Modul (Plesteran)

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

Kegiatan Pembelajaran II

Plesteran dan Acian


A. Tujuan Pembelajaran
Dengan diberikan modul tentang pernjelasan pekerjaan plesteran dan
acian ini, guru dapat mengetahui dan memahami campuran bahan,
penggunaan alat serta ketentuan-ketentuan dalam mengerjakan
pekerjaan plesteran dan acian pada dinding yang disyaratkan SNI
2837-2008 agar mendapatkan hasil kerja yang baik dalam bentuk
horizontal dan vertikalnya.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1.

Guru dapat mengetahui dan memahami tentang plesteran serta


acian.

2.

Guru dapat mengetahui dan memahami tentang bahan plesteran


serta acian yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan persyaratan
yang berlaku (SNI 2837-2008).

3.

Guru dapat mengetahui, memahami dan menganalisis tentang


baik campuran maupun kebutuhan bahan yang digunakan untuk
plesteran serta acian yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan
persyaratan yang berlaku (SNI 2837-2008).

4.

Guru dapat mengetahui

dan memahami tentang peralatan

pekerjaan plesteran serta acian yang sesuai dengan spesifikasi


teknis dan persyaratan yang berlaku (SNI 2837-2008).
5.

Guru dapat mengetahui

dan memahami tentang langkah kerja

plesteran serta acian yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan


persyaratan yang berlaku (SNI 2837-2008).
6.

Guru dapat mengetahui

dan memahami tentang langkah kerja

plesteran serta acian yang tahapan pelaksanaannya berkaitan


dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta ramah terhadap
lingkungan hidup.

7.

Guru dapat mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan plesteran sesuai


dengan ketentuan yang berlaku (SNI 2837-2008) dan gambar
kerja.

C. Uraian Materi
1. Defenisi
Istilah plesteran mungkin telah sering anda didengar. Bahkan
mungkin anda sudah paham betul tentang fungsi dan cara
pengerjaannya. Plesteran sangat identik dengan dinding atau
tembok, saluran air, dan talut. Plesteran adalah suatu proses
dalam pekerjaan konstruksi batu dan beton yang terdiri dari
pekerjaan

menempatkan

atau

merekatkan

bahan

berupa

campuran semen+pasir+air terhadap suatu bidang kasar yang


bertujuan membuat permukaan suatu bidang menjadi rata.
Plesteran juga dapat diartikan sebagai pelapis baik itu lantai atau
dinding tembok dengan adukan semen+(Portlan Cement)+air
sehingga plesteran digunakan untuk menutup pasangan dinding
atau tembok. Dalam pengertian lain, plesteran adalah suatu
lapisan sebagai penutup permukaan dinding baik luar atau dalam
bangunan dari pasangan bata dengan fungsi sebagai perata
permukaan, memperindah dan memperkedap dinding. Dapat
disimpulkan bahwa plesteran merupakan penutup dinding yang
terdiri dari bahan semen +air+pasir. Permukaan dinding baik
berupa dinding batu bata, batako dan dinding bata ringan dapat
ditutup dengan plesteran di bagian luarnya.
Pekerjaan plesteran merupakan pekerjaan menutup pasangan
bata dengan adukan plester sehingga akan diperoleh:
a.

Bidang muka tembok yang rata dan halus

b.

Bidang muka tembok yang lurus dan vertikal (tegak)

c.

Bidang muka tembok yang sewarna (tidak kelihatan kelainan


warna dari bata, dan adukan)

d.

Tambahan kekuatan tembok

Pekerjaan plesteran dilakukan untuk mendapatkan kekuatan


tambahan baik lantai atau dinding, selain itu untuk plesteran juga
dapat memperlihatkan kerapihan dan keindahan dinding setelah
diapasang bata atau lantai setelah pemadatan tanah. Penerapan
umum dari plesteran ditujukan untuk meningkatkan penampilan
permukaan dan secara konstruktif juga ditujukan untuk melindungi
bidang dari cuaca seperti hujan, panas dan lainnya. Bahan
plesteran yang umum digunakan adalah menggunakan mortar
yang juga sering disebut dengan plesteran.
Tujuan pekerjaan plesteran diantaranya adalah
a.

Membuat permukaan sebuah dinding lebih rapi, lebih bersih


dan juga keindahan eksterior bangunan

b.

Melindungi permukaan dari pengaruh cuaca dan iklim

c.

Menutupi kerusakan-kerusakan dinding atau bidang yang


ditutupi

d.

Menutupi kualitas bahan yang kurang baik pada pasangan


bata

e.

Sebagai dasar yang baik untuk proses pengecatan pada


dinding

f.

Dapat

memperkecil

penempelan

debu

pada

dinding

dibandingakan dengan debu yang langsung menempel pada


pasangan batu bata tanpa plesteran
g.

Mempermudah pembersihan pada dinding

2. Jenis-Jenis Plesteran
Secara umum jenis plesteran dibagi menjadi 3, yaitu:
a.

Plesteran kasar,
Plesteran kasar yaitu plesteran yang dilakukan untuk jenis
pekerjaan

pondasi

yang

nantinya

diurug

dengan

perbandingan 1semen : 8ps


b.

Plesteran setengah halus,


Pekerjaan

plesetran

halus

biasanya

digunakan

pekerjaan kamar mandi, lantai dan lapangan olahraga.

untuk

c.

Plesteran halus,
Plesteran halus merupakan plesteran yang

umumnya

digunakan sebagai plesteran dinding atau lantai.


Berdasarkan bahan yang digunakan, plesteran dibagi menjadi 3
jenis juga, yaitu:
a.

Plester semen atau Mortar Semen:


Bahan yang digunakan dalam plesteran ini adalah adukan
antara pasir dengan semen sehingga sering disebut orang
dengan plesteran semen (mortar semen). Perbandingan
campuran pasir dengan semen pada jenis ini tergantung
kepada fungsi pemakaian plesterannya. Komposisi atau
campuran yang sering dipakai adalah
1) 1 semen : 3 pasir
2) 1 semen : 4 pasir
3) 1 semen : 5 pasir
Pencampuran

adukan

dibuat

dengan

terlebih

dahulu

mencampur pasir dan semen sesuai komposisi, dicampur


secara merata kemudian diaduk dengan air sesuai dengan
kekenyalan

dan

dicampurkan
menyebabkan

tidak

keliatan
boleh

campuran

yang

dibutuhkan.

Air

yang

terlalu

banyak

karena

akan

menjadi

cair

sehingga

sulit

ditempelkan ke dinding demikian juga jika air terlalu sedikit


adukan akan terlihat kering dan juga sangat sukar menempel
ke dinding. Ikatan campuran ini tidak akan bagus. Waktu
maksimum pemakaian dari adukan yang

baik adalah

maksimal 30 menit setelah pengadukan campuran.


b.

Plester kapur
Plesteran kapur (mortar kapur) terdiri dari bahan kapur
sebagai campuran dalam pembuatan adukannya dimana
perbandingan komposisinya adalah 1 kapur : 1 pasir. Jenis
plesteran ini sangat jarang digunakan. Plesteran kapur
umumnya digunakan didaerah tertentu yang banyak terdapat
bahan kapur. Sebagai bahan adukan mortar untuk plesteran,
penggunaan kapur harus mengikuti syarat teknis. Kapur harus

memiliki ukuran butiran yang seragam. Pengolahannya harus


dilakukan secara mekanis sehingga didapatkan ukuran butir
yang seragam. Ukuran yang diijinkan tidak boleh terlalu
banyak mengandung ukuran butiran halus . Secara fisik kapur
yang dipergunakan harus bersih dari kandungan lainya,
berbutir tajam dan tidak tercampur oleh zat kimiawi lainnya.
Kapur yang baik untuk plesteran adalah kapur yang yang
berlemak dan tidak banyak mengandung serpihan. Kapur
yang kurang berlemak dan banyak mengandung serpihan
biasanya cepat membuat permukaan plesteran menjadi rusak
seperti kusam dan juga dapat menimbulkan retakan-retakan.
Pencampuran dengan semen harus menggunakan air yang
bersih.

Pleseteran dengan kapur ini harus ditambahkan

semen untuk meperkuat ikatan plesterannya. Pekerjaan ini


biasa dilakukan sehingga jenis plesteran kapur ini agak sedikit
boros.
c.

Plester Tanah Liat


Jenis plesteran tanah liat sering digunakan secara tradisional.
Pekerjaan plesteran tanah liat tidak jauh bedanya dengan
bagaimana mengolah tanah liat menjadi batu bata. Dalam
pelaksanaan pekerjaan plesteran ini, tanah liat dicampur
dengan jerami yang sudah dihaluskan. Pada daerah tertentu,
plesteran tanah liat juga dicampurkan dengan kotoran sapi.
Proses

pengerjaan

pencampuran

dilakuan

dengan

mengadukan secara basah antara tanah liat dengan jearmi


halus atau kotoran sapi. Kemudian, selama 7 hari adukan
dibiarkan secara terbuka dan disiram secara berkala dan
Continue. Jika saat pelaksanaan pekerjaan memplester telah
tiba, plesteran adukan diambil dan kemudian dicampur
dengan air sesuai dengan kelekatan dan keliatan yang
diinginkan saat plesteran.
Menurut fungsi dari plesteran tersebut, pleseteran dapat dibagi
menjadi 2 jenis yaitu:

a.

Plesteran kedap air


Plesteran ini digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
konstruksinya berhubungan langsung dengan air, contoh :
dinding kamar mandi, plesteran dinding, lantai kolam dan
saluran air. Perbandingan campurannya adalah 1semen : 3
pasir.

b.

Plesteran non kedap air


Plesteran non kedap air sering digunakan untuk pekerjaan
konstruksi yang tidak berhubungan langsung dengan air,
contoh: plesteran dinding rumah dan lantai rumah.

3. Campuran Plesteran
a.

Plesteran 1 semen : 4 pasir, tebal 15 mm


Standarnya, Ketebalan plesteran yang digunakan untuk
rumah

tinggal adalah 15 mm. Perbandingan campuran

plesteran bisa

disesuaikan dengan peraturan SNI 2837-

2008, Mengerjakan plesteran dengan perbandingan 1 semen :


4 pasir seluas 1 m2 membutuhkan semen 6,24 kg dan pasir
0,024 m3. Apabila anda mempunyai dinding dengan panjang
10 m dan tinggi 5 m, maka dapat dihitung volume campuran
plesteran sebagai berikut.
Luas dinding

= 10 x 5 = 50 m2

Satu sak semen

= 50 kg

Volume semen

= 6,24 x 50

= 312 kg = 312/50 = 6.24

7 sak semen.
Volume pasir
b.

= 0,024 x 50 = 1,2 m3

Plesteran 1 semen : 5 pasir, tebal 15 mm


Plesteran dengan perbandingan 1 semen : 5 pasir dalam 1 m 2
membutuhkan semen

5,18 kg dan pasir 0,026 m 3 sesuai

dengan SNI 2837-2008. Jika anda mempunyai dinding


dengan panjang 10 m dan tinggi 5 m, maka dapat dihitung
sebagai berikut.
Luas dinding

= 10 x 5 = 50 m2

Satu sak semen = 50 kg


Volume semen = 5,18 x 50 = 259 kg = 259/50 = 5,18 6 sak
semen.
Volume pasir = 0,026 x 50 = 1,3 m3
c.

Plesteran 1 semen : 6 pasir, tebal 15 mm


Menurut SNI 2837-2008, untuk mengerjakan plesteran seluas
1 m2, dibutuhkan semen sebanyak 4,42 kg dan pasir 0,027
m3. Jika anda mempunyai dinding dengan panjang 10 m dan
tinggi 5 m, maka dapat dihitung sebagai berikut.
Luas dinding = 10 x 5 = 50 m2
Satu sak semen = 50 kg
Volume semen = 4,42 x 50 = 221 kg = 221/50 = 4,42 5 sak
semen
Volume pasir = 0,027 x 50 = 1,35 m3

Semakin sedikit jumlah pasir, maka semakin kuat ikatan antar


bahan dalam adukan pada dinding yang diplester.

4. Langkah Pekerjaan Plesteran


Ada beberapa tip dalam melaksanakan pekerjaan plesteran
supaya menghasilkan dinding tembok yang bagus.
a.

Melakukan pemasangan dinding dengan bagus, tegak dan


datar

b.

Memberikan waktu jeda antara selesainya pemasangan batu


bata dengan pekerjaan pleseteran

c.

Membuat kepala plesteran terlebih dahulu untuk mengatur


kedataran

d.

Tunggu beberapa saat sebelum melakukan acian dinding agar


hasilnya bisa bagus.

e.

Area pemasangan keramik tidak perlu diplester dahulu, cukup


menempelkan adukan lalu memasang keramik pada posisi
yang pas.

Pekerjaan pemasangan plesteran tembok atau dinding harus


memenuhi beberapa syarat, diantaranya adalah:

a.

Permukaan plesteran harus horizontal dan vertikal

b. Ketebalan plesteran minimum yaitu, 11 mm dan maksimum


16 mm.
c.

Tidak terjadi retakan-retakan pada plesteran

Tiga syarat yang disebutkan sebelumnya merupakan ketentuanketentuan dalam menghasilkan plesteran yang bagus. Sering
sekali

ditemukan, seorang tukang tidak tahu teori dalam

memasang

plesteran.

Mereka

hanya

bekerja

berdasarkan

kebiasaan sehingga hasil yang didapatkan asal-asalan. Kesalahan


yang biasa ditemukan adalah kurangnya penyiraman pada
permukaan dinding sebelum di plester sehingga berakibat pada
retak-retak bahkan plesteran dan kurang melekat. Pada kesalahan
lain juga ditemukan bahwa plesteran tidak rata secara horizontal
dan vertikal.
Pekerjaan plesteran dinding memang merupakan pekerjaan yang
mudah, namun memerlukan perhatian dan metode cara plesteran
dinding yang baik sehingga dapat dihasilkan pekerjaan plesteran
yang baik, rata dan rapi. Sebelum mengerjakan pekerjaan
plesteran, terlebih dahulu anda harus menyiapkan alat dan alay.
Alat yang digunakan diantaranya:
a.

Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur dan menentukan tebal
plesteran

b.

Benang
Benang adalah alat yang berguna untuk mengontrol tebal
plesteran dalam semua jarak dinding yang akan diplester.

c.

Roskam kayu atau Roskam besi


Roskam

merupakan

alat

untuk

meratakan

permukaan

plesteran secara menyeluruh baik horizontal dan vertikal


namu belum dalam hasil akhir.

d.

Jidar alumunium atau jidar kayu kaso.

Mendapatkan hasil akhir yang rata secara vertikal dan


horizontal dapat dilakukan dengan alat jidar aluminium atau
jidar kayu kaso.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan plesteran dinding
yaitu:
a.

kawat ayam
Kawat ayam biasanya digunakan pada plesteran yang
memerlukan perkuatan khusus atau pada plesteran dengan
ketebalan lebih dari 3 cm.

b.

Air
Air adalah bahan untuk membuat adukan plesteran.

c.

Semen
Semen

adalah bahan perekat untuk membuat adukan

plesteran.
d.

Pasir
Pasir adalah agregat dalam membuat adukan plesteran.

Pelaksanaan pekerjaan plesteran dapat dibagi atas 3 lapis utama,


yaitu:
a.

Lapis pertama
Lapisan ini berukuran tebal 3 mm, dari campuran semen-pasir
yang encer dan berfungsi untuk menyeragamkan permukaan
dinding,

pelekatan

badan

plesteran

dan mengurangi

penyusutan.
b.

Lapis kedua
Lapisan kedua ini disebut dengan badan plesteran setebal
6 10 mm. Campuran semen-pasir ini adalah campuran
plastis yang berfungsi untuk mengatur kerataan permukaan
dinding.

c.

Lapis ketiga
Lapisan dengan tebal 2 mm ini terbuat dari pasta semen.
Adukan untuk plesteran ini dapat juga ditambah dengan pasir
halus. Lapisan ini mempunyai fungsi sebagai penghalus
permukaan dan pelindung dari pengaruh cuaca.

Pada umumnya, plesteran harus segera dilakukan setelah adukan


mencapai waktu paling lama 2,5 jam sejak mulai dicampur.
Adukan harus diaduk berulang-ulang selama masa pelaksanaan
untuk menjaga homogenitas dan kemudahan pengerjaannya.
Pekerjaan plesteran lapis demi lapis yang telah dijelaskan di atas
memiliki tenggang waktu. Tenggat waktu antar lapisan harus
diberikan sampai lapisan sebelumnya cukup keras dan stabil,
terutama untuk lapisan badan (lapis kedua). Lapisan akhir
dikerjakan minimal 7 (tujuh) hari setelah lapisan sebelumnya
dikerjakan.
Persyaratan pembuatan adukan menggunakan mixer adalah
selama 3 menit dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.

Plesteran 1 semen : 2 pasir.


Pelesteran ini digunakan pada bidang kedap air, dinding atau
lantai beton, pasangan batu bata yang langsung berhubungan
dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata yang
berada 30 cm dari permukaan lantai. Plesteran ini juga
digunakan pada dinding 160 cm dari permukaan lantai yang
biasanya untuk kamar mandi, WC atau toilet dan daerah
basah lainnya.

b.

Standarnya, pada berbagai kondisi campuran 1 semen : 4


pasir sudah cukup.

c.

Semua jenis adukan plesteran disiapkan harus dalam kondisi


belum mengering. Jarak waktu adukan atau pencampuran
diusahakan

agar

tidak

melebihi

30

menit

dengan

pemasangnnya terutama utnuk adukan kedap air.


Beberapa ketentuan dalam pekerjaan plesteran, yaitu:
a.

Pekerjaan plesteran dinding hanya dilakukan setelah selesai


pemasangan instalasi pipa, listrik dan plumbing.

b.

Sebelum diplester permukaan beton harus dibersihkan dari


sisa-sisa bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih
dahulu dan semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting
harus tertutup dengan adukan plester.

c.

Pada dinding yang tertanam di dalam tanah dipakai campuran


spesi kedap air 1 semen : 2 pasir.

d.

Kepala plesteran yang dibuat, pasangannya dipasang tegak


dan menggunakan keping-keping plywood untuk patokan
kerataan bidang.

e.

Ketebalan plesteran harus rata dengan permukaan kolom.


Tebal pelsteran maksimum 3 cm, jika ketebalan melebihi 3
cm, bidang yang diplester harus diberi kawat ayam untuk
membantu dan memperkuat daya lekat.

f.

Toleransi lengkung atau cembung bidang tidak melebihi 5 mm


untuk setiap jarak 2 m.

g.

Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan


berlangsung alami dengan membasahi permukaan plesteran
sesuai kebutuhan.

Ada beberapa cara atau metode melakukan pekerjaan plesteran


dinding yang baik. Cara I dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a.

Pasanglah dinding batu bata

atau batako agar kedudukan

plesteran itu ada. Diamkan minimal selama 1 hari.


b.

Siram permukaan dinding tadi dengan air sampai basah atau


rata-rata dalam kondisi jenuh air.

c.

Lakukan

pembuatan

adukan

plesteran

sesuai

dengan

perbandingan material yang direncanakan.


d.

Tentukan tebal plesteran dengan menancapkan paku maximal


panjang 2 pada permukaan cembung tersebut. Ikuti tebal
ukurannya pada setiap titik yang cekung.

e.

Lakukan pemasangan benang pada paku ke paku untuk


menentukan horizontal dan vertikalnya bidang yang akan
diplester dengan melihat permukaan yang cembung.

f.

Buat kepala plesteran dengan memplester alur paku yang


terikat benang tersebut. Diamkan selama 1 hari

g.

tentukan letak instalasi mekanikal elektrikal yang tertanam


dalam plesteran, pastikan instalasi sudah terpasang semua
agar tidak terjadi pekerjaan bobok pasang dikemudian hari.

h.

Lakukan pekerjaan plesteran dengan sendok spesi dibantu


dengan ruskam. Penggunaan ruskam dilakukan jika plesteran
agak sedikit kering permukaan atau jenuh.

i.

mengecek kerataanya secara vertikal dan horizontal dengan


menggunakan alat jidar.

j.

Lakukan penyiraman selama kurang lebih 7 hari agar tidak


terjadi keretakan dinding.

Cara II yang sering dikerjakan adalah sebagai berikut:


a.

Persiapkan bahan dan peralatan;

b.

Rencanakan dan tentukan komposisi campuran untuk setiap


lapisan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.

c.

Basahi permukaan dinding secara merata

d.

Plesterkan lapisan kamprot sampai rata sesuai dengan


campuran yang telah ditentukan

e.

Lemparkan plesteran dengan menggunakan sendok spesi ke


bidang yang akan diplester

f.

Ratakan permukaan ruskam

g.

Jika terdapat lubang-lubang, lakukan pengisian kembali


dengan adukan. Padatkan tanpa melempar dan ratakan
dengan ruskam lagi.

h.

Lakukan Finishing terakhir dengan meratakan permukaan


plesteran secara skala besar. Gunakan jidar dalam proses ini.

Cara III dalam melaksanakan pekerjaan plesteran dapat diurutkan


sebagai berikut.

a.

Persiapan
1)

Membuat shop drawing (gambar kerja)

2)

Mempelajari gambar kerja

3)

Menyetujui

dan

menghitung

material

yang

akan

digunakan.
4)

Mempersiapkan lahan kerja.

5)

Menyiapkan material, yaitu: semen, pasir dan air.

6)

Menyiapkan alat kerja, antara lain: waterpass, meteran,


unting-unting, rol perata, raskam dan benang.

b.

Pelaksanaan Kerja
1)

Lakukan penyiraman atau curring terlebih dahulu pada


permukaan dinding bata atau bidang yang akan dipester
untuk menghindarkan keretakan.

Gambar 1. Penyiraman
Dinding
Sumber: Edwin, 2014

2)

Buat adukan untuk plesteran.

3)

Buat kepala plesteran dengan jarak sekitar 1 m dan lebar


5 cm menggunakan unting-unting dengan cara melot.

Gambar 2. Pembuatan
Kepala Plesteran
Sumber: Edwin, 2014

4)

Biarkan selama satu hari

5)

Lalu lekatkan adukan plesteran pada permukaan dinding


kemudian ratakan dengan raskam, kemudian ratakan
dengan rol perata.

6)

Ratakan plesteran dengan acuan kepala yang telah


dibuat.

Cara IV mengerjakan pekerjaan plesteran dapat diurutkan sebagai


berikut.
a.

Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

b.

Pasang benang-benang dibagian tepi dari bidang muka


tembok

c.

Usahakan benang-benang tersebut menghasilkan bidang


yang tegak dan rata untuk tebal plesteran 1 cm

d.

Buatlah di tempat-tempat tertentu di bawah benang-benang


bulatan-bulatan plesteran dengan sisi-sisi 5-10 cm2. Jarak
bulatan atau persegi sama dengan panjang bilah perata

e.

Buatlah

kepala-kepala

plesteran

(tanggul-tanggul)

yang

menghubungkan bulatan-bulatan atau persegi tersebut

Gambar 3. Pembuatan Kepala Plesteran.


Sumber: Dokumentasi Praktikum Rekayasa Batu dan Beton Jurusan
Teknik Sipil Universitas Negeri Padang , 2015.

f.

Plester bidang-bidang diantara kepala-kepala tersebut hingga


penuh, ratakan dengan bilah perata hingga plesteran tersebut
rata. Gosoklah dengan alat lepa hingga rata dan halus

g.

Kerjakan terus menerus, sehingga satu bidang penuh selesai


diplester

Gambar 5. Pembuatan Kepala Plesteran dan Hasil Akhir Plesteran.


Sumber: Modul Rekayasa Batu dan Beton Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Padang , 2014.

5. Acian
Acian adalah proses pekerjaan bangunan peancah setelah
plesteran dan sebelum pengecatan. Acian berfungsi menutup poripori

yang

terdapat

pada

plesteran.

Acian

juga

dapat

menghaluskan permukaan plesteran agar kelihatan lebih rapi


sehingga permukaan plesteran mudah dicat untuk memperindah
penampilan dinding. Sebagai tambahan, acian digunakan untuk
memperkokoh dinding dan mencegah rembesan air.

Gambar 6. Proses Pekerjaan Acian.


Sumber: Ahadi , 2015.

Pekerjaan acian adalah pekerjaan finishing pada yang tergolong


mudah.

Meskipun

mudah

dan

sederhana,

pengerjaannya

membutuhkan ketelitian agar hasilnya bagus. Mendapatkan hasil


acian

yang

bagus

dan

memuaskan

dilakukan

dengan

memperhatikan proses-nya langkah demi langkah.


Langkah pertama acian dinding yang harus anda perhatikan
adalah plesteran yang sebelumnya ada pada dinding rumah yang
akan diaci. Hasil acian sangat tergantung dari kualitas plesteran.
Kualitas plesteran yang baik akan menghasilkan acian dinding
tembok rumah yang baik pula.

Gambar 7. Acian.
Sumber: Dokumentasi Praktikum Rekayasa Batu dan Beton Jurusan Teknik
Sipil Universitas Negeri Padang , 2015.

Syarat plesteran yang akan diaci haruslah rata dan halus


sehingga dapat menghemat bahan acian dinding. Sebelum
dilakukan pekerjaan acian, plesteran harus kering. Seharusnya
acian dinding dilakukan pada plesteran yang berumur 2-3 minggu
untuk dinding dalam sedangkan untuk dinding luar bisa lebih cepat
(2 minggu). Apabila acian terlalu cepat dilakukan maka hasil acian
akan retak.
Setelah 2 minggu dan acian akan dilakukan maka hasil plesteran
dibasahi dulu dengan air. Pekerjaan ini sangat penting untuk
menghindari agar acian atau white mortar tidak terlalu cepat
kering. White Mortar sangat membutuhkan air untuk proses
pelekatan dan hidrasi. Acian yang terlalu cepat kering akan lunak
dan permukaannya berdebu.
Apabila waktu yang dibutuhkan dari selesai penghamparan acian
sampai acian dapat dipoles sekitar 20-30 menit, kelembapan
plesteran dinilai cukup. Jika kurang dari 20 menit berarti plesteran
terlalu kering, dan apabila lebih dari 30 menit berarti plesteran
terlalu lembab. Tebal acian juga mempengaruhi kulitas hasilnya.
Standar tebal acian adalah 1-3 mm. Jika kurang dari 1 mm, acian
akan mengering terlalu cepat. Jika lapisan pertama kurang dari 1
mm maka sebelum lapis pertama tersebut kering harus dilakukan
lapis berikutnya sampai minimal 1 mm.
Apabila tebal acian lebih dari 3 mm, pekerjaan acian harus
dilakukan dua lapis. Biarkan lapisan pertama kering selama

beberapa hari baru dilakukan lapisan berikutnya. Kualitas acian


tergantung kepada cara pengacian dan bahan-bahan yang
bemutu serta komposisi campurannya. Permasalahan yang sering
terjadi pada acian adalah terjadinya keretakan halus pada acian
yang sudah kering.

6. Langkah Kerja Pekerjaan Acian


Pemasangan acian merupakan pekerjaan finishing dari rangkaian
pemasangan dinding, dimulai dengan pekerjaan memasang batu
bata, batako atau selcon, kemudian plesteran, akhirnya dengan
acian. Setelah pekerjaan acian dilakukan maka dinding bisa
ditinggal begitu saja untuk mendapatkan nuansanya bertekstur
batu buatan atau dilapisi dengan cat agar dinding menjadi
berwarna sesuai selera. Walaupun terkesan sederhana yaitu
hanya mengoleskan dan menghaluskan semen di permukaan
dinding namun pekerjaan acian memerlukan ketelitian dan
keahlian khusus agar hasilnya bagus.
Menghitung jumlah kebutuhan bahan acian mengacu pada SNI
2837-2008. Dasar perhitungannya adalah jumlah kebutuhan per
luasan m2. Perhitungan kebutuhan bahan acian untuk dinding
seluas 1 m2 yang mengacu kepada SNI 2837-2008 dengan semen
sebanyak 3,25 kg.
Contoh perhitungan adalah sebagai berikut.
Panjang suatu bidang 10 m dan tingginya 5 m.
Luas dinding = 10 x 5 = 50 m2
Satu sak semen = 50 kg
Jumlah kebutuhan semen = 3,25 kg x 50 m2 = 162,5/50 kg = 3,25
4 sak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pekerjaan pengacian,
diantaranya.

a.

Kerjakan pengacian pada satu per satu blok dinding. Jangan


pernah

mengerjakannya

setengah-setengah

karena

menyisahkan bekas sambungan jika pekerjaannya tidak


dalam waktu yang sama.
b.

Adonan aci tidak boleh disimpan terlalu lama, karena bisa saja
rusak, mengeras dan tidak berfungsi lagi.

c.

Pengacian tidak boleh terlalu tebal, karena jika ketebalannya


melebihi batas normal akan sulit untuk meratakannya. Tebal
acian yang di anjurkan adalah 1,5 3,0 mm, tergantung
kerataan dasar permukaannya.

d.

Pengerjaan pengecatan dilakukan setelah lapisan acian


kering.

Proses pekerjaan acian bermacam namun mengarah kepada hasil


akhir yang sama. Cara I langkah kerja pengacian dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a.

Siapkan bahan peralatan sesuai kebutuhan, yaitu:


1)

Mortar semen untuk Acian dan plesteran

2)

Ember

3)

Sendok Spesi

4) Alat pengaduk seperti: Mixer pasta semen (tambahan)

Gambar 8. Mixer Pasta Semen.


Sumber: Lauw Tjun Nji

5)

Roskam (kasut) yang terbuat dari steel (baja) atau PVC


bisa juga yang dari kayu

6)

Kertas bekas bungkus semen

7) Kuas ukuran 3 dim

b.

Siapkan tempat penampungan air, yaitu: ember

c.

Taburkan semen kedalam air.

d.

Tuangkan air secukupnya.

e.

Hidupkan mixer pasta, kemudian aduk semen dengan air


dalam ember.

Gambar 9. Pengadukan
Semen.
Sumber: Lauw Tjun Nji

f.

Pasta

Siram dinding yang akan diaci dengan air hingga basah, hal
ini dimaksudkan agar nantinya dinding tidak banyak menyerap
air semen.

g.

Melaburkan bahan acian semen yang sudah jadi ke


permukaan dinding dengan menggunakan sendok spesi dan
ruskam.

Gambar 10. Pemolesan Acian.


Sumber: Jasa Sipil, 2014

h.

Acian yang sudah dipoles tadi dikuas dengan kuas yang


dibasahi dengan air untuk membuat acian tersebar merata
pada dinding. Biarkan acian sedikit kering atau lembab di
dalam.

i.

Haluskan acian dengan kertas bekas semen sehingga


permukaan benar-benar rata dan halus.

Metode pekerjaan acian dinding dapat juga dilakukan dengan cara


II berikut ini.
a.

Siapkan alat dan bahan sesuai kebutuhan.

b.

Lakukan pengisian dua timba dengan air

c.

Buat campuran pasta semen dengan komposisi 1:1 dengan


menaburkan campuran semen tersebut kedalam salah satu
timba yang berisi air secara perlahan-lahan, jangan lakukan
pengadukan karena bisa menyebabkan semen menggumpal
dan cepat kering.

d.

Bersihkan permukaan atau bidang dinding yang akan diaci.

e.

Siram dinding yang akan diaci dengan air hingga basah

f.

Lakukan pemolesan acian ke permukaan dinding dengan


menggunakan cetok.

g.

Ratakan dan Halus kan dengan menggunakan sampai rata.


Pengacian dilakukan pada satu per satu blok dinding.

h.

Haluskan dan ratakan acian dengan kuas yang telah


dicelupkan air.

i.

Setelah agak kering permukaan, amplaslah permukaan acian


dengan menggunakan kertas bekas semen sampai rata dan
halus.

Langkah-langkah kerja pekerjaan plesteran dan pengacian yang


telah dijelaskan sebelumnya tidak terlepas dari perhatian akan
perlunya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan
lingkungan hidup. Setiap tahapan proses pengerjaan plesteran
dan acian harus memperhatikan kaidah K3 yang berlaku. Semua
bahan yang juga digunakan pun harus ramah lingkungan dan
pengolahan sampah buangan dari pengerjaan tidak mencemari
lingkungan, seperti: sisa plesteran dan acian yang tidak terpakai

jangan sampai mengotori lingkungan sekitar. Ada beberapa hal


yang berhubungan dengan K3 dalam proses pengerjaan plesteran
dan acian, diantaranya.
a.

Pakailah pakaian kerja dan sepatu kerja

b.

Sebelum alat dipakai, periksalah terlebih dahulu

c.

Gunakan alat menurut semestinya

d.

Hati-hati kaki sewaktu menggunakan alat pemadat tanah

Gambar 11. Himbaun Pentingnya K3.


Sumber: Wirijanto, 2007

7. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran yang ada pada kegiatan pembelajaran
mengenai plesteran dan acian ini, diantaranya yaitu:
a.

Aktivitas Berfikir
Plesteran dan acian merupakan bagian dari konstruksi batu
dan beton yang campuran dan komposisi adukannya sudah
diatur menurut SNI 2837-2008 dalam berbagai kondisi. Coba
anda pikirkan apakah yang terjadi jika campuran pada
plesteran dan acian tidak sesuai dengan komposisi campuran
yang disyaratkan ?

b.

Aktivitas Membaca
Berdasarkan beberapa defenisi dan langkah kerja yang telah
diuraikan sebelumnya mengenai plesteran dan acian, coba
anda defenisikan menurut pemahaman sendiri apa itu
pesteran dan acian ?

c.

Aktivitas Tindakan
Setelah memahami komposisi campuran plesteran dan acian
serta langkah kerja yang telah diuraikan sebelumnya,
lakukanlah pembuatan adukan plesteran dan acian seuai
dengan yang disyaratkan.

8. Latihan
a.

Jelaskan perbedaan plesteran dan acian

b.

Berapa kebutuhan semen dan pasir untuk mengerjakan


plesteran 1 semen : 6 pasir, tebal 15 mm yang disyaratkan
oleh SNI 2837-2008 pada 2 bidang dinding dengan panjang
18 m dan tinggi 4m ?

c.

Berapa kebutuhan semen untuk acian yang disyaratkan SNI


2837-2008 pada 2 bidang dinding dengan panjang 18 m dan
tinggi 4 m?

9. Ringkasan
a.

Plesteran adalah campuran dari pasir, semen dan air yang


berfungsi untuk menutup lapisan bata agar dinding bata
terlindung dari proses pengeroposan akibat cuaca dan iklim.

b.

Acian adalah campuran dari semen dengan air secukupnya


dan berfungsi untuk meperindah suatu bidang pada konstruksi
batu dan beton. Pekerjaan acian dilakukan sebelum proses
pengecatan.

c.

Pencampuran dan proses pengerjaan plesteran didasarkan


pada SNI 2837-2008.

d.

Pencampuran dan proses pengerjaan acian didasarkan pada


SNI 2837-2008.

10. Kunci Jawaban Latihan


a.

Jelaskan perbedaan plesteran dan acian


1)

Plesteran mempunyai permukaan kasar dari acian.

2)

Acian biasanya direkatkan setelah plesteran.

3)

Plesteran mempunyai campuran berupa pasir, semen dan


air, sedangkan campuran acian hanya semen dan air
secukupnya.

4)
b.

Biasanya plesteran lebih tebal dari acian.

Berapa kebutuhan semen dan pasir untuk mengerjakan


plesteran 1 semen : 6 pasir, tebal 15 mm yang disyaratkan
oleh SNI 2837-2008 pada 2 bidang dinding dengan panjang
18 m dan tinggi 4 m ?
Menurut SNI 2837-2008, untuk mengerjakan plesteran seluas
1 m2, dibutuhkan semen sebanyak 4,42 kg dan pasir 0,027 m 3
jadi untuk dinding dengan panjang 18 m dan tinggi 4 m.
Luas dinding = 18 x 4 = 72 m2
Volume semen = 4,42 x 72 = 318,24 kg = 318,24/50 = 6,4 7
sak semen, untuk 2 bidang = 2 x 7 = 14 sak semen
Volume pasir = 0,027 x 72 = 1,944 2 m 3, untuk 2 bidang =
2 x 2 = 4 m3

c.

Berapa kebutuhan semen untuk acian yang disyaratkan SNI


2837-2008 pada 2 bidang dinding dengan panjang 18 m dan
tinggi 4m?
Panjang suatu bidang 18 m dan tingginya 4 m.
Luas dinding

= 18 x 4 = 72 m2

Jumlah kebutuhan semen = 3,25 kg x 72 m2 = 234/50 kg =


4,68 5 sak semen.

12. Penutup
a.

Modul pasca UKG (Ujian Kompetensi Guru) yang membahas


tentang topik plesteran dan acian ini diharapakan dapat
berguna bagi anda dalam mengembangkan kompetensi dan
meningkatkan kemampuan anda pada level berikutnya. Topik
plesteran dan acian merupakan dasar bagi topik-topik di grade
berikutnya, maka dari itu dengan mengetahui dan memahami
plesteran dan acian anda sudah memiliki dasar dan panduan.

b.

Anda dapat mengembangkan materi-materi berkaitan dengan


plesteran serta acian yang tidak ada dalam modul ini. Modul
ini masih butuh pengembangan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dari hari ke hari.

c.

Modul ini juga diharapkan akan membantu anda dalam belajar


secara mandiri dan mengukur kemampuan diri sendiri sehigga
nantinya.

13. Evaluasi
Pada bagian evaluasi ini, ada 3 jenis latihan yang akan diberikan
untuk mengukur kemampuan anda, yaitu:
a.

Kognitif skill
1) Jelaskan secara tepat dan singkat tentang defenisi
operasional plesteran dan acian
2) Jelaskan campuran yang disyaratkan untuk plesteran
menurut SNI 2837-2008.
3) Jelaskan secara tepat dan singkat jenis-jenis campuran
plesteran sesuai kondisi dan penempatannya.
4) Jelaskan alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan
plesteran dan acian.

b.

Psikomotor Skill
1) Lakukan pembuatan 2 jenis campuran plesteran yang
disyaratkan SNI 2837-2008
2) Lakukan pekerjaan acian dengen menerapkan metode
atau langkah-langkah pada dinding yang sudah diplester
sebelumnya.

c.

Atitude Skill
Sebagai sebuah tim dalam melakukan pekerjaan atau
praktikum plesteran dan acian, bagaimana cara anda
menanamkan rasa ketaqwaan kepada tuhan yang maha esa,
rasa tanggung jawab, kebersamaan dan kedisiplinan

15. Daftar Pustaka


1. Ahadi. 2015. Volume Pekerjaan Plesteran Dinding. http:
//www.analisaharga.com/volume-pekerjaan-plesteran dinding. 1
Desember 2015.
2. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. 2015.
Pedoman

penyusunan

modul

diklat

Pengembangan

keprofesian berkelanjutan Bagi guru dan tenaga kependidikan.


Agustus. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
3. Edwin Saleh. 2014. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran
dan Acian (cara dan Langkah-Langkah pelaksanaan pekerjaan
konstruksi).

http://wwww.metodebangunan

blogspot

.co.id

metode-pelaksanaan-pekerjaan-plesteran.html . 1 Desember
2015.
4. Ide Bangunan. 2013. Pengertian, Fungsi Dan Syarat-Syarat
Plesteran Dinding. http://www.idebangunan. blogspot.co.id /
pengertian-fungsi-dan-syarat-syarat.html. 1 Desember 2015.
5. Jasa Sipil. 2014. Cara Menghitung Kebutuhan Semen Untuk
Acian Dinding Dengan Mudah. http:// www. jasasipil. com/caramenghitung-kebutuhan-semen-untuk.html. 3 Desember 2015.
6. Standar Nasional Indonesia 2837-2008. 2008. Tata cara
perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan. Desember. BSN (Bandar
Standardisasi Nasional). Jakarta.
7. Universitas Negeri Padang. 2014. Modul Rekayasa Batu dan
Beton Jurusan Teknik Sipil. Sumatera. Barat. Padang.
8. Wirijanto.

2007.

Keselamatan

Kerja

Konstruksi.

https://wiryanto.wordpress.com/2007/06/07/keselamatan-kerjakonstruksi. 3 Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai