PPI
PPI
PPI
LAPORAN
PELATIHAN IPCN
WISMA BIDAKARA
RUMAH SAKIT HARAPAN KITA JAKARTA
TGL 16-22 MARET 2014
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Bahwa tidak bisa kita hindari lagi tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan
rumah sakit saat ini menjadi tuntutan yang utama karena semakin lama masyarakat
semakin mengetahui betapa pentingnya mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
Jika kita bicara kualitas maka akan muncul beberapa fariabel/indikator mutu antara
lainnya adalah keselamatan pasien, yang didalamnya ada pencegahan dan
pengendalian Infeksi di fasyankes (PPIRS/HAIs).
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) menjadi persyaratan
operasional dan indikator yang paling mudah terlihat, sehingga dari berbagai badan
akreditasi/komite mutu selalu mempersyaratkan nilai yang baik untuk PPI. Tentu saja
ini bukan hal yang mudah karena PPI harus merubah prilaku/kebiasaan buruk mulai
dari petugas terdepan sampaai ke petugas yang paling belakang, maka kami
mengharapkan dukungan sekaligus memohon izin kepada direksi, untuk aksi
perbaikan secara bertahap.
1.2. TUJUAN
1.2.1. TUJUAN UMUM
1.2.1.1. Meningkatkan Keselamatan pasien
1.2.1.2. Meningkatkan Kinerja Panitia PPIRS Rumah Sakit Dr. M. Goenawan
Partowidigdo (RSPG)
DASAR HUKUM
2.1. UU RI NO 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
2.2. UU RI NO 44 TAHUN 2009
2.3. SK Menkes No 270/Menkes/SK/III/2007 ttg Pedoman Manajerial PPI di RS
dan Fas Yankes Lainnya
2.4. SK Menkes No 382/Menkes/SK/III/2007 ttg Pedoman PPI di RS dan Fas.
Yankes lainnya
2.5. SK Menkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 ttg SPM RS
2.6. SK Menkes 1165.A./Menkes/SK/X/2004 ttg KARS
2.7. SK Dirjen Bina Yanmed No.HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan
Komite PPIRS & Tim PPIRS
2.8. Undang-undang RI no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2.9. Undang-undang RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3.
3.17.
3.18.
3.19.
3.20.
3.21.
PPI di ICU
PPI dalam standar Akreditasi RS versi 2012
Risk Assesmen for Infection control
Desinfeksi dan sterilisasi
Sistim Pelaporan dalam PPI
REKOMENDASI
4.1.
Segera terbitkan SK IPCN/surveilans sehingga sesegera mungkin dapat
melakukan tugasnya, membantu memperbaiki prilaku yang buruk dalam
pelayanan
4.2.
Sebaiknya IPCN di kondisikan bertugas Purna waktu /fulltime
4.3. Sesuai dengan SK Kemenkes RI no 270/Menkes/SK/III/2007 Panitia PPIRS
langsung dibawah koordinasi Direktur
5.
6.
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
menjadi target yaitu ICU, ruangan bedah dan ruang bangsal perawatan paru
Penerapan Konsep Isolasi di semua ruangan dan semua kelas
Melakukan Audit PPI
PENUTUP
Demikian laporan pelatihan ini kami sampaikan untuk berbagai pertimbangan.
Sasaran
Metoda
Melaksanakan
sosialisasi ke semua unit
dan petugas
Sosialisasi dapat
terlaksana pada
bulan April 2014
Refresh tentang
kewaspadaan isolasi
No
Melaksanakan survey
dengan tri l metoda
target
Sosialisasi Penerapan
konsep Isolasi
Audit PPI
1. Hand hygiene
2. 5 moment cuci
tangan
3. Penggunaan APD
Biaya dan
sumberny
Waktu
Tempat
Pengawasan
setiap saat
survey
ruangan
yang
ditargetkan
AprilDesember
2014
Di semua
ruangan
RSPG / bil
ada akan
dibuatkan
TOR
Tersampaikannya
materi
kewaspadaan
isolasi kepada
semua unit dan
petugas
Terlaksananya
survey setiap hari
dengan cara
targeted di ICU,
Terate dan
Mawar.
Tersosialisasi
konsep isolasi di
semua ruangan
Presentasi /
penjelasan
Materi
kewaspadaa
n isolasi
Rapat
Koordinasi.
Aula
pertemuan
RSPG
Terlaksananya
Audit
Observasi
Juni 2014
pada sasaran
individu atau
grup
(random
sampling)
Rapat
Keperawatan
Kunjungan
ke semua
ruangan
Bangsal
perawatan
semua kelas
dan semua
ruangan
April 2014
ICU, IGD,
OK dan
ruang
perawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PPI
Selasa, 07 Oktober 2014
LAPORAN INFEKSI RUMAH SAKIT
TAHUN 2014 (Januari- Juni 2014)
1. PENDAHULUAN
Terjangkitnya infeksi Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan/HAIs (Hospital
Aquired Infections), artinya infeksi yang terjadi dirumah sakit. Hal ini
berimplikasi sangat luas menimbulkan masalah bagi penderita dan dapat
merugikan nama baik rumah sakit.
Sebagai sebuah penyakit yang berdiri sendiri (terlepas dari keterkaitan
penyakit dasar) yang muncul sebagai akibat tindakan medis dan asuhan
keperawatan yang dilakukan baik sesuai SPO atau pun tidak, maka infeksi
nosokomial dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit
dasar. Akibat lain adalah hari rawat yang lebih panjang dan itu berarti
perlu adanya tambahan biaya sedangkan bagi rumah sakit dapat
memberikan kesan kurang baik terhadap pencegahan infeksi yang
merupakan indikator keselamatan pasien rumah sakit.
2. PENGORGANISASIAN
Berdasar pada SK Direktur Utama Rumah sakit Paru Dr. M. Partowidigdo
No: KP.02.0711/5094/2012 Tentang Pembentukan Panitia Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Paru dr. M. Partowidigo tanggal
11 Juli 2012 bahwa PPIRS berbentuk Panitia Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, terdiri dari berbagai unit terkait yang
bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Kemudian
untuk operasional, ada Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit yang terdiri dari unsur perawat (IPCN =Infection prevention control
nurse dan IPCLN= Infection prevention control link nurse)
PPIRS mempunyai peran penting dalam rangka memberikan pelayanan
yan berkualitas terhadap pasien, baik langsung ataupun tidak langsung.
Memberi pengertian dan tambahan wawasan terhadap pasien dan
BULAN
PEMBILANG
Ventilato
r
Assosiat
ed
Pneumon
ia
Hospital
Acquired
Pneumon
ia
Infeksi
Saluran
Kemih
Infeksi
Aliran
Darah
Phlebit
is Lab
IVL
UC
WSD
ETT
CVL
TIRAH
BARIN
G
JANUARI
3182
63
71
168
FEBRUARI
2685
23
63
123
MARET
2672
32
64
165
APRIL
1582
79
171
137
MEI
1475
67
31
55
JUNI
885
23
12
JUMLAH
1248
1
264
423
660
29
0,00
0,00
3,79
0,00
2,32
DALAM
/MIL
NO
JAN-JUNI 14
JML
INF
ILO
174
1,1
5
4. ANALISA TABEL
Terjadi infeksi saluran kemih, pasca pemasangan urine catheter sebesar
3,79 (mil), VAP nihil, HAP nihil, IADP nihil ( ditunggu selama 3x24 Jam)
Phlebitis akibat pemasangan infus sebesar 16,02 dan akibat
pengambilan darah laboratorium sebesar 2,32 dan ini terkait dengan
mutu pelayanan dan tidak ditunggu 3 x 24 jam, berarti tiap 1000 hari
perawatan akan ada pasien yang phlebitis sebanyak 16 orang akibat
pemasangan infus dan ada 2 orang phlebitis akibat pengambilan sample
darah.
Terdapat Infeksi luka WSD 2,36 berarti setiap 1000 hari perawatan
akan terjadi 2 kasus infeksi sekitar luka WSD.
Dekubitus masih terjadi sebesar 3,03 , dan ini menjadi salah satu
indikator mutu pelayanan.
Infeksi luka Operasi 1,15% artinya daalam 100 kali operasi akan ada 1
orang pasien yang terifeksi dan angka ini masih dianggap wajar.
Rumus untuk mendapatkan inciden rate:
kejadian infeksi kasus baru
X 1000
X 100
SETELAH KONTAK
DENGAN
LINGKUNGAN
PASIEN
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
V
V
V
3
X
X
X
X
X
X
X
X
13
27,3
27,3
45,5
21,7
NAMA
TINDAKAN
SEBELUM KONTAK
DENGAN PASIEN
SEBELUM
MELAKUKAN
TINDAKAN ASEPTIK
SESUDAH KONTAK
DENGAN CAIRAN
TUBUH PASIEN
FTR
MIF
FAT
AZ
RHY
HDY
GV
VISITE
VISITE
GV
GV
GV
PERBEDEN
T
GV
GV
AS ETT
AS ETT
VISITE
JUMLAH
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
DMY
YNT
TS
RIZKY
SUSAN
AR
a.
b.
c.
d.
V
V
YA
1
1
0
0
0
TIDAK
Nama
Jenis
Ruangan
Pemeriksaa
Hasil kultur
Tn. Ahmad
Specimen
dahak
Melati
n
Gram(-)
Klebsiella,
Coccus
pseudomona
s
Pseudomonas
Yeti
Cairan
Kacapiring
Marie
Pleura
Dahak
Melati
Gram(-)
sp
Pseudomonas
Melati
Batang
Gram(-)
Aureginesus
Acinobacter
Coccus
gaumanii,
Pipin
Cairan
Pleura
staphylococc
Aah
Dahak
Kacapiring
Gram(-)
Coccus
Gram(-)
us
Staphylococc
us aureus
Batang
Pemeriksaan Kultur harus diminta/oleh dokter klinisi ynang merawat, ada
28 pasien yang dimperiksa kultur oleh dokter sehingga terdapat
gambaran secara kulitatif sbb:
Daftar dokter yang memeriksakan kultur
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama Dokter
dr. Zubaedah,SpP, MARS
dr. Neni Sawitri SpP
dr. Faordiastiko
dr. Alvin
dr. R. Anom Risworo, Sp AN
dr. Boedi Sadjarwa AM, SpP
dr. Saladdin Tjokronegoro, Sp
BTKV
dr. Miftah
dr. Nely, Sp PK
jumlah
2
3
6
3
4
1
4
%
7,14 %
10,71%
21,43 %
10,71%
14,29 %
3,57 %
14,29 %
1
4
3,57 %
14,29 %
Keterangan
inisiatif
Dari daftar tersebut maka belum semua dokter aktif meminta pemerikasaan
kultur dan kultur yang diperiksa baru terbatas pada sample, dahak dan
cairan pleura
Harapan dan himbauan :
Semua dokter berperan aktif untuk memeriksakan kultur, baik darah, cairan
tubuh pasien, Urine, apusan tenggorokan (untuk pasien yang dipasang ETT)
dan diperiksa pada hari ke 3 perawatan di RS, sebelum diberi
antimikroba/antibiotik.
Adapun prosedur tetap terkait pemeriksaan kultur akan segera diterbitkan,
sehingga apa saja yang harus diperiksa, langkah pengambilan dan perlakuan
terhadap sample dapat dilaksanakan dengan benar.
tusukan jarum infus, sepsis, decubitus dan angka infeksi pada pemasangan
WSD.
Kejadian infeksi sangat terkait dengan terkait dengan program penyehatan
lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi terutama lingkungan
pasien yang berbaur dengan penunggu pasien sangat mempengaruhi infeksi
silang dari penunggu kepada pasien atau sebaliknya.
b. Mengikuti Pelatihan IPCN Pada 16 22 Maret 2014, di gedung Bidakara
Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta yang diselenggarakan oleh HIIPPI
Pusat.
c. Mengikuti Workshop tenaga surveiland pada 9 12 Juli 2014 yang
dilaksanakan oleh Dirjen BUK.
9. PENGGUNAAN ANTI MIKROBA
Penggunaan antibiotika dan antimikroba di RSPG belum ada standarisasi /
formularium yang disepakati. Pada umumnya antimikroba yang
digunakan adalah sepalosforin generasi III, karena dokter lebih
mengutamakan kesembuhan pasiennya dengan cara pemberian
antimikroba yang dipercaya. Sepalosporin generasi III adalah antimikroba
yang banyak dipilih, kemudia golongan quinolon dan gol penisilin adalah
pilihan ke 3.
Bahwa pemetaan kuman di RSPG saat ini sedang berlansung dimana
hasil peta kuman dapat digunakan untuk keperluan penggunaan
antibiotika dan antimikroba yang wajar, sehingga formularium
antibiotika/ antimikroba di RSPG segeraa dapat disusun.
10. PEMBATASAN PENGUNJUNG
Pembatasan pengunjung menjadi penting karena akan menyangkut
beberapa hal; Pemutusan rantai penularan, kebersihan lingkungan,
ketertiban keamanan dan kenyamanan, mengurangi kontaminasi
terhadap pasien
Sampai saat ini bila kita perhatikan pembatasan waktu berkunjung
belum sempurna bahkan hampir tidak dibatasi. Pengunjung baik anak
dibawah 12 th sampai yang dewasa bebas memasuki area rumah sakit.
LINGKUNGAN JAKARTA
b.
Rekomendasi
1) Poli MDR sudah berjalan, sebaiknya diatur kembali untuk akses
khusus, dan akses menuju poli yang lainnya. Jangan abaikan 5
moment di poliklinik.
2) Untuk Bidang Perawatan dan Diklat, Perlu adanya pelatihan /
Refresh untuk pemasangan IV Chateter, dan pelatihan
penangan pasien menular, mulai dari desinfeksi, mengeksekusi
vena, penentuan kaliber jarum infus, melakukan tindakan
secara septik dan a septik, bisa dilakukan pada kelompokkelompok kecil disetiap ruangan, termasuk unit laboratorium.
3) Kepada Komite Medik segera merampungkan
pedoman/panduan penggunaan antibiotik/antimikroba yang
wajar, sambil menunggu peta kuman yang akan direalisasikan
pada tahun ini.
4) Gunakan sarung tangan sewajarnya, kami anggap salah jika
visite, pemasangan elektrode ECG, Mendorong
pasien/menggotong pasien, membersihkan lantai, nyetir
membagi makanan, menyuapi pasien, mendorong troli
tindaakan dll masih menggunakan sarung tangan (handscoen)
dan cara yang terbaik adalah menertibkan/membiasakan Hand
Hygiene (5 moment).
5) PKMRS Agar memberikan pemahaman kepada semua pihak baik
kepada petugas maupun pengunjung tentang pembatasan
kunjungan dimana waktu belum terkontrol dan anak-anak
dibawah 12 tahun masih banyak yang masuk bahkan menginap
di ruangan rawat inap.
6) Selayaknya Poli bedah dilaksanakan di poliklinik saja sehingga
OK hanya digunakan sesuai fungsinya, sesuai aturan yang ada.
7) Perlu difikirkan penggunaan masker efisiensi tinggi sperti N 95,
tidak hanya di ruangan poli DOTS saja tapi diruangan rawat inap
yang mempunyai resiko yang sama sehingga para perawat
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam melakukan
DAFTAR ISI
1.
DAFTAR ISI
2.
PENDAHULUAN
3.
PENGORGANISASIAN
4.
INAP
5.
TABEL (RL6)
6.
7.
8.
9.
PEMBATASAN PENGUNJUNG
10
10.
10
11.
11
KEGIATAN OK
12.
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
11
1. PENDAHULUAN
Terjangkitnya infeksi nosokomial/HAIs atau sering disebut juga infeksi rumah sakit,
artinya infeksi yang terjadi dirumah sakit. Hal ini berimplikasi sangat luas
menimbulkan masalah bagi penderita dan dapat merugikan nama baik rumah sakit.
Sebagai sebuah penyakit yang berdiri sendiri (terlepas dari keterkaitan penyakit dasar)
yang muncul sebagai akibat tindakan medis dan asuhan keperawatan yang
dilakukan baik sesuai SPO atau pun tidak, maka infeksi nosokomial dapat
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit dasar. Akibat lain adalah hari
rawat yang lebih panjang dan itu berarti perlu adanya tambahan biaya sedangkan
bagi rumah sakit dapat memberikan kesan kurang baik terhadap pencegahan infeksi
yang merupakan indikator keselamatan pasien rumah sakit.
2. PENGORGANISASIAN
Pada tahun ini Pengorganisasian ada perubahan yaitu PPIRS berbentuk Panitia
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, terdiri dari berbagai unit terkait
yang bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Kemudian untuk
operasional, ada Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit yang
terdiri dari unsur perawat (IPCN =Infection prevention control nurse dan IPCLN=
Infection prevention control link nurse)
Berdasarkan SK Direktur Utama Rumah sakit Paru Dr. M. Partowidigdo No:
KP.02.0711/5094/2012
Tentang Pembentukan Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah
Sakit Paru dr. M. Partowidigo tanggal 11 Juli 2012.
PPIRS mempunyai peran penting dalam rangka memberikan pelayanan prima
terhadap pasien, baik langsung ataupun tidak langsung. Memberi pengertian dan
tambahan wawasan terhadap pasien dan pengunjungnya tentang perkembangan
penyakit dan kuman setidaknya akan mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien.
Kendala yang dihadapi :
Dalam perjalan kinerjanya PPIRS masih menghadapi beberapa kendala antar lain belum
ditetapkannya IPCN yang fulltime sehingga banyak hal yang tidak tergarap antara
lainnya pembuatan revisi protap, panduan, pedoman, dan beberapa kerjasama yang
semestinya di lakukan dengan unit lainnya menjadi tidak dapat dilakukan
contohnya mendisain sebuah ruangan seharusnya melibatkan unsur PPIRS untuk
memberikan masukan kepada tim/unit /pihak yang melaksanakan pembangunan
sehingga sesuai atau paling tidak mendekati kaidah PPI Setidaknya PPI
memberikan masukan tentang Ventilasi untuk sehingga turn over udara diruangan
menjadi seimbang, pencahayaan, dan lain-lain.
Harapan-harapan
Pengorganisasian PPIRS kedepan bisa memberikan kontribusi yang baik untuk
peningkatan mutu layan di RSPG Cisarua Bogor dan bisa berkolaborasi dengan unit
yang lain untuk kemajuan RSPG dan akhirnya berpartisipasi dalam mewujudkan
mayarakat Indonesia yang berkualitas, Sehat dan Mandiri sehingga usia harapan
hidup akan lebih baik.
Analisa Tabel 1.
Table diatas adalah data dari ruangan rawat inap yang diakumulasikan dan dibagi
jumlahnya per item di kalikan 100. Bila kita melihat angka rata-rata Januari-Juni
2013 sebesar 2,71% masih diatas angka standar yang telah ditetapkan yaitu
dibawah 2% jika kita melihat pelayanan SPM Kemenkes tahun 2011 untuk angka
infeksi tidak boleh lebih dari 1,5%
Bahwa pada table tersebut terlihat angka infeksi yang paling tinggi adalah akibat
tusukan jarum infuse/ IV Catheter yaitu mencapai 2.9% disusul infeksi luka operasi
0.6 %, decubitus 0,5% pneumoni sebesar 0.8%, infeksi saluran kemih 0.4%.
Adapun selanjutnya infeksi luka WSD sebanyak 0,0 %, dan angka sepsis belum
pernah dilaporkan, sehingga angka tersebut kami anggap nihil.
Bila kita lihat angka di setiap bulannya maka pada bulan Juni 2013 adalah angka yang
paling tinggi dan terburuk pada 5 tahun terakhir, dan ini dipicu dari angka plhebitis
yang mencapai 6.1%.
No
Bulan
Insiden rate
Januari
1.24%
Februari
3.14%
Maret
1.94%
April
2.72%
Mei
2.06%
Juni
5.67%
Rata-rata
2.71%
X 100%
X 100%
5.
6.
masih sangat rendah, meskipun belum ada data untuk kepatuhan cuci tangan.
Perawatan luka / puncture site yang tidak adequate
Penggunaan IV line 1 minggu di satu tempat.
Infeksi luka operasi (ILO) sebesar 0.6% berarti jika terdapat 1000 pasien maka akan
terjadi infeksi sebanyak 6 orang atau 6/mil.
Pneumonia menunjukan angka 0.8% berarti turun dari angka tahun yang lau yang
mencapai 1,34% angka ini muncul dengan pembanding tirah baring lama sedangkan
pasca pemasangan ventilator di ICU kemudian terjadi pneumonia.
Decubitus juga menjadi indikator yang sangat penting, disadari atau tidak keperdulian
kita terhadap pasien bisa dinyatakan dengan angka ini dalam 6 bulan terdapat 7
orang yang decubitus terjadi dirumah sakit dari 1493 orang pasien yang berpotensi
jadi sebesar 0.5% atau 4.7/mil.
infeksi akibat pemasangan catheter urin 0,4 % ini menunjukan penurunan dibandingan
dengan tahun lalu, perlu diingatkan kembali bahwa prosedur pemasangan dan
prosedur cuci tangan harus sudah terbiasa.
Terkait dengan program penyehatan lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi
4.
infeksi. Juga diruangan lain yang seharusnya menjadi ruangan isolasi digunakan
juga oleh keluarga pasein untuk tidur dan menunggu pasien diruangan yang
sama/diruang rawat. Sehingga sudah sering ditemukan yang dulunya menunggu
pasien sekarang menjadi pasien.
6. LAPORRAN PENGUJIAN BBLK JAKARTA
Pada tanggal 17 Mei 2013 telah dilakukan uji bakteri udara.
Di ruang teratai lt 2 terdapat staphylococcus aureus dan staphylococcus aureus sp
Di ruang OK kmr 1 terdapat staphylococcus aureus sp
Di ruang anggrek terdapat staphylococcus aureus sp
Disemua ruangan terdapat jamur
Pada pemeriksaan usap linen di kamar bedah terdapat Bacillus sp pada baju oprasi
Pemeriksaan air bersih cliform memenuhi standar yang dipersyaratkan, sehingga
kualitas air masih baik.
Pada pemeriksaan usap alat dapur, jumlah kuman pada nampan, mangkok, pisin lauk,
piring, dan plato semua terdapat kuman diatas ambang batas yang dipersyaratkan.
7(Tujuh) orang yang diperiksa rectal swab semuanya negatif
Pada nasi putih, pepes ayam, sayur sop oyong, tempe bacem terdapat escherichia coli
<1,0x101 dan angka yang dipersyaratkan 0.
Dari hasil pemeriksaan udara dan usap alat dan makanan maka kita dapat
mengantisipasi beberapa hal antara lain tidak terjadi wabah diare di rumah sakit.
7. BEBERAPA CATATAN PELAKSANAAN KEGIATAN DI OK TERKAIT DENGAN
PPI
1. Ketika kita masuk ke OK di area Kotor kita wajib melepaskan alas kali / sepatu yang
berasal dari luar Ok, akan tetapi kursi roda / brandcar dari luar bisa masuk sampai
ke ruang tindakan.
2. Belum adanya petunjuk / batas yang memisahkan area-area di OK, termasuk area
pasien preoprasi dan postoprasi, sehingga kedepan masuk dan keluar pasien dari
pintu yang berbeda.
8. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Angka Infeksi rumah sakit / HAIs, di RSPG masih terlalu tinggi dan perlu
pengendalian yang lebih intensif terutama pada bulan Juni 2013 angka infeksinya
mencapai 5.67% jadi rata-rata dalam 6 bulan terakhir 2.71%.
Perlu dilakukan langkah-langkah yang kongkrit untuk pengendalian infeksi ini sehingga
manfaat pelatihan cuci tangan masih sangat rendah korelasinya untuk pengendalian
infeksi.
2. Rekomendasi
PPI
Minggu, 21 April 2013
Laporan Infeksi Nosokomial RSPG Cisarua
I.
PENDAHULUAN.
Sudah tidak bisa disangkal lagi Infeksi nosokomial adalah hal yang harus
diperhatikan, diawasi dan dikendalikan. Maka perlunya penatalaksanaan
untuk mengatasi dan pengendalian infeksi nosokomial / infeksi rumah
sakit.
Di RSPG Cisarua ini Infeksi Nosokomial adalah hal yang sudah lama diketahui,
namun belum semua fihak untuk berpartisipasi dalam pengendaliannya,
tetapi bila dibandingkan pada periode sebelumnya terdapat penurunan
Maka pada laporan ini kami akan memaparkan angka kejadian infeksi yang
terjadi di RSPG Cisarua Bogor selama 1 ( satu ) semester periode JuniDesember 2008, mudah-mudahan laporan ini dapat memberi gambaran
mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit kita, sehingga kita dapat
memberi layanan yang lebih baik dimasa mendatang dan lebih peduli
pada pentingnya Pengendalian Infeksi Nosokomial.
II.
TUJUAN
2.
3.
4.
III.
2.
3.
4.
5.
Menurut laporan dan data yang kami terima terdapat 51 kasus bedah 49
diantaranya diberikan tindakan oprasi, dengan angka infeksi luka operasi
0 (nihil),35 diantaranya dipasang catheter, data menunjukan infeksi akibat
pemasangan catheter 0 (nihil).
6.
7.
Masih adanya kejadian dekubitus yang cukup tinggi yaitu 0,6 % dan
angka ini dalam batas ambang yang diperkenankan dan tidak melebihi
standar nasional sebesar 3 %.
8.
IV.
V.
Ada berbagi teori bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar dan
yang paling dikenal adalah dengan 7 langkah mencuci tangan. Tidak
semua ruang perawatan terdapat washtafel untuk mencuci tangan
sehingga harus diupayakan setiap ruangan yang terdapat pasien
disediakan washtafel (permanent atau fortable)
VI.
PENGELOLAAN SAMPAH
1.
2.
VII.
PENGELOLAAN LINEN
VIII.
1.
KENDALA
Kesadaran akan keselamatan diri sendiri dan orang lain masih kurang,
seperti membuang jarum masih ada yang disatukan dengan samapah
domestic, tidak menggunakan sarung tangan ketika melakukan tindakan
inpasiv, dan lain-lain.
2.
3.
4.
Belum bisa dilakukan apusan kuman pada alat yang steril, untuk tingkat
keseterilan (pembuktian terbebas dari kuman patogen dan a patogen
serta sporanya).
5.
IX.
KESIMPULAN
X.
REKOMENDASI
1.
2.
Agar plastic kuning untuk sampah medis selalu tersedia dengan berbagai
ukuran.
3.
4.
5.