V
Alloy
0,760
0,185
0,715
0,513
0,250
0,657
15
16
Transisi
-*
-*
n -* dan -*
n -* dan -*
n -*
n -*
maks (nm)
171
180
290 dan 180
275 dan 200
205
255
(L/mol. cm)
15. 000
10. 000
15 dan 10.000
17 dan 5000
200
360
Bab 2 Spektroskopi
Ultra Violet dan Tampak
17
untuk analisis senyawa dengan gugus kromofor diena dan poliena serta enon terkonyugasi. Bandingkan harga maks dan kromofor diena
dan enon terkonyugasi pada tabel 2. 6.
Tabel 2. 6: Harga maks dan kromofor terkonyugasi
Kromofor diena dan enon
terkonyugasi
C = C-C =C
C = C-C = O
C = C -C C
Benzena
maks (nm)
(L/mol. cm)/10-6
217
220
315
220
230
184
204
255
20. 000
10. 000
30
7. 500
7. 500
60.000
7. 400
204
Harga dasar
(nm)
217
223
227
220
226
/10-3
(L cm-1 mol-1)
21
24
23
22
21
237
7,7
247
18
CH = CH-CH = CH
Bab 2 Spektroskopi
Ultra Violet dan Tampak
19
Tambahan harga
(nm)
217
253
5
5
30
17
5
6
60
Jawaban:
1. Diena dasar (heteroanular)
2 gugus R ( 2 x 5)
1 ikatan C = C eksosiklis
maks perhitungan
maks pengukuran
2. Diena dasar (heteroanular)
3 gugus R ( 3 x 5 )
1 ikatan C = C eksosiklis
1 ikatan C = C eksosiklis
20
: 217 nm
: 10 nm
: 5 nm
: 232 nm
: 232 nm
: 217 nm
: 15 nm
: 5 nm
: 5 nm
maks perhitungan
maks pengukuran
3. Diena dasar (homoanular)
4 gugus R ( 4 x 5 )
maks perhitungan
maks pengukuran
: 237 nm
: 235 nm
: 253 nm
: 20 nm
: 273 nm
: 265 nm
Posisi
Posisi
Posisi gamma atau lebih tinggi
Gugus polar-OH
Tambahan harga
(nm)
215
215
202
5
30
60
10
12
18
Posisi
Posisi
35
30
Posisi
50
Bab 2 Spektroskopi
Ultra Violet dan Tampak
21
Posisi
Posisi
Gugus Br
Posisi
Posisi
Gugus-NR2
15
12
25
30
39
3.
4. 5.
Jawaban:
1. Angka dasar enon bukan siklis
: 215 nm
1 substitusi -R
: 10 nm
1 substitusi -R
: 12 nm
maks perhitungan
: 237 nm
maks pengukuran
: 232 nm
2. Angka dasar enon siklis -6
: 215 nm
2 substitusi -R ( 2 x 10)
: 20 nm
1 C = C eksosiklis
: 5 nm
maks perhitungan
: 244 nm
maks pengukuran
: 245 nm
3. Angka dasar enon siklis -5
: 202 nm
1 substitusi -R
: 10 nm
1 substitusi -OH
: 35 nm
maks perhitungan
: 249 nm
maks pengukuran
: 247 nm
22
4. Angka dasar enon siklis-6
1 substitusi -R
1 substitusi -R
2 tambahan C = C konyugasi (2 x 30)
Tambahan homodiena
1 ikatan C = C eksosiklis
maks perhitungan
maks pengukuran (230, 278 dan 348 nm)
5. Angka dasar enon bukan siklis
1 substitusi -R
1 substitusi -R
1 substitusi -OH
maks perhitungan
maks pengukuran (tidak ada data)
: 215 nm
: 12 nm
: 18 nm
: 30 nm
: 39 nm
: 5 nm
: 349 nm
: 215 nm
: 10 nm
: 12 nm
: 30 nm
: 267 nm
2.
Bab 2 Spektroskopi
Ultra Violet dan Tampak
23
25
4. D e t e k t o r
Detektor berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus
listrik atau peubah panas lainnya dan biasanya terintegrasi dengan
pencatat (printer). Tenaga cahaya yang diubah menjadi tenaga listrik
akan mencatat secara kuantaitatif tenaga cahaya tersebut . Persyaratan
detektor yang baik adalah: (a). Sensitivitas tinggi (b). Respon pendek
(c) Stabilitas lama dan (d). Sinyal elektronik mudah diperjelas.
4.
5.
27
6.
7.
a. b. c.
d.
8.
e.
-ooOoo-
28
Bab 3
Spektroskopi
Infra Merah (IR)
......................... 2. 1
dengan: v
C
k
m1,m2
Maka dengan menggunakan persamaan 2.3 bilangan gelombang dari suatu ikatan yang pada hakekatnya adalah gugus fungsional
dapat dihitung.
Contoh:
1. Bilangan gelombang untuk ikatan C = C dengan k = 106 dyne/
cm.
30
106
v = 4,12 ___________________________= 1682 cm-1; percobaan = 1650 cm-1
12 x 12/12 + 12
2.
Bilangan gelombang untuk ikatan C-H dengan k = 5 x 105 dyne/cm
105
v = 4,12 ___________________________= 3032 cm-1; percobaan = 3000 cm-1
12 x 1 /12 + 1
3.
105
v = 4,12 ___________________________= 2228 cm-1; percobaan = 2206 cm-1
12 x 2/12 + 2
Disamping karena perbedaan kekuatan ikatan (k) dan berat atom
(M1 dan M2) perbedaan bilangan gelombang juga disebabkan oleh halhal sebagai berikut.
1.
C= C C = C C-C
2500 1650 1200 cm-1
Bab 3 Spektroskopi
Infra Merah (IR)
31
3.
4.
Perbedaan hibridisasi.
C-H
= C - H
-C-H
(sp-s) (sp2-s) (sp3-s)
3300 3100
2900 cm-1
5.
Resonansi.
Bilangan gelombang karbonil (C=O) normal adalah 1715 cm1,
sedangkan bila terkonyugasi dengan alkena sebagai ketena
(enon) maka bilangan gelombang turun menjadi sekitar (16751680) cm-1 yang dijelaskan dengan resonansi berikut.
6.
32
33
Seluruhnya ada tiga ragam vibrasi dengan masing-masing gerakan simetri dan asimetri maka total gerakan menjadi 6. Gerakan dalam bidang adalah: (1). rentangan (streaching simetri dan asimetri) dan
(2). Gunting (scissoring) yang simetri dan goyang (rocking) yang tidak
simetri. Sedangkan gerakan yang ke luar bidang adalah Wagging (simetri) dan Twisting (asimetri).
Spektra infra merah (IR) adalah gambar antara persen transmitansi (% T) lawan bilangan gelombang . Pada prakteknya spektra IR
menyertakan panjang gelombang dalam cm di absis sebelah atas seperti contoh spektra IR 1- propanol pada Gambar 2.3.
(AX2)
- CH2-NH2
-NO2
-SO2
-CO2
2900
3300
1400
1150
1400
3000
3400
1550
1350
1600
35
37
4.
5.
6.
7.
Bab 3 Spektroskopi
Infra Merah (IR)
39
Interpretasi:
Pita lebar dan kuat pada sekitar 3500-3200 cm-1 adalah rentang
anOH yang diperkuat oleh rentangan C-O pada sekitar 1050 cm1.
Serapan pada sekitar 3000-2700 cm-1 adalah rentangan C-H (sp-3-s)
dari metil dan metilen (CH2).
40
Interpretasi:
Serapan lemah pada sekitar 3300 cm-1 adalah rentangan N-H
yang telah di spike (ditambah senyawa standar eksternal untuk memperbesar serapan). Serapan pada sekitar 3000-2700 cm-1 adalah rentangan C-H (sp-3-s) dari metil dan metilen (CH2). Sedangkan serapan
kuat pada sekitar 1450 cm-1 kemungkinan adalah rentangan dari C-N.
Pelajaran 3: Spektra IR 2-heptanon
Interpretasi:
Serapan kuat dan tajam pada 1718 adalah rentangan karbonil
(C =O). Serapan sekitar 3000-2700 cm-1 adalah rentangan C-H (sp-3-s)
Bab 3 Spektroskopi
Infra Merah (IR)
41
dari metil dan metilen (CH2). Tidak ada yang informasi lain yang spesifik dalam spektra ini.
Pelajaran 4: Spektra IR butanal
Interpretasi:
Serapan kuat dan tajam pada 1720 adalah rentangan karbonil
(C =O) yang diperkuat serapan pada kembar pada 2822 cm-1 dari
C-H aldehid anti-semetri dan 2720 cm-1 dari C-H aldehid simetri.
Serapan pada sekitar 3000-2900 cm-1 adalah rentangan C-H (sp-3-s)
dari metil dan metilen (CH2).
Pelajaran 5: Spetra IR asam heksanoat
42
Interpretasi:
Serapan kuat dan lebar pada sekitar 3300-2800 cm-1 adalah
rentangan O-H yang berimpit dengan serapan (C-H)str jenuh. Puncak
yang melebar adalah disebabkan adanya ikatan hidrogen pada asam
(bandingkan dengan serapan OH pada spektra 1-butanol yang ikatan
hidrogennya lebih lemah). Serapan pada 1711 cm-1 adalah serapan
(C=O)str.
Pelajaran 6: Spektra IR butilnitril
Interpretasi:
Serapan tajam dan kuat pada 2249 cm-1 adalah rentangan nitril
(C=N). Serapan pada sekitar 3000-2700 adalah rentangan C-H (sp-3-s)
dari metil dan metilen (CH2). Tidak ada informasi lain yang spesifik
dalam spektra ini.
Spektra IR tidak dapat digunakan untuk menentukan struktur
senyawa organik walapun rumus molekulnya diketahui. Untuk senya
wa murni struktur dapat ditentukan berdasarkan spektra IR dengan
membandingkan dengan spektra IR standar (otentik). Spektra IR dapat
digunakan untuk memperkirakan gugus fungsi (skrining) dari suatu hasil analisis baik metabolit primer terutama metabolit sekunder. Dalam
Bab 3 Spektroskopi
Infra Merah (IR)
43
Model 2:
Model 3:
B. Spekroskopi FTIR
45
c.
Perlu ditekankan lagi bahwa spektroskopi IR tidak dapat digunakan untuk elusidasi struktur, kecuali senyawanya murni dan dibandingkan dengan spektra IR standar (otentik). Spektra IR biasanya digunakan untuk analisis gugus fungsional utama suatu senyawa organik.
Oleh karena itu spektra IR dapat juga digunakan untuk merunut apakah
suatu reaksi berlangsung karena reaksi senyawa organik adalah trans
formasi gugus fungsional. Juga umum digunakan untuk mengetahui
(skrining) gugus fungsional senyawa hasil ekstrak bahan alam.
Bab 3 Spektroskopi
Infra Merah (IR)
47
2.
a.
dan b.
3.
4.
5.
6.
48
-ooOoo-
Bab 3 Spektroskopi
Infra Merah (IR)
49
Bab 4
Spektroskopi
Resonansi Magnet Inti
Gambar 4.3 Kedudukan spin yang searah dan berlawanan dengan Bo.
Pemberian pengaruh medan magnet (Bo) yang kuat akan menyebabkan spin pecah menjadi dua (split) dengan tenaga yang sama antara
keduanya dibandingkan dengan spin tanpa pengaruh medan magnet
seperti gambar 4. 4.
Bab 4 Spektroskopi
Resonansi Magnet Inti
53
arah atau orientasi spin dari +1/2 menjadi -1/2 yang digambarkan
sebagai berikut.
Perbedaan tenaga tersebut didefinisikan sebagai (E) yang merupakan fungsi Bo atau f(Bo). Besarnya (E) tergantung pada inti yang terlibat, karena setiap inti mempunyai perbedaan massa dan muatan yang
didefinisikan sebagai giro magnet () maka persamaan 4.1 menjadi.
V = (/2) Bo ...............................................................4. 4
54
Meskipun banyak inti yang dapat mengalami RMI (NMR), namun untuk kimiawan organik hanya tertarik pada spektroskopi H1
NMR dan C13 NMR. Spektroskopi C13 NMR digunakan pada analisis
tertentu yang biasanya tidak dapat dilakukan dengan H1 NMR khususnya untuk molekul yang strukturnya kompleks seperti metabolit
sekunder dan selanjutnya hanya dibahas spektroskopi H1-NMR.
55
Pada gambar A adalah gasingan dalam pengaruh medan gravitasi bumi, sedangkan gambar B adalah menggambarkan presisi dari inti
yang berputar disebabkan pengaruh medan magnet yang digunakan.
Medan magner (Bo) yang digunakan dianalogikan sebagai gaya gravitasi bumi dimana lambat laun gasingan bergoyang Wobble atau
presisi dan selanjutnya spin akan berubah arah. Bila Bo makin presisi (Bo) makin besar, maka perubahan orientasi spin makin cepat atau
disebut frekwensi angular () makin besar. Dari tabel 4.1 contohnya
bila digunakan Bo sebesar 14. 100 Gauss maka frekuensi (v) adalah 60
MHz. Proses penyerapan energi gelombang radio dalam perubahan
spin digambarkan pada gambar 4.7.
57
58
Elektronegativitas X
(Skala Pauling)
4,0
3,5
3,1
2,8
2,5
2,1
1,8
Bab 4 Spektroskopi
Resonansi Magnet Inti
59
Harga (ppm)
7,27
5,30
3,05
3,30
1,69
1,25
Jenis pengaruh
3 atom Cl
2 atom Cl
1 atom Cl
Terikat lansung pada Br
Jarak 1 atom dari Br
Jarak 2 atom dari Br
Proton yang ekivalen (tipe atau jenis sama) adalah yang mempunyai kerapatan elektron yang identik, hingga kita dapat menentukan
jumlah jenis atau tipe proton dan mempekirakan secara kualitatif urut
an harga seperti kesepakatan di atas.
Contoh:
1.
2.
3.
4.
adalah dalam bentuk Gauss atau segitiga. Jumlah puncak yang muncul
adalah sesuai dengan tipe proton pada molekul tersebut. Penampil
an fisik dari tipe proton yang muncul adalah berupa pemecahan spin
dengan pola (n + 1) dengan n adalah jumlah H pada C yang bertetang
ga langsung pada proton tersebut.
61
Pola ketinggian
1
1 1
1 2 1
1 3 3 1
1 4 6 4 1
1 5 10 10 5 1
1 6 15 20 15 6 1
62
63
Bab 4 Spektroskopi
Resonansi Magnet Inti
65
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
66
4.
-ooOoo-
Bab 4 Spektroskopi
Resonansi Magnet Inti
67
Bab 5
Spektroskopi Massa
Spektroskopi
UV Vis untuk kimiawan organik digunakan untuk analisis kualitatif (maks) dan analisis kuantitatif berdasarkan persamaan (Hukum) Lambert Beer. Spektroskopi IR untuk analisis gugus
fungsional utama dan spektroskopi H1-NMR untuk menentukan berapa tipe (jenis) proton dan berapa perbadingan jumlah proton tersebut. Gabungan spektroskopi IR dan H1-NMR sudah cukup memuaskan
untuk melacak (elusidasi) struktur senyawa organik.
Spektroskopi massa (SM) atau mass spectroscopy (MS) akan melengkapi pelacakan struktur untuk suatu molekul yang belum diketahui BMnya. Spektroskopi massa akan memberikan informasi harga
BM (g/mol) dan bagaimana pola pemecahan (fragmentasi) dari suatu
molekul organik. Rekonstruksi terhadap fragmen dan dipadu dengan
interpretasi data spektra IR dan H1- NMR akan dapat mengelusidasi
struktur molekul organik anknown.
71
Bab 5 Spektroskopi
Massa
73
Anilin
: M + 1/M = (1,1 x 6) + (0,37 x 1) = 7,0 (7%)
M + 2/M = (1,1 x 6)2/200 + 0 = 0,21 (0,21 %)
Asetofenon : M + 1/M = (1,1 x 8) + 0 = 8,8 (8,8%)
M + 2/M = (1,1 x 8)2/200 + (0,2 x 1) = 0.58 (0,58 %).
Untuk anilin maka ketingian puncak (M + 1) adalah 7% dibanding M dan ketinggian puncak (M + 2) adalah 0,21 % dibanding M .
Sedangkan untuk asetofenon maka ketinggian puncak (M + 1) adalah
8,8% dibanding M dan ketinggian puncak (M + 2) adalah 0,58 % dibanding M. Ketinggian relatif ini sebanding dengan kelimpahannya di
alam.
Misalkan Cl35: Cl37 = 3: 1 dan Br79: Br81 = 1: 1, sehingga hal ini
merupakan ciri khas dari spektra MS organoklor dan organobrom.
3. Ion metastabil
Dalam spektra massa kadang ditemukan puncak-puncak pecahan seperti: m/e = 60,2 ; 43,4 dan lain-lain. Hal ini disebabkan
bila suatu fragmen yang lebih besar pecah menjadi ion yang lebih
kecil beberapa molekul tidak pecah secara sempurna. Harga (m/e) dari
ion metastabil dilambangkan sebagai (m*) yang dihitung dengan persamaan.
m* = (m2)2/m1.................................................................... 5. 3
Dengan m1 adalah ion induk terhadap m2 dimana harga ini ber
kisar antara 0,1-0,4. Sebagai contoh spektra toluena terdapat puncak
yang kuat pada m/e = 91 dan m/e = 65 bersama-sama dengan puncak
metastabil dengan m/e = 46,4. Harga ini berasal dari m* = 652/91
= 46,4 yang berarti puncak m/e = 91 akan pecah menjadi m/e = 65
dengan melepaskan fragmen lain dengan harga m/e = 26.
4. Jumlah ketidakjenuhan
Ketidakjenuhan didefinisikan sebagai perbedaan jumlah Hidrogen (H) dibagi dua dari suatu molekul dibandingkan dengan alkana
normalnya. Sebagai contoh benzena dengan rumus molekul (RM) =
C6H6 dengan alkana normalnya adalah C6H14, maka jumlah ketidakje74
Kemungkinan kombinasi lain juga bisa terjadi , sehingga kesimpulan strukturnya akan diperoleh dengan memadukannnya dengan
spektra IR dan H1-NMR.
5. Hukum Nitrogen
Menyatakan bahwa suatu molekul yang BMnya genap maka
molekul tersebut tidak mengandung Nitrogen atau bila mengandung
Nitrogen maka junlah N adalah genap. Sedangkan bila BMnya adalah
ganjil maka molekul tersebut mengandung Nitrogen ganjil.
6. Aturan elektron genap
Fragmen dengan elektron genap tidak akan pecah menjadi fragmen yang ganjil-ganjil (ion radikal-radikal) tetapi lebih cenderung peBab 5 Spektroskopi
Massa
75
m1+ + m2
Dalam memperkirakan pola proses fragmentasi maka perlu diperhatikan beberapa hal seperti berikut ini.
1. Pemutusan elektron () jenuh
Untuk hidrokarbon jenuh alkana dan siklo alkana, maka ion melekuler terbentuk dengan melepaskan elektron yang paling lemah
yaitu (C-C) yang percabangannya lebih banyak dibanding ikatan
(C-H). Untuk mengeluarkan atau memutuskan ikatan maka diperlukan elektron dengan energi yang tinggi.
Contoh: R2-CH-CH2-R + e R2 HC.+ + RH2C.
2. Pemutusan elektron dekat gugus fungsional.
Pemutusan ikatan adalah lazim karena karena ikatan berdekat
an dengan heteroatom yang elektronegatif sehingga ikatannya akan
menjadi polar.
Bab 5 Spektroskopi
Massa
77
Sejumlah aturan (Hukum) umum untuk meramalkan puncakpuncak utama dalam spektrum yang didasarkan pada konsep-konsep
kimia organik fisik dapat dituliskan sebagai berikut.
78
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bab 5 Spektroskopi
Massa
79
8.
Pemutusan ikatan (C-C) dekat hetero atom cederung meninggalkan muatan pada fragmen yang mengandung hetero atom
khususnya pada elektron (n) yang distabilkan oleh resonansi.
9.
80
2. Alkena
Ion molekuler alkena akan muncul dengan melepaskan satu
elektron . Pemecahan akan cenderung terjadi pada posisi alilik dari
ion molekuler yang distabilkan oleh resonansi (Hukum 5). Sebagai
contoh adalah spektra MS dari trans 2-heksena. Puncak dasar adalah
m/e (m/z) = 55 dengan mekanisme pemecahannya seperti pada Gambar 5.5 yang distabilkan oleh resonansi.
81
3. A l k u n a
Sama seperti alkena maka ion molekuler dari alkuna adalah de
ngan melepaskan elektron . Fragmentasi yang umum adalah dengan
melepaskan fragmen alkil CnH2n + 1, sehingga akan memuncukan puncak-puncak (M-15, M - 29, M - 43 dan seterusnya). Pemecahan lain
yang umum terjadi pada alkuna adalah dengan cara eliminasi alkena
yang akan memunculkan puncak-puncak (M-28/etena), (M-42/propena) dan seterusnya. Untuk 1-butuna dan 2-butuna maka ion molekuler
(M) adalah merupakan puncak dasar, sedangkan ion molekuler alkuna
yang lebih tingga lebih lemah.
4. Seyawa Aromatik
Senyawa aromatik khususnya benzena tersubstitusi alkil akan
cenderung mengalami pemutusan pada (C-C) membentuk ion benzil
yang selanjutnya akan memunculkan puncak dasar m/e = 91 dari ion
tripolium (Hukum 7). Selanjutnya ion tripolium akan pecah dan meng
eliminasi etuna membentuk ion karbonium cincin anggota 5 dengan
m/e 65 dan kedua puncak ini adalah merupakan ciri khas dari benzena tersubstitusi alkil.
lain, akan terbentuk dengan melepas radikal subtituen dengan mekanisme umum sebagai berikut.
Ciri khas dari pemecahan ini adalah munculnya ion meta satabil
(m*) dengan m/e = 33, 8 (512/77).
5. Organo Halogen
Untuk organo halogen (halida) khususnya Cl akan memunculkan puncak M: (M = 2) = 3: 1, sedangkan untuk Br = 1: 1. Hal
ini disebabkan kelimpahan isotop Cl35: Cl37 dan Br79: Br81 adalah seperti perbandingan di atas. Pola pemecahan dari organo halogen adalah
dengan melepaskan fragmen radikal halida dan radikal alkil dengan
mekanisme umum sebagai berikut.
Untuk gugus samping R yang bercabang maka kecendrungan
Bab 5 Spektroskopi
Massa
83
B. Spektra MS 2-kloropropan
84
7. Senyawa Eter
Pola pemecahan eter adalah pada ikatan C-C dekat atom Oksigen dan menghasilkan ion oksosonium.
Bab 5 Spektroskopi
Massa
85
Bila pada posisi terdapat atom Hidrogen maka akan dapat pecah dengan eliminasi alkena dengan mekanisme sebagai berikut.
R-O+ - R RO+ + R.
Pemutusan dengan R yang bermuatan positif lebih cenderung dan kecendrungan sebanding dengan derajat kenaikan cabang
(Hukum 3). Muatan positif pada atom yang elektronegatif seperti O
adalah tidak stabil.
8. Senyawa karbonil
Senyawa karbonil yaitu mengandung gugus karbonil (C = O)
adalah aldehid, keton, asam karboksilat, amida, anhidrida dan ester
bila mempunyai hidrogen gamma akan mengalami Mc. Lafferty rearegement (lihat proses fragmentasi 4). Senyawa karbonil yang umum
mengalami hal ini adalah aldehid, keton dan ester. Secara umum pola
fragmentasi dari senyawa karbonil adalah sebagai berikut.
86
Fragmen (3) lebih cenderung terbentuk karena stabilisasi resonansi dengan harga m/e = 43, 57, 71 dan seterusnya.
9. Amina dan Amida
Harga m/e dari ion molekuler dapat dirujuk pada Hukum Nitrogen apakah ganjil atau genap. Pola pemecahan amina adalah pemutusan ikatan (C-C) dekat heteroatom (N) dan biasanya merupakan
puncak dasar karena stabilisasi resonansi dengan mekanisme umum
sebagai berikut.
Bab 5 Spektroskopi
Massa
87
Hitunglah ketidakjenuhan dan perkirakan struktur yang mungkin dari senyawa-senyawa dengan rumus molekul sebagai berikut.
Bab 5 Spektroskopi
Massa
89
2.
CH3 OH
d. CH3- CH2- CH2- C = O
CH3 H
e.
3.
4.
90
f.
b. 2,4 - dimetilpentana
5.
-ooOoo-
Bab 5 Spektroskopi
Massa
91
Daftar Pustaka
Tentang Penulis
-ooOoo-
96