Proposal PKM Blower Padi
Proposal PKM Blower Padi
Proposal PKM Blower Padi
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Keadaan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan membuat mata
pencaharian penduduk pedesaan terfokus pada bidang pertanian. Sebagai negara
agraris, Indonesia dikenal sebagai negara yang tanahnya tergolong sangat baik
untuk pertanian. Salah satu tanaman yang menjadi hasil produk tanaman unggulan
di Indonesia yaitu padi.
Padi merupakan cikal bakal dari beras yang menjadi bahan pokok makanan
masyarakat Indonesia. Indonesia pernah menjadi salah satu negara yang
melakukan swasembada pangan, dan salah satunya Beras (Padi) ada didalamnya.
Dalam satu dekade terakhir, Indonesia mengalami penurunan drastis dalam
produksi bahan pokok pangan. Alhasil, produksi padi pun menurun dan satusatunya jalan untuk menutupi kekurangan yang ada, negara mengimpor beras dari
negara-negara tetangga asean seperti thailand dan vietnam. Dalam
3(tiga) bulan
pertama di tahun 2014, Indonesia telah mengimpor beras sebanyak 60,79 ribu ton
yakni sekitar US$ 26,87 juta atau sekitar Rp. 309,47 miliar (dalam kurs: Rp.
11.517 per dollar).
Kurangnya perhatian dan greget dari pemerintah merupakan salah satu faktor
utama mundurnya produktifitas beras dalam negeri. Terutama membahas soal alatalat untuk bercocok taman para petani Indonesia.
Mayoritas petani Indonesia masih bercocok tanam dengan cara yang
konservatif nan konvensional. Contohnya seperti: Digunakannya kerbau untuk
menggemburkan tanah, pengeringan padi dengan cara dijemur selama 3 (tiga)
hari, merontokkan padi dengan ditumbuk-tumbuk, dsb. Hal itu merupakan salah
satu juga dari faktor mundurnya produktifitas beras dan kualitas dari beras itu
sendiri. Penjemuran padi dengan memakan waktu 3 hari merupakan waktu yang
sangat lama. Cuaca saat ini pun tidak dapat dipastikan seperti beberapa dekade ke
belakang dimana kita bisa memastikan kapan waktunya untuk musim hujan dan
kapan waktunya untuk musim kemarau. Tak ayal kita menjumpai panas yang
sangat menyengat dalam beberapa hari padahal didalam bulan yang seharusnya
sudah masuk musim penghujan.
Berdasarkan masalah-masalah yang dijabarkan diatas, nampaknya para petani
tidak perlu lagi masygul. Mereka tak perlu resah hati apabila padi mereka yang
dijemur ternyata terkena hujan. Karena, kami mencoba memberikan solusi untuk
mengatasi masalah-masalah diatas dengan alat yang bernama seed blower. Dimana
seed blower ini dapat dimiliki dengan harga yang lebih terjangkau dan dapat
dipakai setiap petani yang menghendaki agar padinya lebih cepat mengering
dibandingkan harus dikeringkan selama berhari-hari. Alat ini mampu
mengeringkan padi dalam waktu yang pastinya lebih singkat dibandingkan dengan
mengeringkan padi dengan cara konvensional. Seed blower merupakan inovasi
kembangan dari pengering-pengering padi yang sudah ada.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
1.5.KEGUNAAN
Adapun kegunaan pembuatan alat yang dimaksud adalah :
1. Memperkenalkan kepada pihak industri dan masyarakat agar dapat lakukan
pengeringan padi lebih cepat daripada melakukan pengeringan secara
konvensional.
2. Untuk meningkatkan kreatifitas pada pengembangan ilmu teknologi industri.
3. Meningkatkan inovatif mahasiswa dalam menemukan hasil karya yang dapat
membantu meningkatkan efisiensi pengeringan padi kering.
dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang
migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna semusim,berakar
serabut,batang sangat pendek,struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian
pelepah daun yang saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak,daun
berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua,berurat daun sejajar,tertutupi
oleh rambut yang pendek dan jarang,bagian bunga tersusun majemuk,tipe malai
bercabang,satuan bunga disebut floret yang terletak pada satu spikelet yang duduk
pada panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah
dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3mm hingga
15mm,tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut
sekam,struktur dominan padi yang biasa dikonsumsi yaitu jenis enduspermium.
2.
Energi
Teknologi merupakan salah satu faktor penting penentu daya saing suatu
negara adalah penguasaan teknologi. Pengembangan dan penerapan Ilmu
Pengetahuan
dan
Teknologi
(Litbangrap
IPTEK)
bidang
energi,
yaitu:
3. Bahan bakar
Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai bahan
yang apabila dibakar dapat meruskan proses pembakaran tersebut dengan
sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor. Bahan bakar dibakar dengan tujuan
untuk memperoleh kalor.
Syarat umum bahan bakar :
1.
2.
Relatif murah.
3.
4.
Emisi rendah.
Beberapa macam bahan bakar yang dikenal yaitu :
Leaf berasal dari daun-daunan, ranting, atau batang tumbuhan yang membusuk.
3.
Batu bara berasal dari fosil biomassa yang telah terkubur selama ratusan ribu
tahun. Batubara dapat diklasifikasikan berdasarkan ranking dan grade.
5. Spesifikasi
Spesifikasi dasar yang terpenting dari bahan bakar yaitu:
1.
Nilai kalor atau heating value atau kalorifit value atau kalor pembakaran adalah
kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna setiap satu kilogram bahan bakar
atau setiap m3 nya. Nilai kalor bahan bakar dibagi menjadi dua, yaitu :
Nilai kalor atas atau gross heating value atau higher heating value adalah nilai
pembakaran tertinggi.
Nilai kalor bawah atau net heating value atau lower heating value adalah nilai
pembakaran terendah.
2.
a. Kandungan air internal atau air kristal yaitu air yang terikat secara kimiawi.
b. Kandungan air eksternal atau air mekanikal yaitu air yang menempel pada
permukaan bahan dan terikat secara fisik atau mekanikal.
Dan air yang terkandung pada bahan bakar menyebabkan mutu bahan bakar jadi
menurun karena :
Menurunkan nilai kalor dan memerlukan sejumlah kalor untuk penguapan.
Menurunkan titik nyala
memperlambat proses pembakaran dan menambah volume gas buang
Kandungan abu
Abu yang terkandung dalam bahan bakar adalah mineral yang tak dapat terbakar
yang tertinggal setelah proses pembakaran dan perubahan-perubahan atau reaksi
yang menyertainya selesai.
7.
Limbah pertanian
Semua orang mempunyai persepsi yang sama tentang limbah, yaitu sesuatu
yang bersifat bau, kotor, merupakan bahan buangan dan sebagian besar berwarna
kehitaman. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
yang berlangsung di dalam rumah tangga (sampah domestik) dan industri.
Keberadaan limbah umumnya tidak dikehendaki karena hampir tidak mempunyai
nilai ekonomi dan bersifat merusak ekologi dan lingkungan.
Padi adalah salah satu tanaman budi daya terpenting dalam peradaban manusia.
Budi daya padi yang lama telah menghasilkan berbagai mcam jenis padi akibat
seleksi dan pemulihan yang dilakukan orang, diantaranya :
1.
Padi Pera
Padi Pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada
berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat.
2.
Padi Ketan
Padi ketan (sticky rice) memilki kadar amilosa dibawah 1% pada pati berasnya.
3.
Padi Wangi
Padi wangi atau harum (Aromatic Rice) dikembangkan orang dibeberapa tempat di
Asia.
Padi Gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo. Suatu tipe padi
lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti disawah.
Padi Rawa
Padi rawa atau padi pasang surut mampu membentuk batang yang panjang
sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air.
beberapa
ukuran
gabah
yang
setelah
dikeringkan
berdasarkan
kadar
2.
3.
Gabah kering giling (gkg) adalah gabah yang mengandung kadar air maksimal 14 %
serta kotoran/hampa maksimal 3 %. (Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)
http://faostat.fao.org /faostat)
Hasil sampingan yang di peroleh dari gabah yang telah diproses /digiling adalah :
1.
2.
Bekatul, yaitu serbuk kulit ari beras bentuknya lebih halus dari dedak.
3.
Dedak, yaitu campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil.
2.3 Pengeringan
Pada prinsipnya pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dari suatu
produk pertanian sehingga memenuhi rencana penggunaan selanjutnya.
Pengeringan merupakan kegiatan yang penting artinya dalam pengawetan
bahan maupun industri pengolahan hasil pertanian. Tujuan pengeringan hasil
pertanian adalah :
1.
2.
3.
4.
1.
Pengeringan alami
Pengeringan alamiah yaitu memanfaatkan radiasi surya, suhu dan kelembaban
udara sekitar serta kecepatan angin untuk proses pengeringan. Pengeringan
dengan
cara
penjemuran
ini
mempunyai
beberapa
kelemahan
antara
lain
Pengeringan buatan
Pengeringan dengan buatan dapat menggunakan udara dipanaskan. Udara yang
dipanaskan
tersebut
dialirkan
ke
bahan
yang
akan
dikeringkan
dengan
2.3.2
a.
b.
Laju pengeringan
Laju pengeringan adalah penurunan kadar air basis basah butir gabah per satuan
waktu. Dilakukan dengan mengukur kadar air setiap selang waktu 1 jam pada
masing-masing lokasi. (Sumber SNI, 2003)
Perpindahan kalor antara batas benda padat dan fluida terjadi karena adanya suatu
gabungan dari konduksi dan transfort massa. Kecepatan perpindahan energi
bergantung pada gerakan massa dan pada gerakan pencampuran partikel-partikel
fluida. Maka jumlah panas yang diterima oleh padi dapat diketahui dengan
persamaan (Djokosetyardjo, 2003), yaitu :
Q1 = h . A . (Tw-To)
Keterangan :
Q1
Tw
To
Kalor spesifik (cp) dari suatu bahan adalah jumlah energi yang diperlukan untuk
menaikan suhu satu satuan massa bahan tersebut sebesar 1 K. Adapun kalor
spesifik
untuk
masing-masing
bahan
(Wilbert
F.
Stuker;
1989)
adalah
= 4,19 kJ/kg K.
= 1,88 kJ/kg K.
c.
Re= (V . X)/v
Keterangan:
Re
= Bilangan Reynold
h = (Nu . K)/X
Keterangan :
K = Konduktifitas thermal ( w/m C )
d.
Efisiensi pengeringan
Efisiensi pengeringan adalah perbandingan antara jumlah panas yang diserap oleh
padi terhadap jumlah panas yang diberikan oleh genset. Besarnya efisiensi
pengeringan (menurut L.A. de Bruijin) dapat diketahui dengan persamaan :
p= (Qm-Qtot)/Qm x 100%
Keterangan :
p
Qm
Qtot
KERANGKA PIKIR
BAB III
METODE PENELITIAN
b.
c.
Stopwatch
Digunakan untuk menghitung lama waktu proses pengeringan gabah.
d.
e.
Timbangan digital
Digunakan untuk mengukur massa gabah
f.
g.
Gabah
Digunakan sebagai objek percobaan
Study pustaka/study jurnal: penelitian yang relevan dengan energi, bahan bakar,
padi dan alat pengering.
b.
b.
Menganalisa
pembakaran
limbah
pertanian
selama
proses
pengeringan
berlangsung.
c.
Mencatat data suhu yang terjadi di tungku, oven pengering dan di gabah.
d.
Menghitung jumlah sekam yang habis dibakar dan lama waktu proses pengeringan
gabah.
e.
Menganalisa dan mengamati hasil gabah yang sudah dikeringkan dan mengukur
massa gabah.
f.
3.4
a.
b.
= 54 cm
Lebar
= 54 cm
Tinggi
= 100 cm
= Semen
Diameter luar
= 27,5 cm
Diameter dalam
= 20,5 cm
Tinggi
= 37,5 cm
= 48 cm
Lebar
= 40 cm
Tinggi
= 8 cm
Kapasitas
= 18 kg
Jumlah rak
= 6 buah
BAB IV
4.1 Hasil
Adapun data yang didapat pada saat penelitian adalah sebagai berikut:
Data temperatur masing-masing rak dan waktu
Rak
Sebelum (kg)
Sesudah (kg)
(Mp1) 1,500
(Md1)1,308
(Mp2) 1,500
(Md2)1,346
(Mp3) 1,500
(Md3)1,380
(Mp4) 1,500
(Md4)1,378
(Mp5) 1,500
(Md5) 1,442
(Mp6) 1,500
(Md6) 1,310
Jumla
(Mp tot)9,000
(Md tot)8,164
Jumlah penurunan/penguapan.
Mptot Mdtot
= 9,000 8,164
= 0,836 kg
Jumlah pemakaian bahan bakar dan nilai konduktifitas :
Pemakaian bahan bakar dalam 1 kali pembakaran
: 1 kg
: 0,308 kg
:3300-3600 kilokalori/kg
Kadar air gabah (basis basah) adalah perbandingan selisih berat biji padi sebelum
dikeringkan dengan berat biji padi setelah di keringkan.
a.
Kag 1
Kag 1
= (mp1-md1)/mp1 x 100%
= (1,5-1,308)/1,5 x 100%
= 12,8%
b.
Kag 2
= (mp2-md2)/mp2 x 100%
Kag 2
= (1,5-1,346)/1,5 x 100%
= 10,2%
c.
Kag 3
Kag 3
= (mp3-md3)/mp3 x 100%
= (1,5-1,380)/1,5 x 100%
= 8%
d.
Kag 4
= (mp4-md4)/mp4 x 100%
Kag 4
= (1,5-1,378)/1,5 x 100%
= 8,13%
e.
Kag 5
Kag 5
= (mp5-md5)/mp5 x 100%
= (1,5-1,442)/1,5 x 100%
= 3,8%
f.
Kag 6
Kag 6
= (mp6-md6)/mp6 x 100%
= (1,5-1,310)/1,5 x100%
= 12,8%
4.2.2
Laju pengeringan
Laju pengeringan adalah penurunan kadar air basis basah butir gabah per satuan
waktu dilakukan dengan mengukur kadar air setiap selang waktu 10 menit pada
masing-masing rak selama 60 menit . Berdasarkan (Sumber SNI) bahwa kadar air
gabah setelah panen 20%, maka laju pengeringan gabah tiap rak yaitu:
a.
LP1
= (Mo-kag1)/t
= (20%-12,8%)/60
= 0,12%/menit
b.
LP2
LP2
= (Mo-kag2)/t
= (20%-10,2%)/60
= 0,16%/menit
c.
LP3
LP3
= (Mo-kag3)/t
= (20%-8%)/60
= 0,2%/menit
d.
LP4
LP4
= (Mo-kag4)/t
= (20%-8,13%)/60
= 0,19%/menit
e.
LP5
LP5
= (Mo-kag5)/t
= (20%-3,8%)/60
= 0,27%/menit
f.
LP6
LP6
= (Mo-kag6)/t
= (20%-12,6%)/60
= 0,12%/menit
4.2.3
Jumlah panas yang diterima oleh padi dapat diketahui dengan persamaan sebagai
berikut :
a.
Bilangan Reynold
Re
= (V .X)/v
= (0,12 . 0,54)/(23,12 x 10^(-6) )
=2802,77
b.
Bilangan Nussel
Nu
4.2.4
a.
Q1
= h A (Tw To)
= 0,833 m2 x 0,216 ( 120 30) C
= 0,833 m2 x 0,216 (90C)
= 0,179 m2 x 90 C
= 16,11 watt
b.
Q2
= h A (Tw To)
= 0,833 m2 x 0,216 (150-30) C
= 0.179 m2 x (120C)
= 21,59 watt
c.
Q3
= h A (Tw To)
= 0,833 m2 x 0,216 (120-30) C
= 0.179 m2 x (90C)
= 16,11 watt
d.
Q4
= h A (Tw To)
= 0,833 m2 x 0,216 (96-30) C
= 0.179 m2 x (66C)
= 11,8 watt
e.
Q5
= h A (Tw To)
= 0,833 m2 x 0,216 (74-30) C
= 0.179 m2 x (44C)
= 7,87 watt
f.
Q6
= h A (Tw To)
= 0,833 m2 x 0,216 (96-30) C
= 0.179 m2 x (66C)
= 11,8 watt
4.2.5
Efisiensi Pengeringan
Efisiensi pengeringan adalah perbandingan jumlah panas yang diserap oleh padi
terhadap jumlah panas yag diberikan oleh sekam. Besarnya efisiensi pengeringan
dapat diketahui :
= (Qm-Qtot)/Qm x 100%
= (3600-114,60)/3600 x 100%
= 96,8%
Ra
Kadar air
Laju pengeringan
(%)
(%/menit)
12,8
0,12%
16,11
10,2
0,16%
21,59
0,2%
11
8,3
0,19%
11,8
3,8
0,27%
7,87
12,8
0,12%
11,8
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Hasil penelitian kurang efisien karena kapasitas tungku hanya 1 kg satu kali
proses pembakaran.
2.
Panas yang ditimbulkan dari sekam banyak terbuang karena tungku tidak
dipasangi peredam panas.
3.
5.2
Saran
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA