Sop Ok

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 82

SELEKSI DAN REKRUTMEN STAF MEDIS

YANG BEKERJA DI IBS

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Seleksi dan rekrutmen staf medis adalah suatu


proses dalam rangka mencari dan menseleksi
tenaga medis yang akan bekerja di RSU Banyumas

TUJUAN

terutama di ruang Instalasi Bedah Sentral


Untuk mendapatkan tenaga medis yang baik dan

KEBIJAKAN

sesuai dengan kebutuhan pelayanan


Seleksi dan rekrutmen tenaga medis yang bekerja di

PROSEDUR

IBS diselenggarakan oleh Sub Komite Kredensial


1.
Komite medis menerima surat lamaran
tenaga medis baru atas disposisi direktur, dan
mempertimbangkan kebutuhan Rumah Sakit
akan tenaga baru tersebut
2.

Sub Komite Kredensial memeriksa berkas


lamaran tenaga medis baru.

3.

Sub Komite Kredensial menginformasikan


melalui surat atau telepon kepada calon tenaga
medis baru tersebut untuk datang.

4.

Kepada tenaga medis baru diinformasikan


tentang kelengkapan berkas-berkas lamaran
seperti:
a.

Surat lamaran kepada Bupati

b.

SK Kepegawaian

SELEKSI DAN REKRUTMEN STAF MEDIS YANG BEKERJA DI IBS

PROSEDUR TETAP

PROSEDUR

c. Ijasah SD sampai strata 1/2/3


d. Daftar riwayat hidup
e. Sertifikat dan standar kompetensi yang dimiliki
f. Foto berwarna 4 X 6 dengan dasar biru untuk
tahun lahir genap dan merah untuka tahun lahir
ganjil sebanyak 2 (dua) lembar.
5. Tenaga medis baru yang di butuhkan akan melalui
proses kredensial ( wawancara dengan ketua dan
anggota Sub Komite Kredensial)
6. Tenaga medis baru diperkenalkan kepada anggota
komite medis diluar Sub Komite Kredensial.
7. Tes Psikologi dilakukan oleh psikolog dan psikiater
yang

hasilnya

direkomendasikan

kepada

Sub

Komite Kredensial dalam rapat untuk penentuan


diterima atau tidaknya tenaga medis tersebut.
8. Hasil rapat penentuan Sub Komite Kredensial
dilaporkan kepada Komite Medis, sebagai bahan
pertimbangan kepada direktur untuk membalas
surat lamaran kepada Bupati melalui BKD.
9. Selanjutnya tenaga medis baru tersebut akan
melewati masa orientasi dan evaluasi selama tiga
bulan, dan akan dinilai kinerjanya oleh User.
10. Apabila selama tiga bulan tenaga medis baru
tersebut dapat menunjukan kinerjanya yang baik,
maka secara resmi tenaga medis tersebut diterima
sebagai karyawan RSU Banyumas.

PENJADWALAN PROGRAM OPERASI DI IBS

PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN

Penjadwalaan program operasi di IBS baik elektif

TUJUAN

maupun cito
1.
Untuk

kelancaran

tindakan

meningkatkan

pelayanan

pembedahan
2.

Untuk
pembedahan

3.
Untuk kepuasan pelanggan
Setiap pasien yang akan dilakukan harus dijadwal

KEBIJAKAN

terlebih dahulu untuk menyiapkan SDM maupun


logistic yang diperlukan untuk operasi
PENJADWALAN OPERASI ELEKTIF

PROSEDUR

1.

Pasien masuk ke bangsal bedah


sebelum tindakan pembedahan dengan disertai
pemeriksaan persiapan pre operatif lengkap.

2.

Pasien sudah dinyatakan layak


operasi oleh dokter yang merawat (operator
dan dokter anestesi).

3.

Petugas ruangan harus sudah


mendaftarkan program operasi sehari sebelum
tindakan pembedahan menggunakan lembar
jadwal operasi sebanyak 2 (dua) lembar:
a.

Hari Senin s.d Kamis: jam 07.00


s.d 13.00 WIB

b.

Hari Jumat:Jam 07.00 s.d 11.00


WIB

c.

Hari Sabtu: Jam 07.00 s.d 13.00


WIB

PENJADWALAN PROGRAM OPERASI DI IBS

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

4.

Program operasi disusun oleh petugas IBS


(Koordinator perawat bedah atau petugas lain yang
ditunjuk)

5.

Program yang diajukan dari ruangan tidak

semuanya dapat diterima, tetapi disesuaikan dengan


kemampuan IBS.
6.

Program operasi elektif dilaksanakan setiap


hari, kecuali hari Jumat.

PENJADWALAN OPERASI EMERGENCI / CITO


1.

Pada kasus operasi emergenci penjadwalan


dan pelaksanaan dapat dilakukan sewaktu-waktu.

2.

Petugas

ruang

atau

petugas

IGD

memberitahukan kepada Karu IGD atau koordinator


bedah

IGD

tentang

rencana

operasi

emergenci

tesebut.
3.

Selanjutnya Kepala ruang atau koordinator


perawat bedah IGD menghubungi operator, anestesi
dan tim operasi cito.

4.

Pelaksanaan operasi emergenci dilakukan di


OK IGD oleh tim operasi cito

5.

Kasus

operasi

yang

memerlukan

penanganan di IBS maka operasi di lakukan di IBS


oleh tim operasi cito.

PENUNDAAN JADWAL PASIEN OPERASI


ELEKTIF

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Penundaan jadwal operasi elektif yang sudah didaftarkan

TUJUAN

di IBS
1.

Untuk meningkatkan pelayanan

2.

Untuk meningkatkan kepuasan pasien

3.

Menurunkan komplain pasien

KEBIJAKAN

Pasien operasi elektif yang akan ditunda karena berbagai


alasan harus dikomunikasikan sebaik mungkin pada
pasien atau keluarganya.
1.
Alasan penundaan jadwal operasi

PROSEDUR

a.

Kondisi pasien yang belum optimal untuk


dilakukan operasi

b.

Ada

operasi

emergenci

yang

lebih

memerlukan penanganan secara cepat


c.

Ada kerusakan alat-alat di IBS sehingga


tidak memungkinkan berlangsungnya operasi

d.
2.

Program operasi yang terlalu banyak


Pemantauan jadwal operasi dan kondisi

pasien dilakukan pagi hari sesudah morning meeting


oleh koordinator perawat bedah.
3.

Bila kondisi pasien tidak memungkinkan


dilakukan operasi pada hari itu, segera dilakukan
klarifikasi dengan operator dan dokter anestesi.

PENUNDAAN JADWAL PASIEN OPERASI ELEKTIF

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

4.

Bila keputusan operasi pasien ditunda,


maka segera lakukan pemberitahuan kepada ruang
rawat yang bersangkutan.

5.

Bila mendadak ada program cito yang


jumlahnya

banyak

dan

dimungkinkan

akan

memakan waktu yang lama, maka segera lakukan


klarifikasi dengan operator dan dokter anestesi, dan
komunikasikan

dengan

ruangan

terkait

bila

diputuskan bahwa pasien elektif ada yang ditunda.


6.

Pemberitahuan

penundaan

kepada

pasien atau keluarga dilakukan oleh petugas ruang


rawat, atau bila diperlukan oleh petugas IBS.
7.

Pelaksanaan operasi pasien yang ditunda


dilakukan bila kondisi pasien sudah membaik.

PEMERIKSAAN IDENTITAS PASIEN


SEWAKTU DATANG DI IBS

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Penerimaan dan pemeriksaan identitas pasien


pre operasi di Instalasi Bedah Sentral adalah
menerima dan mencocokan pasien sebelum
dilakukan tindakan pembedahan terhadap tehnik

TUJUAN

serta lokasi dan inform consent.


1.
Memastikan tentang tehnik serta
lokasi operasi
2.

Melihat persiapan pasien prabedah


termasuk kelengkapan dokumen dan ijin
operasi

3.

Menerangkan

langkah-langkah

penerapan dan penerimaan pasien sebelum


KEBIJAKAN

pembedahan (pre-operatif)
Semua pasien yang akan dilakukan operasi
diterima dan dipantau oleh petugas pemantau

PROSEDUR

chek list operasi


1.
Mengidentifikasi pasien:
a.

Mencocokan

identitas

pasien

(nama, umur, status dan rekam medis


pasien)
b.

Mencocokan

pembedahan

yang

akan dilakukan (jenis operasi, lokasi dan


diagnosa medis)
2.

Memberikan

motivasi

dan

penjelasan prosedur pembedahan kepada


pasien

PEMERIKSAAN IDENTITAS PASIEN SEWAKTU DATANG DI IBS

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

3.

Meneliti dan melengkapi status pasien


dengan menggunakan lembar chek list, antara lain:
a.

Surat persetujuan (inform consent)

b.

Menanyakan pada pasien apakah dalam


keadaan puasa

c.

Pemeriksaan RO, EKG dan laboratorium

d.

Persediaan obat dan darah

e.

Memastikan pasien sudah menggunakan


baju operasi dengan benar.

4.

Mengevaluasi keadaan umun dan vital sign

5.

Memindahkan pasien kekamar tindakan dan


memberikan

penjelasan

setiap

akan

melakukan

tindakan
6.

Membimbing

dan

memberikan

petunjuk

tentang tata cara berdoa kepada Tuhan Yang Maha


Esa oleh petugas IBS sesuai dengan agama dan
kpercayaan pasien.

PERSIAPAN PASIEN YANG AKAN


DILAKUKAN ANESTESI SEBELUM
PEMBEDAHAN

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Persiapan pasien sebelum anestesi pembedahan


adalah

kunjungan

pasien

untuk

persiapan-

TUJUAN

persiapan anestesi.
Mempersiapkan mental dan fisik pasien.

KEBIJAKAN

Dilaksanakan 1 (satu) hari sebelum pembedahan.

PROSEDUR

PERSIAPAN JANGKA PANJANG


Yang harus diperhatikan pada anamnese:
1.

Identifikasi pasien
Meliputi : nama, umur, alamat, pekerjaan, dll.

2.

Riwayat penyakit yang pernah atau


sedang diderita yang mungkin dapat menjadi
penyulit.

3.

Riwayat obat-obat yang sedang


diderita yang mungkin dapat menjadi penyulit

4.

Riwayat operasi dan anestesi yang


dialami diwaktu yang lalu, beberapa kali dan
selang waktunya.

5.

Kebiasaan buruk sehari-hari yang


dapat

mempengaruhi

jalannya

anestesi,

seperti: merokok, alcohol dan meminim obatobat penenang atau narkotik.


6.

Pemeriksaan fisik dan laborat

PERSIAPAN PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN ANESTESI SEBELUM


PEMBEDAHAN

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

a.

Pemeriksaan

fisik

rutin

meliputi

pemeriksaan tinggi, berat, suhu badan,


keadaan umum, kesadaran, tanda anemia,
tekanan darah, frekuensi nadi, pola dan
frekuensi pernafasan.
b.

Perhatian yang khusus dan terarah


ditujukan kepada:

a)

Keadaan psikis

b)

Keadaan gizi

c)

Tanda-tanda penyakit saluran nafas

d)

Tanda-tanda

penyakit

jantung

dan

kardiovaskuler
e)

Sistem-sistem:

Mulut: gigi palsu, gigi


goyah, gigi menonjol, kebersihan
mulut.

Mandibula:

sikatrik,

faktur, trismus

Hidung:

obstruksi

jalan nafas oleh polip, tonsil dan


adenoid, perdarahan

Leher:
pendek/panjang, struma, sikatrik

f)

Kulit: Tanda-tanda infeksi


diregion

vertebrata

lumbalis

dan

sacralis

PERSIAPAN PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN ANESTESI SEBELUM


PEMBEDAHAN

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

g)

Sistem persyaratan : parastesi,


hemiparesis, paralysis, distrosi otot

h)

Pemeriksaan laboratorium dan


uji lain

i)

Pemeriksaan laboratorium rutin


Darah: HB, Leukosit, hitung jenis, golongan
darah, masa pembekuan dan masa
perdarahan.
Urine: Protein, reduksi, sediment.

Foto thorax: terutama untuk bedah mayor


dan atas indikasi.
EKG: terutama pasien berumur diatas 40
tahun dan atas indikasi.
Elektrolit
Fungsi hati
Fungsi ginjal.
PERSIAPAN JANGKA PENDEK
Persiapan pada hari operasi
Pembersihan dan pengosongan pencernaan.
pada pembedahan elektif, pengosongan lambung
dilakukan dengan puasa.
Pada pasien dewasa 6-8 jam, sedangkan pada bayi
atau anak 4 jam. Pada pembedahan darurat,
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan
pemasangan pipa naso gastric.
PERSIAPAN PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN ANESTESI SEBELUM
PEMBEDAHAN

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

Gigi palsu, bulu mata palsu, cincin, gelang, harus


ditanggalkan dan bahan kosmetik seperti lipstik,
cat

kuku,

harus

dibersihkan

agar

tidak

mengganggu pemeriksaan selama anestesi seperti


cianosis.
Kandung kemih harus kosong bila perlu dilakukan
kateterisasi.
Penderita

dimasukan

ke

kamar

bedah

dengan

memekai pakaian khusus.


Pemeriksaan sekali lagi apakah pasien atau keluarga
sudah

memberi

ijin

anestesi

secara

tertulis

(informed consent)
Pemeriksaan fisik yang penting dapat diulang sekali
dikamar

operasi,

karena

mungkin

terjadi

perubahan bermakna yang dapat menyulitkan


perjalanan anestesi
Pemberian obat pre medikasi secara intra muscular
dapat diberikan - 1 jam sebelum dilakukan
induksi anestesi atau beberapa menit diberikan
secara intra vena.

PERSIAPAN PRA ANESTESI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Pelayanan persiapan pra anestesi adalah pelayanan


yang

TUJUAN

diberikan

kepada

pasien

sebelum

dilakukan

anestesi.
Memenuhi standar kelayakan anestesi
Meningkatkan keberhasilan suatu tindakan pembedahan
Memperkecil

jumlah

kegagalan

suatu

tindakan

KEBIJAKAN

pembedahan
Dilakukan 1 (satu) hari sebelum dilakukan pembedahan.

PROSEDUR

Mempersiapkan mental dan fisik pasien secara optimal.


Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obat
anestesi yang sesuai dengan keadaan fisik dan
kehendak pasien.
Menentukan klasifikasi yang sesuai agar dapat diberikan
prognosis secara umum.
Persiapan fisik dan mental pasien
Anamnese.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Elektro Kardio Grafi (EKG)
PERSIAPAN PRA ANESTESI

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan Ultra Sonografi (USG)

B.

Menentukan Prognosis
Berdasarkan status fisik pasien pada pra anestesi
diklasifikasikan dalam 5 kelompok:
ASA I:
Pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan
tindakan pembedahan.
ASA II:
Pasien dengan kelainan sistemik ringan yang tidak
berkaitan dengan penyakit bedah yang akan dioperasi.
ASA III:
Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat
yang diakibatkan karena berbagai penyebab.
ASA IV:
Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara
langsung mengancam kehidupannya.
ASA V:
Pasien dengan prognosis meninggal baik dilakukan
tindakan atau tanpa tindakan operasi dalam waktu 24
jam.

C.

Persiapan pada hari operasi


1.

Pembersihan

dan

pengosongan

saluran cerna.

Puasa untuk pasien dewasa: 6-8 jam

PERSIAPAN PRA ANESTESI

PROSEDUR TETAP

PROSEDUR
2.

Puasa untuk pasien bayi/anak: 3-5 jam.


Gigi palsu atau protese dan bahan

kosmetik harus ditinggalkan.


3.

Kandung kemih harus dikosongkan


kalau perlu dipasang dower kateter.

4.

Pasien diminta untuk batuk kuat-kuat


untuk mengeluarkan dahak.

5.

Pasien dimasukan ke kamar bedah


dengan memekai pakaian khusus kamar bedah

6.

Periksa sekali lagi status pasien


apakah pasien dan keluarganya sudah memberi
ijin dilakukannya tindakan pembedahan.

7.

Kontrol

tanda-tanda

vital

pasien

(tekanan darah, denyut nadi, pernafasan).


8.

Pemberian obat-obatan premedikasi


dilakukan 15-30 menit secara intra vena sebelum
dilakukan tindakan.

PEMBERIAN PREMEDIKASI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Suatu tata cara pemberian premedikasi anestesi yang


dilakukan sebelum pembedahan, baik menggunakan

TUJUAN

obat-obat dan atau menggunakan dukungan psikologis.


1.
Memberikan rasa aman dan nyaman pada
pasien yang meliputi:
a.

Menghilangkan rasa khawatir

b.

Memberikan ketenangan

c.

Membuat amnesia

d.

Memberikan analgesia

e.

KEBIJAKAN

Mencegah muntah

2.

Memudahkan induksi

3.

Mengurangi dosis obat anesthesia

4.

Menekan refleks yang tidak diinginkan

5.
Mengurangi sekresi jalan nafas
Semua penderita yang akan dilakukan operasi dengan
teknik

PROSEDUR

General Anastesia (GA) maupun Regional

Anastesia (RA) harus diberikan pre medikasi


1.
Waktu dan tata cara

pemberian

premedikasi dengan menggunakan obat


2.

Waktu pemberian premedikasi:

Pada malam hari sebelum pembedahan

Pada waktu menjelang pembedahan

PEMBERIAN PREMEDIKASI

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

3.

Cara pemberian premedikasi


Melalui suntikan:
a.

Suntikan intra muskuler 40 menit sebelum


dilakukan tindakan anestesi.

b.

Suntikan intra vena 10 menit sebelum tindakan

Obat premedikasi yang digunakan:


a. Jenis Narkotika
b. Barbiturate
c. Tranquilizer
d. Anti kolinergik
2.

Waktu dan tata cara memberikan


premedikasi dengan dukungan psikologis
a. Waktu:
a)

Diberikan

pada

saat

pasien

direncanakan akan dilakukan pembedahan.


b)

Pada malam sebelum operasi

c)

Pada saat diterima di IBS

b. Cara:
a)

Diberikan penjelasan tentang jalannya


operasi

b)

Berikan pendidikan kesehatan tentang:

Cara mengatasi nyeri

Cara batuk atau muntah

Cara bergerak (ambulasi) Post operasi.

PEMBERIAN PREMEDIKASI

PROSEDUR TETAP

PROSEDUR

Ajak klien diskusi untuk mengungkapkan


perasaan dan menurunkan kecemasan

Ajarkan pada klien tentang cara berdoa


sebelum

operasi

sesuai

agama/kepercayaan.

PEMBEDAHAN PADA PASIEN INFEKSIUS


(HEPATITIS B, C, HIV / AIDS)

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Tindakan pembedahan dari penyakit infeksius (missal:

TUJUAN

Hepatitis B, C, HIV / AIDS)


1. Untuk melindungi petugas dari penularan penyakit
infeksius (hepatitis B, C, HIV / AIDS)

KEBIJAKAN

2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan bedah di IBS


Pelaksanaan operasi pada pasien infeksius perlu dilakukan
secara khusus dan diinformasikan oleh petugas ruang

PROSEDUR

rawat sebelumnya.
Semua pasien yang direncanakan operasi dan diketahui

atau diduga mengidap penyakit infeksius seperti hepatitis


B,

C,

HIV

/ AIDS

homoseksual,

seperti

pengguna

pada

pasien:

obat-obatan

pelacur,

bebas

perlu

dilakukan pencegahan pada saat operasi sebagai berikut:


1. Jadwal operasi dilaksanakan paling akhir dari
jadwal operasi hari itu.
2. Petugas

menggunakan

baju

dan

APD

(Alat

Pelindung Diri) yang terdiri dari: masker dan topi


disposibel, google, sarung tangan panjang khusus,
jas operasi disposable, sepatu boot.
3. Meja operasi dilapisi plastic khusus dan sesudah
operasi selesai dibuang.
4. Selama operasi perawat sirkuler ataupun petugas
yang lain tidak boleh keluar masuk kamar operasi.
PEMBEDAHAN PADA PASIEN INFEKSIUS (HEPATITIS B, C, HIV / AIDS)

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

5. Kassa

bekas

dan

cairan

dari

tubuh

pasien

ditampung tersendiri dan dibuang di tempat sampah


infeksius.
6. Setelah

selesai,

kamar

operasi

tidak

dipakai

operasi, sebelum dilakukan sterilisasi ruangan.

PENGENDALIAN LOGISTIK DI IBS

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Memonitor permintaan dan penggunaan logistic di IBS

TUJUAN

1.

Mengetahui
terjadi kehilangan

dengan

segera

bila

2.
KEBIJAKAN

Memenuhi kebutuhan logistic di IBS

Permintaan dan penggunaan kebutuhan logistic harus


sepengetahuan atau lapor pada

PROSEDUR

penanggung

jawab

logistic.
1.
Setiap pagi penanggung jawab logistic melaporkan
kepada kepala ruang IBS tentang jumlah dan keadaan
logistic.
2.

Petugas yang akan melakukan operasi melakukan


bon rencana penggunaan logistic dan Bahan Habis
Pakai atau linen pada petugas penanggung jawab
logistic dengan mengisi daftar permintaan logistic.

3.

Untuk penyediaan obat-obatan dan alat kesehatan


lain yang digunakan untuk operasi petugas melakukan
bon obat pada petugas di depo farmasi IBS.

4.

Setelah

selesai

operasi

petugas

mencatat

penggunaan bahan logistic baik obat maupun bahan


habis pakai yang digunakan pada saat operasi di
lembar formulir pada program Billing Rumah Sakit oleh
petugas administrasi.

PENGENDALIAN LOGISTIK DI IBS

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

5.

Bila ada kelebihan atau sisa dari obat/Bahan Habis


Pakai,

maka

dikembalikan

lagi

pada

petugas

penanggungjawab logigistik.
6.

Bila terjadi kehilangan logistic maka kepala Ruang


harus membuat laporan tertulis tentang kronologis
kejadian dan melaporkan kepada Ka Instalasi dan
direktur.

PENANGGULANGAN KETIDAKSESUAIAN
PENGHITUNGAN KASSA DAN ATAU
INSTRUMEN

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Suatu

ketentuan

yang

mengatur

bila

ada

ketidaksesuaian penghitungan kassa atau instrument


TUJUAN

dalam pelaksanaan tindakan pembedahan.


Untuk mencegah dan melakukan tindakan sesegera

KEBIJAKAN

mungkin bila terjadi ketidaksesuaian penghitungan.


Semua pasien yang dilakukan operasi terutama pada
kasus yang membuka rongga abdomen atau pada

PROSEDUR

operasi kebidanan / kandungan.


1.
Penghitungan

kassa

dan

instrument dilakukan:
a.

Sebelum operasi

b.

Sebelum

operasi

selesai

(sebelum penutupan medan operasi)


2.

Hasil
lembar catatan

penghitungan

ditulis

di

dan dilaporkan secara jelas pada

operator.
3.

Apabila

ada

ketidak

sesuaian

jumlah kassa maupun instrument maka dicari secara


teliti di tempat instrument, di doek operasi pasien,
maupun di dalam medan operasi.
4.

Bila tetap ada ketidaksesuaian


jumlah kassa maupun insrtumen setelah dicari
secara

teliti

sekitarnya,

pada
maka

medan

maupun

diputuskan

untuk

di

daerah

dilakukan

penutupan operasi.

PENANGGULANGAN KETIDAKSESUAIAN PENGHITUNGAN KASSA DAN


ATAU INSTRUMEN

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

5.

Selanjutnya dibuat berita acara


yang isinya telah terjadi ketidaksesuaian jumlah
kassa dan atau instrument pada operasi tersebut,
kemudian hal tersebut dilaporkan pada Ka Instalasi
dan direktur.

6.

Penghitungan jumlah kassa dan


instrument dan ditulis dalam laporan operasi.

PELAYANAN ANESTESI OBSTETRI


GINEKOLOGI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Memberikan pelayanan

anestesi

kebidanan atau

obstetric dan mencegah terjadinya resiko pada janin


TUJUAN

dan menjaga keselamatan ibu.


1.
Memberikan hipnosia (perasaan tidur) kepada
pasien.
2.

Memberikan analgetika (menghilangkan rasa


sakit) kepada pasien.

3.
KEBIJAKAN

Memberikan relaksasi (kenyamanan) kepada

pasien.
Semua pasien yang dilakukan operasi terutama pada
kasus yang membuka rongga abdomen atau pada

PROSEDUR

operasi kebidanan / kandungan.


A. Premedikasi
Diberikan

anticholinergik/antisaliva

sesuai

dosis dan indikasi dengan dosis secara


intravena 5 menit sebelum dilakukan induksi.
B. Induksi secara intravena
Obat anestesi yang diberikan:
Obat sadatif sesuai indikasi dan dosis
C. Tekhnik anestesi
1. Beri cimetidin sebanyak 300 mg 1-2 jam
sebelum pembedahan

PELAYANAN ANESTESI OBSTETRI GINEKOLOGI

PROSEDUR TETAP
2. Ganjal bokong sebelah kanan atau miringkan
meja operasi sebelah kiri kira-kira 20-30 derajat
3. Pasang infuse dengan larutan garam berimbang
4. Beri oksigen dosis tinggi selama 3-5 menit (O2
100%)
5. Beri obat pelumpuh otot nondepolarisasi sesuai
indikasi dan dosis.
6. Induksi dengan obat sedative intra vena sesuai
indikasi dan dosis.
7. Berikan obat pelumpuh otot sesuai dengan
indikasi dan dosis.
8. Intubasi dengan penekanan cartilage krikoid.
9. Berikan gas anestesi dengan ratio N2O 60% O2
40% (50% : 50%).
10. Berikan obat anestesi inhalasi sesuai indikasi
dan dosis.
11. Berikan kembali obat pelumpuh otot dosis
pemeliharaan.
12. Lakukan nafas kendali.
13. Pengakhiran anestesi apabila operasi sudah
selesai.
14. Lakukan ekstubasi setelah pasien sadar

PELAYANAN ANESTESI PEDIATRIK

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Pemberian sedasi, analgesia serta relaksasi pada pasien


anak yang akan dioperasi.

TUJUAN

1.

Memberikan sedasi hipnosia (perasaan tidur)


pada pasien

2.

Memberikan

analgetika

(menghilangkan

rasa

sakit) kepada pasien.


3.

Memberikan ralaksasi (memudahkan operator

KEBIJAKAN

bekerja)
Dilakukan pada pasien anak (kurang dari 14 tahun) yang

PROSEDUR

akan dilakukan pembedahan dengan teknik anestesi umum.


A.
Premedikasi
Diberikan sulfas atropine dengan dosis 0,01-0,02 mg/ kg
BB secara intra vena 5 menit sebelum pemberian
induksi. Diberikan obat sesuai indikasi dan dosis secara
intra vena 5 menit sebelum pemberian induksi.
B.

Masa anestesi
Pemberian Induksi
a.

Induksi dengan inhalasi


Gas anestesi inhalasi N2O + O2 dengan ratio
maksimal 70 % : 30 %

50% dan diberikan obat

anestesi inhalasi terus dinaikan sampai pasien tidur.

PELAYANAN ANESTESI PEDIATRIK

PROSEDUR TETAP
PROSEDUR

b.

Induksi dengan intra vena melalui infus


Obat sedative sesuai dengan inddikasi dan dosis

C.

Intubasi
1. Sesudah dilakuikan induksi pasien diberi obat
pelumpuh otot.
2. Masukan pipa endotrakeal yng sesuai dengan usia
anak. (sesuai dengan kebutuhan).

D.

Pemeliharaan Anestesi
Anestesi pada pediatric sangat dianjurkan dengan
intubasi dan nafas sedangkan dengan memakai

sungkup muka diberikan pada pasien dengan tindakan


yang tidak lama.
Obat-obat anestesi yang digunakan ialah:

Obat anestesi inhalasi.

Nitrous oxide (N2O)

Oksigen (O2)

Sistem yang digunakan jakson rise.

ANESTESI REGIONAL

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Untuk memberi rasa aman dannyaman pada pasien


sehingga tujuan pembedahan dapat tercapai secara

TUJUAN

optimal
1.

Menghambat

saraf

sensorik

sehingga rasanyeri dihambat mulai dari pusat


sampai anggota gerak bagian bawah.
2.

Fungsi
sebagian

dari motoris dihambat

dan seluruhnya

sehingga terjadi

relaksasi pada otot bagian bawah pusar untuk


sementara
3.
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Pasien dalam keadaan sadar

dan dapat berkomunikasi secara utuh


Dilakukan pada pasien dewasa dan kooperatif
1. Cuci tangan
2. Tusukkan jarum lumbal setinggi lumbal 4-5 tarik
pelan-pelan jarum spinalnya sampai cairan
liquor serbos pinalis keluar.

ANESTESI REGIONAL

PROSEDUR TETAP
3. Bila
obat

cairannya sudah keluar, masukan


anastesi

dengan

spuit

sebelum

dilakukan aspirasi terlebih dahulu

untuk

memastikan apakah cairan lumbal sudah


keluar.
4. Bila obat sudah dimasukan kemudian
jarum lumbal dicabut secara pelan-pelan
5. Bekas luka tusukan diberi kassa betadin
lalu diplester
6. Pasien

dibaringkan

kembali

dengan

memakai bantal
7. Bila pasien tampak gelisah

berikan obat

penenang dan atau sedasi.


8. Cuci tangan

PERSIAPAN PASIEN TANPA MONDOK


SEBELUM ANESTESI/PEMBEDAHAN

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Menangani pasien rawat sehari

TUJUAN

Pasien dapat dirawat di rumah

KEBIJAKAN

Dilakukan pada pasien dengan operasi kecil

PROSEDUR

1.

Pasien diperiksa oleh dokter

bedah di

poliklinik. Dokter bedah menentukan layak/tidak


untuk

pembedahan

dengan

melakukan

pemeriksaan fisik dan laboratorium rutin maupun


khusus.
2.

Kemudian

menginstruksikan

sebelum

dilakukan pembedahan :
a.

Puasa
o Untuk dewasa

: 6 8 jam

o Untuk anak-anak

: 3 4 jam

b.

Beritahu

kepada

dokter

anestesiologi untuk kelayakan anastesi.


c.

Datang

1-2

jam

sebelum

pembedahan

TEKNIK MEMBERI ANESTESI UMUM

PROSEDUR TETAP
1.Lakukan induksi dengan memberikan obat
sedative sesuai indikasi dan dosis melalui
infuse
2.Pemeliharaan anestesi/maintenance O2/N2O
+ Inhalasi.
a. Selesai

melakukan

induksi

sampai

pasien tidur dan reflek bulumata hilang


maka sungkup muka diletakkan pada
muka sesuai dengan ukuran. Pastikan
napas sudah spontan kembali dengan
ditandai ada gerakan yang teratur pada
reservoir bag.
b. N2O mulai

diberikan

2:2

50%-50%

dengan O2 2 Lt/menit dan diberikan


obat anestesi inhalasi sesuai indikasi
dan dosis.
c. Kalau stadium anestesi sudah bekerja,
rahang

sudah

relaks,

masukkan

uropharing airway tube


d. Pemberian

obat

dikurangi

anestesi

sebelum

operasi

inhalasi
selesai

operasi dimulai
e. Pemberian

obat

dihentikan

anestesi

beberapa

inhalasi

saat

sebelum

semua,

pasien

operasi selesai.
f. Setelah

selesai

dipindahkan ke ruang pulih sadar dan


diberi O2 sesuai dosis lewat kanul nasal
lagi sampai pasien sadar.

TEKNIK MEMBERI ANESTESI UMUM

PROSEDUR TETAP
A. Teknik anastesi nafas spontan dengan pipa
endotrakea
1. Lakukan induksi dengan obat sedative
intra vena sampai pasien tidur. Sungkup
muka dipasang pada muka pasien jika
reflek sudah hilang, berikan obat pelumpuh
otot sesuai indikasi dan dosis secara intra
vena.
2. Setelah pasien apneu diberi nafas buatan.
Sesudah

relaksasi pada otot rahang

kemudian dilakukan intubasi


3. Sesudah pipa endotrakea masuk dilakukan
tes

dengan

cara

menekan

dada

merasakan udaranya atau juga dapat


dilakukan auscultasi dada pada kedua
apek paru lalu kita isi balon dengan udara
dan masukkan guedel lalu difiksasi dengan
plestes/hipafik.
4. Pipa endotrakeal dihubungkan konektor

sirkuit alat mesin anestesi . bila sudah ada


gerakan nafas spontan diberi tambahan
obat pelumpuh otot dosis pemeliharaan
kemudian diberikan gas anestesi N2O dan
obat anestesi inhalasi sesuai kebutuhan.
5. Selanjutnya

kedalaman

anestesi

dipertahankan dengan kombinasi N2O +


O2, dan obat anestesi inhalasi.

TEKNIK MEMBERI ANESTESI UMUM

PROSEDUR TETAP
B. Teknik

anestesi

nafas

kendali

dengan

endotrakea
1. Lakukan induksi dengan obat sedative
sesuai indikasi dan dosis sampai pasien
tidur. Sungkup muka dipasang pada muka
pasien apabila reflek bulumata sudah
hilang berikan obat pelumpuh otot sesuai
indikasi dan dosis secara intra vena.
2. Setelah pasien apneu diberi nafas buatan.
Sesudah

relaksasi pada otot rahang

kemudian dilakukan intubasi


3. Pipa endotrakeal dihubungkan konektor
sirkuit alat / mesin anestesi .
4. Bila reservoir bag mulai bergerak (nafas
spontan) beri obat pelumpuh otot dengan
dosis pemeliharaan.
5. Nafas dikendalikan dengan cara manual
yaitu dengan cara memijat reservoir bag
sesuai dengan frekwensi pernafasan ( 4
detik 1 kali memijit ) / ventilator

TEKNIK MEMBERI ANESTESI UMUM

PROSEDUR TETAP
1. Apabila

akan

terjadi

nafas

spontan

pembedahan akan selesai, masukkan


lagi obat pelumpuh otot dosis 1/3 dosis
awal.
2. Untuk mengakhiri anestesi dengan nafas
kendali pasien diharuskan nafas spontan
dengan

memberikan

kombinasi

obat

sulfas atropine dengan 0,5 prostigmin


atau dosis bisa diulang sampai nafas
spontan adekuat. Lakukan ekstubasi dan
oksigenasi sebanyak 6 L/menit.

PERAWATAN PENDERITA PASCA


PEMBEDAHAN DI RUANG PULIH SADAR

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Perawatan dan pemantauan pada penderita di ruang

TUJUAN

pulih sadar
Mendeteksi dan memantau kondisi dan kelainan yang
timbul pada

pasien sesudah pembedahan, dan

segera mengambil tindakan bila dijumpai keadaan


KEBIJAKAN

yang abnormal.
Semua penderita setelah selesai pembedahan harus
dipantau di ruang PACU ( Post Anesthetic Care Unit )/

PROSEDUR

Ruang pulih sadar.


1. Setelah

penderita

dilakukan

pembedahan/anestesi,

penerita

diawasi

di

ruang pulih sadar


2. Kemudian segera diperiksa ulang tanda-tanda
vitalnya.
3. Semua penderita yang dilakukan anestesi
umum harus diberikan O2 selama masa pulih
sadar.
4. Dilakukan pengawasan penderita mengenai :
Sistem saraf pusat terdiri dari :
o Derajat kesehatan
o Reflek cahaya dari pupil mata
o Reaksi rangsang dengar

PERAWATAN PENDERITA PASCA PEMBEDAHAN DI RUANG PULIH


SADAR

PROSEDUR TETAP
Sistem respirasi
o Posisi penderita terutama yang belum
sadar
o Pemeliharaan jalan nafas
o Amati frekwensi dan dalam/dangkalnya
pernafasan
o Suara nafas lancer / ada sumbatan
o Adekuat / inadekuatnya pernafasan
System peredaran darah
System pencernaan
System perkemihan
Warna kulit
Pengawasan terhadap perdarahan
Pengukuran temperature yang regular

Pantau terhadap nyeri dan muntah


Pemberian terapi penderita sesuai petunjuk
dokter
Sebagai pedoman selama penderita di ruang
pulih

sadar

menggunakan

parameter

Aldrete Score.

PERAWATAN PENDERITA PASCA PEMBEDAHAN DI RUANG PULIH


SADAR

PROSEDUR TETAP
ALDRETE SCORING SYSTEM
NO KRITERIA
1. WARNA KULIT
Kemerahan / normal
Pucat
Sianosis
2.

3.

4.

5.

AKTIFITAS MOTORIK
Gerak 4 anggota tubuh
Gerak 2 anggota tubuh
Tidak ada gerakan
PERNAFASAN
Nafas dalam, batuk dan tangis
kuat
Nafas dangkal dan adekuat
Apneu dan nafas tidak
adekuat
TEKANAN DARAH
20 mmHg dari pre operasi
20 50 mmHg dari pre
operasi
50 dari pre operasi
KESADARAN
Sadar penuh mudah dipanggil

SCORE
2
1
0
2
1
0
2
1
0

2
1
0

Respon terhadap rangsangan


+, reflek protektif +
Tidak ada resp[on, reflek
protektif +

1
0

PERAWATAN PENDERITA PASCA PEMBEDAHAN DI RUANG PULIH


SADAR

PROSEDUR TETAP
Pasien dapat dipindahkan ke bangsal jika nilai
Aldrete Score minimal 8 dan penderita akan
dipindahkan ke ICU jika Aldrete Score kurang
dari 8
g. Sedangkan

criteria

yang

diapaki

untuk

memindahkan pasien yang telah dilakukan


spinal anestesi adalah
1) Blok sensorik dan motorik sudah mulai
berkurang
2) Hemodinamik
memerlukan

sudah
obat

vaso

stabil

tanpa

presor.

Dan

dilakukan penilaian
BROMAGE SCORE
NO KRITERIA
1.
2.
3.
4.

Dapat mengangkat tungkai


bawah
Tidak dapat menekuk lutut tapi
dapatmengangkat kaki
Tidak dapat mengangkat
tungkai bawah tetapimasih
dapat menekuk lutut
Tidak dapat mengangkat kaki
sama sekali

SCORE
0
1
2
3

Pasien dapat dipindahkan ke bangsal jika nilai


Bromage Score kurang dari 2
Sedangkan untuk menilai pasien pasca operasi
tanpa monok dipakai parameter.
PERAWATAN PENDERITA PASCA PEMBEDAHAN DI RUANG PULIH
SADAR

PROSEDUR TETAP
ALDRETE SCORING SYSTEM
NO
KRITERIA
1.
WARNA KULIT
Kemerahan / normal
Pucat
Sianosis
2.

3.

4.

5.

SCORE
2
1
0

AKTIFITAS MOTORIK
Gerak 4 anggota tubuh
Gerak 2 anggota tubuh
Tidak ada gerakan

2
1
0

PERNAFASAN
Nafas dalam, batuk dan tangis kuat
Nafas dangkal dan adekuat
Apneu dan nafas tidak adekuat

2
1
0

TEKANAN DARAH
20 mmHg dari pre operasi
20 50 mmHg dari pre operasi
50 dari pre operasi

2
1
0

KESADARAN
Sadar penuh mudah dipanggil
Respon terhadap rangsangan +, reflek protektif +
Tidak ada resp[on, reflek protektif +

2
1
0

BROMAGE SCORE
NO
KRITERIA

SCORE

1.
2.
3.

0
1
2

4.

Dapat mengangkat tungkai bawah


Tidak dapat menekuk lutut tapi dapat mengangkat kaki
Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi masih
dapat menekuk lutut
Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali

PERAWATAN PENDERITA PASCA PEMBEDAHAN DI RUANG PULIH


SADAR

PROSEDUR TETAP
NO
1.

KRITERIA

SCORE

Tanda vital stabil selama1 jam


Tidak ada depresi nafas
Pasien harus :
Orientasi orang, waktu dan tempat
Bisa minum dengan baik
Bisa bicara dengan baik
Bisa memakai pakaian sendiri
Bisa berjalan sendiri tanpa bantuan
Tidak ada :
Nyeri yang sangat
Perdarahan
Mual dan muntah hebat
Harus atas perintah ahli anestesi
Diberi catatan agar segera menghubungi rumah sakit jika
memerlukan bantuan
Harus ditemani orang dewasa sewaktu pulang atau di
rumah
Pasien dapat dipulangkan jika memenuhi semua kriteria di
atas atau dengan penilaian beberapa keadaan :
Bila pasien baik dicoba setengah dudukl
Bila pasien tidak pusing dilanjutkan dengan duduk
Bila pasien dapat duduk tanpa merasa pusing diminta
untuk turun dari tempat tidur (berdiri) dan memakai
pakaian sendiri
Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik tanpa keluhan
maka pasien dapat dipulangkan dengan catatan jika
terjadi sesuatu segera menghubungi rumah sakit

PERAWATAN PENDERITA PASCA PEMBEDAHAN DI RUANG PULIH


SADAR

PROSEDUR TETAP
NO

KRITERIA

SCORE

Penderita dan keluarga diberitahu mengenai :


Harus ada yang menemani sesudah dioperasi dan
waktu pulang tidak boleh mengendarai kendaraan
sendiri atau mengerjakan hal-hal yang berbahaya
Tidak boleh minum alkohol atau obat penenang selama
24 jam.

PENANGANAN TERAPI KEJANG LISTRIK


(TKL) DENGAN MENGGUNAKAN ANESTESI
UMUM

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Untuk meningkatkan mutu pelayanan terapi kejang


listrik (TKL) pada pasien di Rumah Sakit Umum

TUJUAN

Banyumas.
1.
Memberikan kepuasan dan rasa nyaman pada
pasien.
2.

Menurunkan tingkat kesakitan pada pasien.

3.

Memberikan kemudahan kerja bagi dokter dan

KEBIJAKAN

perawat.
Sebagai pilihan pada pasien psikosis yang akan

PROSEDUR

dilakukan (TKL)
1.
Siapkan alat-alat untuk tinndakan anestesi
umum dengan intra vena berikut dengan obatobatnya.
2.

Siapkan tabung oksigen lengkap dengan slang


kateternya dan teisi penuh.

3.

Siapkan pasien pada kamar khusus untuk


tindakan terapi kejang listrik dengan anestesi
umum.

4.

Baringkan pasien ditempat tidur dan ukur

tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi, pernafasan


dan tekanan darah).

PENANGANAN TERAPI KEJANG LISTRIK (TKL) DENGAN


MENGGUNAKAN ANESTESI UMUM

PROSEDUR TETAP
5.

Pasang jarum sayap no. 23 G pada vena


di punggung tangan dan lakukan fiksasi.

6.

Berikan secara premediikasi secara intra


vena: sulfa atropine 0,25 mg/ kg BB.

7.

Berikan secara pelan-pelan lewat intra


vena obat sedative sesuai indikasi dan dosis,
sampai pasien tertidur.

8.

Berikan obat pelumpuh otot shot acting


sesuai dosis secara cepat kita tunggu sampai
terjadi vasikulasi.

9.

Perhatikan jalan nafas agar tetap lancar,


dilakukan ekstensi kepala.

10.

Apabila pasien sudah berhenti bernafas


dan dalam keadaan relaksasi, dilakukan
nafas buatan dengan ambu bag.

11.

Kemudian pasien dilakukan terapi kejang


listrik (TKL).

12.

Sesudah dilakukan terapi kejang listrik,


lakukan

kembali

nafas

buatan

dengan

menggunakan ambu bag.


13.

Bila nafas telah spontan dan adekuat


berikan O2 sebanyak 2 liter per menit.

14.

Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital


(tekanan darah, denyut nadi, pernafasan).

PENANGANAN TERAPI KEJANG LISTRIK (TKL) DENGAN


MENGGUNAKAN ANESTESI UMUM

PROSEDUR TETAP
15.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan,


misal pasien jatuh lakukan fiksasi di tempat
tidur.

16.

Alat-alat dirapikan kembali.

17.

Serah terima anestesi dengan perawat


ruangan, pasien ditunggu sampai sadar.

PENANGANAN PASIEN HENTI JANTUNG


AKIBAT TINDAKAN ANESTESI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Penanganan kasus henti jantung / cardiac arrest

TUJUAN

setelah pemberian obat-obatan anestesi.


Untuk meningkatkan kembali kinerja jantung untuk

KEBIJAKAN

kelangsungan hidup.
Falsafah dan tujuan penanganan pasien Gawat
Darurat (PPGD):

PROSEDUR

1.

Mencegah kematian.

2.

Memperpanjang hidup pasien.

3.
1.

Mencegah terjadinya kecacatan.


Mengenali tanda-tanda henti jantung:
a.

Hilang kesadaran dalam waktu 15 detik


setelah henti jantung.

b.

Tak teraba denyut jantung pada arteri


femoralis dan karotik komunikasi pada orang
dewasa, sedangkan pada anak-anak arteri
brakhialis.

c.

Henti nafas (megap-megap / gasping).

d.

Terlihat

seperti

mati

(death

like

appererence) kulit pucat sampai kelabu.


e.
2.

Terjadi dilatasi pada pupil.


Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) sesuai

prosedur baik dengan 1 penolong atau 2 penolong.


3.

Bila (RJP) tidak berhasil pasien langsung


diberikan obat-obatan cairan:

PENANGANAN PASIEN HENTI JANTUNG AKIBAT TINDAKAN ANESTESI

PROSEDUR TETAP
a. Adrenalin 0,5-1 mg untuk orang dewasa
diberikan

secara

direncanakan

intravena
dengan

(adrenalin)
aquabidset

sebanyak 9 ml dosis tersebut diulang


beberapa

kali

sampai

terjadi

denyut

spontan atau mati.


b. Natrium bikarbonat dosis 1 mg/ kg BB
secara intravena.
c. Pasang infuse sesuai indikasi.
4.

Lihat hasil EKG monitor

5.

Bila terjadi asistole lakukan terapi fibrilasi


(treatment fibrillation). Elektroda dipasang
sebelah kiri puting susu kiri dan sebelah
kanan sternum atas.

6.

Defribilator luar: arus searah dosis


a. 100-360 W sec (joule) untuk dewasa.
b. Untuk anak-anak: 100-200 W sec (joule)
c. Untuk bayi: 50-100 W sec (joule)

7.

Syok terapi bias diulang bila diperlukan.

PENANGANAN PASIEN HENTI JANTUNG AKIBAT TINDAKAN ANESTESI

PROSEDUR TETAP
8.

Seseorang dinyatakan mati bila fungsi


pernafasan

spontan

dan

jantung

telah

berhenti secara menetap dan telah terjadi


kematian otak.

STERILISASI CEPAT ALAT / INSTRUMEN


OPERASI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Upaya membunuh mikroba dan agen penyebab infeksi

TUJUAN

dengan cepat dan hasil sesuai standar.


Untuk menyediakan peralatan steril secara cepat dan
siap pakai.

KEBIJAKAN
PROSEDUR

1.

Setelah digunakan rendam dalam larutan clorin


0,5% selama 15 menit.

2.

instumen dibuka semua hingga dapat terendam


di dalam larutan

3.

Setelah

15

menit

instrument

diangkat,

kemudian disikat dan dibersihkan hingga semua


kotoran hilang.
4.

Bersihkan hingga sela-sela alat

5.

Selanjutnya dibilas dengan air yang mengalir

6.

Alat dimasukan sampai terendam dalam air


yang erendam dalam sterilisator dengan posisi alat
terbuka

7.

Tutup sterilisator rapat, atur timer sesuai

kebutuhan sambungkan konektor listrik tekan


tombol ON

STERILISASI CEPAT ALAT / INSTRUMEN OPERASI

PROSEDUR TETAP
8.

Setelah air dalam sterilitator mendidih dan


timer menunjukan angka 0, matikan sterilitator
dengan menekan tombol OFF. Kemudian
cabut konektor yang menghubungkan dengan
arus listrik.

9.

Setelah

alat

dinyatakan

steril

angkat

semua alat dengan menggunakan korentang


dan masukan kedalam tromol yang sudah
disteril

PENAMBAHAN PASIEN OPERASI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Penambahan

pasien

operasi

adalah

penambahan jumlah pasien yang akan dilakukan


tindakan pembedahan di IBS diluar jadwal
TUJUAN

program operasi regular.


1.
Untuk meningkatkan pelayanan

KEBIJAKAN

2.
Untuk kepuasan pelanggan
Penambahan jadwal operasi dari jadwal operasi

PROSEDUR

regular dilakukan bila kondisi IBS memungkinkan


1.
Bila ada penambahan jadwal operasi
petugas

ruangan

mendaftarkan

ke

Koordinator perawat bedah / Ka ruang IBS


2.

Penderita sudah mendapat persetujuan


dari operator dan dokter anestesi

3.

Persyaratan pre-operasi di ruangan sudah


lengkap

4.

Kamar operasi pada saat itu masih


mampu

PENAMBAHAN PASIEN OPERASI

PROSEDUR TETAP
5.

Bila kondisi IBS sudah overload maka


diutamakan

pasien

yang

sesuai

dengan

urutan klasifikasi (dapat dilakukan penundaan


operasi pada pasien yang sudah terjadwal)

FUNGSI DAN PERAN KAMAR OPERASI


DALAM KEADAAN DARURAT DI DALAM
MAUPUN DI LUAR JAM KERJA

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Sebagai langkah untuk menanggulangi keadaan yang


perlu segera ditangani antara lain:
1.

Bila ada kecelakaan masal / musibah masal


(disaster)

TUJUAN

2.
1.

Bila ada tindakan emergency


Peran serta kamar operasi bila ada musibah
masal.

2.

Untuk mengkoordinasi petugas bila dalam


keadaan darurat baik didalam maupun diluar jam
kerja.

3.

Untuk kelancaran tindakan kedaruratan

4.
KEBIJAKAN

Meningkatkan mutu pelayanan

5.
Manajemen bencana.
Bila ada bencana maka kamar operasi harus dapat
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada

PROSEDUR

korban.
A.
Di dalam jam kerja
Bila ada bencana atau musibah masal

1.

dan korban memerlukan tindakan pembedahan


maka Kepala Ruang / Koordinator Perawat
Bedah segera melakukan koordinasi secara
cepat dengan Ka. IBS, Direktur, Tim K3,
operator dan perawat IBS.

FUNGSI DAN PERAN KAMAR OPERASI DALAM KEADAAN DARURAT


DI DALAM MAUPUN DI LUAR JAM KERJA

PROSEDUR TETAP
2.

Menyiapkan peralatan dan logistic


yang diperlukan dan bekerja sama dengan
bagian logistic.

3.

Menyiapkan satu atau dua ruang


khusus
musibah

untuk

operasi

masal

pada

korban

tersebut,atau

bila

diperlukan menggunakan seluruh kamar


operasi bila korbannya banyak.
4.

Bila perlu pasien yang operasi


elektif pada hari itu ditunda.

B.

Di luar jam kerja


1. Pemberitahuan dari IGD dan supervisor,
bahwa ada perisiwa kecelakaan / musibah
masal

yang

memerlukan

tindakan

pembedahan.
2. Petugas IBS dihubungi lewat telepon atau
bila tidak bisa dihubungi, maka petugas
supervisi

menghubungi

driver

untuk

menjemput petugas IBS baik yang jaga


maupun yang tidak jaga.
3. Bila

pasien

memerlukan

tindakan

pembedahan jumlahnya banyak (lebih dari


3 pasien) Maka semua petugas IBS
dihadirkan untuk mempercepat pelayanan
tindakan.

FUNGSI DAN PERAN KAMAR OPERASI DALAM KEADAAN DARURAT


DI DALAM MAUPUN DI LUAR JAM KERJA

PROSEDUR TETAP
4. Semua

tim

operasi

terlibat

dalam

penanganan musibah tersebut.


5. Untuk memenuhi kebutuhan logistic dan
lain-lain menghubungi pihak terkait.
6. Pelaksanaan operasi bisa dilakukan di IBS
atau di OK IGD.

PENERIMAAN PASIEN
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Penerimaan pasien pre-operatif di Instalasi Bedah


Sentral adalah menerima dan mempersiapkan pasien

TUJUAN

sebelum dilakukan tindakan pembedahan.


Menerangkan langkah-langkah penerapan

KEBIJAKAN

penerimaan pasien sebelum pembedahan


Untuk semua pasien yang akan dilakukan tindakan

PROSEDUR

operasi
1.
Mengidentifikasi pasien
a.

dan

Mencocokan identitas pasien (nama,


umur, status, dan rekam medis pasien)

b.

Mencocokan pembedahan yang akan


dilakukan (diagnosa medis, jenis dan lokasi
operasi)

2.

Memberikan

motivasi

dan

prosedur

pembedahan kepada pasien.


3.

Meneliti dan melengkapi status pasien dengan


menggunakan lembar cek list, antara lain:
a. Inform Consent
b. Puasa
c. Pemeriksaan penunjang
d. Persediaan obat dan darah
e. Mengganti

baju

pasien/memastikan

pasien

sudah menggunakan baju operasi dengan


benar
4.

Mengevaluasi KU dan Vital Sign

PENERIMAAN PASIEN
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL

PROSEDUR TETAP
5.

Memindahkan pasien ke ruang tindakan


dan memberikan penjelasan setiap akan
melaksanakan tindakan

6.

Memberikan petunjuk agar selalu berdoa


kepada Tuhan yang maha Esa

ASUHAN KEPERAWATAN PASCA BEDAH DI


RUANG PULIH

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Memberikan pelayanan keperawatan komperensif


pada pasien pasca pembedahan awal di ruang pulih

sadar.
TUJUAN

1.

Membebaskan pasien dari pengaruh obat


anesetesi dan mempercepat masa pemulihan

2.
KEBIJAKAN

Mengantisipasi secara dini terhadap resiko

pembedahan/anestesi.
1.
Adanya tenaga di ruang pulih sadar sesuai
kebutuhan (4 orang perawat)

PROSEDUR

2.

Adanya ruangan khusus pemulihan

3.

Adanya fasilitas alat-alat antara lain:


a.

Sentral oksigen

b.

Sentral suction

c.

Laringoskop

d.

Endotracheal tube

e.

Guedel

f.

Tensimeter

g.

Stetoskop

h.

Termometer

i.

Ambu bag

j.

Sungkup
Menyiapkan

1.

keperluan

dan

mengecek fungsi alat sehingga siap pakai


ASUHAN KEPERAWATAN PASCA BEDAH DI RUANG PULIH

PROSEDUR TETAP
2.

Melakukan timbang terima


pasien di kamar operasi

3.

Mengecek:
a.

Identitas pasien

b.

Catatan medik

c.

Advis dokter

d.

Perlengkapan pasien
yang harus dikembalikan ke ruang rawat

4.

memindahkan
ketempat tidur

pasien

5.

Memberikan

asuhan

keperawatan
a. Pasien dengan GA dilakukan asuhan
keperawatan dengan parameter Aldrete
Scrote (AS)
b. Pasien dengan (RA) dilakukan dengan
Bromage Score (BS)
c. Pasien dengan local anestesi dilakukan
pemantauan tanda-tanda alergi
d. Melakukan pencatatan di CM 16 dan di
ekspedisikan ruang pulih sadar
e. Menginformasikan

ke

operator

dan

anestesi jika terjadi keadaan yang tidak


diinginkan selama di ruang pulih sadar

ASUHAN KEPERAWATAN PASCA BEDAH DI RUANG PULIH

PROSEDUR TETAP
6.

Timbang

terima

pasien

dengan petugas ruangan penjemput pasien,


antara lain:
a. Tentang kondisi pasien
b. Catatan medik pasien
c. Foto Rontgent dan lain-lain
d. Sisa obat dan alat yang tidak dipakai
e. Menginformasikan order dokter dan minta
tanda

tangan

penerima

pasien

pada

format anestesi
7.

Menjaga

keutuhan,

kerapian, kebersihan dan kesiapan semua


sarana pulih sadar.

8.

Recovery Room (RR) buka


selama 24 jam

9.

Jaga pagi mulai pkl. 07.0014.00

WIB.

Selebihnya

pasien

menjadi

tanggung jawab petugas tim kamar operasi


yang bersangkutan

PEMBUANGAN GAS ANESTESI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Suatu langkah yang dilakukan untuk menghindarkan

TUJUAN

petugas atau pasien dari pencemaran obat anestesi


Untuk melindungi petugas dan pasien dari

KEBIJAKAN

pencemaran obat anestesi


Ditujukan untuk keselamatan pasien dan petugas

PROSEDUR

1.

Pembuangan gas anestesi menggunakan alat


Ex. House Fan.

2.

Kedudukan alat House Fan 30 cm di atas


permukaan lantai

3.

Alat Ex. House Fan dinyalakan setiapkali


tindakan

pembedahan

yang

menggunakan

anestesi dengan memakai gas anestesi


4.

Ex. House Fan dinyalakan selama gas anestesi


belum ditutup

STERILISASI RUANG OPERASI DENGAN


SINAR ULTRA VIOLET

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Menghilangkan

kuman

dari

ruang

dengan menggunakan sinar ultra violet

operasi

TUJUAN

Untuk menyeteril ruang operasi

KEBIJAKAN

Agar ruang operasi terbebas dari kuman penyakit

PROSEDUR

1.

Ruangan harus kering karena sinar ultra


violet tidak dapat menembus butiran air.

2.

Ruangan kita tutup dan nyalakan lampu


ultra violet minimal selama 5 jam.

3.

Setelah 5 jam atau lebih lampu kita


matikan dan ruangan sudah dianggap steril

4.

Selama penyinaran pintu tertutup dan


petugas tidak boleh masuk.

MEMEKAI PAKAIAN STERIL


UNTUK OPERASI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Adalah suatu aktifitas memakai baju steril untuk

TUJUAN

pembedahan di kamar operasi


Sebagai acuan langkah-langkah dalam memakai baju

KEBIJAKAN

steril untuk operasi


Semua petugas kamar operasi yang akan mengikuti
operasi langsung (scrube tim) harus memakai baju

PROSEDUR

steril.
I. Pemakaian baju bedah sendiri
1.

Ambil

baju

memegang

bedah

bagian

steril,

leher,

dengan
angkat

cara

dengan

kedudukan setinggi bahu


2.

Pegang bagian lengan setinggi bahu dan


menjaga bagian dalam guna tetap menghadap
pemakai

3.

Kibaskan baju dan bersamaan dengan itu


masukan tangan kedalam lengan baju dengan
tetap menjaga ketinggian setinggi bahu

4.

Petugas yang tidak steril mengambil bagian

dalam dari baju dan menarik kebelakang untuk


merapikan dan harus menutup seluruh bagian
belakang pemakai serta mengikat baju dengan
rapi.
MEMEKAI PAKAIAN STERIL
UNTUK OPERASI

PROSEDUR TETAP
II. Memakaikan baju bedah pada orang lain
1.

Sebelum memasang baju steril


pada orang lain seseorang harus memakai
baju steril terlebih dahulu sesuai prosedur
di atas.

2.

Prosedur

pengambilan

baju

sama seperti apabila memakai sendiri


3.

Ambil jarak yang cukup dengan


pemakai baju

4.

Buka baju steril dengan tetap


menjaga posisi setinggi bahu

5.

Pakaikan kedua lengan secara


bersama-sama

6.

Petugas tidak steril mengambil


bagian dalam dari baju dan menarik ke
belakang untuk merapikan dan harus
menutup

seluruh

bagian

belakang

pemakai, serta meningkatkan tali baju


dengan rapi.

PROSEDUR CUCI TANGAN


DI INSTALASI BEDAH SENTRAL

PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN

Adalah aktifitas cuci tangan yang dilakukan setiap


akan dan sesudah melakukan suatu prosedur, setelah
menyentuh

luka

sekresi/eksresi,

terbuka/cairan

atau

tubuh,

barang-barang

darah,

yang

telah

terkontaminasi, setiap menyentuh pasien satu dan


lainnya dan setiap datang dan pulang atau masuk
TUJUAN

ruangan dari suatu tempat.


Sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan

KEBIJAKAN

prosedur cuci tangan sebelum operasi


Semua petugas harus melakukan

PROSEDUR

sebelum dan sesudah melakukan prosedur tindakan.


1.
Lepas semua perhiasan temasuk cicin dan

cuci

tangan

jam tangan
2.

Basahi tangan dengan air yang mengalir

3.

Gunakan

cairan

antiseptic/sabun

sesuai

dengan petunjuk
4.

Cuci

tangan

sambil

mencuci

kran

air

secukupnya (dilakukan apabila kran air pendek


atau tidak mungkin ditutup dengan siku)
5.

Bilas

kran

air

sampai

bersih

dari

antiseptic/sabun (30 detik untuk langkah 4 dan 5)

PROSEDUR CUCI TANGAN


DI INSTALASI BEDAH SENTRAL

PROSEDUR TETAP
6.

Cuci

tangan

sekali

lagi

secara

menyeluruh mulai dari telapak tangan dan


punggung sampai pergelangan tangan.
7.

Cuci sela-sela jari dari jari tangan


depan belakang

8.

Bersihkan telapak tangan dengan ujung


jari dengan gerakan memutar

9.

Bilas

seluruhnya

dengan

air

yang

mengalir (selama 30 detik untuk langkah 7-8)


10.

Tutup kran air

11.

Keringkan

tangan

dengan

handuk/tissue/hand dryer.

MEMAKAI DAN MELEPAS BAJU TIDAK


STERIL

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Adalah suatu aktifitas tata cara pemakaian dan

TUJUAN

melepas baju tidak steril


Sebagai acuan langkah-langkah dalam memakai dan

KEBIJAKAN

melepas baju tidak steril


Semua petugas yang masuk ke ruang isolasi, ICU,

PROSEDUR

Perinatal, VK, HD harus memekai baju bersih khusus


1.
Pemakaian baju tidak steril
a.

Cuci tangan procedural

b.

Ambil baju tidak steril yang bersih, teliti


bila sobek/tidak ada tali/kancing, sebaiknya
tidak dipakai

c.

Pakai

dan

ikat

tali

kancing

pada

punggung
d.

Baju tidak steril hanya dipakai satu kali


pakai untuk satu pasien

2.

Melepas baju tidak steril


a. Cuci

tangan

sesegera

mungkin

setelah

melakukan prosedur sebelum melepas baju


b. Lepas tali baju/kancing jaga jangan sampai
menyentuh bagian luar baju yang kemungkinan
terkontaminasi
c. Ikatkan tali kedepan sehingga baju ada pada
posisi terbaik

MEMAKAI DAN MELEPAS BAJU TIDAK STERIL

PROSEDUR TETAP
d. Gulung baju kearah tali yang sudah
terikat, gulung dari atas ke bawah dan
buang

pada

tempat

yang

sudah

disediakan
e. Apabila karena keterbatasan jumlah gaun
maka

gantungkan

baju

dalam

posisi

terbalik dengan tali terikat.

MEMAKAI DAN MELEPAS SARUNG TANGAN


STERIL UNTUK OPERASI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Adalah suatu rangkaian kegiatan memakai dan

TUJUAN

melepas sarung tangan secara steril


Sebagai acuhan langkah-langkah dalam memakai dan

KEBIJAKAN

melepas sarung tangan steril untuk operasi


Semua petugas kamar operasi yang akan mengikuti
operasi langsung (scrub tim) harus memakai sarung

PROSEDUR

tangan steril
I.
Memakai sarung tangan steril bila memakai
sarung tangan tidak memakai baju operasi
a.

Menjumput sarung tangan pada bagian


yang berlipat keluar

b.

Masukan jari-jari tangan dan sesuaikan,


usahakan sarung tangan tidak menyinggung
kulit

c.

Pakai

sarung

tangan

yang

lainnya

dengan cara menjumput sarung tangan dari


bagian dalam lipatan sarung tangan
d.

Masukan

jari-jari

tangan

seperti

pemakaian sarung tangan yang pertama


e.

Buka lipatan sarung tangan dengan cara


mengambil bagian dalam lipatan sarung tangan,
usahakan tidak menyentuh daerah kulit

MEMAKAI DAN MELEPAS SARUNG TANGAN STERIL UNTUK OPERASI

II.

Pemakaian sarung tangan steril bila


pemakai sarung tangan sudah memakai baju
operasi
a.

Tangan berada di dalam baju bedah saat


menjumput sarung tangan yang terlipat
keluar

b.

Dengan dibantu tangan sebelah yang


masih berada di dalam lengan baju pakai
sarung tangan yang satu

c.

Dengan tangan yang sudah bersarung,


pakai sarung tangan yang satunya lagi

III.

Memakaikan

sarung

tangan

pada

orang lain sesudah memakai sarung tangan


a.

Ambil sarung tangan dan masukan jari


tangan dari kedua belah tangan kedalam
lipatan sarung tangan, dan buka lebarlebar serta pertahankan sarung tangan
dalam posisi setinggi di atas pinggul,
persilahkan pemakai masukan jari-jari
tangannya

b.

Tahan sarung tangan agar pada saat


pemakai sarung memasukan tangannya,
sarung tangannya, sarung tangan tidak

turun di bawah sejajar pinggul

MEMAKAI DAN MELEPAS SARUNG TANGAN STERIL UNTUK OPERASI

IV.

Melepas sarung tangan


a.

Pegang bagian luar sarung tangan


pada

bagian

dalam

lengan

bawah,

jumput dan tarik keluar searah dengan


jari-jari tangan (apabila kedua tangan
masih memakai sarung tangan)
b.

Apabila satu tangan kita sudah tidak


memakai sarung tangan maka ambil
sarung tangan dari bagian dalam dan
daerah daerah dalam lengan bawah dan
tarik sarung tangan searah jari-jari tangan

c.

Letakan sarung tangan pasca pakai di


tempat yang disediakan

CUCI TANGAN SEBELUM OPERASI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Adalah aktifitas cuci tangan secara steril bagi personil

TUJUAN

yang akan mengikuti operasi secara langsung


Sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan

KEBIJAKAN

prosedur cuci tangan sebelum operasi


Semua petugas kamar operasi yang akan mengikuti
operasi langsung (scube tim) harus melakukan cuci

PROSEDUR

tangan sebelum operasi


1.
Lepas semua perhiasan termasuk cicin dan jam

tangan
2.

Basahi tangan dengan air yang mengalir dari


ujung jari sampai 2 cm di atas siku

3.

Gunakan cairan antiseptic / sabun sesuai


dengan petunjuk (chlorhexidine gluconate 4% 1x
pompa = 5cc) cuci tangan mulai dari telapak
tangan, punggung tangan dan jari-jari serta lengan
bawah secara menyeluruh sampai 2cm di atas
siku, kemudian bilas merata selama 1 menit.

4.

Ambil sikat dan beri chlorhexidine gluconate 4%


1x pompa (5cc)

5.

Bersihkan kuku secara menyeluruh dengan


sikat

6.

Kemudian bersihkan kuku, jari-jari, sela-sela


jari, telapak tangan dan punggung tangan, cuci tiap
jari seakan mempunyai 4 sisi

CUCI TANGAN SEBELUM OPERASI

PROSEDUR TETAP
7.

Scrub dengan pergelangan tangan pada


tiap tangan

8.

Kemudian scrub lengan bawah sampai


2cm diatas siku dan pastikan gerakan dari
bawah lengan menuju siku (selama 1
menit)

9.

Ulangi pada lengan satunya, dari lengan


bawah menuju siku (selama 1 menit atau 3
menit untuk kedua tangan)

10.

Bilas tangan dan lengan bawah secara


menyeluruh, pastikan tangan lebih tinggi dari
siku

11.

Ulangi pemakaian chlorgexidine gluconate


4% sekali lagi hingga merata tanpa dibilas
dengan air (selama 1 menit untuk kedua

tangan)
12.

Pastikan posisi tangan diatas dan biarkan


air menetes melalui siku

CUCI TANGAN SEBELUM OPERASI

PROSEDUR TETAP
13.

Keringkan dengan handuk steril, dengan


cara membagi menjadi 2 bagian, 1 bagian
untuk tangan kiri 1 bagian untuk tangan
kanan. Dengan cara memutar dari arah jarijari tangan ke siku. Setelah selesai buang
handuk pada tempatnya.

PERLINDUNGAN DARI PENULARAN


PENYAKIT INFEKSIUS

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Melindungi petugas dan pasien dalam tindakan


pembedahan dari penyakit infeksius (missal

TUJUAN

hepatitis)
1.
Untuk melindungi pasien dari penyakit
infeksius (hepatitis)
2.

Untuk

meningkatkan

mutu

pelayanan

bedah di IBS
3.

Mencegah

terjadinya

kecelakaan

kegagalan pebedahan
KEBIJAKAN
PROSEDUR

1.

Pemeriksaan HBSAG pada pasien yang


diduga kecenderungn hepatitis

2.

Semua

instrumernt

bedah

dan

linen

setelah

dipakai

bayclin

(larutan

operasi

harus

10%/15/30

direndam

ml)

sesuai

prosedur yang ada


3.

Selama operasi petugas menggunakan


baju khusus APD (Alat Pelindung Diri)

4.

Jadual pasien operasi HBSAG positif


menempati urutan terakhir kecuali emergency

5.

Pasien

dengan

HBSAG

positif

dikonsultasikan pada dokter penyakit dalam


untuk mendapat pengobatan.

PERLINDUNGAN DARI PENULARAN PENYAKIT INFEKSIUS

PROSEDUR TETAP
6.

setelah operasi pasien dengan HBSAG


positif, kamar operasi tidak dipakai operasi,
sebelum dilakukan sterilisasi ruangan.

PENGELOLAAN RAWAT JANIN DI IBS

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Suatu kegiatan pengelolaan bayi baru lahir

TUJUAN

melalui prosedur invasive yang dilakukan di IBS


1.
Untuk mencegah
atau mengurangi
mortalitas bayi atau kecacatan yang bertujuan
menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi
2.

KEBIJAKAN

Untuk meningkatkan pelayanan perawatan

gawat janin
Semua pengelolaan bayi yang baru dilahirkan
melalui

pertolongan

invasive

di

IBS

harus

dikelola oleh semua pihak yang terkait yang


bertujuan menurunkan morbiditas dan mortalitas
bayi.
1.
Dokter spesialis anak

PROSEDUR

a.

Menilai Apgar Score janin pada


menit pertama

b.

Melakukan suction

c.

Menilai resusitasi jantung paru

d.

Melakukan intubasi dan oksigenasi

e.

Melakukan pemasangan klem tali


pusat

f.

Menilai

Apgar

Score

menit

ke

sepuluh
g.

Menentukan tempat perawatan bayi

PENGELOLAAN RAWAT JANIN DI IBS

PROSEDUR TETAP
2.

Perawat
a. Menyiapkan incubator
b. Meletakan bayi di tempat tidur khusus
c. Mengatur posisi semi trenderlburg
d. Menyiapkan

perlengkapan

oksigenasi,

alat-alat pemasangan klem tali pusat


e. Membersihkan bayi dengan oleum kokus
hangat
f. Menimbang berat badan bayi
g. Membungkus bayi dengan duk steril
h. Menempatkan bayi pada incubator hangat
i. Menghubungi
mengambil bayi

ruang

terkait

untuk

PENGELOLAAN MATERIAL PA

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Suatu

prosedur

diambil

dari

kemungkinan
TUJUAN

pengelolaan
pasien

adanya

untuk
kelainan

jaringan

yang

mengetahui
anatomi

sel

pembentuk jaringan
1.
Memudahkan pengiriman specimen ke
laboratorium sentral
2.

KEBIJAKAN

Menghindari terjadinya kehilangan dan

kekeliruan
Semua pengambilan

jaringan

pasien

untuk

pemeriksaan patologi anatomi di IBS dilakukan


prosedur tetap demi terjaminnya mutu dan
PROSEDUR

validasi pemeriksaan.
1.
Petugas kamar operasi (residen, coas,
perawat) mengurus jaringan / cairan dan
menulis identitas pasien pada formulir PA dan
pada kemasan (plastik/botol)
2.

Petugas

kamar

operasi

menyerahkan

sediaan pada petugas ruangan dicatat pada


buku penyerahan PA
3.

Petugas lab IBS mencatat pada buku


pengiriman PA

PENGELOLAAN MATERIAL PA

PROSEDUR TETAP
4.

Besok paginya sediaan dikirim ke lab PA


oleh

petugas

sambil

mengambil

hasil

pemeriksaan PA pada buku arsip


5.

Petugas

lab

PA

menyerahkan

hasil

pemeriksaan PA kepada petugas ruangan


penderita masing-masing dan dicatat pada
buku penyerahan hasil PA (buku ekspedisi)

JUMAT BERSIH

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Prosedur jumat bersih merupakan langkahlangkah yang dilaksanakan dalam menjalankan

TUJUAN

jumat bersih
Untuk membersihkan kamar operasi, mengurangi

KEBIJAKAN

terjadinya infeksi nosokomial


1. Untuk menjadikan lingkungan IBS menjadi
bersih

PROSEDUR

1.

2. Dilaksanakan oleh semua petugas IBS


Dilaksanakan setiap hari jumat

2.

Pelaksanaan operasi di OK IGD

3.

Semia isi ruangan operasi dikeluarkan

4.

Ruangan disiram dengan obat disinfektan


dengan perbandingan 1:20

5.

Kita

bersihkan

lantai

dengan

sikat,

terutama pada bagian persambungan lantai


(ubin)
6.

Semua peralatan dibersihkan termasuk


pintu, jendela dengan kain yang dibasahi
larutan disinfektan

JUMAT BERSIH

PROSEDUR TETAP
7.

Kemudian lantai dikeringkan

8.

Peralatan kita masukan kembali

STERILISASI ALAT MEDIS LOGAM

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Alat medis logam adalah perangkat yang digunakan


untuk melaksanakan tindakan medis terhadap pasien

TUJUAN

dimana perangkat tersebut terbuat dari bahan logam


1.
Terbebasnya alat medis dari bahan kontaminan

KEBIJAKAN

2.
Tersedianya alat medis logam yang siap pakai
Proses sterilisasi menggunakan autoclave

PROSEDUR

1.

Siapkan alat medis logam yang akan disteril

2.

Siapkan dua lembar duk untuk mengemas

3.

Letakan alat medis diatas dua lembar duk

4.

Kemas sedemikian rupa dan rapikan

5.

Beri label yang berisikan nama ruang, isi


kemasan tanggal steril dan tempelkan kertas
indicator external

6.

Kemasan siap disteril

PENGEMASAN DUK OPERASI UMUM

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Operasi umum adalah tindakan operasi yang


menangani pasien yang termasuk dalam katagori

TUJUAN

operasi besar
Memberikan

KEBIJAKAN

pengemasan
1.
Setiap kemasan diberi indicator external

aturan

agar

tertib

dalam

dan internal

PROSEDUR

2.

Setiap kemasan dibungkus dengan linen

1.

rangakap dua
Setelah linen disetrika linen kemudian
dilipat sesuai dengan kebutuhannya

2.

Linen disortir sesuai dengan kegunaannya

3.

Kemasan untuk operasi umum berisi 1 duk


lobang besar, 4 duk kecil dan 2 duk tanggung
ditambah dengan pengemas rangkap 2

4.

Letakan indicator internal didalamnya

5.

Kemas sedemikian rupa dengan linen


rangkap 2

6.

Kemas kembali dengan linen rangkap 2

7.

Ikat kemasan

8.

Setiap kemasan diberi label yang berisi:


a.

Nama ruang

b.

Isi kemasan

PENGEMASAN DUK OPERASI UMUM

PROSEDUR TETAP
c.

Tanggal Steril

d.

Tanggal kadaluwarsa

e.

Indikator eksternal

f.

Kemasan siap disteril

PENGEMASAN JAS OPERASI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Jas operasi adalah jas yang digunakan oleh

TUJUAN

petugas yang melakukan tindakan operasi


Menberikan
aturan
agar
tertib
dalam

KEBIJAKAN

pengemasan
1.
Setiap kemasan diberi indicator eksternal
dan internal

PROSEDUR

2.

Setiap kemasan dibungkus dengan linen

1.

rangkap dua
Setelah linen disetrika, kemudian linen
dilipat sesuai dengan kebutuhannya

2.

Linen disortir sesuai dengan kegunaannya

3.

Kemasan berisi 3 jas operasi dengan


pengemasan rangkap 2

4.

Letakan indicator internal di dalamnya

5.

Kemas sedemikian rupa dengan linen


rangkap 2

6.

Kemas kembali dengan linen rangkap 2

7.

Ikat kemasan

8.

Setiap kemasan diberi label


a. Nama ruang
b. Isi kemasan
c. Tanggal Steril
d. Tanggal kadaluwarsa
e. Indikator eksternal

9.

Kemasan siap disteril

PENYIMPANAN KEMASAN STERIL

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Kemasan yang telah disteril sementara disimpan


dalam

TUJUAN

almari

penyimpanan

sebelum

didistribusikan
1.
Memberi aturan agar kemasan dapat tetap
terjaga dalam kondisi steril

KEBIJAKAN

2.
Menjaga kemasan steril dari kontaminasi
Tempat penyimpanan harus benar bersih tidak

PROSEDUR

ada terkontaminasi
1.
Setelah kemasan

disteril

kemudian

dimasukan kedalam lemari pengering


2.

Setelah

kemasan

kering,

masukan

kedalam plastic
3.

Tempatkan didalam lemari penyimpan

4.

Almari ditutup rapat

PENGEMASAN DUK OPERASI ORTOPEDI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Kemasan yang telah disteril sementara disimpan


dalam

almari

penyimpanan

sebelum

TUJUAN

didistribusikan
Memberikan
aturan

KEBIJAKAN

pengemasan
1.
Setiap kemasan diberi indicator eksternal

agar

tertib

dalam

dan internal
2.

Setiap kemasan di bungkus dengan linen

rangkap dua
1. Setelah linen disetrika, kemudian linen dilipat

PROSEDUR

sesuai dengan kebutuhannya


2. Linen disortir sesuai dengan kegunaannya
3. Kemasan

berisi

jas

operasi

dengan

pengemasan rangkap 2
4. Letakan indicator internal di dalamnya
5. Kemas

sedemikian

rupa

dengan

linen

rangkap 2
6. Kemas kembali dengan linen rangkap 2
7. Ikat kemasan
8. Setiap kemasan diberi label
a.

Nama ruang

b.

Isi kemasan

c.

Tanggal Steril

d.

Tanggal kadaluwarsa

e.

Indikator eksternal

9. Kemasan siap disteril

PENGEMASAN DUK OPERASI


LAPARASCOPY

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Laparascopy merupakan salah satu jenis Program


pembedahan yang penggunaannya dengan melalui

operasi kecil
TUJUAN

Memberikan aturan agar tertib dalam pengemasan

KEBIJAKAN

1.

Setiap kemasan diberi indicator eksternal dan


internal

2.
PROSEDUR

Setiap kemasan di bungkus dengan linen

rangkap dua
1. Setelah linen disetrika, kemudian linen dilipat
sesuai dengan kebutuhannya
2. Linen disortir sesuai dengan kegunaannya
3. Kemasan berisi 3 jas operasi dengan pengemasan
rangkap 2
4. Letakan indicator internal di dalamnya
5. Kemas sedemikian rupa dengan linen rangkap 2
6. Kemas kembali dengan linen rangkap 2
7. Ikat kemasan
8. Setiap kemasan diberi label
a. Nama ruang
b. Isi kemasan
c. Tanggal Steril

PENGEMASAN DUK OPERASI


LAPARASCOPY

PROSEDUR TETAP
d. Tanggal kadaluwarsa
e. Indikator eksternal
9. Kemasan siap disteril

PENGEMASAN DUK OPERASI KECIL

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Operasi kecil adalah tindakan operasi yang

TUJUAN

menangani pasien pada bagian luar tubuh pasien


Memberikan
aturan
agar
tertib
dalam

KEBIJAKAN

pengemasan
1. Setiap kemasan diberi indicator eksternal
dan internal
2. Setiap kemasan di bungkus dengan linen
rangkap dua
1. Setelah linen disetrika, kemudian linen

PROSEDUR

dilipat sesuai dengan kebutuhannya


2. Linen disortir sesuai dengan kegunaannya
3. Kemasan berisi 3 jas operasi dengan
pengemasan rangkap 2
4. Letakan indicator internal di dalamnya
5. Kemas sedemikian rupa dengan linen
rangkap 2
6. Kemas kembali dengan linen rangkap 2
7. Ikat kemasan
8. Setiap kemasan diberi label
a. Nama ruang
b. Isi kemasan
c. Tanggal Steril

PENGEMASAN DUK OPERASI KECIL

PROSEDUR TETAP

d. Tanggal kadaluwarsa
e. Indikator eksternal
9. Kemasan siap disteril

PENGEMASAN KANTONG KAKI

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Kantong kaki adalah kantong pembungkus kaki


yang digunakan oleh pasien selama dilakukan

TUJUAN

tindakan operasi.
Memberikan
aturan

KEBIJAKAN

pengemasan
1. Setiap kemasan diberi indicator eksternal

agar

tertib

dalam

dan internal
2. Setiap kemasan di bungkus dengan linen
PROSEDUR

rangkap dua
1. Setelah linen disetrika, kemudian linen
dilipat sesuai dengan kebutuhannya
2. Linen disortir sesuai dengan kegunaannya
3. Kemasan berisi 3 jas operasi dengan
pengemasan rangkap 2
4. Letakan indicator internal didalamnya
5. Kemas sedemikian rupa dengan linen
rangkap 2
6. Kemas kembali dengan linen rangkap 2
7. Ikat kemasan
8. Setiap kemasan diberi label
a. Nama ruang
b. Isi kemasan
c. Tanggal Steril

PENGEMASAN KANTONG KAKI

PROSEDUR TETAP
d. Tanggal kadaluwarsa
e. Indikator eksternal
9. Kemasan siap disteril

PENGEMASAN KANTONG CHLOTER

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Kantong clother digunakan untuk membalut / menutupi

TUJUAN

alat dari kontaminan


Memberikan aturan agar tertib dalam pengemasan

KEBIJAKAN

1. Setiap kemasan diberi indicator eksternal dan


internal
2. Setiap

PROSEDUR

kemasan

dibungkus

dengan

linen

rangkap dua
1. Setelah linen disetrika, kemudian linen dilipat
sesuai dengan kebutuhannya
2. Linen disortir sesuai dengan kegunaannya
3. Kemasan

berisi

jas

operasi

dengan

pengemasan rangkap 2
4. Letakan indicator internal di dalamnya
5. Kemas sedemikian rupa dengan linen rangkap
2
6. Kemas kembali dengan linen rangkap 2
7. Ikat kemasan

8. Setiap kemasan diberi label


a. Nama ruang
b. Isi kemasan
c. Tanggal Steril

PENGEMASAN KANTONG CHOLTER

PROSEDUR TETAP
d. Tanggal kadaluwarsa
e. Indikator eksternal
9. Kemasan siap disteril

PENGIRIMAN KEMASAN STERIL

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Kemasan steril adalah kemasan yang telah

TUJUAN

menjalani proses sterilisasi


1. Memberi aturan dalam pengiriman steril
2. Mempermuudah pengepakan kemasan

KEBIJAKAN

3. Mempertahankan kondisi agar tetap steril


Pengiriman kemasan steril menggunakan
kerete/gerbong khusus dan jalur pengiriman

PROSEDUR

melalui selasar depan


1. Petugas distribusi mengecek jumlah dan
isi kemasan
2. Petugas distribusi mencatat dalam buku
ekspedisi

3. Petugas ruang mengecek isi kemasan


yang akan diterima
4. Menandatangani dalam buku ekspedisi

GENSET IBS

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Genset adalah sumber listrik AC yang berasal dari


dynamo yang digerakan oleh mesin diesel dan

TUJUAN

dilengkapi dengan automatic starting dan stop


Agar genset dapat dioperasionalkan sebagai
pengganti

sumber

listrik

bila

ada

gangguan

KEBIJAKAN

pemadaman dari PLN


Genset sebagai sumber listrik pengganti sumber listrik

PROSEDUR

1.

Genset dioperasionalkan secara automatic


dan manual

2.

Genset digunakan pada saat kebutuhan


darurat bila ada gangguan listrik PLN

3.

Kualitas tegangan listrik Genset dilakukan di


stabilisator

4.

Pemasangan mesin genset dan uji fungsi


dilakukan satu kali seminggu

5.

Pemeliharaan genset dilakukan oleh tenaga


teknik

GAS MEDIS

PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN

1.

Gas medis adalah gas yang digunakan untuk


terapi/tindakan medis
Jenis gas yang digunakan : Oxygen (O2),

2.
TUJUAN

nitrogen (NO 2) udara tekan (Compress Air)


Agar gas medis dapat digunakan sesuai dengan

KEBIJAKAN

kebutuhan untuk kegiatan tindakan medis


Gas medis untuk tindakan kesehatan oleh medis

PROSEDUR

1. Penggunaan gas medis melalui instalasi gas sentral


atau dengan menggunakan tabung yang dilengkapi
dengan manometer
2. Warna tabung gas:
-

Oxygen dengan warna putih / hijau pada tabung


dengan tulisan OXYGEN

Nitrogen Dioxyda dengan warna biru pada


tabung dengan tulisan N2O

3.

Udara tekan (compress air)


Pemasok / distributor menjamin isi, kualitas gas

dan jenis gas medis.


4. Pengguna gas dengan tabung dan aksesorisnya
memakai troli tabung dan sarung tabung.
5. Tabung

kosong

ditempatkan

pada

gudang

penyimpanan tabung.

GAS MEDIS

PROSEDUR TETAP
6. Tekanan gas pada instalasi sebesar 5 psi
dengan mengatur kran pengatur outlet sentral
yang hanya dilakukan oleh petugas.
7. Tempat sentral gas pintu harus selalu terkunci
untuk

menghindari

hal-hal

yang

tidak

diinginkan, kunci pada petugas / ruang/ user.


8. Operator selalu mengontrol penggunaan gas.
Membuka / mengatur saat digunakan dan

menutup kran bila sudah selesai digunakan


pada flowmeter:

UNIT TERKAIT

Oxygen

Nitrogen Dioxyda

- Udara Tekan (compress air)


IPSRS, ISPL, Bagian / Ruangan

PEMELIHARAAN SUCTION SENTRAL DAN


UDARA TEKAN UNTUK VENTILATOR DI
RUANG IBS & ICU

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Mesin suction sentral digunakan untuk pelayanan

TUJUAN

ventilator di ruang ICU


Agar suction sentral berfungsi dengan baik

KEBIJAKAN

secara terus menerus


Suction sentral dipelihara dan dipantau oleh

PROSEDUR

petugas tekhnik medik


1.
Cek tekanan presure air di alat ukur di
samping mesin suction pada posisi 5 bar di
ruang depan IBS
2.

Cek tekanan udara/presur air di ruang ICU


pada indicator dengan tekanan 5 bar. Bila
lebih dari 5 bar atau kurang dari 5 bar segera
setting ulang.

3.

Bersihkan endapan air yang berada di


tabung mesin suction 2 hari sekali dengan

membuka kran dibawah tabung + 2 menit


atau secukupnya.
4.

Bersihkan mesin dan perangkatnya dari


debu atau kotoran

PEMELIHARAAN SUCTION SENTRAL DAN


UDARA TEKAN UNTUK VENTILATOR DI
RUANG IBS & ICU

PROSEDUR TETAP
5.

Siapkan suction portable di IBS untuk


mengganti bila terjadi kerusakan sentral dan
siapkan tabung O2 lengkap dengan regulator
khusus untuk pengganti pressur air bila terjadi

UNIT TERKAIT

kerusakan di ICU.
IPSRS, ISPL, Bagian / Ruangan

ALAT ALAT MEDIK YANG MENGGUNAKAN


LISTRIK

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Alat medik yang operasionalnya menggunakan

TUJUAN

power/tenaga listrik di masing-masing ruangan.


Agar
penggunaan
alat
medik
sebelum
dioperasionalkan

KEBIJAKAN

untuk

kegiatan

pelayanan

sudah dikoneksi dengan listrik dan siap pakai


1.
Alat medik digunakan/dioperasionalkan
dilakukan

langkah

persiapan

dengan

menempatkan alat pada tempat/lokasi yang


sudah ditentukan dan jack penyambung listrik

dikoneksikan ke stop kontak listrik dengan


standar 220 volt
2.
PROSEDUR

Alat diuji fungsi/dicek kerja alat oleh

petugas dan pastikan alat medik siap pakai.


1.
Ambil alat medis yang dibutuhkan dari
tempat penyimpanan
2.

Cek standar kelistrikan pada alat posisi


220 volt

3.

Tempatkan

alat

pada

posisi

yang

ditentukan. Tancapkan jack kabel power pada


stop kontak dan hubungkan pengaman arde
4.

Lakukan uji alat /cek fungsi dengan


menekan/ ON kan saklar power

ALAT ALAT MEDIK YANG MENGGUNAKAN LISTRIK

PROSEDUR TETAP
5.

Selesai digunakan, alat medis dicabut dari


stop kontak dengan jack yang dipegang

6.

Lakukan

pembersihan

dan

aksesoris alat.
UNIT TERKAIT

7.
Simpan alat pada tempatnya
IPSRS, ISPL, Bagian / Ruangan

PENGKABELAN LISTRIK

PROSEDUR TETAP

sterilkan

PENGERTIAN

Pengantar

untuk

listrik/instalasi/

mensuplai

jaringan

listrik

arus/daya
dari

induk

PLN/Genset ke unit bagian/Ruang kegiatan


TUJUAN

operasional di rumah sakit.


Agar
Pengantar/Instalasi/Jaringan

KEBIJAKAN

memenuhi ketentuan standart kualitas listrik.


1.
Penggunaan pengantar/instalasi listrik di

listrik

Rumah Sakit Menggunakan standar kabel


dari PLN (SPLN)
2.

Ukuran

pengantar/kabel

disesuaikan

dengan daya yang dibutuhkan atau di atas


ketentuan

penyesuaian

persiapan

pengembangan
3.

Setiap pembagi atau panel listrik diberi


pengaman atau petugas penaman listrik
melindungi alat dan manusia

4.

Wilayah beban operasional listrik dari


meteran ke jaringan lama oleh PLN,setelah
meter kejaringan Rumah Sakit oleh Rumah

PROSEDUR

Sakit
1.
Sumber listrik di RSU Banyumas berasal
dari

Genset

dioperasionalkan

dengan

listrik

Genset

otomatis.
2.

Penggunaan

PLN

dan

dioperasionalkan dengan automatic

PENGKABELAN LISTRIK

PROSEDUR TETAP
3.

Genset

digunakan

pada

saat

emergency/gangguan listrik PLN


4.

Untuk menjaga stabilitas listrik digunakan


stabilizator

5.

Jaringan listrik dikendalikan dengan sub


panel

6.

Jaringan

yang

masuk

kebangunan

menggunakan pengaman pipa PVC


7.
UNIT TERKAIT

Pemasangan jaringan Instalasi disertai

dengan jaringan grounding.


IPSRS, ISPL, Bagian / Ruangan

KEBIJAKAN KERJASAMA
ANTAR DISIPLIN ILMU

PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN

Suatu aturan / langkah-langkah yang dilakukan

TUJUAN

untuk mengatur kerjasama antar disiplin ilmu


Menerangkan langkah-langkah kerjasama antar
disiplin ilmu, sehingga pasien dapat terlayani

KEBIJAKAN

dengan baik.
1. Penderita

yang

membutuhkan

penanganan / konsultasi dengan dokter


lain dilakukan / dilaksanakan oleh petugas
IBS
2. Semua

pasien

yang

dioperasi

dan

membutuhkan tindakan anestesi bekerja


sama dengan bagian anestesi
3. Bagi pasien yang membutuhkan segera
darah dilaksanakan oleh petugas IBS
kerjasama

dengan

petugas

laboratorium/bank darah
4. Bila memerlukan obat-obatan/alat segera
dilakukan oleh petugas IBS bekerjasama
dengan

Instalasi

atau

ruang

yang

bersangkutan.
5. Bila memerlukan pemeriksaan radiology
dilakukan oleh petugas IBS bekerjasama
dengan Instalasi radiologi
6. Semua

pasien

yang

dioperasi

dan

membutuhkan perawatan ICU, petugas


IBS menghubungi petugas ICU.
7.

Bila

pada

saat

operasi

memerlukan

konsultasi dokter konsultan /bidang keahlian


lain,
UNIT TERKAIT

petugas

IBS

menghubungi

sesuai

keperluan .
IPSRS, ISPL, Bagian / Ruangan

MEMBERI ANESTESI REGIONAL

PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN

Untuk memberi rasa aman dan nyaman pada


pasien

sehingga

tujuan

pembedahan

dapat

dicapai secara optimal.


TUJUAN

1. Menghambat syaraf sensorik, sehingga rasa


nyeri dihambat mulai dari pusat bagian bawah
sampai anggota gerak bagian bawah
2. Fungsi dari motoris di hambat sebagian dan
seluruhnya, sehingga terjadi relaksasi pada
otot bagian bawah pusar untuk sementara
3. Pasien dalam keadaan sadar dan dapat
berkomunikasi secara utuh

KEBIJAKAN

Ditujukan untuk pasien dengan operasi kecil

PROSEDUR

1. Tusukan jarum lumbal setinggi lumbal ke 4 5


sampai menatap tulang dan sesudah itu tarik
pelan-pelan
spinalnya

mandrainnya
sampai

cairan

berikut
liquor

jarum
cerebro

spinalis keluar
2. Bila cairannya sudah keluar, masukan obat
anestesi spinal yang sebelumnya diaspirasi
terlebih dahulu untuk memastikan apa betul
cairan lumbal yang keluar.
3. Bila obat sudah dimasukan, jarum lumbal
dicabut secara berlahan-lahan

MEMBERI ANESTESI REGIONAL

PROSEDUR TETAP

4. bekas luka tusukan diberi kassa betadin lalu


di plester.
5. Pasien dibaringkan kembali dengan memakai
bantal
6. Bila pasien nampak gelisah, berikan obat
penenang dan atau sedative sesuai indikasi
dan dosis.

Unit Trkait

Sebelum dan sesudahnya harus cuci tangan


terlebih dahulu
Instalasi Bedah Sentral

PENANGANAN SYOK ANAPILAKSIK OBAT

PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN
TUJUAN

Penanganan pada penderita syok anapilaktik.


Mencegah

terjadinya

syok

anapilaktik

dan

kematian pada pasien


KEBIJAKAN
PROSEDUR

Ditujukan untuk pasien syok anapilaksik obat


1.

Bersikap tenang bertindak cepat dan tepat

2.

Hentikan pemberian obat pasien bila saat itu


sedang melakukan pemberian obat

3.

Letakan pasien pada posisi tidur terlentang


pada

dasar

yang

keras,

dengan

kaki

ditinggikan 30-40 derajat

Bila pasien tidak sadar lakukan tindakan


tripel manver

Bila pasien mengalami henti nafas segera


lakukan nafas buatan

4.

Bila pasien tidak mengalami henti jantung,


berikan adrenalin subkutan 0,3-0,5 mg. Beri
animophilin secara intra vena

5.

Pasang infuse dextrose 5%

6.

Beri O2 100% 6 liter/menit.

7.

Pemberian terapi diatas tidak ada responberi


adrenalin 1mg yang diencerkan 10cc secara
intra vena.

PENANGANAN SYOK ANAPILAKSIK OBAT

PROSEDUR TETAP

8.

lakukan intubasi endotracheal.

9.

Lakukan

kompresi

jantung

luar

sesuai

prosedur.
10. Bila upaya-upaya tersebut tidak berhasil
dilakukan
Unit Trkait

pemberian

adrenalin

secara

intracardial
Instalasi Bedah Sentral

PERSIAPAN PASIEN TANPA MONDOK


SEBELUM ANASTESI / PEMBEDAHAN

PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

Menangani pasien rawat sehari


Pasien tidak perlu mondok di Rumah Sakit
Pasien dapat dirawat dirumah

PROSEDUR

1.

Pasien

diperiksa

oleh

dokter

bedah

menentukan layak/tidak untuk pembedahan


dengan melakukan pemeriksaan fisik dan
laboratorium rutin maupun khusus.
2.

Kemudian

menginstruksikan

dilakukan pembedahan

sebelum

Puasa
Untuk dewasa: 6-8 Jam
Untuk anak-anak: 3-4 jam

Beri tahu kepada dokter anestesiologi bila


ada

perubahan

kondisi,

tambahkan

keluhan kesehatan (panas, batuk, diare


dsb).
3.

Datang 1-2 jam sebelum pembedahan. Tidak


boleh

memakai

menyulitkan

kosmetik
pengawasan

yang

akan
selam

pembedahan.

PERSIAPAN PASIEN TANPA MONDOK SEBELUM ANASTESI /


PEMBEDAHAN

PROSEDUR TETAP

Unit Trkait

Instalasi Bedah Sentral, poliklinik bedah, poliklinik


obsgyn

PELAYANAN ANESTESI DAN REANIMASI

PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN

Untuk memberi rasa aman dan nyaman pada


pasien

sehingga

tujuan

pembedahan

dapat

tercapai secara optimal


1. Menghambat syaraf sensorik, sehingga rasa

TUJUAN

nyeri dihambat mulai dari pusat bagian


bawahsampai anggota gerak bagian bawah
2.

fungsi dari motoris di hambat sebagian dan


seluruhnya, sehingga terjadi relaksasi pada
otot bagian bawah pusar untuk sementara.

3.

Pasien dalam keadaan sadar dan dapat


berkomunikasi secara utuh

KEBIJAKAN
PROSEDUR

1.

Tusukan

jarum

lumbal

sampai

menatap

tulang dan sesuadah itu tarik pelan-pelan


mandrainnya berikut jarum spinalnya sampai
cairan liquor cerebro spinalis keluar
2.

Bila

cairannya

sudah

keluar,

masukan

lidonest 3% melalui spuit 3cc sebelumnya


diaspirasi terlebih dahulu untuk mengetes apa
betul cairan lumbal keluar.

PELAYANAN ANESTESI DAN REANIMASI

PROSEDUR TETAP

3.

Bila obat sudah dimasukan, jarum lumbal


dicabut secara berlahan-lahan

4.

Bekas luka tusukan diberi kassa betadin lalu


di plester.

5.

Pasien dibaringkan kembali dengan memakai


bantal

6.

Bila pasien nampak gelisah, berikan obat


penenang valium dan pethidin

7.
Unit Trkait

Sebelum dan sesudahnya harus cuci tangan

terlebih dahulu
Instalasi Bedah Sentral, poliklinik bedah, poliklinik
obsgyn

Anda mungkin juga menyukai