Ebook HSC 4.1 W1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Bismillahirrahmanirrahim

Airway Disorder in
Maxillofacial & Cervical Trauma
dr. M Rosadi Seswandana, Sp. BP
Acy^^
Sebelumnya, kita perlu tau dulu artinya darurat atau
emergency. Darurat adalah situasi yg menimbulkan risiko
langsung terhadap kesehatan, properti, kehidupan, atau
lingkungan (wikipedia). Sebagian besar membutuhkan
intervensi segera untuk mencegah pemburukan situasi.

Secara anatomi, regio maxilofacial terbagi atas 3, yaitu:

superior: os. frontal dan sinus frontalis

media: os. nasalis, os. ethmoidalis, os. zygomati-cus


dan os. maxilaris

inferior: os. mandibula

Pada umumnya trauma wajah jarang yg mengancam


jiwa, tapi dijadikan sbg indikator energi luka. Pada pasien dg
trauma wajah, perlu diperhatikan jika ada gangguan
pernapasan, cedera cervical maupun cedera sistem saraf
pusat. Untuk pertolongan awal pada seluruh pasien trauma
harus didasarkan pd protokol algoritma ATLS(Advanced
Trauma Life Support). Diharapkan dg pertolongan yg cepat
dan benar dapat mempertahan-kan perfusi oksigen ke
organ2 vital seperti jantung dan otak (live saving) serta
mencegah terjadinya pemburu-kan situasi(mencegah
morbiditas).

Pembuluh darah yg mensuplai terutama berasal dari


cabang-cabang a. carotis externa. Serta dipersarafi oleh n.
facialis untuk motoris (ekspresi wajah) dan n. trigemi-nalis
(opthalmicus, maxilaris dan mandibularis) yg ber-tugas
menerima rangsangan sensasi (sensoris) kulit wajah.

Secara umum, bernapas merupakan suatu keadaan


dimana oksigen masuk ke paru-paru dan karbon dioksida
dikeluarkan dari paru-paru. Proses ini berlangsung baik jika
jalan napas tidak mengalami gangguan. Sedangkan, sirkulasi
berfungsi untuk mendistribusikan darah kaya oksigen dari
paru-paru ke jaringan perifer. Juga mengangkut darah
miskin oksigen dari jaringan perifer kembali ke paru-paru.
Trus, fungsinya darah kaya oksigen bagi jaringan perifer kita
apa sih? Yup, untuk metabolisme sel. Trus metabolisme sel
itu maksudnya apa? Metabolisme sel merupakan
proses(atau kumpulan banyak proses individual yg sdg
berlangsung) yg dilakukan oleh sel2 hidup mengolah
molekul nutrien untuk mem-pertahankan kehidupan. Tubuh
kita kan bekerja untuk menjalankan fungsinya, untuk itu
diperlukan energi. Sumber energi bisa berasal dari oksigen
dan glukosa. Nanti pengolahan keduanya bisa melalui
proses glikolisis aerob maupun anaerob, siklus krebs, dll.
Lengkapnya silahkan teman2 buka lagi catatan tahun
pertamanya ya mengenai metabolisme sel ^^.
Tujuan akhir dari proses ini adalah untuk menghasilkan
ATP.
Gunanya
untuk
mempertahankan
milieu
intrieur(lingkungan didalam sel) melalui pompa Na-K dan
aktivitas sel, jaringan, dan organ misal otot untuk kontraksi,
glandula untuk sekresi, dll.

Penilaian umum pada cedera maxilofacial


Pertama, lihat apakah ada cedera yg mengancam
nyawa misalnya ditemukan cedera servikal atau cedera
kepala yg signifikan. Selanjutnya, periksa ABC; Airway(jalan
napas), Breathing (pernapasan), dan Circulation(sirkulasi) yg
kemudian ditangani sesuai dg temuan yg didapat.
Adapun kondisi-kondisi spesifik pada trauma
maxilofacial yg mengganggu jalan napas adalah sbb:
1. Posteroinferior displacement os. maxila yg paralel thd
basis cranii sehingga menutup jalan napas nasopharyngeal.
2. Fraktur
bilateral
mandibula
anterior
dapat
mengakibatkan fraktur symphysis dan bergeser ke posterior
bersama dg lidah yg berinsersi di sana. Pada posisi supine,
pangkal lidah akan jatuh kebelakang dan menutup
oropharynx.
3. Fraktur gigi, fragmen tulang, muntah, dan darah serta
benda asing lainnya- gigi palsu, debris, dll- dapat
menghambat jalan napas dimanapun pada traktus
aerodigestivus superior.
4. Hemorrhage, baik yg berasal dari pembuluh darah
tunggal akibat luka terbuka atau perdarahan nasal yg berat
yg berasal dari p. darah kompleks yg menyuplai hidung
dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas.
5. Adanya pembengkakan maupun edema jar. lunak
akibat trauma leher maupun kepala juga mengakibatkan
delayed airway compromise.
6. Trauma pada larynx dan trachea yg menyebabkan
pembengkakan dan pemindahan(pergeseran) struktur
seperti epiglotis, cartilago arytenoid dan plica vocalis
meningkatkan risiko obstruksi jalan napas servikal.
Itu beberapa contoh kasus trauma maxilofacial yg bisa
mengancam nyawa. Kalau terjadi salah satu atau lebih
kondisi diatas, sebagai dokter umum nantinya kita harus
bisa menangani kasus gawat darurat tsb. Caranya, lakukan
primary survey yg terdiri atas ABCD; airway & c-spine
control, breathing, circulation, dan disability.
Key points-nya saat kita menerima pasien dg trauma
maxilofacial adl:
1. Identifikasi pasien dg risiko secepatnya (Triase lah ya
maksudnya)
2. Kenali tanda-tanda penyakit kritis
3. Pertama stabilisasi kondisi pasien, kemudian tegakan
diagnosis.
4. Lakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat secara
lengkap.
5. Monitor respon pengobatan maupun penanganan yg
diberikan.
Airway
Manajemen jalan napas harus menjadi prioritas
tertinggi karena kalo jalan napas terganggu, pernapasan

juga ikut terganggu akibatnya ga ada oksigen yg diangkut


oleh darah dan pada akhirnya sirkulasi pun segera
terganggu. Nah, kalo sirkulasi terganggu proses organ2 vital
kayak jantung dan otak pun jadi terganggu kan. Kalo organ2
vital tsb terganggu bisa menyebabkan komplikasi berat
(complication rates may exceed 20%) bahkan meninggal.
Makanya, pemberian oksigen ke paru merupakan tahap
awal hampir diseluruh penanganan klinis.
Situasi yg memperburuk jalan napas adalah cedera
servikal dan gaster penuh (pada semua pasien trauma
dipertimbangkan dalam kondisi full stomach, sehingga
perlu diwaspadai adanya risiko regurgitasi dan aspirasi
tinggi). Kalau terjadi kondisi2 tsb biasanya perlu tindakan
khusus misalnya jaw thrust atau stabilisasi lainnya.
Trus, gimana caranya kita tau kalau pasien ini mengalami
fraktur servikal?

Ga mampu menggerakkan atau nyeri saat


menggerakkan lehernya.

Memar dan bengkak di kuduk.

Mati rasa (tajam maupun tumpul) di lengan atau


tungkai.

Kelemahan otot atau paralisis (tidak ada gerakan) di


lengan maupun tungkai.

Nyeri disalah satu sisi leher, atau nyeri yg menjalar dari


leher ke bahu atau lengan.
Tadi uda dibahan manajemen secara umum, sekarang
kita bahas manajemen pernapasan pada pasien dg trauma
maxilofacial yg lebih lengkap yak^^
Kenali obstruksi jalan napas
Dengan metode sistematis, deteksi adanya obstruksi airway:
Look, listen and feel: lihat gerakan dada simetris atau tidak
selain itu lihat juga gerakan perutnya, dengarkan suara
napasnya normal atau seperti orang ngorok, kumur2,dll dan
rasakan hembusan napasnya baik dari mulut maupun
hidung.
Karakteristik suara pada obstruksi jalan napas, diantaranya:
Gurgling(kumur2): adanya material cair atau semisolid
asing di jalan napas utama.
Snoring(ngorok): pharinx sebagian tertutup oleh
palatum mole atau epiglotis.
Crowing(kayak suara gagak): adanya spasme laryngeal.
Stridor inspirasi: obstruksi setinggi larinx atau
diatasnya.
Wheezing ekspirasi(mengi): obstruksi pada jalan napas
bagian bawah.

Lakukan manajemen airway agar jalan napas antara


paru dan dunia luar terbuka, dan pastikan paru2 aman dari
aspirasi.
Kemudian, jawab pertanyaan berikut:
1. Apakah pasien sadar? Jika iya, penggunaan sedasi atau
analgesik harus dihentikan perlahan karena penggunaan
obat2 tersebut secara tidak wajar bisa menghambat airway.
2. Apakah pasien bernapas spontan? Jika iya, lakukan
manajemen airway dalam kondisi terbaik dan dengan
personil terlatih di ruang operasi.
Adapun cara membuka jalan napas yg bisa dilakukan adalah
sebagai berikut:
Head tilt/ chin lift
Cara sederhana pada pasien tak sadar,dengan demikian
dapat mengangkat lidah dari belakang tenggorokan.
Merupakan cara standar untuk membuka jalan napas.
Jaw thrust
Digunakan pada pasien yg dicurigai terdapat cedera spinal,
dilakukan pada posisi supine dan hanya mungkin dilakukan
pada pasien dg GCS <8.
Removal of vomit and regurgitation
Klinisi terlatih biasanya memilih menggunakan suction
untuk membersihkan jalan napas. Pasien tak sadar yg
mengalami regurgitasi isi gaster harus diubah pada posisi
recovery(kepala dan seluruh tubuh dimiringkan ke salah
satu sisi dan harus dipertahankan alignment dari
vertebranya ya).
Selain itu, bisa pake alat2 seperti oropharyngeal
airway(mayo tube), nasopharyngeal airway, laryngeal mask
airway(LMA), intubasi (orotracheal tube or nasotracheal
tube), cricothyroidostomy dan tracheostomy. Penjelasan
lebih lanjut mengenai cara penggunaannya uda ada di
skillslab dan di kuliah lainnya ya^^ kalo mau liat gambarnya
silahkan buka slide. Sedikit tambahan mengenai indikasi
pemasangan intubasi adalah sbb:
1. Gangguan
kesadaran
yg
menimbulkan
ketidakmampuan mempertahankan airway.
2. Tracheobronchial toilet
3. Cedera pulmoner berat atau multisistem yg
berhubungan dg gagal respirasi seperti sepsis, obstruksi
airway, hipoksemia, dan hipercarbia.
4. Indikasi operasi.
Alhamdulillah selesai juga, terimakasih buat teman2 yg uda
baca semoga bermanfaat^^ maaf juga ya cakulnya slide
oriented, silahkan untuk referensi bisa dari buku2 yg uda dr.
Rosadi cantumkan di slide terakhir. Kritik dan saran
ditunggu ^^

Airway Disorder in Inhalation and Blast Trauma


Based on :slide Lecture dr. Sunoko & ATLS
By: nia_nunul
Airway tersusun atas hidung/ mulut faring/ laring
trakea bronkus-bronkiolus alveolus.
Blast trauma dapat menimbulkan cedera melalui :
a. Pressure
b. Thermal, menyebabkan burn injury maupun airway
injury
Blast trauma dapat menyebabkan alveolus pecah, sehingga
akan bergabung dengan alveolus di sekitarnya hingga
akhirnya menyebabkan terbentuknya bulla.
PRESSURE EFFECT
Tekanan dapat mengakibatkan munculnya:
a. Pneumothoraks
Saat inspirasi, udara yang di alveolus paling pinggir,
dapat masuk ke cavum pleura apabila laserasi pleura

membentuk pola katup, maka udara bisa masuk saat


inspirasi tetapi tidak dapat keluar saat ekspirasi, sehingga
munculah tension pneumothoraks.
Bila terjadi tension pneumothoraks, udara dapat
mendorong mediastinum. Struktur yang paling lemah dan
berdinding tipis adalah vena cava, sehingga vena inilah yang
pertama kali akan terdesak paling parah. Bila vena cava
tertekan, dapat menyebabkan syok ( tandanya: akral dingin
penurunan kesadaran wajah pucat, nadi kecil dan cepat),
JVP meningkat, paru mengempis, trakea tergeser (sehingga
terjadi distress napas dan sianosis), RR > 40x / menit.
b. Emfisema mediastinal
c. Emfisema subkutan

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan seperti X-ray,


bronkoskopi.
Manajemen:
Oksigenasi
Needle decompression segera bila terjadi tension
pneumothoraks
WSD (Water Seal Drainage) sebagai Tx definitive
pneumothoraks
Multiple incision/ punction apabila terjadi emfisema
subkutan,
Mediastinal drainage apabila terjadi emfisema
mediastinal dengan menginsisi incisura jugularis buka
dengan klem bengkok masukkan tube.
Perbaiki rupture trakea/ bronkial.
THERMAL EFFECT
Meliputi luka bakar pada wajah, terbakarnya bulu mata
atau jenggot. Selain itu, efek dari udara yang panas dapat
menyebabkan mukosa airway/ plica vocalis mengalami
inflamasi sehingga akan menjadi bengkak dan hiperemi,
sehingga akan bermanifestasi menjadi hoarseness (suara
serak/ parau) atau terjadi dyspnea (susah bernapas). Korban
juga mengalami hipersekresi sputum, apabila sputum
mengandung jelaga berarti korban menginhalasi material
bakaran.
Manajemen :
Definitive airway: masukkan endotracheal tube,
amankan dengan menginflasikan balon.
Oksigenasi, ventilasi.
Prosedur intubasi:
1. Persiapan
a. ET (Endotracheal tube)
Ambil ET dengan 3 ukuran yang berbeda: 1 sebesar jari
kelingking, 1 ukurannya 1 lebih kecil dibandingkan yang
pertama, 1 lagi berukuran 1 lebih atas dari yang pertama.
Cek balon dan konektor
Lubrikasi dengan gel
Letakkan di kanan kepala pasien dan susun berdasarkan
ukuran.
b. Laryngoscope
2. Prosedur pemasangan
Pasien dalam posisi berbaring (supinasi), operator ada di
sisi kranial pasien (di atas kepala pasien)
Amankan vertebra cervical
Preoksigenasi
Operator harus ambil napas dan tahan 1x napas, sambil
melihat oksimeter (bila SaO2 <95%, tunda pemasangan,
oksigenasi dulu).
Buka mulut pasien dengan cross finger maneuver
Laringoskop di sisi kanan lidah ditempatkan di depan
valecula.
Dorong lidah kea rah caudolateroinferior dengan
menggerakkan lengan bawah
Masukkan endotracheal tube melewati plica

Inflasikan balon (untuk mencegah aspirasi dan mencegah


kebocoran).
Bila menginflasikan balon terlalu kuat, dapat
menyebabkan nekrosis mukosa trakea.
Apabila terlalu lemah, dapat menyebabkan udara lolos
dari ventilasi dan menjadi aspirasi.
Bila gagal, hentikan pemasangan ET dan ulang oksigenasi
dan ventilasi.
Bila sukses, fiksasi ET dengan plester.
Bila masih gagal, lakukan cricothyroidotomy (penusukan/
irisan pada membrane cricothyroid), ada 2 macam:
a. Needle diameter lebih kecil tapi ekspirasi kurang
bagus; menggunakan kanula 12-14 G pada dewasa dan 1618 G pada anak, lalu disambungkan dengan Oksigen 15 L/
menit, lakukan intermittent insuflattion (nyalakan 1 s, tutup
4 s). hanya dapat dilakukan 30-45 menit, kalau udah
ditunggu masih tidak membaik, lakukan Tx definitive
lainnya.
b. Bedah/ Surgical dengan pisau, lalu dipasang pipa
trakeostomi; tidak direkomendasikan pada anak <12 tahun.
3. Assessment
Lihat gerakan dada mengembang/ tidak; simetris
tidak
Palpasi dada gerakannya simetris atau tidak
Auskultasi dada terdengar suara vesicular atau tidak,
bisa juga untuk mendengarkan suara di gaster ada udara/
tidak klo ada berarti masuknya ke esofagus.
Cara mengetahui apakah ET sudah bena masuk trakea atau
belum dapat menggunakan cara seperti:
a. Auskultasi : suara napas yang sama bilateral; tidak ada
suara borborygmi atau gurgling pada lambung
b. CO2 detector : bila udara ekspirasi mengandung CO2 ,
berarti udah bener masuk ke trakea.
Bagaimana cara mengetahui apakah seseorang sulit
diintubasi atau tidak? dengan LEMON assessment,
yaitu:
a. L = look externally
b. E = evaluate rule 3-3-2, yaitu
Jarak antara incisivus minimal selebar 3 jari tangan
Jarak antara os.hyoid dengan dagu minimal selebar 3 jari
tangan
Jarak antara hyoid notch dan dasar mulut minimal
selebar 2 jari
c. M = mallampati (hipofaring harus dapat dilihat secara
adekuat)
d. O = Obstruksi (epiglottis, trauma, abses peritonsillar)
e. N = Neck mobility (pasien dapat menempelkan dagu ke
dada atau menengadahkan kepala/ tidak)
Sekian cakul singkat dari nunul sambil dibaca-baca lagi
yaa referensi-referensi yang lain. Kalo ada salah-salah/
kurang, langsung kabarin yaakk. Timaaci

Airway management
Dimas Wirawan Wicaksono
Assessment
Cek tanda berikut :
1. Level of conciousness. Jika terjadi respiratory arrest
pasien akan tidak sadarkan diri atau menuju ke sana
2. Pernafasan spontan atau apnea
3. Jalan nafas dan cervical spine injury
trauma cervical sangat sakral hukumnya untuk dicek terlebih
dahulu, karena apabila ini tidak dicek dan kita udah
macem2in pasiennya (misal kita melakukan head tilt/chin
lift) dan ternyata dia ada trauma cervical, bisa2 hal tersebut
semakin memperparah trauma cervicalnya dan melukai
medula spinalis yang ada di situ. Kalo medula spinalis
servikal terluka, maka koneksi otak dan badan terputus,
padahal ada pusat nafas si medula oblongata di situ henti
nafas spontan. Atau bisa juga terjadi pentaplegi (qudraplegi
+ kelemahan diafragma bisa mengurangi nafas juga).
Atau paling baiknya meski gak henti/mengurangi nafas bisa
terjadi quadriplegi, yang akan dibawa pasien seumur
hidupnya. Sedih kan? Makanya jangan lupa cek trauma
cervical.
4. Pengembangan dada
5. Tanda obstruksi jalan nafas
Metode untuk mendeteksi obstruksi jalan nafas :
Look : lihat pergerakan dada dan abdomen
Listen dan feel : aliran udara dari mulut dan hidung
(telinga di hidung, pipi di mulut)
Hasil yang bisa didapatkan :
Gurgling : corpal dalam jalan nafas berbentuk cairan atau
semi cairan
Snoring : faring secara parsial teroklusi oleh palatum
mole atau epiglottis
Crowing : suara spasme laringeal
Stridor inspirasi : obstruksi pada tingkat laring atau di
atasnya
Stridor ekspirasi : obstruksi pada jalan nafas bawah
Tanyakan juga apa yang menyebabkan obstruksi (misal kalo
lagi makan bakso terus tiba2 sesek gitu, berarti bakso itu
yang mengobstruksi. Atau kalau gak ada apa2 terus tiba2
sesek, berarti harus lihat riwayat penyakitnya siapa tau ada
tumor atau lain2nya) (riwayat penyakit, pengobatan
tertentu atau trauma)
6. Tanda respiratory distress, misal sianosis
7. Refleks pelindung jalan nafas
8. Juga bisa dilihat tanda-tanda sebelum respiratory arrest,
seperti :
a. Intact neurologic function : agitated, confused, struggling
to breath, takikardia, diaforesis (berkeringat), retraksi
interkosta/sternoklavikular
b. Non intact neurologic function (karena kelemahan otot
respirasi) : lemah, megap2, respirasi ireguler dan
paradoxycal breathing movement
c. Foreign body : mencekik, menunjuk leher dan stridor
inspirasi
Manajemen :
Tujuan
1. memastikan bahwa adanya jalan terbuka antara paru2
pasien dengan dunia luar
2. memastikan paru-paru aman dari aspirasi.
Beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan :
1. Apakah pasien sadar? Jika ya, penggunaan sedasi atau
analegsik harus dilakukan dengan hati2 karena airway dapat
hilang setelah penggunaan obat tersebut
2. Apakah bernafas spontan? Jika ya, manajemen airway
sebaik mungkin sebelum sampai ke rumah sakit

Beberapa manajemen yang bisa dilakukan


AWAL manajemen ini sifatnya fleksibel tergantung
bagaimana kita menemukan pasien nantinya. Misal kita
nemuin pasien yang emang lagi keselek bakso abis makan,
ya dengan cepat yang kita lakukan adalah melakukan
prosedur pengeluaran bakso itu. Tapi kalo memang kita
nemuin pasien sedang dalam keadaan berbaring lemah tak
berdaya, maka kita harus ngelakuin manajemen dari awal.
Selain itu sesuaikan juga dengan peralatan yang ada, misal
jika seseorang keselek bakso udah dalem sehingga gak bisa
difingerswap, terus kita heimlich juga ga keluar2, terus
disitu gak ada magill forceps, boro2 juga ada orofaringeal
airway atau ET, maka kita bisa melakukan krikotirotomi
langsung dengan peralatan yang ada, misal dengan pulpen,
atau diincisi dengan pisau dapur terus dipasang sedotan, dll.
Sebelumnya tolong dibedakan antara intubasi dan ventilasi.
Dimana intubasi berarti membuat jalan nafas alternatif,
sedangkan
ventilasi
yakni
pertolongan/membantu
masuknya oksigen ke paru-paru. Intubasi yang
menggunakan endotracheal tube (ET) sedangkan ventilasi
dilakukan dengan melakukan manual assisted ventilation
(MAV, penjelasan di bawah). Disini penting untuk
mengetahui bahwa ventilasi lebih penting dibandingkan
dengan intubasi. Karena kalau ventilasi tidak dilakukan,
oksigen dalam tubuh pasien akan turun dan dapat
menyebabkan komplikasi yang parah. Sedangkan intubasi
bisa dilakukan nyambi/sembari ventilasi dilakukan. Soalnya
intubasi juga digunakan agar ventilasi bisa adekuat.
Yang bisa kita lakukan yaitu :
Membuka jalan nafas, jika tidak suspek injury cervical spine
1. Head tilt/chin lift : mengangkat lidah dari belakang
tenggorokan
2. Jaw thrust : digunakan pada pasien dengan injury spinal
dan pada pasien dengan GCS < 8
Nomor 1 dan 2 juga bisa disebut sebagai triple airway
manouver, yaitu : sedikit mengekstensikan leher,
mengelevasikan mandibula dan membuka mulut.
3. Kalau sudah reda dan baik bisa dilakukan recovery
position
4. Jika memang curiga terjadi obstruksi jalan nafas karena
corpal (corpus alienum=benda asing), maka bisa dilakukan
manouver pengeluaran corpal sebagai berikut :
Berikan nafas bantuan dengan mouth-to-mouth dan
pastikan apakah ada udara yang masuk atau tidak
Jika udara masuk berarti tidak ada obstruksi jalan nafas,
jika udara tidak bisa masuk bisa lakukan beberapa langkah
sebagai berikut :
Pengambilan corpal
Superfisial
dengan
melakukan
finger
swap
(kontraindikasi pada bayi dan anak-anak karena dapat
mendorong material lebih dalam lagi)
Profunda dengan menggunakan magill forcep (corpal
padat)/suction (corpal cair)
Namun jika mengalami kesulitan, bisa dilakukan :
Heimlich manouver : merupakan manual thrust upper
abdomen atau dada (untuk wanita hamil atau extreme
obese) sampai jalan nafas bersih atau pasien tidak sadar.
Dewasa untuk dewasa terdapat dua posisi yang bisa
dilakukan, yaitu :
Posisi berdiri. Digunakan untuk pasien sadar. Caranya :
Penolong berdiri di belakang pasien dengan lengan
melingkari patients midsection. 1 tangan dikepalkan dan
diposisikan di area epigastri (antara procecus xiphoideus

dan umbilikus) dan 1 tangan sisanya mencengkram tangan


pertama. Berikan thrust ke dalam dan ke atas dengan
mendorong kedua tangan. Jika pasien sudah tidak sadar,
segera baringkan.
Posisi berbaring. Digunakan untuk pasien sadar atau tidak
sadar. Penolong berada di atas pasien yang sudah
dibaringkan. Posisikan berlutut di sebelah kaki pasien atau
sesampainya penolong untuk melakukan manouver. Posisi
tangan seperti melakukan BLS. Bisa menggunakan :
Abdominal thrust di regio epigastrik atau Chest thrust tepat
di atas sternum (posisi sama seperti melakukan BLS). Pada
posisi berdiri, kedua thrust ini juga bisa dilakukan asal sesuai
dengan indikasinya (di atas).
Dalam kedua posisi tersebut, berikan 5 (mercks) atau 610 (video session) quick firm thrust dan kemudian reevaluasi
jalan nafas. Kalau corpal sudah keluar sewaktu berdiri,
pasien akan terbatuk dan akan membuang benda yang
menghambat jalan nafasnya. Jika pasien berbaring, lakukan
finger swept dan reevaluasi dari nomor 1 paling atas
(berikan nafas bantuan)
Anak pada anak, manouver ini bisa diberikan, namun jika
anak tersebut berusia <5 tahun/berat <20 kg : bisa berikan
tekanan moderat dan penolong berlutut di kaki anak
Bayi < 1 tahun manouver ini tidak bisa digunakan. Sebagai
gantinya, lakukan manouver sebagai berikut : tahan posisi
bayi secara tengkurap dengan kepala menghadap ke bawah,
sokong kepala dengan jari 1 tangan. Aplikasikan 5 tepukan
(back slap) di punggung posisikan punggung bayi di paha
penolong, kemudian kepala dihadapkan ke bawah
aplikasikan 5 tepukan di dada sekuensi diulang sampai
jalan nafas bersih.
5. Jika adekuat, maka berikan suplementasi oksigen dan
recovery position
6. Jika tidak bisa (corpal sudah masuk sangat dalam atau
obstruksi bukan merupakan corpal) lakukan langkah berikut:
Manual assited ventilation (MAV)
Sengertiku, MAV ini terus dilakukan sampai semua usaha
membuat jalan nafas alternatif terpenuhi. Oleh karena itu,
pada awalnya jika memang corpalnya sulit dikeluarkan,
lakukan pengukuran saturasi oksigen dalam tubuh pasien
terlebih dahulu. Caranya bisa dua, yaitu :
- Pulse oxymetry : dengan menggunakan alat yang
memang bertujuan untuk melihat saturasi oksigen dalam
tubuh.
- Self monitoring : caranya ketika pasien sudah
mendapatkan MAV, sambil kita melakukan pembuatan jalan
nafas alternatif, kita langsung menahan nafas. Kalau sampai
kita gak kuat nafas, berarti kan saturasi oksigen dalam tubuh
kita juga menurun, nah kita aja yang sadar udah turun
saturasinya, apalagi yang sedang tidak sadar.
Kalau sudah melakukan pengukuran saturasi oksigen,
berikan MAV yang pertama kalinya kepada pasien dengan
menggunakan bag and face mask yang pemasangannya
dilakukan dengan :
- mengelevasikan
mandibula
dan
dagu,
leher
hiperekstensi (pastikan tidak adanya cervical spine injury)
- Kemudian dasar mask diletakkan di atas dagu dan mulut
dibuka, puncak mask di atas hidung
- Sedikit tekan mask kepada wajah dan jaga ekstensi dari
leher
- Kemudian pakai kompresi resuscitation dengan
mengatur volume dan frekuensinya.

Metode ini bisa dilakukan dengan menggunakan 1 atau 2


tangan. Pertama kali kita bisa menggunakan 1 tangan
terlebih dahulu, kemudian jika tidak bisa :
- Identifikasi adanya kebocoran
- Reposisi face mask
- Meningkatkan segel pada pipi (pastikan mask benar2
menempel pada pipi)
- Sedikit meningkatkan tekanan ke bawah pada wajah
atau ekstensi leher
Kalau memang sudah begitu, dan nafas masih tidak
adekuat, gunakan teknik 2 tangan.
Dengan menggunakan bag and mask, kita bisa memasukkan
100% oksigen (karena bag and mask dihubungkan dengan
tabung oksigen), meskipun pada akhirnya karena ada
obstruksi, tidak 100% oksigen bisa dimasukkan, namun
setidaknya kita berusaha lah untuk memasukkan oksigen
meskipun sedikit.
Kalau bag and mask tidak ada, kita bisa melakukan
prosedur ventilasi tersebut dengan menggunakan metode
mouth-to-mouth atau jika alat pembuatan jalan nafas
alternatif sudah terpasang berarti metode bisa melakukan
metode mouth-to-mask atau mouth-to-barrier (kalo di luar
negeri katanya ada alatnya yang buat mulut kita gak harus
nempel langsung ke pasien).
Nah, dengan menggunakan metode konvensional (yang
kalo bag and mask tidak ada) kita bisa memasukkan 16-18%
oksigen dan 4-5% CO2 yang cukup adekuat untuk menjaga
kadar oksigen/CO2 darah mendekati normal. Jangan terlalu
berlebihan dalam memberikan ventilasi, nanti bisa
menyebabkan distensi gaster dan meningkatkan risiko
terjadinya aspirasi.
Lakukan prosedur MAV ini terus menerus hingga saturasi
oksigen mencapai >95% (jika menggunakan pulse oxymetry)
atau selama 2-3 menit (<5 menit) dengan irama nafas (jika
menggunakan self-monitoring) karena apabila dipakai
berlebihan dapat menyebabkan disensi gaster dan
meningkatkan risiko aspirasi (butuh NGT untuk
mengeluarkannya)
Sembari melakukan MAV, kita juga coba membuat jalan
nafas alternatif (jika alat adekuat) sampai pasien sampai ke
rumah sakit untuk ditangani lebih lanjut. Beberapa hal yang
bisa kita lakukan :
Pemasangan alat berupa :
Oropharyngeal airway/mayo/gudel (masuk lewat mulut)
Nasopharyngeal airway (masuk lewat hidung)
Laryngeal mask airway. Merupakan alat yang
dimasukkan ke orofaring bawah untuk mencegah obstruksi
airway oleh jaringan lunak dan membuat saluran efektif
untuk ventilasi. Dapat mengurangi kesulitan penggunaan
bag and face mask dan risiko displacing jaw and tongue.
7. Kalau bisa dilakukan pemasangan, lakukan MAV terus
sambil dimonitor saturasi oksigennya. Kalau saturasi oksigen
bagus (tidak menurun), lakukan siklus tersebut sampai
pasien masuk ke rumah sakit dan ditangani lebih lanjut.
8. Jika memang sudah dilakukan pemasangan ternyata
masih saja gagal (saturasi tetap turun), kita bisa membuat
jalan nafas definitif dengan melakukan intubasi baik dengan
orotracheal (masuk lewat mulut)/nasotracheal tube
(masuk lewat hidung, digunakan jika terjadi gangguan oral
dan leher parah yang membuat laryngoscopy sulit, muscle
relaxant tidak ada/tidak boleh digunakan atau pasien
tachypnea, hyperpnea dan upright positioning). Tetap
lakukan MAV untuk menjaga saturasi oksigen dalam tubuh.
Indikasi :

Metode definitif untuk mengamankan jalan nafas


Membatasi aspirasi
Menginisiasi ventilasi mekanik pada pasien koma, yang
tidak bisa menjaga airwaynya atau yang membutuhkan
ventilasi mekanik lama.
Gangguan pada kesadaran dengan kemampuan dengan
melindungi jalan nafas
Tracheobronchial toilet/suctioning lower respiratory
tract
Injuri multisistem atau pulmo berat terkait dengan gagal
respirasi seperti sepsis, obstruksi jalan nafas, hipoksemia
dan hiperkarbia
Operasi
Langkah :
Persiapan :
Persiapan pasien
a. Lanjutkan ventilasi adekuat dan hiperoksigenasi
b. Dekompresi gaster
c. Nilai derajat kesulitan intubasi, termasuk beberapa
kesulitan berupa :
o Mikrognatia
o Cervical spine status
o Facial injury, surgery dan scarring
o Thyromental distance (leher pendek)
o Pembukaan mulut dan Mallampati classification (dengan
memperhatikan uvula, semakin besar skornya semakin tidak
terlihat uvulanya)
Persiapan alat
a. ET
Ambil ET dalam 3 ukuran : sebesar kelingking pasien dan
1 ukuran di atas dan di bawah ukuran tersebut
Cek balok dan konektor, test cuff
Lubrikasi denga jelly
Letakkan di sisi kanan kepala pasien dan susun sesuai
dengan ukuran
b. Laryngoscope, cek cahaya dan pilih bladenya. Sekarang
sudah bisa menggunakan fiber optic, yakni suatu alat mirip
bronkoskopi dengan glass scope, sehingga intubasi bisa
dilakukan dengan melihat monitor sehingga lebih mudah
(tidak
menggunakan
pandanga
langsung
lewat
laryngoscope)
c. Obat2an seperti analgesik, sedasi/amnesia atau
neuromuscular blockade jika dibutuhkan.
Analgesik digunakan untuk mengurangi simpatheticmediated pressor response yang diinduksi laryngoscopy
(sehingga dapat menyebabkan peningkatan HR, BP dan
peningkatan tekanan intrakranial. Contoh Lidoqain 1,5
mg/kgBB IV 1-2 menit sebelum diberikan obat lainnya.
Sedasi/amnesia kerja cepat, durasi pendek dan
reversibel, diberikan karena laryngoscopy dan intubasi
sangat tidak nyaman pada pasien. Contoh : Fentanyl 25-100
mikrogram IV titrated to effect (diberikan jika tidak ada
depresi kardiovaskular karena dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan kekakuan dinding dada), Midazolam 1-2 mg
IV titrated to effect dan Etomidate 0,3-0,4 mg/kg IV titrated
to effect.
Neuromuscular blockers nilai kebutuhannya, digunakan
untuk merelaksasikan otot skelet yang memfasilitasi
intubasi. Contoh : suksinilkolin 1-1.5 mg/kg IV bolus agen
depolarisasi dan vecuronium 0,1-0,3 mg/kg IV bolus
merupakan agen non depolarisasi yang digunakan untuk
mencegah fasikulasi otot (sehingga menyebabkan nyeri) dan
hiperkalemia yang disebabkan karena full dose suksinilkolin.
d. Alat monitor berupa oximetry, EKG dan BP
e. Stylet, suction dan magill forceps

f. Alat pelindung
Pasien pada posisi supinasi, operator pada sisi kranial
Amankan vertebra servikalis
Preoksigenasi
Operator harus ambil dan menahan nafas, lihat
oksimeter (monitor)
Membuka mulut dengan menggunakan manouver cross
finger
Laryngoscope pada sisi kanan lidah, depan vallecula
Dorong lidah ke sisi kaudolateroanterior dengan
menggerakkan lengan bawah
Visualisasi epiglottis
Posisikan laryngoscope (pada valecula untuk blade
lengkung dan di bawah epiglottis untuk blade lurus)
Angkat basis lidah dan expose pembukaan glotis
Masukkan ET dan lewati plica lewat penglihatan
langsung ke 23-25 cm bibir
Remove stylet dan laryngoscope, gembungkan balon.
Jika kita menggembungkan balon terlalu kuat, akan
menyebabkan tekanan nekrotik dalam trakea. Sedangkan
jika kita menggembungkan balon terlalu enteng, dapat
menyebabkan air escape pada ventilasi dan aspirasi.
Jika gagal, hentikan aksi dan ulangi oksigenasi dan
ventilasi
Jika diulang masih gagal, lakukan langkah selanjutnya
(nomor 9)
Jika berhasil, fiksasi ET dengan plester
Lakukan assessment dengan :
a. Lihat pergerakan dada
b. Palpasi dan auskultasi dada
c. CO2 detector
d. Minta CXR
9. Jika prosedur pemasangan ET gagal 2x, maka bisa
lakukan prosedur bedah seperti :
Cricothyroidostomy. Lebih cepat dan lebih simple
dibandingkan dengan tracheostomy. Bisa dilakukan
meskipun tidak di ruang operasi. Caranya : pasien telentang
leher ekstensi laring ditahan dengan tangan bisa
dengan dua metode, yaitu :
Dengan menggunakan blade mengincisi kulit, jaringan
subkutan, membran krikotiroid di tengah asses traea
pasang hollow tube
Dengan menggunakan iv kateter/kanula/abbocath yang
dihubungkan dengan spet 10 mL yang telah diisikan NaCl 5
mL disuntikkan ke daerah antara krikoid dan tiroid
dengan sudut 45 derajat aspirasi spet, jika ada
gelembung berarti sudah masuk trakea dicabut jarumnya
hubungkan dengan Y tube, dimana 1 ujung tabung untuk
oksigen sementara yang lainnya dipakan untuk tangan
penolong (untuk buka dan tutup)
Tracheostomy. Lebih sulit, harus dilakukan di ruang
operasi oleh spesialis THT karena harus mengambil 1 ring
kartilago dengan incisi berbentuk U yang kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan tube. Bagus untuk long
term, namun untuk emergency, kerugian akibat komplikasi >
keuntungannya.
Pada anak, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain:
1. Infeksi sering menyebabkan obstruksi saluran nafas pada
anak. Selain itu, ukuran lidah anak <2 tahun memiliki
proporsi yang cukup besar dari kavitas oralnya dan
terkadang juga bisa menyebabkan obstruksi selama nafas
spontan/ketika ventilasi.
2. Beberapa hal terkait dengan manejemennya yang harus
disesuaikan :
A. Anak merupakan pengguna hidung sejati ketika bernafas
(belum bisa menggunakan mulut) sampai usia 6 bulan. Oleh

karena itu, suction nares saja sudah bisa membuka jalan


nafas untuk anak tersebut
B. Posisikan
anak
senyaman
mungkin
untuk
mengkomporomisasikan respirasinya. Kalau memang tidak
bisa, bisa dilakukan sniffing position, jika tidak ada cervical
spine injury, untuk meminimalkan obstruksi jalan nafas oleh
jaringan lunak. Hati-hati agar tidak overekstensi karena
dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas.
C. Face mask dapat membuat anak teragitasi, oleh karena
itu alat2 harus disesuaikan (ET seukuran jari kelingking
pasien, penggunaan uncuffed ET, blade laryngoscope lurus,
dll). Selain itu, bag-mask ventilation dapat menyebabkan
gastric distention sehingga dibutuhkan NGT
D. Penggunaan handuk atau sanggahan lainnya pada bahu
pada bayi lebih baik dibadingkan harus mengangkat occiput
E. Penekanan krikoid dapat meningkatkan visualisasi glotis.
Trakea relatif lebih pendek, sehingga intubasi biasanya lebih
mudah.
F. Kedalaman insersi bisa diperkirakan dengan rumus :
diameter internal ET x 3.
Komplikasi : brain death, kejang, edema paru karena
obstruksi/POPE (Post Obstruction Pulmonary Edema),
aspirasi karena gangguan ke lambung, DIC (Disseminated
Intravascular Coagulopathy) perdarahan terus menerus,
komplikasi ginjal. Prognosis : buruk
Secara keseluruhan bisa terangkum sebagai berikut :
Melihat pasien sesak nafas anamnesis + assessment
membuka jalan nafas (head tilt chin lift / jaw thrust)
a. Membaik periksa B&C&lainnya semua baik
recovery manouver
b. Tidak membaik curiga obstruksi pengambilan
corpal (superfisial, profunda gagal heimlich manouver)

Corpal terambil periksa B&C&lainnya semua baik


recovery manouver

Corpal tidak bisa terambil cek saturasi oksigen dan


MAV (selalu barengan dengan metode lainnya dan dilakukan
jika saturasi menurun) membuat jalan nafas alternatif
Oropharyngeal airway/mayo/gudel (masuk lewat mulut)
atau Nasopharyngeal airway (masuk lewat hidung) atau
Laryngeal mask airway (tergantung dari ketersediaan alat
atau kalo memang tenggorokan gak bisa diakses, bisa pake
yang lewat hidung)
o kalo berhasil lanjutkan pemberian oksigen dengan
MAV sampai dapat penanganan yang baik di RS
o kalo gagal Intubasi (baik orotrakeal/nasotrakeal (sama
kayak di atas untuk alasan penggunaannya)) sebagai
tambahan dari yang airway (airway digunakan untuk
menahan lidah agar tidak mengganggu masuknya ET)
kalo berhasil lanjutkan pemberian oksigen dengan
MAV sampai dapat penanganan yang baik di RS
kalo gagal pertimbangkan penggunaan prosedur
krikotiroidektomi (bisa dilakukan pada kondisi gawat
darurat)
kalo berhasil/gagal lanjutkan pemberian oksigen
dengan MAV sampai dapat penanganan yang baik di RS,
karena kalau gagal penanganan berikutnya harus di
trakeostomi, dan itu harus di ruang operasi.
Namun sekali lagi ingat, ini bukan algoritma gitu yang harus
runut dari AZ, tapi disesuaikan dengan kondisi pasien dan
ketersediaan alat. Yang penting kita harus tahu prinsipnya,
setelah melakukan A kalo gak bisa kenapa B, dst.
Referensi
1. Slide kuliah Airway management dr. Mahmud, Sp. An
2. Slide kuliah Airway disorders in maxillofacial and cervical
trauma dr. M. Rosandi Siswandana, Sp. BP
3. Slide kuliah Airway disorders in inhalation and blast
trauma dr. Sunoko, Sp. B-KBTKV
4. The Mercks Manual Diagnosis and Treatment Porter.
5. Video session blok 4.1

IMAGING IN EMERGENCIES
dr. Yana Supriatna
By: Ayu
Pilihan Modalitas Imaging untuk kasus emergensi:
X-ray paling konvensional, paling banyak digunakan
MSCT dapat memberi gambaran 3D, mudah melihat fraktur dan dislokasi.
USG sangat bagus, cepat, bisa periksa dari atas sampai bawah tapi operator-dependent
MRI pada kegawatan jarang dipakai karena waktunya lama 1 jam, adanya suara yang cukup bising sehingga dapat
membahayakan pasien, mahal.
Gambaran Normal Foto Thoraks
PA
Lateral

Gambaran normal foto toraks PA:


Kedua hilar densitasnya sama, dengan hilum kiri lebih
superior daripada hilum kanan 1cm.
Gambaran trakea tepat di tengah.
Diafragma kanan lebih tinggi 1-1,5 cm dibandingkan kiri,
dengan sulcus costophrenicus tajam.
Gambaran normal foto toraks lateral
Seharusnya terdapat penurunan densitas dari superior
ke inferior pada mediastinum posterior.
Ruang udara bagian retrosternal memiliki densitas yang
sama dengan ruang udara di retrocardiac.
Hemidiaphragma kanan letaknya lebih tinggi
dibandingkan hemidiaphragma kiri.
Cardio-Thoracic Ratio (CTR)
Normalnya CTR < 0,5
Maka B/A < 0,5 dengan B = diameter jantung, A =
diameter dada
CTR > 0,5 (pada film dengan kualitas baik) menunjukkan
kardiomegali
Gambaran PA atau AP?
Kebanyakan foto toraks diambil dalam posisi PA, dengan
sinar X-ray ditembakkan dari belakang ke depan dan film
terletak di depan dada pasien. Pemeriksaan ini biasanya
diambil dengan posisi pasien berdiri. Dengan letak jantung
dan mediastinum terdekat dengan film, gambar posisi PA
dapat dengan akurat memperlihatkan perubahan kontur
jantung dan mediastinum.
Sedangkan pada kasus emergensi, kebanyakan foto
toraks diambil posisi AP karena pasien tidak mampu berdiri.
Karena posisi pasien berbaring, gambaran kontur jantung
dan mediastinum pada posisi PA dapat terlihat lebih besar
padahal sebenarnya normal. Maka perlu dikonfirmasi lagi
nanti dengan posisi PA.
Maxillofacial Trauma
Fraktur Le Fort ini penyumbang 10-20% trauma maxillofacial
terutama paling sering disebabkan kecelakaan motor/mobil
karena tidak memakai sabuk pengaman, tindak kekerasan,
dan jatuh.
Merupakan suatu kegawatdaruratan yang memerlukan
penanganan segera karena dapat menyebabkan sumbatan
jalan nafas, cedera otak berat, dan mungkin fraktur vertebra
cervicalis. Tujuan awal terapi adalah membebaskan jalan
nafas.

Obstruksi Yang Disebabkan Koin


Koin
Trakea

AP

Fraktur Le Fort ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:


Le Fort I
Definisi:
Fraktur horizontal maksilla pada ketinggian yang sama
dengan fossa nasalis. Disebut juga fraktur guerin
Menyebabkan pergerakan pada maksilla sementara
nasal bridge tetap stabil.
Gambaran radiografi:
Garis fraktur yang melibatkan apertura nasal, maksilla
inferior, dan dinding lateral maksilla menyebabkan
terpisahnya palatum dengan maksilla.
Le Fort II
Definisi :
Karena bentuk garis frakturnya disebut juga fraktur
pyramid, terdapat ketidakstabilan setinggi os nasal.
Merupakan satu-satunya fraktur yang melewati orbital rim
(dapat merusak sistem lakrimalis). Karena garis fraktur ini
dekat dengan foramen infraorbital, sering terdapat
hypesthesia nervus infraorbital.
Berbeda dengan Le Fort I, fraktur Le Fort II berisiko tinggi
menyebabkan fraktur septal sehingga dapat terjadi
perdarahan masif. Disebut juga floating maxilla karena
maksilla menjadi sangat mudah digerakkan.
Gambaran radiografi:
Garis fraktur melalui tulang hidung dan diteruskan ke
tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir infraorbita, dan
menyeberang ke bagian atas dari sinus maksillaris juga ke
arah lamina pterigoid sampai ke fossa pterigo palatine.
Le Fort III
Definisi :
Fraktur dengan disfungsi kraniofacial komplit (craniofacial disjunction). Merupakan fraktur yang memisahkan
secara lengkap sutura tulang dan tulang cranial. Komplikasi
yang mungkin terjadi adalah keluarnya CSF melalui atap
ethmoid dan lamina cribiformis, memudahkan terjadinya
meningitis atau terbentuknya abscess otak.
Gambaran radiografi :
Garis fraktur melalui sutura nasofrontal diteruskan
sepanjang ethmoid junction melalui fissura orbitalis superior
melintang ke arah dinding lateral ke orbita, sutura
zigomatikum frontal dan sutura temporozigomatikum.
Obstruksi Benda Asing
Obstruksi benda asing dapat disebabkan:
Intrinsik : saluran pernapasan terhalang lidah, biasanya
dialami pada pasien dengan penurunan kesadaran.
Ekstrinsik : dari luar, misal koin, kacang, dsb
Gambaran radiologik
Umumnya daerah lesi : radiolusen
31% gambaran foto toraks bisa normal
Obstruksi total atelektasis
Gangguan aerasi hebat pneumotoraks atau
pneumomediastinum

LATERAL

Esophagus

Namun, gambaran di atas bisa nggak sesuai juga. Misal, pada gambaran AP terdapat orientasi sagittal khas trakea, ternyata
di foto lateral letaknya di posterior trakea berarti koin berada di esophagus. Makanya nggak bisa melakukan diagnosis
dengan satu gambar saja, minimal dua :)

Obstruksi Yang Disebabkan Kacang


Sulit dilihat karena tampak seperti jaringan normal.
Dilihat indirect sign (difoto saat inspirasi dan ekspirasi) :
Adakah perbedaan? Mengembang dan mengempisnya paru
yang tidak simetris. Pada ekspirasi dapat terlihat adanya
air-trapping pada salah satu paru yang tersumbat (akan
terlihat lebih luscent). Disebabkan benda asing tersebut
berfungsi seperti katup yang memungkinkan udara masuk
namun tidak bisa keluar.
Pada anak-anak paling mudah terjadi sumbatan di
bronkus sebelah kanan, karena lebih besar,dan lebih
horizontal.
Efusi Pleura
Di slide, dibedakan jadi 3, Mild, Moderate = Classic, dan
Masif.
Mild terlihat adanya penumpulan sudut
costophrenicus. Posisi RLD (lateral decubitus) dapat
membantu untuk mendeteksi efusi pleura yang masih
sangat sedikit, karena cairan akan mengalir ke posisi lateral
yang dapat dilihat.
Moderate = Classic adanya gambaran opaque yang
homogen dan membentuk cekungan / tanda meniscus, tidak
terlihat sinus dan diafragma karena terisi cairan dan cairan
tersebut mendorong jantung ke arah paru yang sehat.

Lung Collapse atau Atelectasis


DIRECT SIGN
Adanya pergeseran fissura interlobar
Hilangnya aerasi nggak ada udara shg terbentuk
gambaran radiopaque
Tanda vascular dan bronchial (crowded)

Masif terlihat di foto toraks dada, cairan sampai


memenuhi seluruh bagian paru yang sakit.
Dapat juga digunakan USG, bisa untuk konfirmasi ukuran
dan jenis cairan efusi (transudat atau eksudat).
Pneumothorax
1. Simple Pneumothorax perlu diambil foto saat
inspirasi dan ekspirasi, biasanya gambaran pneumotoraks
yang sangat sederhana baru didapat pada tampilan dada
saat ekspirasi. Selain itu posisi juga diusahan berdiri, karena
waktu supinasi simple pneumothoraks dapat tak terdeteksi.
Gambaran radiologisnya : batas pleural visceral terlihat,
dan berkurangnya volume pada paru yang sakit. Pada
pneumothoraks yang kecil dapat dilihat pada bagian apical
paru akan terlihat garis visceral pleura yang bergeser
menjauhi dinding dada, serta tidak adanya lung marking
atau corakan vaskular pada bagian perifernya.
2. Tension Pneumothorax Diagnosis ditegakkan
berdasarkan tampilan klinis!!! Bukan berdasarkan gambaran
radiologis ya, keburu mati ntar orangnya nunggu difoto
Gambaran radiologisnya: akan terlihat luscent pada paru
yang sakit dengan pergeseran mediastinum beserta isinya
ke arah paru yang sehat.Adanya deep sulcus sign yaitu
adanya peningkatan gambaran luscens pada sudut
costophrenicus pada paru yang sakit.

INDIRECT SIGN
Elevasi hemidiaphragma
Pergeseran mediastinal ke arah paru yang sakit
Pergeseran hilar

Total Collapse : khas: menarik mediastinum ke arah paru


yang kolaps tersebut
Partial Collapse: khas bila yang kolaps lobus media: akan
terlihat garis putih yang menghubungkan lobus tersebut
dengan jantung.
Hyaline Membran Disease
Biasanya pada bayi prematur, pada hari kelahiran,
disebabkan karena kekurangan surfaktan.
Kalau pasien datang membawa bayi beberapa hari
setelahnya, pikirkan diagnosis lain.
Pada bayi: foto toraks + abdomen keseluruhan dan
murah yang sering dipakai : Baby Gram.
Gambaran radiologik :
Lesi granular halus di seluruh paru
Ukuran paru mengecil
Batas pembuluh darah tidak jelas
Toraks berbentuk bel
Air bronchogram merupakan tanda telah terbentuknya
infiltrat dengan gambaran bronkus perifer yang terisi udara
menjadi lebih jelas terlihat karena dikelilingi jaringan tanpa
udara atau berkonsolidasi alias alveolus yang telah terisi
cairan atau sel-sel (telah terbentuk infiltrat) sehingga
menimbulkan opasitas paru.

Berat :
Bayangan paru radioopak
Batas jantung & mediastum tidak tampak
Prognosis buruk pada 24 jam pertama pneumotoraks
28 hari kemudian fibrosis, nekrosis, gambaran sarang
tawon bronchopulmonary dysplasia
Pericardial Effusion
Efusi perikardial: jantung bentuk seperti botol dideteksi
dengan:
1. Foto thorak berdiri dan trendelenburg
2. USG
3. Fluoroskopi
Adanya cairan di pericardium
Bedakan dengan kardiomegali
Pakai USG, CT untuk konfirmasi cairan.
Mekonium Aspirasi
Hipoksia janin
defekasi & aspirasi intra uterin
Radiologik :
Bercak-bercak tersebar di kedua paru
Atelektasis

LUNG EDEMA
Distribusi Edema Paru
Nah, edema paru ini dapat menimbulkan berbagai macam gambaran radiologi yang aku lihat berkilas kilas tetep aja aku gak
mudeng -___- * haha. Lanjut lagi ya, pokoknya edema paru ini dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab, misal gagal
jantung, gagal ginjal, ARDS atau sindrom gawat pernapasan pada bayi baru lahir yang menderita penyakit membrana hialin
yang telah dibahas di atas tadi, dan sebagainya. Bahas dulu satu-satu ya..

1. Edema kardiogenik Edema kebanyakan berpusat di


basal (gravitasional), homogen, dapat ditemukan juga
edema perihilar (+). Terutama perhatikan manifestasi lain:
misal adanya kardiomegali (CTR>0,5). Adanya densitas linier
atau garis Kerley, merupakan garis pendek tipis, melintang,
paling baik dilihat di lateral dekat sudut kostofrenikus.
Pada edema kardiogenik lihat juga corakan vaskularnya,
normalnya pada posisi tegak, pembuluh darah lobus
superior jelas lebih kecil ukurannya daripada pembuluh
darah sebanding yang ada di lobus inferior. Di samping itu,

pembuluh darah sentral akan meruncing bertahap karena


akan bercabang ke perifer.
Corakan vaskular pada edema kardiogenik sebenarnya
juga bermacam macam tergantung penyebab gagal
jantungnya kenapa. Misal stenosis mitral pembuluh darah
lobus superiornya menjadi lebih besar dibandingkan lobus
inferior karena adanya hipertensi vena pulmonalis, kalau
pada penyakit jantung kongenital seperti Tetralogi Fallot
justru bisa terjadi pengurangan ukuran semua pembuluh
darah dari sentral-perifer, lobus superior-inferior.

Nah, kalau dari gambar di slide, pembuluh darah lobus superior lebih besar dibandingkan inferior. Lihat adanya edema
perihilar dengan gambaran opaque di sekeliling hilar, serta bercak-bercak opaque pada bagian basal.
2. Edema karena overhidrasi/gagal ginjal

Bisa dilihat adanya peningkatan corak vaskuler dari superior-inferior, selain itu dibandingkan edema kardiogenik yang
gambaran edemanya di basal, pada gagal ginjal gambaran edemanya lebih ke sentral.

3. Edema karena ARDS

Bisa dilihat ya, gambaran edemanya terletak di perifer, bentuknya patchy, air bronkogram (+). Selain itu ada penurunan
corakan vaskuler ya
Volume Darah

Menurun: ketiganya

Normal: edema kardiak dan


permeabilitas

Meningkat: overhidrasi, edema


ginjal

TRAUMA TORAKS
Tulang iga dapat mengalami fraktur pada titik benturan dan kerusakan paru paru memar
Trauma tajam: biasanya merupakan aplikasi langsung dan tiba-tiba dari tenaga mekanis pada area fokal.
Pisau atau peluru kerusakan jaringan karena terjadi peregangan dan penghancuran.
Gambaran Radiologi:
Fraktur iga
Gejala tidak khas, Foto toraks AP bila lesi berat. Terdapat komplikasi dari fraktur iga:
Hematotoraks
Pneumotoraks
Kontusio Paru
Flail/Hourglass chest (dada berbentuk bell-shaped appearance)
Selesaiiii, nah sekian tentang radiologi. Bila ada kritik dan saran dipersilakan, mungkin masih ada kekurangan. Mungkin
memang agak ribet mesti interpretasi gambar hitam putih ini, tapi yang penting dan jangan sampai lupa diingat kalau
radiologi ini cuma sebagai alat bantu dalam menegakkan diagnosis ya. Tetap kita harus memperhatikan tampilan klinis
pasien dan apakah hal tersebut memang sesuai dengan tampakan foto rontgennya. Apalagi pada kasus emergensi, foto
toraks baru dapat dilakukan setelah tindakan resusitasi ABC dilakukan agar pasien stabil. Sekian, tetap semangat teman
teman
Skills Lab ADVANCE LIFE SUPPORT : AIRWAY
A.H. Wisda Kusuma
Blok 4.1 ini adalah blok Emergency, tentunya kita
banyak membahas hal-hal yang berkaitan dengan kasus
emergency (butuh penanganan dengan cepat), salah
satunya adalah penyelamatan nyawa seseorang yang
terancam (Life Saving). Di live saving, kita mengenal istilah
waktu adalah nyawa, karena semakin kita menunda
tindakan, kemungkinan kematian sel otak atau kematian
organik tubuh akan semakin meningkat. Tindakan Life
Saving / Support dibagi menjadi 2, ada Basic life Support

(BLS) yang sudah kita pelajari di blok 1.2 (algoritmanya saya


rasa gak perlu dicantumkan di sini, di blok 1.2 udah pernah
dibahas, di google juga banyak, lihat di AHA atau website2
red cross juga ada) dan Advance Life Support (ALS), yang
sebagian akan kita bahas di sini.
Prinsip yang membedakan keduanya sebenarnya
adalah dari segi penggunaan alat bantu dan siapa yang
melakukan pertolongan. Kalau BLS jelas tidak menggunakan

alat apapun dan orang awam pun bisa melakukannya. Tetapi


kalau ALS sudah menggunakan alat dan harus dilakukan oleh
seorang profesional. BLS maupun ALS prinsip-nya sama,
yakni assesment ABC (Airway, breathing, Circulation),
assesment problem causa, monitoring selama tindakan,
secondary assesment, dan stabilisasi pasien.
Nah, pada skills lab kali ini yang lebih ditekankan
adalah ALS yang berkaitan dengan Airway. Dengan kata
lain, bagaimana cara kita menjaga patensi dari jalan nafas
pada pasien yang mengalami ATAU yang dicurigai ATAU
yang berpotensi mengalami gangguan Airway. Ada 7
prosedur yang akan dibahas kali ini yakni :
1. Triple Maneuver (Head tilt, Chin Lift, Jaw Thrust)
2. Bag and Mask / Balon dan Sungkup / VTP (Ventilasi
Tekanan Positif) / PPV (Positive Pressure Ventilation)
3. Intubasi (menggunakan EndoTracheal Tube / ET Tube /
ET-T)
4. LMA (Laryngeal Mask Airway)
5. Orophrayngeal Tube (Mayo Tube)
6. Nasopharyngeal Tube
7. Needle Crycothyroidotomy
Sebelum kita masuk ke algoritma Life saving manapun,
prinsip pertama yang harus kita pegang adalah SAFE (safe
utk korban, penolong, maupun orang / lingkungan sekitar).
Bawalah korban ke tempat yang aman, tidak ada lalu lalang
orang/kendaraan, tidak panas/dingin/terik matahari, kering,
permukaan datar dan keras.
Kita bahas prosedurnya satu2 ya, di sini hanya akan ditulis
prinsip pengerjaannya. Kalau checklist nya teman-teman
bisa baca di buku panduan skills lab / buku praktikum blok
4.1 ya.
1) Triple Maneuver
Tujuan manuver ini adalah untuk menbuka airway
pasien. Tetapi, pembukaan airway ini mungkin bersifat
sementara (karena berbagai kejadian : misal lidah yang jatuh
ke belakang dan menutup jalan nafas), sehingga jalan nafas
tetap harus dijaga dengan E-T Tube, LMA, dsb (akan
dijelaskan nanti). Tiga manuver ini sebaiknya dilakukan
semua (jika memungkinkan), tetapi jika dalam beberapa
kondisi khusus tidak bisa dilakukan semua, lakukanlah salah
satu saja, yang pasti kita memastikan bahwa airway pasien
terbuka. Tetapi manuver ini harus dilakukan untuk
membuka airway dan menghindari obstruksi karena lidah
pasien yg jatuh ke belakang (pada pasien tak sadar).

Jaw Thrust
Jaw thrust adalah teknik yang dilakukan jika pasien
mengalami cidera cervikal, yg dimaksud cidera cervical di
sini adalah cidera muskulo skeletal / vertebra-otot yang kirakira bisa mempengaruhi medula spinalis / radix saraf jika
terjadi perubahan gerakan leher. Kenapa fatal sekali jika kita
gerakkan leher? Inget, radix segmen C3-C4 itu mempersarafi
diafragma (n.phernicus), sehingga kalau terjadi gangguan di
n segmen ini tentunya diafragma tidak bisa berfungsi dan
akan terjadi gagal nafas. Jaw thrust adalah teknik yang
tidak disarankan untuk orang awam / tidak terlatih, karena
kemungkinan gagal nya tinggi (kemungkinan untuk leher
bergerak), sehingga justru membahayakan pasien.

Prosedurnya : jari 3 dan 4 kita letakkan di ramus


mandibularis (posterior dari angulus mandibula) dan jempol
bertumpu pada pipi pasien, dorong mandibula ke arah
anterior (kita angkat mandibula) seolah-olah kita
mendislokasikan TMJ (Temporo-Mandibular Joint), sehingga
rahang bergerak ke depan dan airwat seolah-olah
terangkat. Jangan pernah sekali kali melakukan gerakan
pada leher. Lakukanlah jaw thrust dengan hanya
menggerakkan mandibula.
Tanda jika jaw thrust kita berhasil adalah gigi bawah berada
di depan gigi atas (mandibula sudah ke arah anterior /
terangkat).
2) Bag and Mask

Head Tilt Chin Lift

Sebenernya, ada dua jenis Facemask (Bag and Mask) nih,


ada yang manual (yg dipelajari di skills lab) dan ada yang
otomatis (disambung ke mesin, kayak yang di UGD rumah
sakit canggih atau di ICU biasanya jg ada). Nah, kalau yang
otomatis itu pegang face mask nya pake 2 tangan (jadi
kedua tangan fokusnya emang Cuma untuk pegangin tuh sih
mask nya biar rapet dan terfiksasi).
Nih contoh yg manual :
Ini udah kita pelajari di OSCE tahun pertama ya,
caranya dahi pasien kita tekan ke bawah (Head Tilt) dan
dagu pasien kita dorong ke arah kranial / ditengadahkan
(Chin Lift). Ingat, Chin lift tidak usah dibarengi dengan
membuka mulut, HANYA chin lift aja ya. Intinya, manuver ini
adalah memposisikan leher untuk hiper-ekstensi sehingga
jalan nafas benar-benar terbuka.

Nih contoh yg otomatis :


Ada bag and mask yang dilengkapi reservoir oksigen dan
ada yang tidak. Semuanya bisa dipakai, tetapi leih baik kita
menggunakan yang ada reservoirnya, karena saturasi
oksigen yang diberikan akanjauh lebih tinggi jika
disambungkan ke tabung oksigen.

Bagging ini prosedurnya cukup simpel, yang penting


kita menjaga agar mask tertutup rapat dan ventilasi
berjalan efektif. Caranya biar rapet, jari2 di tangan kiri :
jari 4-5 pegang di ramus mandibula
jari 3 di angulus mandibula
jari 1-2 pegang mask, mendorong mask agar rapat.
Lagi2 ini skills yah, bisa aja tiap dokter beda, yang penting
harus rapat dan ergonomis bagi kita, sehingga tangan kanan
kita Free untuk melakukan pompa dan untuk keperluan2
lain. Biasanya bag and mask juga disambungkan dengan
oksigen murni 100% untuk preoksigenasi (meningkatkan
efektifitas ventilasi). Atur juga tingkat saturasi oksigen dan
aliran oksigen (tinggi, sedang, rendah).

Tujuannya Bag and Mask adalah untuk : PRE-OKSIGENASI


dan mendorong terjadinya ventilasi. Apa itu preoksigenasi?
Oke, jadi ceritanya gini nih. Misal ada pasien Apneu
(gak bernafas). Otomatis kan ga ada proses ventilasi di
alveolus (ya iya lah, udaranya kan stagnan di ruang rugi
anatomis). Tapi, ceritanya kan masih ada Dissolved Oxygen
(di plasma darah) dan Binding Oxygen (di Hb) to , jadi masih
ada sedikit oksigen di darah. FYI, hal ini lah yang menjadi
landasan kenapa sih di AHA 2010 itu prinsipnya CAB, bukan
ABC kayak di guideline Life Support sebelumnya? Jadi
asumsinya ya itu, di darah kan masih ada oksigen, dan otak
itu akan mati sel-selnya dalam hitungan menit (4-5 menit),
sehingga GOAL kita ya bagaimana caranya si otak itu dapat
oksigen dalam waktu secepatnya untuk mencegah kematian
neuron.
Nah, pompa aja tuh darahnya jangan sampai berhenti,
kan sennggak-enggaknya masih ada Oksigen terlarut dan
Oksigen terikat di darah yang siap untuk dialirkan ke otak
(walapun sedikit). Bahkan ada tuh istilahnya hands only
CPR di AHA 2010, karena pertimbangan penolong yang gak
mau nafas buatan mouth to mouth (mungkin agak gimana
gitu kalo nafas buatan : jijik atau gak mau secara budaya), ya
itu gak apa-apa. Yang penting sirkulasi harus tetap jalan.
Kembali ke masalah tadi ya, kita dulu tau ada yg namanya
FRC (Functional Residual Capacity), yaitu Volume Residu +
Volume Cadangan Ekspirasi. FRC itu besarnya 30 cc/kgBB.
Misal ada pasien beratnya 70kg, maka FRC nya sekitar
2100 cc. Nah kita tau kan kalo O2 di atmosfer itu paling2
sekitar 20-21% (angka ini bisa disebut sebagai FiO2: Fraksi
Inspirasi Oksigen). Nah, berarti dari 2100 cc FRC tadi, cuman
ada 400 cc Oksigen kan. Sedangkan tubuh kita itu butuh
oksigen sekitar 2-3 cc / kgBB / menit. Berarti kalau tadi si
pasien beratnya 70kg, dia butuh 140-210 cc Oksigen / menit.
Nah lo, berarti kira-kira pasien tuh kalo kondisi apneu dan ga
ada usaha preoksigenasi dari penolong, dia akan mati dalam
2-3 menit kan?
Nah, untuk itulah dilakukan usaha PREOKSIGENASI,
yakni peningkatan FiO2 menjadi 100%, dengan cara
dimasukkan Oksigen murni melalui Bag and Mask. Jadi
senggak-enggaknya
kalau
dalam
usaha
ventilasi
(memasukkan udara dengan paksa agar terjadi pertukaran
O2 di alveolus), kadar Oksigen di airway itu mendekati
100%, dan pertukaran yang terjadi menjadi maksimal. Coba
aja kalau kita lakukan preoksigenasi dulu di pasien dgn BB
70kg tadi, FiO2 jadi 100%, berarti kan ada 2100 cc Oksigen,
berati kita masih ada extra time, karena total lamanya
waktu untuk cell death menjadi 10-15 menit (setidaknya 10
menit), bukan 2-3 menit. Gitu ceritanya . . .

Biasanya, oksigen yang diberikan 10-15 liter/menit.


Nah, gimana kalo mau kasih preoksigenasi tapi pasien
sadar? Suruh aja pasien tarik nafas semampunya, sambil
diberikan bag and mask procedure.
3) Intubasi
Proses intubasi adalah proses memasukkan tube (biasanya
berupa endo-tracheal tube) guna menjaga jalan nafas /
airway agar tetap intak dan paten. Proses ini harus
dilakukan dengan cepat (kurang dari 30 detik) dan tepat
(tidak boleh masuk esofagus, tapi harus ke laring). Intubasi
ini yang biasanya masuk di kasus-kasus OSCE kompre
emrgensi loh teman-temin, selain ada NGT, IV line, kateter,
CPR, dsb. Di sini kita menggunakan laryngoscope untuk
mengeskpos epiglotis dan laring pasien. Kita dah pernah
pake laryngoscope dya dulu waktu neores blok 2.1 inget2
kembali aja cara2nya.
Ada 2 blade yang digunakan bersamaan dengan
laryngsoscope : curved blade (macintosh design) dan
straight blade (Miller, dsb)

Tujuan intubasi ini sebenarnya adalah :


1. mengisolasi jalan nafas (dari benda asing)
2. menjaga agar aiway paten (lumen tidak tertutup)
3. mengurangi resiko aspirasi dari lambung
4. memungkinan untuksuction dari trakea (jika perlu)
5. memastikan pengaliran oksigen konsentrasi tinggi
ke paru
6. bisa juga untuk administrasi obat2an tertentu
7. menjaga volume tidal (10-15 cc / kgBB) untuk
mempertahankan inflasi paru yang adekuat.
Pemasangan ET dilakukan atas 2 indikasi utama : emergensi
(menjaga airway / memastikan udara bisa masuk ke paru)
dan elektif (general anasthesia pada operasi)
Kalau dirinci, indikasi pemasangan ET adalah:
1. Cardiac arrest
2. Ketidakmampuan pasien yang gak sadar untuk
melakukan ventilasi
3. Ketidakmampuan pasien untuk melindungi airway
(koma, areflexia, cardiac arrest, dsb)
4. Ketidakmampuan penolong untuk memberikan
ventilasi kepada orang yang tak sadarkan diri
dengan cara konvensional (misal dengan bag and
mask udah dicoba eh tapi ternyata pasien masih
tetep cyanosis aja / gagal ventilasi)

5.

Pasien pre-operasi yang menggunakan General


Anesthesia (GA).

Prosedur (prinsip) :
1. Setelah tindakan awal (assessment, triple maneuver,
memastikan INDIKASI pemasangan ET Tube, dsb) dan alatalat sudah tersedia dan berfungsi (alat sudah dicek tidak
ada yang rusak: cek balloon ET menggembung / tidak,
laryngoscope sudah terpasang dan lampunya menyala,
termasuk siapkan juga suction + suction machine dari awal),
kita memposisikan diri di sebelah kranial pasien dan kita
siapkan laryngoscope (sesuaikan blade dengan bentuk
anatomi mulut pasien dan ukuran mulutnya juga ya).
Siapkan juga Magill Forceps untuk mengambil obstruktan
yang mungkin ada ATAU untuk mengarahkan ujung ET Tube
ke laring. Jangan sekali-kali melakukan intubasi pada pasien
dengan cervical injury tanpa diberi collar neck (usaha
immobilisasi). Sebelum melakakukan prosedur pemasangan
ET Tube, ada baiknya untuk dilakukan suction terlebih
dahulu jika kita curigai ada cairan di dalam airway / mulut
pasien.
2. Dengan tangan kanan, buka mulut pasien. Kemudian
masukkan laryngoscope, dorong lidah pasien ke arah kiri
bawah, pastikan bahwa ujung blade laryngoscope berada di
ujung lidah, tepatnya di valeculla glossoepiglottica (benar2
di ujung), karena kalu kurang ke ujung, lidah bisa terdorong
ke belakang (malah jadi obstruksi), tapi kalau terlalu ke
ujung, nanti epiglotis jadi susah terangkat. Kemudian
setelah epiglotis terekspos, angkat laryngoscope ke arah
atas sehingga larnyng / plica vocalis terekspos (jangan
dicungkil ya, kalo dicungkil nanti laryngoscope nya nabrak
gigi depan pasien loh). Nah, di manekin, proses
mengangkat / mengekspos laring ini agak berat ya,
terutama buat yg cewek, jadi perlu di-notice nih nanti kalu
latian buat OSCE :D
3. Nah, kalo udah keliatan laring, tinggal masukkin aja
tuh ET tube nya dari arah kanan mulut pasien (boleh diberi
lubrikan dulu, boleh enggak), BOLEH pake stylet / kawat
untuk membantu menegangkan ET tube, tapi kalo yakin bisa
masuk tanpa stylet ya gak apa-apa masukin aja. Kalau mau
pake stylet, disarankan melumasi stylet terlebih dahulu
dengan lubrikan larut air sebelum memasukkannya ke
dalam lumen ET Tube. Masukkan sampai tanda hitam (tanda
plica vocalis), kemudian sambungkan ET Tube dengan alat /
ventilator (Bag and Mask atau ke mesin). Kesalahan yang
sering dilakukan KOAS (Korps Orang serbA Salah), (katanya
sih) adalah tidak menjaga posisi laryngoscope dengan baik,
jadi setelah seneng2 epiglotis udah keliatan trus tangan
kanan ambil ET Tube dengan tidak memperhatikan posisi
tangan kiri,.. akibatnya epiglotis jadi ilang lagi deh, dan
harus dicari lagi -__4. Kalau udah masuk, tarik laryngoscope dan pastikan ET
Tube benar-benar masuk ke trakea dengan cara kita
auskultasi di lambung kemudian masukkan udara ke dalam
ET tube, dan auskultasikan di daerah epigastric (lambung).

Normalnya ga ada suara gelembung udara. Kalau sampai


ada gelembung udara, berarti ET Tube masuk ke esofagus
dan udara justru masuk ke lambung. Hal ini berbahaya
karena bisa memicu reflux asam lambung -> aspirasi. segera
tarik ET tube dan ulang prosedur. Tapi kalau gak ada, untuk
lebih memastikannya dengarkan lagi suara di lapang paru,
sembari mengaliri ET tube dengan udara, dengarkan,
normalnya ada suara vesikular di paru dan simetris.
5. Jika posisi ET Tube sudah pasti benar, lakukan
penggembungan cuff agar ET Tube rapat / sealed dengan
lumen trakea, sehingga mencegah aspirasi dari cairan
mukosa atau cairan lambung. Kita bisa mengontrol tekanan
cuff ET dengan pilot balloon yang ada di luar, karena cuff
dan balon ini adalah bejana berhubungan, tentunya
kekuatan tekanan di balon ini menggambarkan tekanan
yang ada di Cuff ET Tube juga. Jangan lupa fiksasikan ET
Tube di daerah sekitar mulut pasien dengan metode
gamma bandaging (bisa menggunakan plester / hypafix).
Selain konvensional ET Tube, sebenarnya juga ada yang
namanya Combi-tube, yakni ET yang dimasukkan bukan ke
trakea, tapi ke esofagus. Nah, nanti ada cuff yang fungsinya
nge-blok esofagus (cuff distal), trus ada lubang2 di antara
cuff distal dan proksimal untuk keluarnya Oksigen, dan cuff
proksimal yang fungsinnya fiksasi diantara pangkal lidah dan
arcus pharyngeus. Combi tube ini lebih mudah dimasukkan
karena tidak perlu menggunakan laryngoscope (tidak perlu
mengekspos laring/plica vocalis) karena tujuan kita adalah
memasukkannya ke esophagus.

4) LMA (Laryngeal Mask Airway)


Metode ini lebih simple, dan bisa dilakukan oleh orang
awam. Tujuannya sama seperti ET Tube. alatnya seperti ini :
Tinggal dimasukkan aja, hehe. Tetapi resiko aspirasi dengan
alat ini lebih tinggi.

5) Oropharyngeal Tube (Mayo Tube)


Fungsinya untuk menjaga patensi jalan nafas dari Cavum
Oris ke Laring.
Prosedur : sebelum masukkan, ukur dulu ukuran Mayo
Tube dari arah bibir ke angulus mandibula, karena kalau gak
pas bisa bahaya, bisa jadi obstruksi (kalau terlalu dalam dan
menekan lidah). Cara ngukurnya :

7) Crycothiroidotomy
Adalah proses pembuatan lubang diantara kartilago Cricoid
dan Thyroid. Mengapa di situ? Karena daerah situ paling
tipis dan mudah ditembus jarum / scalpel dan anatomical
markernya jelas. Prosedur ini dilakukan sebagai jalan
terakhir jika pembebasan obstruksi dengan cara-cara
sebelumnya (yang lebih tidak invasif, misal intubasi, bag and
mask, dsn) tidak dapat dilakukan / tidak efektif.
Prosedur ini biasa disebut juga dengan tracheostomi
(pelubangan trakea). Ada 2 cara Cricothyroidotomy :
Needle Cricothyroidotomy (kompetensi dr umum di UGD)
dan Surgical Cricothyroidotomy (biasanya kompetensi dr
bedah, menggunakan scalpel, tapi boleh juga dokter umum
melakukannya dalam kondisi emergency).
Gambar untuk trachesotomi (surgical cricothyroidstomi)
kurang lebih seperti ini :

Prosedur : Masukkan dengan arah terbalik dulu, kemudian


masukkan aja deh, selesai, hehehe

Sebenernya ada satu lagi sih kalau saya baca di OHCM, jadi
di barat sono ternyata ada pack namanya Mini Trach II yang
kit ini emang udah di desain untuk crycothiroidotomy. Gak
kita bahas dong, soalnya jarang bgt pack ini ada di
Indonesia,hehe... nih gambarnya Mini Trach II :

6) Nasopharyngeal Tube
Prinsipnya sama dengan Orophyaringeal Tube, hanya saya
bedanya selang ini dimasukkan dari hidung ke arah faring.
Dibandingkan mayo tube, Nasopharyngeal ini lebih nyaman
digunakan (pada pasien sadar).

Prosedur : (boleh dengan anestesi lokal lidocaine ataupun


tidak)
1) Posisikan pasien dalam posisi supine dan lakukan triple
maneuver terlebih dahulu. Siapkan juga tabung oksigen
dan selangnya.
2) Tentukan kartilago tiroid (kartilago paling atas dan
paling besar di leher anterior), terlusuri ke bawah, maka
ada batas (semacam cekungan) antara kartilagi tiroid
dan cricoid yang disebut cricothyroid membrane.
Preparasi daerah tersebut (dan sekitarnya) dengan
betadine / antiseptik.
3) Tusukkan syringe dengan cannula (over the needle
cathether) ukuan besar (12G atau 14G) ke membran ini
dengan tangan kiri memfiksasi trakea (dengan cara
memegangi sisi kanan dan kiri trakea). Apirasi, untuk
mengecek apakah sudah benar2 masuk ke trakea atau
belum, kemudian lepaskan spuit, dan arahkan kanula ke
arah 45 derajat ke kranial, kemudian sambungkan
kanula dengan Y konektor.
4)

Sambungkan salah satu selang ke selang oksigen, dan


gunakan selang satu ini sebagai controller. Ketika
oksigen masuk, tutup selang controller, ketika sudah 4
detik (atau 4 satuan waktu), buka selang controller
untuk membiarkan CO2 keluar dari airway selama 1
detik (atau 1 satuan waktu), yang penting perbandingan
waktu masuk : keluar = 4 : 1.

5) Setelah pemasangan tampak stabil, fiksasikan kanula


pada leher pasien dan terus monitor kondisi pasien,
termasuk efektivitas ventilasinya (kembangan paru)

Komplikasi yang bisa terjadi selama pemasangan


cricothyroidotomy adalah :
Asfiksia
Aspirasi
Cellulitis (resiko infeksi o.k penusukan jarum)
Esophageal perforation
Hematoma
Perforasi dinding posterior trakea
Emfisema subkutan / mediastinum
Perforasi tiroid
Ventilasi yang inadekuat -> hipoksia -> DIE
Sekian, maaf kalau ada yg salah, koreksinya silahkan
langsung ke saya aja ya... trims semuanya :D
Salam sukses, @wisdakusuma

Referensi :
Buku Praktikum 4.1 + Penjelasan instruktur (residen
anestesi); Beberapa slide dosen
ATLS Student Course Manual, 8th edition (e-book);
OHCM, 8th edition; Mbah Gugel; AHA 2010

::POJOK HSC::
Oke, karena halamanya banyak banget jadi editor bisa nulis2 sepuasnya. Baiklah, first of all, welcome to new block.
Selamat datang juga di bagian akhir dari perjalanan panjang kita di sini. Semoga ini menjadi tahun terakhir kita menyandang
gelar sebagai mahasiswa FK UGM. Selanjutnya, kita harus berjuang untuk mendapatkan gelar baru kita sebagai Sarjana
Kedokteran. Amin aja deh . Anyway, buat temen2 sekali lagi editor mau ngingetin, kalo kita selain harus berkutat dengan
perkuliahan yang menyisakan beberapa blok lagi, kita juga harus inget komitmen kita tentang pernak-pernik jelang
kelulusan kita (lagi2 harus bilang amin). Komitmen apa ya? Apa hayo? Yaaa, betul banget. Yaitu mengenai kegiatan
angkatan kita untuk ngebuat acara inaugurasi, buku tahunan, dan pengabdian masyarakat.
Buat buku tahunan, editor bantuin nagihin ni. Buat temen2 angkatan 2009 yang belom mencari, menyecan,
memfoto, dan mengumpulkan foto balitanya yang unyu-unyu imut nan ngegemesin, jangan lupa untuk segera menyerahkan
ke koordinator kelompoknya. Soalnya, menurut laporan dari sumber yang terpercata a.k.a. Mpok Neri, ada beberapa
kelompok yang belum menyerahkan ataupun belum lengkap ya foto balitanya. Temen2 ga mau kan kalo foto balitanya ntar
engga ada padahal temen2 laen pada punya. Kalo bisa, tolong cari foto yang umurnya bener2 balita, jangan terlalu tua
hohoho, maksudnya TK lah. Biar engga gampang ketebak. Terus, ntar fotonya di scan. Jangan di foto donk pake Kamera,
kecuali kalian bisa memastikan fotonya high quality. Misal engga ada scan2 nan, coba ditanya temen2 nya. Pasti insya allah
ada yang bisa bantuin. Kan temen2 semua pasti udah pada kenal2 temen2 1 angkatan lah ya. ^^
Kalo masalah inaugurasi atau pengabdian masyarakat, editor belom begitu denger gembar-gembornya. Cuman
boleh ditanya2 lagi ke Mas Roni Rikardo (peace Ado :P). Mungkin beliau butuh bantuan. Boleh jadi ada kepanitiaan
inaugurasi yang masih membuka kuota untuk orang2 yang rela berkorban, ikhlas, dan mau meluangka waktu serta
tenaganya demi terwujudnya inaugurasi yang spektakuler, bombastis, fenomenal, dan timeless. Saran juga, bagi panitia
inaugurasi boleh lho woro2 progresnya sampe mana. Tulis aja di Facebook: PUSAT INFORMASI PD 2009. Atau mungkin di
twitter, supaya temen2 yang laen juga bisa tau informasinya. Selamat berkarya aja de.
Namun dari semua hal itu, ujung-ujung tetap satu: DUIT. Sebagai salah satu Tim Fundrise PD 2009, editor merasa
senang karena bisa memberikan kontribusi meskipun tidak seberapa. Temen2 Fundrise TERIMA KASIH karena rela
meluangkan waktu ngebuat catetan KANULA (ini nama brand kita lho,) ngedit, nge-burn, nge-desain, ngelipetin kardus
kanula, nempel2 in CD kanula, ngecek2 in CD, masuk2 lecture angakatan bawah nawarin Kanula, nyebar2 in brosur, sms in
adek2 kelas, promosi dengan menghalalkan segala cara (ahaha), jaga stand, ngurusin pemesanan, ngitung duit yang keluar
masuk, jadi bantal kalo ada komplain atau kritikan, dan masih banyak banget deh. Good job. Thank you so much.
Nah, sekarang agenda Fundrise masih banyak lho. Temen2 semua mohon membantu promosi KANULA alat medis
ya. Posternya udah ditempel2 di berbagai papan di FK. Pokok men harus nawarin ke adek2 kelas yang kalian kenal. Ya itung2
beramal lah, kan bisa dapet pahala. Hehehe. Trus jangan lupa tentang jadwal jualan kelompok tutorial. Temen2 harus
ngumpulin uang 275 ribu lho semester ini tiap kelompok tutorial. Ditambah lagi ada uang 50 ribu untuk kas angkatan. Kalo
kalian usaha kan kalian ga perlu keluar duit. Usaha bisa macem2 kan ya. Sesuai ide kreatif kalian yaa. Semangat semua.
Satu lagi ya. Maaf kalo HSC agak seret. Banyak banget ni kerjaannya. Maaf ya. Kami, TIM HSC, berusaha
semaksimal mungkin untuk membuat yang terbaik demi kebaikan dan kesuksesan PD 2009 FK UGM. Doakan saja ya.

Sidang Perceraian
Seorang Suami dan Istrinya tengah menghadiri sidang
perceraiannya. Dalam sidang akan memutuskan siapa yang
mendapat hak asuh anak.
Sambil berteriak histeris dan melompat lompat si istri
berkata :
Yang Mulia, Saya yang mengandung, melahirkan bayi itu ke
dunia dengan kesakitan dan kesabaran saya!!
Anak itu harus menjadi hak asuh Saya!!
Hakim lalu berkata kepada pihak suami:
Apa pembelaan anda terhadap tuntutan istri Anda
Si Suami diam sebentar, dengan nada datar ia berkata :
Yang mulia Jika saya memasukkan KOIN ke mesin
minuman Coca-Cola, mesinnya BERGOYANG SEBENTAR, dan
minumannya keluar, Menurut Pak Hakim Minumannya
milik saya atau mesinnya?
KEBAYANG KALO BANCI JADI PRAMUGARI???
"Eheemm... Para pere n lekong, yuhuu... atensiong pliss
deyh...
Bekudis tempel semen, alias ledis n jentelmen... sesuai
peraturan penerbangan, jadi eike mawar melati anggrek
berbunga-bunga sepanjang hari, tawarin yeiy cara pakarena
sabuk pengaman yeiy.. KODIM kale aah pengaman...!!
Coba sindang liat eike cara pasang itu sabuk yang ngelilit
dipinggang yiey, cara ngunciin biar yiey enggong klepas
nanti kalo pesawatnya tubrukan, cucok kan??!!!
Baju ngapung ada di bawah kursi yeiy, jangan dipakai kecuali
nanti mas kapiten ngajak yeiy2 semua berenang bareng ya
boo!!!
Eit jangan lupita, itu barang jangan yeiy pindah-pindahin ya,
apalagi dibawa polo kerumah... Najis tralala tau.. Terus yang
ketauan sama eike, bakalan ditabok kanan kiri atas bawah
depan belakang deh iih...
Cara makarena nya, itu bejes dikalungin di leher yeiy. Etongetong jangan sampe kekencengan ntar yeiy gak bisa napas
ya booo...
Oke deehh capcuuuss terbang...
Jengong lupita berdoa ye cyinnn emmmm....
ANAK SD PATAH HATI
Si Jun adalah anak SD kelas satu......selain juara di kelasnya,
dia cukup ganteng juga lah. Dia punya satu teman sekolah
namanya Clara....si Clara cantik dan manis.
Singkat cerita, si Jun jatuh hati sama si Clara...ternyata Clara
juga punya hati ama si Jun.
Suatu hari, karena kagak tahan lagi si Jun berkatakepada si
Clara, "Clara, kamu tahu aku suka kepadamu. Sayang kita
masih kecil.....bila nanti kita udah dewasa, kita menikah
ya...?!"
Dengan wajah yang memerah merona, si Clara menjawab
"Jun, bukannya aku menolak....aku sih mau aja...Tapi dalam
keluarga kami, kami hanya menikah sesama kerabat saja.
Paman menikah dengan bibi, kakek menikah dengan nenek,
dan bahkan papa menikah dengan mama......kita kan bukan
kerabat aku Jun jadi gak bisa menikah kita besok."
Mendengar jawaban si Clara, si Jun tidak masuk satu minggu
karena patah hati....
Jangkrik dan Profesor

pada percobaan kedua, sang profesor mencoba dgn


mencabut dua kaki serangga,& tetap melakukan yg
sama, sambil berkata: "hai serangga, berjalanlah!!" lalu
serangga itu tetap masih berjalan..
pada percobaan ketiga, sang profesor mencoba dgn
mencabut semua kaki serangga, dan berkata : "hai
serangga, berjalanlah!!!" tp serangga itu tidak
berjalan..
lalu sang profesor mengulangi lg perintahnya : "hai
serangga, berjalanlah!! tp serangga itu tetap tak mau
berjalan..karna serangga tidak merespon apa yg
diperintahkan profesor,maka sang profesor itu
mencatat & menyimpulkan bahwa :"setelah semua
kaki nya dicabut, SERANGGA menjadi TULI"...
Dokter Vs Tukang
Seorang dokter baru pulang ke rumah tengah malam, dan
mendapati toiletnya mampet. Dia berkata kepada istrinya,
"Bu cepat telpon pak Bejo tukang langganan kita"
"Jam 2 pagi mau telpon tukang? Yang bener aja Pak!"
"Lha emang apa salahnya? Bapak juga sering dipanggil
pasien jam segini"
Jadilah si ibu menelpon sang tukang, yang dalam
pembicaraannya rada kesel karena mesti datang jam segitu.
Si Ibu langsung mengatakan hal yang sama,
"Khan bapak juga sering dipanggil tengah malam gak papa,
kenapa pak Bejo marah2?"
Pukul 3:30 sang tukang tiba dengan mata merah. Sang
dokter langsung mengantarnya ketoilet yang mampet itu. Si
tukang mengambil 2 butir tablet dari sakunya,
menjatuhkannya ke dalam toilet dan berkata,
"Kalau tidak ada perubahan, telepon saya nanti siang!"
Surat Cinta Penjual Buah vs Penjual Sayur
Penjual buah yg patah hati pada penjual sayur mengirim'kan
surat yang isi'nya :
Surat Penjual Buah
"WAJAHMU MEMANG MANGGIS,
WATAKMU JUGA MELON_KOLIS,
TAPI HATIKU NANAS KARENA CEMBURU,SIRSAK NAPASKU,,,
HATIKU ANGGUR LEBUR,,,
INI DELIMA DALAM HIDUPKU,
MEMANG INI JUGA SALAK KU,
JARANG APEL DIMALAM MINGGU,
YA TUHAN,,,
MOHON BELIMBING-MU,,
KALO MEMANG PER_PISANG_AN INI YG TERBAIK UNTUKKU,
SEMANGKA KAU BAHAGIA DGN PRIA LAIN... SAWO-NARA....
DARI: DURIANTO
Tak lama kemudian...
Si penjual sayur pun membalasnya ..
Surat Penjual Sayur
"MEMBALAS KENTANG SURATMU ITU,,,
BROKOLI2 SUDAH KUBILANG,
JANGAN TIAP DATENG RAMBUTMU SELALU KUCAI,,,
JAGUNGMU GAK PERNAH DICUKUR.,
DISURUH DATENG MALAM MINGGU, EHH NONGOLNYA
HARI LABU...
DITAMBAH KONDISI KEUANGANMU MAKIN HARI MAKIN
PARE,,, KALO MO NELPON AKU AJA MESTI KE WORTEL,,,
TERUS TERONG AJA,
CINTAKU PADAMU SUDAH LAMA TOMAT... JANGAN
KANGKUNG AKU LAGI, AKU MAU HIDUP SELEDRI
CABE DEHHHHHH........!!!
Salam: SAWITRI

Salah seorang profesor terkemuka di indonesia


melakukan penelitian terhadap seekor serangga..pada
percobaan pertama, sang profesor melakukannya
dengan mencabut salah satu kaki serangga, dan
berkata :"hai serangga, berjalanlah..!!" lalu serangga
itu berjalan...
EDITOR

DITYA DEVALE RINENGGO

Anda mungkin juga menyukai