LP CKD CAUSA POLIKISTIK+HD Piok
LP CKD CAUSA POLIKISTIK+HD Piok
LP CKD CAUSA POLIKISTIK+HD Piok
Oleh:
Vieocta Apsari Paradise
NIM. 105070201111008
Kelompok 12
dan
irreversible
dimana
kemampuan
tubuh
gagal
untuk
B. Klasifikasi
Klasifikasi CKD berdasarkan tingkat LFG, yaitu :
a. Stadium I
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG
nya yang masih normal yaitu > 90 ml/menit/1,72 m3
b. Stadium II
Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG antara 60-89
ml/menit/1,73 m3
c. Stadium III
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 ml/menit/1,73 m3
d. Stadium IV
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit/1,73 m3
e. Stadium V
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m3
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance
Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance
creatinin
(ml/
menit)
(140-umur)
72 x creatini serum
3. Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual dan muntah
b. Perdarahan saluran GI
c. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
d. Konstipasi / diare
e. Nafas berbau amonia
4. Muskuloskeletal
a. Kram otot
b. Kehilangan kekuatan otot
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
5. Integumen
a. Warna kulit abu-abu mengkilat
b. Kulit kering, bersisik
c. Pruritus
d. Ekimosis
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar
6. Reproduksi
a. Amenore
b. Atrofi testis
E. Fatofisiologi
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka
klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea
darah (BUN) juga akan meningkat.
Gangguan klirens renal. Banyak masalah muncul pada gagal ginjal
sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan
penurunan
klirens
(substansi
darah
yang
seharusnya
2.
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
3.
IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4.
USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostat.
5.
Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6.
7.
8.
Pemeriksaan radiologi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
9.
Pemeriksaan
Pielografi
Retrograd
bila
dicurigai
obstruksi
yang
reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11.
j.
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Smeltzer dan Bare (2009) penatalaksanaan gagal ginjal
kronik adalah:
1. Dialisis
2. Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid
II. POLIKISTIK
a. Pengertian
Polikistik berasal dari dua kata poly yang berarti banyak dan cystic
yang berarti rongga tertutup abnormal, dilapisi sel yang mengandung
cairan atau bahan semisoid, jika digabungkan polikistik berarti banyak
kista. Jadi polikistik ginjal adalah banyaknya kistik pada ginjal yang
tersebar di kedua ginjal baik di korteks maupun di medulla, kista-kista
tersebut dapat dalam bentuk multiple, bilateral dan berekspansi yang
lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal
akibat penekanan. Ginjal dapat membesar (kadang-kadang sebesar
sepatu bola) dan terisi oleh cairan jernih atau hemoragik (Rubenstein,
David, dkk, 2005).
multisistemik
dan
progresif
yang
dan
bayi
cepat
meninggal
akibat
gagal
ginjal.
Ginjal
keparahan
manifestasi
melebihi
keparahan
manifestasi
e. Manifestasi Klinis
Penyakit ginjal polikistik pada dewasa atau penyakit ginjal
polikistik pada dominan autosomal tidak menimbulkan gejala hingga
decade keempat, saat dimana ginjal telah cukup membesar. Gejala yang
ditimbulkan adalah:
1) Nyeri
Nyeri yang dirasakan tumpul didaerah lumbar namun kadang-kadang
juga dirasakan nyeri yang sangat hebat, ini merupakan tnada
terjadinya iritasi didaerah peritoneal yang diakibatkan oleh kista yang
rupture. Jika nyeri yang dirasakan terjadi secara konstan mak itu
adlah tanda dari pembesaran satu atau lebih kista.
2) Hematuria
Hematuria adalah gejala selanjutnya yang terjadi pada polikistik.
Gross hematuria terjadi ketika kista yang rupture masuk ke dalam
pelvis ginjal.
3) Infeksi saluran kemih
4) Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda yang paling umum dari penyakit ginjal
polikistik. Kadang-kadang pasien akan mengalami sakit kepala akibat
tekanan darah tinggi. Takanan darah tinggi dapat menyebabkan
pengobatan
tekanan
darah
tinggi
dapat
membantu
f.
Penatalaksanaan
Pengobatan pada penyakit ginjal polikistik resesif autosomal
(ARPKD) dan penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD)
adalah bersifat suportif yang mencakup manajemen hipertensi yang
cermat. Sedangkan apabila ARPKD dan ADPKD yang sudah berkembang
menjadi gagal ginjal adalah dialysis dan transplantasi ginjal dan pada
ADPKD
pengobatan
bertujuan
untuk
mencagah
komplikasi
dan
III. HEMODIALISA
A. Pengertian
Hemodialysis adalah bentuk dialysis yang menggunakan mesin (alat
dialysis ginjal) untuk membuang kelebihan cairan, bahan kimia dan
produk sisa dari darah. (Litin, 2009)
Hemodialysis adalah terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal
akut, gagal ginjal kronis, dan gagal ginjal terminal melalui mesin.
Hemodialysis termasuk jenis membrane dialysis selain cangkok ginjal.
Kelebihan dengan hemodialysis adalah pasien hanya datang ke rumah
sakit minimal 2 kali perminggu sedangkan cangkok ginjal hanya dapat
digantikan dengan ginjal asli yang diberikan oleh donor ginjal. (Rizal,
2011)
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tingkat tinggi sebagai
terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium,
hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membrane
semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal
buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa
B. Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :
1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan
2.
3.
4.
5.
asam urat.
Membuang kelebihan air.
Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
Memperbaiki status kesehatan penderita.
C. Proses Hemodialisa
Mekanisme proses pada mesin hemodialisa, darah dipompa dari
tubuh masuk kedalam mesin dialysis lalu dibersihkan pada dialyzer (ginjal
buatan), lalu darah pasien yang sudah bersih dipompakan kembali ke
tubuh pasien.
Mesin dialysis yang paling baru telah dilengkapi oleh system
komputerisasi dan secara terus menerus memonitor array safty-critical
parameter, mencangkup laju alir darah dan dialysate, tekanan darah,
tingkat detak jantung, daya konduksi, pH dan lain-lain. Bila ada yang tidak
normal, alarm akan berbunyi. Dalam hemodialysis memerlukan akses
vascular (pembuluh darah) hemodialysis (AVH) yang cukup baik agar
dapat diperoleh aliran darah yang cukup besar, yaitu diperlukan
kecepatan darah sebesar 200 300 ml/menit secara kontinyu selama
hemodialysis 4 5 jam.
AVH dapat berupa kateter yang dipasang di pembuluh darah vena di
leher atau paha yang bersifat temporer. Untuk yang peramanen dibuat
hubungan antara arteri dan vena, biasanya di lengan bawah disebut
arteriovenous fistula, lebih populer bila disebut (brescia) cimino fistula.
Kemudian darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi darah mesin
hemodialysis yang terdiri dari selang inlet/arterial (ke mesin) dan selang
outlet/venous (dari mesin ke tubuh), kedua ujungnya disambung ke jarum
dan kanula yang ditusuk ke pembuluh darah pasien. Darah setelah
melalui selang inlet masuk ke dialisar. Jumlah darah yang menempati
sirkulasi darah di mesin berkisar 200 ml. Dalam dialiser darah
dibersihkan, sampah-sampah secara kontinyu menembus membrane dan
menyeberang ke kompartemen dialisat, di pihak lain cairan dialisat
mengalir dalam mesin hemodialysis dengan kecepatan 500 ml/menit
masuk ke dalam dialiser pada kompartemen dialisat. Cairan dialisat
dialysate
natrium,
penyakit
jantung
aterosklerotik,
pada
pasien
yang
mengalami
gangguan
fungsi
kardiopulmonar.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan gangguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit
dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Pengguanaan
heparin selama hemodialisa juga merupakan factor resiko terjadinya
perdarahan.
7. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah
yang disebabkan karena hipoglikemi. Gangguan pencernaan sering
disertai dengan sakit kepala. Infeksi atau peradangan bisa terjadi
8.
a. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th),
usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 %
pada pria.
b. Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera
makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah,
nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.
c. Riwayat penyakit
1) Sekarang
Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis,
renjatan kardiogenik.
2) Dahulu
Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik,
Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
3) Keluarga
Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).
d.
Tanda vital
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi,
nafas cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.
e. Pemeriksaan Fisik :
1)
Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala:
Nafas
pendek,
dispnoe
nokturnal,
paroksismal,
batuk
Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala
Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau
angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda
Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran: Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent
sampai koma.
4)
5)
nausea,
vomiting,
fektor
uremicum,
hiccup,
Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk
saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda :
Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis
pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit,
jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
untuk
tidak
mematuhi
prosedur
adanya
penjelasan
yang
benar
dan
mudah
dimengerti pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Anoreksia, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga
mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah.
Keadaan
tersebut
gangguan
nutrisi
dapat
dan
mengakibatkan
metabolisme
terjadinya
yang
dapat
diuretic,
ketidakmampuan
Gangguan
berkonsentrasi,
status
mental,
kehilangan
memori,
mudah
mengalami
kelelahan
dan
lemas
dengan
baik/tidak,
klien
mengalami
disorientasi/ tidak.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan
penderita
mengalami
gangguan
pada
dan
pengobatan
mengalami
kecemasan
dan
menyebabkan
gangguan
peran
pasien
pada
reproduksi
sehingga
menyebabkan
gangguan
dan
koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
kronik, faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada
harapan,
tak
ada
kekuatan,
karena
ketergantungan
klien
tidak
mampu
menggunakan
H. Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan/KH
Intervensi
1 Intoleransi aktivitasSetelah
dilakukanNIC: Toleransi aktivitas
B.d
askep ... jam Klien dapat
Warna
kulitposisi, berpindah&perawatan diri
normal,hangat&kering Pastikan klien mengubah posisi secara
efektif
b.daskep ..... jam pola nafas
Monitor
adanya
indikasi
Bebas dari edemaoverload/retraksi
anasarka, efusi
Kaji daerah edema jika ada
Suara paru bersih
Tanda vital dalam batasFluit monitoring:
normal
Monitor intake/output cairan
Monitor serum albumin dan protein
total
Monitor RR, HR
Monitor turgor kulit dan adanya
kehausan
Monitor warna, kualitas dan BJ urine
Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap situasi
yang mengharuskan klien makan.
Monitor lingkungan selama makan.
jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak bersamaan dengan waktu klien
makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam
proses
mastikasi/input
makanan
misalnya perdarahan, bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
Klien
/
keluargayang mungkin digunakan untuk
kooperatif saat dilakukanmencegah komplikasi
tindakan
infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media
Aeusculapius FKUI: Jakarta
Smeltzer dan Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawaatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth Edisi 8. Egc: Jakarta
http://kesehatan-ibu-anak-1plus.blogspot./2010/11/penyakit-ginjal-polikistikautosom.html